10
b. Kala II
Kala II dimulai dari pembukaan yang sudah lengkap dan dilanjutkan dengan lahirnya janin. Pada fase ini terjadi dorongan secara
volunter dan involunter.
11
His menjadi lebih kuat dan cepat, kira-kira 2-3 menit sekali. Biasanya kepala janin sudah diruang panggul. His dirasakan
tekanan otot-otot dasar panggul , yang secara refleks menimbulkan rasa mengedan. Ibu juga merasakan seperti buang air besar. Kemudian
perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak pada vulva
ketika his, dan dengan his yang kuat kuat dan kekuatan mengejan yang maksimal kepala janin dilahirkan dengan suboksiput dibawah simpisis dan
dahi, muka, dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan anggota badan bayi yang lain. Pada
primigravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multipara biasanya 0,5 jam.
10
c. Kala III
Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak di atas pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk
melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam waktu 6 menit sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau
dengan tekanan pada fundus uteri, pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah.
10
2.1.3. Kala II lama
American College of Obstetricians and Gynecologists ACOG mendefinisikan kala II lama prolonged second stage of labor sebagai
berikut : dalam nullipara 3 jam dengan epidural dan 2 jam tanpa epidural, dalam multi para 2 jam dengan epidural dan satu jam tanpa epidural.
12
Secara tradisional di nulliparas, aturan 2 jam digunakan sebagai batas atas dari kala II, jika lebih dari itu maka direkomendasikan untuk
11
operasi atau tindakan lainnya. Asal-usul dari aturan ini tidaklah jelas tetapi diyakini berasal dari studi yang dilakukan oleh Hellman dan Prystowsky
pada tahun 1952, yang menunjukkan bahwa kala II yang melebihi dua jam dapat sangat merugikan.
12
Morbiditas meningkat pada kala II lama yang ditunjukkan dari hasil penelitian Williams pada tahun 1952. Tetapi pada kenyataannya,
sejumlah penelitian yang lebih baru dengan jelas menunjukkan bahwa, tidak ada hubungan antara kala II lama dengan hasil perinatal.
12
Sebuah penelitian oleh Fraser, dkk. Menemukan bahwa faktor resiko untuk lamanya persalinan pada nullipara pada kala II adalah posisi
janin yang abnormal; high fetal station pada dilatasi maksimum; usia ibu lebih dari 35 tahun; dan tinggi ibu kurang dari 160 cm.
12
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh M. P. O’Connell, ddk. Wanita dengan kala II pendek kurang dari 2 jam secara signifikan lebih
muda usia rata-rata 23,3 vs 24,9 tahun dan memiliki bayi secara signifikan lebih kecil rata-rata 3315 g vs 3463 g dibandingkan
perempuan kala II lama. Kala II lama pada persalinan secara signnifikan berhubungan dengan oksitosin dan menggunakan epidural.
13
Kala II lama menjadi salah satu penyebab kematian ibu karena pada partus lama akan menyebabkan infeksi, kehabisan tenaga, dehidrasi
pada ibu, dan dapat terjadi perdarahan post partum yang sangat membahayakan keselamatan ibu.
3
2.1.4. Usia Ibu
Menurut Nasional Centre for Health Statistics Smith dkk.,1999 , sekitar 13 persalinan terjadi pada wanita berusia antara 15 sampai 19
tahun. Remaja memiliki kemungkinan lebih besar mengalami anemia, dan beresiko lebih tinggi memiliki bayi yang pertumbuhannya terhambat,
persalinan prematur dan angka kematian bayi lebih tinggi seperti yang diungkapakan oleh Fraser dkk., pada tahun 1995. Karena tidak
12
direncanakan, sebagian besar kehamilan remaja jarang mendapat konseling prakonsepsi.
14
Pada masa remaja biasanya masih tumbuh dan berkembang. Remaja memiliki kebutuhan kalori yang lebih besar dari pada wanita yang
lebih tua. Dengan berat badan normal, remaja dianjurkan meningkatkan asupan kalori sebesar 400 kkalhari.
14
Penelitian-penelitian mengungkapakan bahwa wanita usia di atas 35 tahun memiliki resiko yang lebih tinggi mengalami penyulit obstetris
serta morbiditas dan mortalitas perinatal. Bagi wanita berumur yang mengidap penyakit kronikatau yang kondisi fisiknya kurang, resiko ini
sangat mungkin terjadi. Namun, bagi wanita yang beratnya normal, secara fisisk bugar dan tanpa masalah medis, resikonya jauh lebih rendah.
14
2.1.5. Paritas