Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
memperlihatkan bagaimana kehidupan orang lain dan memberikan ide tentang bagaimana kita menjalani hidup ini. Ringkasnya, TV mampu memasuki relung-
relung kehidupan kita lebih dari yang lain.
1
Televisi sebagai media massa dapat menimbulkan pengaruh yang hampir bersifat menyihir dan kadang-kadang berbahaya terhadap khalayak terutama bila
media digunakan sebagai sarana propaganda. Menurut Lichtenstein dan Rosenfeld yang dikutip dari Dedy Mulyana
adalah: Menyimpulkan bahwa keputusan menggunakan saluran-saluran komunikasi massa merupakan suatu proses dua bagian, pertama kita diajari
motivasi apa yang dapat dipuaskan setiap medium, kemudian berdasarkan informasi yang kita miliki bersama tersebut, masing-masing dari kita membuat
pilihan perseorangan. Kedua, meskipun pilihan ini merupakan keputusan pribadi, persepsi kita mengenai apa yang ditawarkan media yang berbeda relatif konsisten:
kita cenderung mempuyai citra yang stabil mengenai gratifikasi setiap medium yang dipersepsi seperti; film, buku, surat kabar dan sebagainya.
2
Media televisi menjadi media pilihan utama khalayak sebagai media untuk mendapatkan informasi, karena televisi mampu menghadirkan gambar atau audio
dan suara atau visual dalam penayangannya, sehingga lebih menarik perhatian khalayak.
Menurut Peter Herford: setiap stasiun televisi dapat menayangkan berbagai program hiburan seperti film, musik, kuis, talkshow dan sebagainya,
tetapi siaran berita merupakan program yang mengidentifikasikan suatu stasiun
1
Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir Tangerang: Ramdina Prakarsa, 2005, h. 1.
2
Dedy, Mulyana, Human Communication Konteks-Konteks Komunikasi Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005, h. 212.
televisi kepada pemirsanya. Program berita menjadi identitas khusus atau identitas lokal yang dimiliki suatu stasiun televisi.
3
Media televisi punya kewajiban dan tanggung jawab moral serta profesional untuk menyatakan ekspresi diri, alat komunikasi, alat untuk
mengadakan integrasi dan adaptasi sosial, dan sebagai alat kontrol sosial. Mengutip dari Tatang Hidayat Ketua Lembaga Kebudayaan Betawi LKB
“Dibanding kebudayaan lain Betawi justru tersingkir meski berada dirumahnya sendiri, tersingkir ke pinggiran Jakarta seperti Bogor, Tangerang, dan Bekasi.
Semua budaya ingin eksis, caranya adalah ingin menguasai Jakarta. Maka masing- masing budaya berkompetisi untuk bisa eksis di ibukota. Betawi tidak punya
semangat ini sehingga mereka pergi dari rumah sendiri”. Televisi sebagai salah satu media massa menjalani fungsinya yaitu
memberikan pendidikan kepada khalayak, misalnya saja dengan menghadirkan program acara yang memberikan pengetahuan umum serta bisa menimbulkan
kecintaan terhadap budaya yang dimiliki. Salah satu siaran atau program acara yang menarik penulis untuk dijadikan
penelitian yaitu siaran berita berbahasa betawi “Bandar Jakarta” di salah satu stasiun televisi lokal JAK TV. Acara yang disiarkan setiap hari sabtu pada pukul
21.30 wib. Sebuah program siaran berita yang dikemas ringan dan menarik, menghadirkan berita-berita seputar Jakarta. Program siaran berita Bandar Jakarta
ini juga menampilkan pantun-pantun jenaka di sela-sela penyampaian beritanya yang merupakan salah satu ciri khas suku betawi.
3
Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, h. 2.
Di tengah-tengah budaya betawi yang terus menerus terkikis dan tergerus kemajuan zaman dan teknologi. Budaya betawi sudah hampir punah dan tergusur
dirumahnya sendiri. Jakarta sebagai ibu kota Negara Indonesia yang menjadi kota tujuan utama orang-orang masyarakat Indonesia untuk mengais rezeki, budaya
betawi hadir sebagai budaya asli kota Jakarta. Namun pada kenyataannya budaya betawi tenggelam dalam hiruk pikuk kebisingan kota, dan warga asli suku betawi
pun kebanyakan tidak memiliki semangat untuk membangun budayanya, kalah tersaingi dengan budaya-budaya daerah lain yang datang menghampiri Jakarta.
JAK TV dengan berita Bandar Jakarta merupakan televisi lokal yang menciptakan dan membangun semangat baru dan kesadaran di dalamnya untuk
melestarikan budaya betawi yang hampir hilang. Untuk itulah penulis tertarik untuk menjadikan judul penelitian:
“Analis Deskriptif Manajemen Produksi Siaran Berita Berbahasa Betawi “Bandar Jakarta” di Stasiun Televisi JAK TV”.