2. Produktif, yakni mengarah pada peningkatan kesuburan tanah soil fertility yang
lebih produktif, sehingga bisa diusahakan tanaman yang tidak saja menghasilkan kayu, tetapi juga dapat menghasilkan produk non kayu rotan, getah, obat-obatan,
buah-buahan, dan lain-lain yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya.
3. Konservatif, yakni kegiatan untuk membantu mempercepat terjadinya suksesi
secara alami kearah peningkatan biodiversity spesies lokal, serta penyelamatan dan pemanfaatan jenis tanaman potensial yang telah langka.
B. Perumusan Masalah
Lahan kritis sebagai hasil dari kegiatan penambangan, khususnya di Indonesia, terus meningkat setiap tahunnya. Sementara itu usaha untuk mereklamasi laha-lahan
kritis tersebut masih terbatas dan belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Hal ini dikarenakan lahan kritis pasca tambang tersebut sebagai media pertumbuhan tanaman
memiliki beberapa faktor pembatas, diantaranya: miskin hara, miskin bahan organik, WHC rendah, aktivitas mikroorganisme rendah, dan kandungan logam berat terutama Cu,
Zn, Mn, dan Fe tinggi.
Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut perlu diusahakan suatu teknologi alternatif yang dapat dicoba diantaranya adalah: pemilihan jenis tanaman yang adaptif,
pemanfatan mikroorganisme yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman, aplikasi top soil dan soil conditioner. Keempat aspek tersebut saling berkaitan, sehingga penelitian
yang dapat mengkaji kombinasi keempat aspek tersebut perlu terus dikembangkan. Dalam tulisan ini hanya akan dibahas pendekatan dengan memanfaatkan mikroorganisme
terutama mikoriza, untuk merehabilitasi lahan-lahan marginal pasca tambang yang telah mengalami kerusakan berat.
C. Kerangka Pemikiran
Penanganan lahan kritis pasca tambang secara baik dan benar serta pemilihan tanaman yang tepat merupakan kunci keberhasilan usaha reklamasi lahan-lahan tersebut.
Berbagai usaha untuk memperbaiki kualitas lahan kritis pasca tambang menjadi lingkungan tempat tumbuh tanaman yang cocok dapat dilakukan, diantaranya adalah
dengan memanfaatkan mikroorganisme tanah yang dapat berperan sebagai pupuk biologis. Beberapa jenis mikroorganisme tanah secara tidak langsung dapat membantu
meningkatkan kesuburan media tumbuh melalui peningkatan ketersediaan unsur hara dalam tanah. Mikroorganisme tersebut diantaranya adalah cendawan mikoriza vesikular
arbuskular.
Penggunaan cendawan mikoriza terhadap tanaman kehutanan yang ditanam pada lahan-lahan marginal, seperti lahan-lahan bekas tambang yang tercemar logam berat
banyak memberikan keuntungan. Sebagai contoh, inokulasi cendawan mikoriza pada tanaman Thicospermum burretii, Acacia mangium, dan Paraserianthes falcataria terbukti
potensial untuk mereklamasi lahan kritis pasca tambang. Jenis-jenis tanaman tersebut pertumbuhannyamampu meningkat 2-3 kali lipat dibanding dengan tanaman kontrol. Hal
ini hampir setara dengan pupuk urea 130 kgha, TSP 180 kgha dan KCl 100 kgha Setiadi, 1993.
e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara
2
II. KARAKTERISTIK LAHAN-LAHAN KRITIS PASCA TAMBANG