Tujuan dan Hikmah Pernikahan

b. Wanita dengan bibinya atau kemenakannya. 2 Larangan tersebut pada ayat 1 tetap berlaku meskipun istri-istrinya telah ditalak raj’i tetapi masih dalam masa iddah. 26 Memperhatikan penjelasan diatas dapatlah kiranya dipahami siapa saja wanita yang dilarang untuk dinikahi. Namun yang jelas larangan-larangan tersebut mengandung tujuan dan hikmah yang akan dibahas pada pembahasan berikutnya.

D. Tujuan dan Hikmah Pernikahan

1. Tujuan Pernikahan Banyak tujuan yang hendak dicapai melalui pernikahan. Islam mensyariatkan pernikahan tentu didalamnya terdapat tujuan yang hendak dicapai melalui pernikahan tersebut. Diantara tujuan pernikahan itu adalah : 1 Melanjutkan keturunan yang merupkana sambungan hidup dan menyambung cita-cita. Ini dimaksudkan bila seseorang telah melakukan pernikahan, ia akan membentuk rumah tangga atau keluarga. Dalam rumah tangga itu akan dilahirkan anak-anak sebagai keturunan untuk melanjutkan apa yang dicita-citakan oleh kedua orang tuanya. Dari keluarga itulah akan terbentuk suatu ummat, yaitu umat Muhammad SAW. Umat yang mengemban dan berpegang teguh pada ajaran Islam. 27 26 Ibid. 27 Kamal Mukhtar, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Jakarta: Bulan Bintang, 1974, Cet. Ke-1, h.21 Kamal Mukhtar : Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Jakarta, Bulan Bintang, 1974, cet. Ke-1, h.12 Seperti ditegakkan dalam firman Allah : ☯ ⌧ Artinya : “Allah menciptakan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu dan memberimu rizki-rizki dari yang baik-baik” QS. An Nahl 16 : 72 Ayat tersebut mengandung isyarat bahwa hanya dengan berkeluargalah manusia akan dapat menjalankan risalah Nabi Muhammad SAW. Karena apa yang terjadi adalah manusia itu pada saatnya akan meninggal dunia. Lalu kalau tidak ada keturunan darinya, niscaya kehidupan manusia ini akan berhenti. Apabila manusia itu tidak mempunyai keturunan, secara jelas risalah Nabi Muhammad SAW itupun akan terputus juga. Disinilah pentingnya tujuan pernikahan yaitu untuk melahirkan generasi penerus dan penegak risalah Nabi Muhammad SAW dimuka bumi ini. 2 Untuk menjaga diri dari perbuatan maksiat atau perbuatan dosa yang diharamkan oleh Allah SWT. 28 Pencegahan terhadap perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT. seperti melakukan zina, memang dapat 28 Kamal Mukhtar, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Jakarta: Bulan Bintang, 1974, Cet. Ke-1, h.21 dilakukan dengan cara berpuasa. Akan tetapi jika dengan berpuasa juga tidak dapat mengurangi nafsu birahinya dan orang tersebut masih saja kawatir berbuat zina, maka salah satu cara yang bijaksana dan telah disyari’atkan oleh agama Islam, yaitu melaksanakan pernikahan. Dengan pernikahan itu diharapkan manusia dapat terhindar dari perbuatan zina, atau perbuatan maksiat lainnya. Hal ini ditegaskan dalam hadist dari Abdurrahman bin Yazid dari Abdullah katanya Rasulullah SAW bersabda: “Hai para pemuda siapa-siapa diantara kamu yang telah sanggup memikul tanggung jawab berumah tangga, maka kawinlah. Karena perkawinan itu dapat menudukkan mata dan kemaluan dari dosa. Siapa yang belum sanggup, hendaklah dia berpuasa, karena puasa itu dapat menundukkan nafsu birahi”. H.R. Muslim 29 3 Untuk menimbulkan rasa cinta antara suami istri khususnya dan menimbulkan kasih sayang untuk anggota keluarga semua pada umumnya. 30 Hal ini dimaksudkan bahwa dengan perkawinan itu diharapkan manusia dapat saling mencintai sesamanya; sesama anggota keluarga, masyarakat, dan lain-lainnya. Sehingga dengan muncil rasa kasih sayang itu akan terwujud manusia yang berbahagia dan merasa aman dan tentram dalam hidupnya. Seperti yang difirmankan oleh Allah dalam Al-Qur’an : 29 Imam Abi Al-Husaini Muslim Ibn Al Hallaj, Sahih Muslim, Daral-Fiqr, Juz II, h. 1019 30 Kamal Mukhtar, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Jakarta: Bulan Bintang, 1974, Cet. Ke-1, h.22 ☯ ☺ ⌧ Artinya : “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya rasa kasih sayang, sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda- tanda bagi kaum yang berpikir” QS.Ar-Rum 30:21 4 Untuk menghormati sunnah Rasulullah. 31 Beliau telah memerintahkan kepada umatnya untuk melakukan pernikahan sesuai dengan ajaran agama. Beliau tidak suka terhadap orang yang terus menerus berpuasa sambil beribadah dan tidka kawin-kawin. Jadi jelas salah atu tujuan perkawinan adsalah mengikuti jejak Rasulullah SAW. 5 Untuk membersihkan keturunan. 32 Disini yang dimaksud adalah agar generasi umat ini ada yang mengurus dan ada yang bertanggung jawab, karena anak tersebut telah jelas siapa bapaknya dan siapa ibunya. Apabila seorang anak lahir di luar nikah jelas sulit bagi kita untuk mempertanggung jawabkan anak tersebut. Ayahnya tidak bertanggung jawab, dan ibunya pun tidak bertanggung jawab. Begitulah tujuan 31 Kamal Mukhtar, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Jakarta: Bulan Bintang, 1974, Cet. Ke-1, h.22 32 Ibid perkawinan untuk memperjelas status anak sehingga jelas siapa yang berhak dan bertanggung jawab kepadanya. 33 2. Hikmat Pernikahan Islam menganjurkan dan menggembirakan kawin sebagaimana tersebut karena perkawinan memiliki pengaruh yang baik bagi dyang melakukan, masyarakat dan umat manusia. 34 Perkawinan membentuk keluarga, keluarga- keluarga akan membentuk umat. Baik buruknya suatu umat erat hubungannya dengan keadaan keluarga yang membentuk keluarga itu. 35 Allah telah menciptakan laki-laki dan perempuan sehingga mereka dapat berhubungan satu dengan yang lain. Hingga mencintai, menghasilkan keturunan serta hidup dalam kedamaian. 36 Mahmud Yunus mengemukakan beberapa hikmah melakukan pernikahan sebagai berikut : “Hikmahnya adalah supaya itu perpasang-pasangan hidup sejoli, membangun rumah tangga yang damai dan teratur. Untuk itu haruslah diadakan ikatan dan pertalian yang kokoh yang tak mudah putus dan diputuskan ialah ikatan aqad nikah atau ijab qabul perkawinan. Bila aqad nikah telah dilangsungkan, maka mereka telah berjanji dan bersetia akan membangun suatu rumah tangga yang damai akan sehidup dan semati, sesakit dan sesenang…”. 37 33 Aminullah. J, Hak dan Kewajiban Suami Istri Nikah Talak dan Rujuk, Bandung : Pelajar Bandung, 1972, cet ke-8, h. 22 34 Sayyid Sabiq, Figh as-Sunnha, Bandung : Al-Ma’arif 1981, Juz VI, h.18 35 Kamal Mukhtar, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Jakarta: Bulan Bintang, 1974, Cet. Ke-1, h.19 36 Abdurrahman I, Perkawinan dalam Syari’at Islam, Jakrta : PT. Rineka Cipta, 1992, cet ke-1, h.5 37 Mahmud Yunus, Hukum Perkawinan Dalam Islam, Jakarta: Hidakarya Agung, 1990, h.7 Hikmah lain yang perlu dikemukakan, misalnya ada seseorang yang enggan menjalani perkawinan, dia hidup menyendiri. Namun pada hari tuanya, orang tersebut akan menyesali kehidupannya. Penyesalan itu akan terasa misalnya jika ia sakit tidk ada yang merawatnya, kalau sudah tua tidak ada yang menemani, dan mungkin juga tidak ada yang memelihara atau meneruskan segala urusan pribadinya dan sebagainya. inilah beberapa masalah yang akan terjadi jika seseorang enggan melakukan pernikahan. Kutipan di atas memberikan suatu pengertian bahwa hikmah melakukan pernikahan diantaranya adalah untuk membina rumah tangga yang damai dan teratur. Artinya, bahwa manusia diciptakan oleh Allah SWT berpasang- pasangan, namun berpasangan itu ada aturanya, yaitu melalui pernikahan yang sah. Melalui pernikahan yang sahlah, pasangan itu akan dapat hidup berbahagia dan mendapat ridho Allah SWT. Lain halnya jika seseorang enggan melakukan pernikahan, atau melahirkan keturunan di luar pernikahan. Niscaya akan lahir anak-anak yang tidak jelas statusnya, siapa bapak dan ibunya. Yang demikian itu selain diharamkan oleh agama juga akan berdampak negatif di masyarakat. Selanjutnya, bila anak tersebut telah dewasa dan akan melakukan pernikahan, pasti akan menemukan kesulitan. Selanjutnya dikatakan bahwa hikmah melakukan pernikahan adsalah memelihara diri seseorang supaya jangan jatuh ke lembah kejahatan perzinahan. Karena bila istri disampingnya tentu akan terhindarlah ia dari pada melakukan pekerjaan yang keji itu. begitu juga wanita yang ada disampingnya…” 38 Kutipan tersebut memberikan pengertian bahwa salah satu hikmah melakukan pernikahan adalah dapat menghindarkan diri dari perbuatan keji yang merusak manusia yaitu perzinaan, baik bagi laki-laki maupun perempuan. Jadi dengan melakukan perkawinan, wanita maupun pria kiranya dapat terjauhkan dari perbuatan zina. Hal ini seperti ditegaskan dalam firman Allah sebagai berikut : ⌧ ⌧ Artinya : “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk”. QS. Al-Isra’ 17-32 Ayat tersebut mengandung makna bahwa zina adalah perbuatan keji yang diharamkan oleh Allah SWT. oleh karena itu perbuatan zina harus ditinggalkan dan dijauhi oleh setiap yang beriman, baik laki-laki maupun perempuan. Dari ayat di atas jelas kiranya bahwa salah satu hikmah perkawinan atau pernikahan adalah dapat mencegah manusia dari perubatan yang diharamkan oleh Allah SWT, yaitu zina. 38 Mahmud Yunus, Hukum Perkawinan Dalam Islam, Jakarta: Hidakarya Agung, 1990, h.8

BAB III PERSPEKTIF ISLAM TENTANG PERWALIAN