merupakan salah satu rukun wahnya nikah. Nikah tanpa wali dianggap batal atau tidak sah. Menurut Imam Syafi’i kedudukan wali dalam suatu pernikahan
adalah mutlak. Karena itulah maka wali merupakan rukun yang harus dipenuhi dalam sautu pernikahan, bila tidak dipenuhi maka nikahnya
dianggap batal atau tidak sah.
B. Fungsi dan Hikmah Wali Dalam Pernikahan
Wali nikah, terlepas dari mutlak dan tidaknya sebagai rukun sahnay nikah, dalam praktiknya mempunyai fungsi yang sangat penting. Sebagaimana diketahui
bahwa pada umumnya pernikahan itu dilakukan setelah mencukupi syarat-syarat dan rukun-rukunya. Rukun yang dimaksud adalah adanya calon mempelai laki-
laki dan perempuan, wali, dua orang saksi, ijab dan qobul. Fungsi wali nikah dalam pelaksanaan pernikahan diantaranya adalah waktu
ijab dan qobul ini dilangsungkan. Seperti diketahui bahwa dalam pelaksanaan aqad, biasanya yang melaksanakan ijab adalah pihak perempuan, bukan pihak
laki-laki. Tetapi “ijab’ sangat tidak mungkin diucapkan oleh calon penganten perempuan. Disinilah fungsi wali sangat penting yaitu berfungsi sebagai wakil
dan pihak mempelai perempuan untuk mengucapkan ‘ijab’ penawaran, sedangkan pihak laki-lakilah yang mengucapkan “qobul” atau penerimaan. Tanpa kehadiran
wali, aqad nikah tidak mungkin dilangsungkan. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa kedudukan wali itu sangat penting
dalam suatu pernikahan. Lebih lanjut dikatakan bahwa “Wali” dalam pernikahan
adalah penting bahkan terpenting diantara rukun-rukun pernikahan yang lain. Tidak akan sah pernikahan kecuali dengan adanya wali.”
7
dengan demikian keberadaan wali mutlak diperlukan dalam suatu pernikahan.
Hikmah perlunya wali nikah adalah suatu bukti bahwa pernikahan itu mendapat restu atau izin dari orang tua atau walinya, dan berdasarkan keterangan
Bapak Zainal Arifin : “Bahwa wali berdasarkan keturunan bapak dengan urutan wali merupakan
salah satu kewajiban wali pada anaknya, untuk menikahkan, melepaskannya dan dikatakan pula suatu pertemuan dua keluarga besar. Karena itulah dalam hukum
Islam wali mutlak sifatnya.
Dengan kehadiran orang tua atau wal nikah dalam acara pernikahan, timbul
saling percaya antara bapak atau wali nikah dalam acara pernikahan, timbul saling percaya antara bapak atau wal dengan caon mempelai laki-laki atau menantu.
Disamping wali nikah yang berfungsi mengucapkan ijab atau penawaran, wali nikah juga memiliki hikmah mengetahui bahwa anaknya atau orang yang berada
di bawah perwaliannya itu telah melakukan pernikahan dan secara otomatis kehadirannya itu memberikan isyarat persetujuan darinya. Yang paling penting
timbul rasa tanggung jawab dari seorang suami. Karena itulah keberadaan wal dalam suatu acara pernikahan itu sangat penting dan diutamakan.”
8
7
Hasil wawanara dengan Bapak Drs. Zainal Arifin, Kepala KUA Kecamatan Jagakarsa, di KUA Kecamatan Jagakarsa, tanggal 5 Februari 2002
8
Hasil wawancara dengan Sapto Wibowo SH, dan Ibu Liana pejabat SUDIN Kependudukan dan Catatan Sipil Jakarta Selatan, tanggal 30 April 2002
C. Perwalian Beda Agama Dalam Perkawinan Menurut Hukum Islam