Perkembangan Mikoriza Pada Lahan Kritis Pasca Tambang

sekitar lubang tanam bersifat masam pH 5, maka diperlukan pengapuran. Kapur dalam bentuk dolomit dapat diberikan sebanyak 100-150 gr per lubang tanam. Pemberian kapur dicampurkan secara merata dengan top soil dan sebaiknya diberikan beberapa waktu sebelum pemupukan dasar dilakukan.

B. Pemanfaatan Cendawan Mikoriza

Untuk menjamin penggunaan cendawan mikoriza secara rutin dalam pelaksanaan reklamasi atau revegetasi, maka cara-cara penggunaan inokulum cendawan mikoriza dilakukan sebagai berikut: 1. Jenis Tanaman. Cendawan mikoriza arbuskula CMA dapat diaplikasikan pada semua tanaman kecuali pada tanaman Pinus dan Dipterocarpaceae. Keberadaan CMA telah dibuktikan dapat mempengaruhi pertumbuhan, daya hidup dan kelangsungan pertumbuhan pada saat semai dipindahkan ke lapangan. Dengan demikian inokulasi CMA pada jenis-jenis terpilih perlu dilakukan. 2. Isolat CMA. Isolat CMA yang telah teruji efektif dapat digunakan pada lahan- lahan bekas tambang, seperti pertambangan nikel dan batubara, adalah Gigaspora rosea FL-105, Glomus etunicatum NPI, Glomus manihotis INDO-1, dan Acaulospora tuberculata INDO-2. Starter inokulum dari isolat-isolat tersebut dan teknik perbanyakannya dapat diperoleh dari BTIG Bank of Tropical Indigenous Glomales, PAU-Biotek IPB. 3. Teknik Inokulasi CMA. Inokulum yang sudah siap dapat diinokulasikan pada semai dari tanaman revegetasi. Terdapat dua cara inokulasi CMA yang telah umum dilakukan pada tanaman kehutanan, yaitu pra-inokulasi teknik dan inokulum layering. Pra-inokulasi teknik dilakukan jika inokulum yang dipakai masih baru fresh dan biji yang akan diinokulasi relatif kecil, seperti biji sengon, acacia, laban dan eucaliptus. Sedangkan cara inokulum layering diterapkan jika inokulum CMA telah mengalami penyimpanan selama 3-6 bulan dan juga biji yang akan diinokulasi relatif besar, seperti mahoni, sengon butho, kedawung, dan rotan.

IV. PERANAN CENDAWAN MIKORIZA DALAM REKLAMASI LAHAN KRITIS PASCA TAMBANG

A. Perkembangan Mikoriza Pada Lahan Kritis Pasca Tambang

Pada umumnya penelitian mikoriza di lahan-lahan tambang diarahkan untuk mengetahui keberadaan mikoriza atau untuk memonitor perkembangan sistem perakaran mikoriza. Schramm 1966 menemukan hampir semua kolonisasi yang berhasil di lahan tambang batubara di Pensylvania bermikoriza, terutama spesies Pinus, Betula, Populus dan Salix. Benih-benih pinus yang dilindungi dari temperatur permukaan yang tinggi dengan cepat akan bermikoriza. Schramm menyimpulkan bahwa inokulum yang berlimpah bukanlah faktor penentu keberhasilan asosiasi cendawan mikoriza dengan perakaran tanaman. Dengan pengecualian pada Rhizobium, tanaman inang mikoriza umumnya tidak berhasil membentuk kolonisasi. Kegagalan asosiasi ini mungkin disebabkan ketidakmampuan tanaman untuk memeproleh nitrogen tanah yang cukup, juga air dan fosfor yang biasanya terbatas. e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara 5 Adhesi partikel-partikel tanah ke perakaran pada tanah-tanah kering diduga sebagai suatu mekanisme peningkatan konduktivitas air dan juga fungsi peningkatan pergerakan ion-ion mobil, seperti nitrat. Hifa-hifa dari mikoriza VA dapat mencapai 8 cm dari perakaran, sedangkan rizomorf dari Pisolithus salah satu jenis dari ektomikoriza dapat mencapai 4 m ke dalam tanah. Ini menunjukkan bahwa ektomikoriza mempunyai jangkauan transpor melebihi CMA Schramm, 1966. Penyelidikan sejak tahun 1966 pada daerah bekas tambang memperlihatkan pola kolonisasi tanaman dan tipe mikoriza yang berbeda dengan hasil observasi Schramm. Tanah-tanah pertambangan yang berumur 10 tahun di Scotland yang berkolonisasi dengan rerumputan dan tumbuhan dikotiledon, semuanya dinfeksi oleh CMA. Disimpulkan bahwa keberhasilan pertumbuhan tanaman tergantung pada infeksi CMA dan meningkatnya penyerapan fosfor. Adanya penambahan inokulum mikoriza dapat menurunkan penundaan waktu infeksi, mungkin ini prosedur yang diinginkan dalam pengelolaan lahan tambang. Schwab dan Reeves 1981 menemukan sangat sedikit inokulum CMA pada kedalaman 0.5 m pada komunitas tumbuhan arid. Sedangkan Lambert dan Cole 1980 mendapatkan tingkat infeksi yang tinggi pada white clover pada lahan tambang setelah musim pertumbuhan pertama. Respon legum sangat baik dalam menggambarkan status mikoriza daripada respon rerumputan. Mungkin dapat disimpulkan bahwa infeksi pada rerumputan lebih rendah daripada legum yang cukup sensitif pada tingkat inokulum rendah. Untuk mendapatkan asosiasi mikoriza lebih cepat, inokulum harus diintroduksikan ke lahan reklamasi. Zak dan Parkinson 1982 mendapatkan kurang dari 1 perakaran rerumputan yang tumbuh di lahan berpasir yang diinfeksi oleh mikoriza setelah musim tanam pertama. Setelah 2 dan 4 tahun, infeksinya meningkat mencapai 4 dan 36 dikarenakan adanya introduksi inokulum afektif melalui angin, air atau binatang. Penambahan pupuk mineral menyebabkan sistem perakaran yang lebih besar tetapi tidak meningkatkan persentase infeksi. Introduksi inokulum efektif akan lebih bermanfaat, seperti dinyatakan oleh Mosse et al. 1981 bahwa fase bibit mungkin merupakan fase yang sangat tergantung pada mikoriza, baik untuk tumbuhan tahunan maupun tumbuhan semusim. Kehadiran spesies non-mikoriza mungkin mengganggu kestabilan spesies yang tergantung pada mikoriza dengan mengurangi level inokulum pada tanah-tanah terganggu. Tanah-tanah terganggu sangat tidak efektif dibanding tanah tidak terganggu, tetapi berarti bahwa level inokulum yang sangat rendah sebagai pembatas kestabilan spesies bermikoriza. Allen dan Allen 1980 menemukan spesies-spesies non-mikoriza pada beberapa daerah pertambangan yang diperlakukan dengan penimbunan top soil. Sedangkan Miller 1979 yang menyelidiki lahan-lahan yang ditutupi dengan top soil sedalam 30 cm tidak mendapatkan mikoriza meskipun terdapat inokulum viabel. Meskipun penimbunan top soil diperlukan dan diharapkan dapat membenatu kestabilan tumbuhan, pertanyaan yang muncul adalah apakah cara ini berpengaruh kurang baik terhadap inokulum mikoriza dan menghalangi kestabilan tumbuhan. Dua metode yang sering digunakan untuk menentukan efek penimbunan top soil terhadap inokulum CMA, yaitu penghitungan spora dan bioassay di greenhouse untuk mengukur kecepatan pertumbuhan tanaman. e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara 6

B. Mekanisme Mikoriza Mengurangi Stress di Lahan Kritis Pasca Tambang