II. TINJAUAN PUSTAKA Kacang Tanah
Botani Umum
Kacang tanah Arachis hypogaea L. termasuk suku Papilonaceae dengan genus Arachis Rukmana, 1998 merupakan tanaman polong-polongan atau legum
kedua yang terpenting setelah kedelai Wikipedia, 2006. Kacang tanah berasal dari benua Amerika Selatan dan diperkirakan berasal dari lereng pengunungan
Andes di negara-negara Bolivia, Peru dan Brazil Trustinah dkk., 2007. Di Asia, kacang tanah mula-mula di tanam di India dan Cina dan di
Indonesia diperkirakan di tanam sejak akhir abad ke-15 Trustinah dkk., 2007 dan dikenal banyak nama daerahnya yaitu kacang una, kacang jebroi, kacang bandung,
kacang kole, kacang tuban dan kacang banggala. Nama international kacang tanah disebut peanut dan groundnut, morfologinya tersusun atas organ akar,
batang, daun, bunga, buah dan biji Rukmana, 1998. Menurut Sumarno, 1987 dalam Rukmana, 1998 species Arachis
hypogaea terbagi atas dua sub species yaitu : sub species hypogaea disebut tipe
Virginia dan sub species Fastigiata yang terdiri dari tipe Valensia dan Spanish.
Pembagian kacang tanah menjadi dua sub species ini didasarkan atas perbedaan sifat-sifat morfologi umum Purseglove, 1997.
Pertumbuhan kacang tanah berdasarkan pola percabangan dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe tegak menjalar. Kacang tanah tipe tegak memiliki pola
percabangan sequencial yaitu buku subur terdapat pada batang utama dan panjang batang utama antara 33 - 35 cm, berumur lebih genjah sekitar 90 - 110 hari dan
M.Azis Cibro : Respon Beberapa Varietas Kacang Arachis hypogaea L. Tanah Terhadap Pemakaian Mikoriza Pada Berbagai Cara Pengolahan Tanah, 2008
USU Repository © 2008
buahnya terdapat pada ruas-ruas dekat rumpun serta kemasakan buah serempak Somaatmadja, 1991.
Kacang tanah bunganya terbentuk secara berselang-seling pada cabang primer atau sekunder dan batang utamanya tidak mengandung bunga. Cabang-
cabang tumbuh kesamping dan hanya bagian ujungnya mengarah keatas. Cabang lateral biasanya melebehi panjang batang utama yang jumlahnya berkisar antara 5
- 15 buah dalam satu cabang. Buah terdapat pada ruas-ruas yang berdekatan dengan tanah, berumur panjang berkisar antara 150 - 180 hari. Pemungutan panen
agak sulit karena masaknya polong tidak serentak Suprapto, 1993. Pertumbuhan kacang tanah terdiri dari fase vegetatif dan fase reproduktif.
Fase vegetatif dimulai sejak perkecambahan hingga awal pembungaan, yaitu antara 28 - 31 hari setelah tanam. Menurut Trustinah, 1993 fase vegetatif dibagi
atas tiga stadia yaitu perkecambahan, pembukaan kotiledon dan perkembangan daun bertangkai empat tetrafoliate. Fase reproduktif dimulai sejak munculnya
bunga pertama sampai dengan polong masak, yaitu meliputi perkembangan, pembentukan polong, pembentukan biji dan pemasakan biji.
Perakaran tanaman kacang tanah terdiri atas lembaga radicula, akar tunggang radix primaria dan akar cabang radix lateralis. Pertumbuhan akar
menyebar ke semua arah sedalam lebih kurang 30 cm dari permukaan tanah. Pada akar terbentuk bintil akar atau disebut nodula bakteri Rhizobium radicula dan
hidup bersimbiosis saling menguntungkan. Pada bintil-bintil akar terdapat unsur nitrogen yang berguna untuk pertumbuhan tanaman dan ketersediaan unsur N
M.Azis Cibro : Respon Beberapa Varietas Kacang Arachis hypogaea L. Tanah Terhadap Pemakaian Mikoriza Pada Berbagai Cara Pengolahan Tanah, 2008
USU Repository © 2008
dalam tanah, sehingga jika dilakukan pemupukan dengan Urea tidak memberi peningkatan hasil Sumarno, 1987 dalam Rukmana, 1998.
Batang kacang tanah termasuk jenis perdu, tidak berkayu, tipe tegak mencapai ketinggian 80 cm, tetapi rata-rata tinggi tanaman subur adalah 50 cm.
Tipe menjalar dapat tumbuh kesegala arah membentuk lingkaran dengan garis tengah mencapai 150 cm. Dari batang utama cabang primer yang masing-masing
dapat membentuk cabang-cabang sekunder, tersier dan ranting Sumarno, 1987 dalam
Rukmana, 1998. Daun berbentuk lonjong, terletak berpasangan majemuk dan bersirip
genap. Tiap tangkai daun terdiri atas empat helai anak daun. Daun yang muda berwarna hijau kekuning-kuningan setelah tua menjadi hijau tua. Helaian daun
bersifat nititropic yaitu mampu menyerap cahaya sebanyak-banyaknya. Permukaan daun memiliki bulu yang berfungsi sebagai penahan debu
Rukmana,1998. Bunga kacang tanah muncul dari ketiak daun diatas maupun dibawah permukaan tanah Bishop dkk.,1983.
Bunga kacang tanah timbul dari ketiak daun dan berbentuk seperti kupu- kupu berwarna kuning dan bertangkai panjang berwarna putih, tetapi tangkai
berwarna putih ini bukan tangkai yang sebenarnya, melainkan tabung kelopak. Bunga yang terbentuk berumur satu hari, setelah itu layu dan gugur. Bunga
kacang tanah menyerbuk sendiri self pollination pada malam hari. Sepanjang malam tabung kelopak tumbuh memanjang dan sebelum mencapai panjang
maximal 7 cm biasanya penyerbukan telah terjadi dan beberapa jam kemudian barulah terjadi pembuahan. Dari semua bunga yang tumbuh hanya 70 – 75 yang
M.Azis Cibro : Respon Beberapa Varietas Kacang Arachis hypogaea L. Tanah Terhadap Pemakaian Mikoriza Pada Berbagai Cara Pengolahan Tanah, 2008
USU Repository © 2008
membentuk bakal polong ginofor. Ujung tangkai bunga akan berubah bentuk menjadi bakal polong, tumbuh membengkok ke bawah, memanjang dan masuk
kedalam tanah Suprapto,1993. Tanaman dapat terus menghasilkan bunga-bunga selama sisa waktu
pertumbuhannya. Laju munculnya bunga meningkat setelah hujan. Kerontokan bunga yang merupakan sifat khas dari tanaman legum lain seperti kacang hijau
dan kacang tunggak, nampaknya tidak terjadi pada kacang tanah. Sebelum bunga mekar tabung kelopak bunga tumbuh memanjang, kira-
kira berukuran 5 - 7 cm, ujung tabung kelopak bunga yang semula menguncup terjadi gerakan spontan, karena adanya dorongan dari benang sari. Kuncup
kemudian terbuka bersama dengan mekarnya standar mahkota bunga mengelilingi dan melindungi benang sari. Karena adanya getaran, serbuk sari akan berguguran.
Diantara sekian banyak serbuk sari yang berguguran, ada yang jatuh di dalam, kemudian masuk melalui tangkai dan terjadilah proses kapilarisasi, dimana
beberapa serbuk sari menuju pada bakal buah dan akhirnya terjadilah pembuahan Rukmana,1998.
Tanaman kacang tanah menyerbuk sendiri Weiss,1983., Ashley,1992 dan hampir seluruhnya dibuahi sendiri dan bersifat kleistogami Fehr,1987.
Penyerbukan terjadi sebelum bunga terbuka. Pembuahan ganda terjadi 10 - 18 jam setelah penyerbukan, dan jaringan yang berkembang pesat pada dasar bunga
receptacle akan membentuk ginofor yang membawa bakal buah yang sedang berkembang ke dalam tanah dan dilindungi oleh sel yang berlignin. Ginofor yang
M.Azis Cibro : Respon Beberapa Varietas Kacang Arachis hypogaea L. Tanah Terhadap Pemakaian Mikoriza Pada Berbagai Cara Pengolahan Tanah, 2008
USU Repository © 2008
menembus tanah akan membentuk bulu akar dan ujungnya membelok pada kedudukan mendatar Hartmann dkk.,1981.
Bakal buah dan biji mulai berkembang dalam tanah dan terdapat suatu kenaikan yang nyata dari aktivitas pembelahan sel dalam biji pada saat ginofor
masuk kedalam tanah. Emrio dan endosperm biji-biji bagian ujung tumbuh lebih lambat dari pada bagian pangkal dan biji bagian ujung sering kali mati awal
Metcalfe and Etkins, 1972., Ashley 1992. Buah berbentuk polong terdapat di dalam tanah, berisi 1 - 4 biji, umumnya
2 - 3 biji per polong. Bentuk polong ada yang berujung tumpul dan ada yang runcing. Bagian polong antara 2 biji dapat berbentuk pinggang atau tanpa
pinggang. Polong tua ditandai oleh lapisan warna hitam pada kulit polong bagian dalam, jumlah polong per pohon bermacam-macam. Sumarno,1987 dalam
Rukmana, 1998. Yasuda 1943 dalam Ashley, 1992 menunjukkan bahwa kegelapan dan
kekuatan mekanis pada ujung ginofor juga merangsang perkembangan buah. Dinding buah kulit dan biji-biji berkembang secara serempak tidak seperti
tanaman legum lainnya dimana dinding buah yang pertama berkembang. Salah satu alasannya adalah bahwa ginofor dan buah menyerap zat-zat hara dari tanah
secara langsung. Biji kacang tanah terbentuk agak bulat sampai lonjong, terbungkus kulit
biji tipis berwarna putih, merah, merah tua, merah jambu dan ungu. Inti biji nucleus seminis terdiri atas lembaga embrio dan putih telur albumen. Biji
kacang tanah berkeping dua dicotyledoneae juga merupakan alat perbanyakan
M.Azis Cibro : Respon Beberapa Varietas Kacang Arachis hypogaea L. Tanah Terhadap Pemakaian Mikoriza Pada Berbagai Cara Pengolahan Tanah, 2008
USU Repository © 2008
tanaman dan bahan makanan. Ukuran biji bervariasi mulai dari kecil sampai besar. Biji kecil beratnya antara 250 – 400 g per 1000 butir, sedangkan biji besar lebih
kurang 500 g per 1000 butir Rukmana, 1998. Jumlah biji dalam polong dikendalikan secara genetik, dan ini dipengaruhi
oleh lingkungan dan persaingan internal. Terdapat kecendrungan pada polong yang terbentuk lambat mempunyai biji yang lebih sedikit dari pada yang terbentuk
lebih awal Burkhart dan Collins, 1942 dalam Ashley, 1992. Kandungan minyak meningkat secara cepat dari 15 mg per biji pada 4
minggu setelah pembentukan ginofor sampai 360 mg per biji pada 12 minggu Pattee dkk, 1969 dalam Ashley, 1992 menunjukkan bahwa banyaknya minyak
yang terbentuk sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Biji kacang tanah Spanish tidak memerlukan waktu istirahat dormansi
untuk berkecambah. Bahkan kadang-kadang sebelum kacang dipanen sudah banyak biji-biji yang tumbuh, bila kelembabam tanahnya tinggi. Kacang tanah
tipe Virgina memerlukan dormansi selama satu bulan sebelum dapat di tanam lagi Sumarno, 1987 dalam Rukmana, 1998.
Syarat Tumbuh Tanaman Kacang Tanah
Di Indonesia kacang tanah dapat di tanam di dataran rendah sampai ketinggian 1000 m dpl Arsana, 2007 menghendaki sinar matahari yang penuh
100 Sumarno, 1987 dalam Rukmana, 1998. Tanaman kacang tanah juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan lainnya seperti suhu 28 – 32
C, curah hujan 800 – 1300 mmtahun, kelembaban relatif 65 – 75 dan kecepatan
angin Rukmana, 1998., Arsana, 2007.
M.Azis Cibro : Respon Beberapa Varietas Kacang Arachis hypogaea L. Tanah Terhadap Pemakaian Mikoriza Pada Berbagai Cara Pengolahan Tanah, 2008
USU Repository © 2008
pH tanah yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan kacang tanah berkisar 6 - 6.5, cukup unsur hara Ca, N, P dan K Danarti dan Najiyati, 1994.
Selanjutnya Arsana, 2007 mengatakan produksi kacang tanah dapat mencapai hasil tinggi pada tanah yang ber pH 5.8 – 6.2 asal dilakukan pemakaian pupuk
yang sesuai dan varietas yang toleran.
Tanah Ultisol Podzolik Merah Kuning
Di Indonesia tanah podsolik merah kuning Ultisol terluas terdapat di Jawa, Sumatera, Sulawesi dan Irian. Diluar pulau Jawa luas lahan ini
diperkirakan 34,6 juta hektar dan yang paling luas penyebarannya di Sumatera yaitu 14,695 juta hektar Pusat Penelitian Tanah, 1981 dalam Hanum 1994 .
Tanah Ultisol umumnya berkembang dari bahan induk tua seperti batuan liat atau batuan vulkanik masam, mempunyai horizon argilik atau kandik dengan
lapisan liat tebal. Permeabilitas tanah Ultisol lambat sampai baik, oleh karena itu di musim kemarau tanaman mudah menderita kekurangan air. Sebaliknya di
musim hujan perakaran tanaman dapat mati karena penggenangan air setempat Sitanggang, 1992 dan lahan ini mempunyai kelemahan di antaranya adalah
miskin unsur hara dan sifat fisiknya kurang baik Soepardi, 1983 dalam Suwardjono, 2003.
Manshuri, 2007 mengatakan masalah utama tanah Ultisol di daerah tropis adalah toksisitas Al. Tingginya toksisitas Al pada tanah Ultisol
menyebabkan pH tanah menjadi sangat rendah dan buruknya perkembangan akar Brady, 1992 dalam Munip dan Ispandi, 2007. Dengan demikian sistem
perakaran terbatas pada lapisan tanah yang dangkal, sehingga akar tidak dapat
M.Azis Cibro : Respon Beberapa Varietas Kacang Arachis hypogaea L. Tanah Terhadap Pemakaian Mikoriza Pada Berbagai Cara Pengolahan Tanah, 2008
USU Repository © 2008
memanfaatkan air dan unsur hara yang tersimpan pada subsoil yang akibatnya pertumbuhan terhambat dan biomassa serta hasil yang diperoleh sangat rendah
Bertham et al., 2003 . Diantara semua kendala, kekahatan P merupakan kendala penting dan
umum dijumpai pada tanah Ultisol PMK. Hal ini karena fosfat yang difiksasi oleh mineral liat dalam tanah sebagai anion diikat oleh oksida dan oksida hidrat
Fe dan Al dalam bentuk yang tidak tersedia untuk diserap tanaman. Akibatnya ketersediaan P sangat rendah bagi tanaman sehingga pertumbuhan tanaman
terganggu Mujib et al., 2006 . Selanjutnya Fitter dan Hay 1991 dalam Munip dan Ispandi, 2007
mengatakan tanaman yang kahat P akan berakibat kepada kurangnnya pembentukan ATP sebagai sumber energi. Serapan hara P, K diserap oleh
tanaman melalui proses diffusi yang memerlukan banyak energi dari ATP sehingga bila produksi ATP rendah maka serapan hara lainnya juga ikut rendah.
Varietas Kacang Tanah
Pemuliaan kacang tanah ditujukan untuk memperoleh varietas yang mempunyai daya hasil tinggi, tahan terhadap penyakit, berumur genjah,
mempunyai biji yang banyak dan mampu beradaptasi secara luas Arsana, 2007. Di Indonesia telah dilepas beberapa varietas unggul kacang tanah berpotensi hasil
tinggi salah satunya varietas kancil Saleh dkk., 2007. Manshuri, 2007 mengatakan varietas yang toleran Al merupakan
alternatif bagi peningkatan produktivitas pada lahan masam dan terdapat indikasi bahwa keragaman toleransi tanaman terhadap keracunan Al meliputi antar species
M.Azis Cibro : Respon Beberapa Varietas Kacang Arachis hypogaea L. Tanah Terhadap Pemakaian Mikoriza Pada Berbagai Cara Pengolahan Tanah, 2008
USU Repository © 2008
dan antar varietas dalam satu species yang sama. Oleh karena itu pemanfaatan lahan masam untuk pertanian perlu dikombinasikan dengan penggunaan beberapa
varietas. Salah satu penyebab ketidak berhasilan dalam peningkatan produksi
kacang tanah melalui kajian teknologi budidaya kacang tanah specifik lokasi di lembah palu Sulawesi Tengah yaitu varietas yang digunakan petani secara
berulang-ulang varietas lokal Saidah dkk, 2007. Selanjutnya Trustinah dkk 2007 mengatakan dengan meluasnya penggunaan varietas unggul dan
intensifnya pemanfaatan lahan akan memperbesar peluang tersingkirnya varietas lokal.
Keragaman pertumbuhan tanaman dapat disebabkan oleh beragamnya kualitas varietas yang ditanam dan tingkat kesuburan tanahnya Erythrina dkk.,
2008 dan penggunaan varietas yang berbeda akan menunjukkan respon yang berbeda pula terhadap perlakuan yang diberikan.
Manfaat Full Tillage, No Tillage dan Minimum Tillage
Pengolahan tanah bertujuan untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman dan hasil panen yang lebih tinggi Sugito, 1999 dan merupakan salah satu tindakan
yang perlu diperhatikan sebelum menanam Istiana, 2000. Dengan pengolahan tanah berarti memanipulasi mekanik terhadap tanah
untuk menciptakan keadaan tanah yang lebih baik untuk pertumbuhan tanaman. Hal ini terkait dengan jenis tanah, jumlah dan distribusi curah hujan serta kondisi
lahan itu sendiri Sutarto dkk., 1986. Curah hujan yang tinggi dengan suhu yang hangat sepanjang tahun, bila tanah diolah secara intensif akan memacu erosi dan
M.Azis Cibro : Respon Beberapa Varietas Kacang Arachis hypogaea L. Tanah Terhadap Pemakaian Mikoriza Pada Berbagai Cara Pengolahan Tanah, 2008
USU Repository © 2008
mempercepat pelapukan bahan organik Arjasa dkk., 1981, sehingga dengan mengolah tanah diharapkan aerase meningkat dan pertumbuhan gulma menurun,
sehingga ketersediaan unsur hara meningkat dan tanaman akan tumbuh dan berproduksi dengan baik Utomo, 1994.
Somaatmadja, 1991 mengemukakan agar tanaman kacang tanah dapat tumbuh secara optimal, tanah harus gembur, berdrainase dan tanah olahannya
mencapai kedalaman 25-35 cm. Pengolahan tanah secara terus menerus juga dapat merusak struktur tanah dan menurunkan laju infiltrasi tanah dan struktur
tanah serta lapisan olah tanah yang terlalu dalam dapat mengakibatkan akar tidak berkembang, sehingga pertumbuhan tanaman kacang tanah terhambat dan hasil
polongnya sedikit Hakim, 1986., Somaatmadja., 1991, Sugito, 1999. Untuk menjaga supaya struktur tanah tidak terjadi kerusakan, maka
diupayakan agar tanah tidak terlalu sering diolah atau hanya diolah dengan pengolahan tanah minimum Hakim dkk., 1986.
Selanjutnya Manshuri, 2007 mengatakan kacang tanah tidak hanya memerlukan hara yang cukup dan seimbang, tetapi juga memerlukan lingkungan
fisik tanah yang cocok supaya akar tanaman dapat berkembang dengan leluasa dan proses fisiologi bagian tanaman yang berada dalam tanah dapat berkembang
dengan baik. Utomo, 1994 mengusulkan perlu dipertimbangkan teknologi olah tanah alternatif yang mampu meningkatkan produktivitas dan kelestarian sumber
daya tanah sekaligus, dimana tanah diolah seperlunya saja. Teknik tanpa olah tanah TOT atau no tillage adalah sistim pengolahan
tanah yang merupakan adopsi sistim perladangan dengan memasukkan konsep
M.Azis Cibro : Respon Beberapa Varietas Kacang Arachis hypogaea L. Tanah Terhadap Pemakaian Mikoriza Pada Berbagai Cara Pengolahan Tanah, 2008
USU Repository © 2008
pertanian modern. Tanah dibiarkan tidak terganggu, kecuali alur kecil atau lubang untuk penempatan benih atau bibit. Sebelum tanam sisa tanaman atau gulma
dikendalikan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu penempatan benih atau bibit tersebut. Pengendalian gulma, terutama alang-alang biasanya menggunakan
herbisida sistemik yang ramah lingkungan. Sisa-sisa tanaman ini kemudian dimanfaatkan untuk menutupi permukaan tanah dan perakaran yang mati
dibiarkan tinggal di dalam tanah. Seresah tanaman yang mati dan dihamparkan dipermukaan tanah ini dapat berperan sebagai mulsa dan menekan pertumbuhan
gulma baru dan pada akhirnya dapat memperbaiki sifat dan tata air tanah Rauf, 2005.
Pada sistim tanpa olah tanah atau sedikit mungkin mengolah tanah, erosi tanah dapat diperkecil dari 17.2 tonhatahun menjadi 1 tonhatahun dan aliran
permukaan ditekan 30 – 45. Keuntungan lain yang di dapat pada sistim tanpa olah tanah atau sedikit mungkin olah tanah ini ada kepadatan perakaran yang
lebih banyak, penguapan lebih sedikit, air tersedia bagi tanaman makin banyak Bangun dan Karama, 1991. Selanjutnya Arifin dkk, 1995 menambahkan
bahwa tanah yang tanpa diolah dan sedikit diolah persiapan lahan lebih cepat, sehingga waktu panen bisa lebih awal dan resiko kekeringan lebih kecil.
Pengolahan tanah terbatas atau pengolahan tanah minimum minimum tillage
adalah salah satu cara pengolahan tanah seperlunya saja, lalu benihtanaman ditanam. Pengolahan tanah dilakukan hanya satu kali saja dengan
mengembalikan sisa tanaman atau gulma yang ada. Dengan demikian, sisa tanaman sebelumnya tetap berada di dalam atau dipermukaan tanah. Diharapkan
M.Azis Cibro : Respon Beberapa Varietas Kacang Arachis hypogaea L. Tanah Terhadap Pemakaian Mikoriza Pada Berbagai Cara Pengolahan Tanah, 2008
USU Repository © 2008
dari pengolahan minimum ini struktur tanah tidak banyak berubah Rauf, 2005. Tanpa diolah dan pengolahan minimum akan menjaga struktur tanah dan
sekaligus mengurangi biaya pengolahan tanah. Pengolahan tanah maksimum atau pengolahan tanah sempurna full
tillage . Ciri utama pengolahan tanah sempurna ini antara lain adalah membabat
bersih, membakar atau menyingkirkan sisa tanaman atau gulma serta perakarannya dari areal penanaman serta melalukan pengolahan tanah lebih dari
satu kali baru ditanamai. Dengan pengolahan tanah maksimum ini permukaan tanah menjadi bersih, rata dan bongkahan tanah menjadi halus.
Oleh karena itu perlu dicari metode yang lebih efektif dan efisien melalui pertanian tanpa olah tanah zero tillage dan sedikit mungkin olah tanah hanya
pada jalur lubang tanam tempat benih minimum tillage sehingga erosi tanah dapat diperkecil, aliran permukaan tanah dapat ditekan, evavorasi lebih sedikit, air
tersedia lebih banyak Bangun dan Karama, 1991.
Respon Pemakaian Mikoriza Vesikular-Arbuskular MVA
Pupuk hayati Mycofer merupakan pupuk yang mengandung empat jenis Cendawan Mikoriza Arbuskula MVA yaitu Gigaspora margarita, Glomus
manihotis indo-1, Glomus etunicatum, dan Acaulospora tuberculata indo-2
berupa pemanfaatan kerjasama antara akar tanaman dengan mikroorganisme tanah yang saling menguntungkan Pusat Penelitian Bioteknologi IPB, 2007. Jamur
menginfeksi dan mengkloni akar tanpa meninbulkan nekrotis Rao, 1994. Hubungan yang saling menguntungkan antara cendawan dengan tumbuhan
tinggi disebut dengan mikoriza. Setiadi 1997 mengatakan bahwa mikoriza
M.Azis Cibro : Respon Beberapa Varietas Kacang Arachis hypogaea L. Tanah Terhadap Pemakaian Mikoriza Pada Berbagai Cara Pengolahan Tanah, 2008
USU Repository © 2008
merupakan suatu struktur sistim perakaran yang termasuk sebagai manifestasi adanya simbiosis mutualis antara cendawan Myces dan perakaran Rhiza
tumbuhan tingkat tinggi. Mikoriza sering digunakan untuk menjelaskan hubungan saling
ketergantungan antara tanaman inang yang menerima hara mineral dan cendawan yang memperoleh senyawa karbon dari hasil fotosintesis tanaman inangnnya.
Assosiasi yang saling menguntungkan antara cendawan dari Glomales Zygomycetes dengan tanaman inang disebut dengan Arbuskular atau cendawan
vesicular-arbuskular, yang paling banyak terjadi pada species tanaman penting dan sangat berperan dalam meningkatkan status hara tanaman mikotropik pada
tanah dengan konsentrasi hara yang terbatas, khususnya fosfat Lambais dan Mehdi, 1995. Menurut Douds dan Milner, 1999 MVA merupakan simbiotik
cendawan tanah yang bersifat obligat yang mengklonisasi akar berbagai jenis tanaman.
Penggolongan mikoriza berdasarkan tempat jamur berkembang dalam akar menjadi dua golongan Schenk, 1982 :
1. Ektomikoriza, jamur berkembang dipermukaan tanah luar akar dan diantara sel- sel korteks akar.
2. Endomikoriza, jamur berkembang di dalam akar, diantara dua dan di dalam sel- sel korteks akar.
Pada saat ini endomikoriza di bedakan lebih lanjut menjadi 4 tipe, yakni 1. Phycomycetous atau lebih di kenal dengan mikorhiza vesikular-arbuskular.
2. Orchidaceuous
M.Azis Cibro : Respon Beberapa Varietas Kacang Arachis hypogaea L. Tanah Terhadap Pemakaian Mikoriza Pada Berbagai Cara Pengolahan Tanah, 2008
USU Repository © 2008
3. Ericoid 4. Arbutoid ektendomikorhiza
Jamur-jamur tanah yang dilaporkan membentuk MVA adalah dari genus- genus Acaulospora, Gigaspora, Glomous dan Sclerocytis, dari famili
endogoneceae , kelas Phycomycetes Schenk, 1982. Jamur-jamur tersebut belum
dapat di tumbuhkan pada media buatan tanpa tanaman inang Mosse, 1981. Bentuk MVA di tandai dengan adanya arbuskular dan vesicular,
disamping miselium interna di dalam akar dan miselium eksterna yang berkembang di luar akar. Arbuskular merupakan suatu struktur mirip haustorium
pada jamur patogen yang dibentuk oleh hifa interseluler 2 – 3 hari setelah infeksi dan mempunyai banyak percabangan halus. Perkembangan arbuskul sangat
dipengaruhi oleh pasokan nutrisi dan inangnya, perkembangan dan aktifitas tanaman dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Arbuskular berusia 1-3 minggu dan segera mengalami degradasi dan berubah menjadi massa granular yang nantinya akan di cerna oleh sel inang Mosse, 1981.
Vesicular merupakan struktur jamur yang berasal dari pembengkakan hifa internal, kebanyakan terbentuk bulat telur dan berisi banyak lipida sehingga dapat
berfungsi sebagai spora. Pada sistim perakaran yang terinfeksi akan muncul hyfa eksternal yang menyebar di sekitar rizosfer dan berfungsi sebagai alat adsorsi
unsur hara. Jarak jelajah hifa eksternal dilaporkan mecapai 8.0 cm dari permukaan akar. Didalam tanah, jamur MVA juga membentuk spora
Klamidospora secara tunggal atau di dalam sporocarp Mosse, 1981. Jamur
M.Azis Cibro : Respon Beberapa Varietas Kacang Arachis hypogaea L. Tanah Terhadap Pemakaian Mikoriza Pada Berbagai Cara Pengolahan Tanah, 2008
USU Repository © 2008
MVA bertahan dengan spora-spora istirahat Klamidopora, Azigospora, Dasn soil-borne vessicles
, miselium di dalam tanah dan akar tanaman yang terinfeksi. Daniels dan Skipers, 1982 menyatakan bahwa dalam tanah yang berakar,
propagul jamur masih bertahan hidup dan tetap infektif selama beberapa bulan sampai satu tahun lebih meskipun kuantitas dan kapasitas infeksinya menurun.
MVA melalui apressoria dan suatu hifokoil terbentuk dalam sel-sel korteks Cooke et al, 1993. Selanjutnya di kemukakan bahwa hipokotil tersebut
berkembang menuju sel-sel korteks di dekatnya dan abuskular terjadi dari perkembangan ini. Sementara itu Widden, 1996 menjelaskan bahwa pada
permukaan akar, hifa MVA sering membentuk suatu apressorium yang bercabang sebelum penetrasi kedalam epidermis. Sesudah masuk melalui epidermis hifa
umumnya bercabang dalam berbagai arah, kadang-kadang tumbuh secara lateral intraseluler. Dari sini hifa masuk kelapisan korteks dan langsung kedalam
membentuk percabangan dikotom diantara lapis-lapis tersebut hingga lapisan korteks paling dalam kaya dengan hifa.
Inhof, 1999 menjelaskan hifa yang masuk lebih dalam ke dalam sel korteks, membentuk hifa koil yang sering memperlihatkan distorsi atau
pembengkakan dan akhirnya menggumpal tak beraturan. Menurut Widden, 1996 di dalam sel korteks yang paling dalam tersebut hifa menyebar secara
lateral dan tangensia melalui suatu seri proyeksi yang mirip dengan sesisir pisang yang kita kenal sebagai bobbit dan bobbit tersebut membengkak pada ujungnya
menghasilkan vesicular atau memanjang dan bercabang-cabang menghasilkan arbuskular.
M.Azis Cibro : Respon Beberapa Varietas Kacang Arachis hypogaea L. Tanah Terhadap Pemakaian Mikoriza Pada Berbagai Cara Pengolahan Tanah, 2008
USU Repository © 2008
Cooke et al
, 1993 juga mengatakan di dalam arbuskular ini terjadi simbiosis mutualisme antara tanaman inang dan cendawan simbion. Selanjutnya
Klironomos, 1995 mengemukakan arbuskular merupakan sarana transfer hara yang sangat sesuai, sedangkan vesikular di perkirakan sebagai organ penyimpan
karbon untuk cendawan dan vesicular ini juga menunjukkan awal infeksi baru.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan MVA Kemasaman Tanah
Kemasaman tanah mempengaruhi kolonisasi MVA. Setiap species mokoriza mempunyai tanggapan yang berbeda terhadap pH tanah. Kemasaman
tanah mempengaruhi hampir semua tahap perkembangan dan aktivitas jamur, yaitu sejak perkecambahan spora, pertumbuhan buluh kecambah dan hifanya dari
spora, proses penetrasi, infeksi dan kolonisasi akar inang, keberlimpahan dan agihan propagulnya di dalam tanah sampai dengan peranannya terhadap
pertumbuhan tanaman Daniel dan Trappe, 1980. Sieverding,
1991 mengemukakan
bahwa spora MVA di dalam tanah terjadi pada kisaran pH 3.8 – 8.0. Toleransi dan kemampuan tanaman tumbuh
pada tanah masam ada kemungkinan karena assosiasi klonisasi MVA dengan akar dan kemampuan MVA beradaptasi terhadap pH rendah Clark, 1997.
S u h u
Suhu dan sinar matahari menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap koloni dan perkembangan spora MVA. Suhu merupakan yang paling nyata
pengaruhnya terhadap simbiosis mikoriza terutama dalam hal perkecambahan spora, pertumbuhan hifa, kolonisasi dan sporulasi. Menurut Suhardi, 1997
M.Azis Cibro : Respon Beberapa Varietas Kacang Arachis hypogaea L. Tanah Terhadap Pemakaian Mikoriza Pada Berbagai Cara Pengolahan Tanah, 2008
USU Repository © 2008
mikoriza membutuhkan suhu yang rendah pada awal kehidupannya. Oleh karena itu, infeksi mikoriza hanya terjadi jika suhu habitatnya lebih rendah dari 30
C. Sementara itu menurut Setiadi, 1998 suhu optimal bagi perkecambahan mikoriza
berkisar antara 18 – 25 C.
Kadar Air Tanah
Keadaan tergenang akan mengurangi infeksi mikoriza, karena menyebabkan suasana an aerob yang tidak sesuai bagi jamur untuk bertahan dan
berkembang, kelembaban rendah akan menghambat perkembangan spora Nelson dan Safir, 1982. Feil et al, 1998 melaporkan bahwa kekeringan tidak
menghambat pertumbuhan mikoriza, namun meningkatkan perkembangan lateral dan setelah pembasahan kembali, laju pemanjangan akar dan jumlah mikoriza
meningkat dengan cepat.
Bahan Organik
Bahan organik dengan beberapa pengaruhnya terhadap tanah, juga akan mempengaruhi perkembangan mikoriza. Kandungan bahan organik akan
berhubungan erat dengan jumlah spora. Jumlah spora maksimum ditemukan pada tanah-tanah yang mempunyai kandungan 1 – 2 bahan organik dan jumlah spora
sangat rendah pada tanah-tanah yang mengandung bahan organik kurang dari 0.5 Gianinazzi-Pearson dan Diem, 1982. Dengan adanya inokulasi,
diharapkan mikoriza dapat berkembang pada tanah-tanah yang mempunyai kadar organik yang rendah.
M.Azis Cibro : Respon Beberapa Varietas Kacang Arachis hypogaea L. Tanah Terhadap Pemakaian Mikoriza Pada Berbagai Cara Pengolahan Tanah, 2008
USU Repository © 2008
Unsur Hara Tanah
Walaupun hubungan langsung antar unsur hara tanah dengan mikoriza belum banyak diketahui, namum beberapa unsur hara dilaporkan berhubungan
dengan keberlimpahan spora. Diantaranya unsur P, terdapat hubungan terbalik antara ketersediaan P tanah dengan derajat infeksi dan keberlimpahan spora
Gianinazzi-Pearson dan Diem, 1982. Species dan strain mikoriza mempunyai perbedaan dalam meningkatkan
penyerapan nutrien dan pertumbuhan tanaman Daniels dan Menge, 1981. Menurut Abbot dan Robson, 1991 setiap species MVA mempunyai kemampuan
specifik dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman pada kondisi tanah yang kekurangan fosfor, paling tidak ada 4 empat Faktor yang berhubungan dengan
kemampuan specifik efectiveness dari suatu species MVA, yaitu ; 1. Kemampuan MVA untuk membentuk hifa yang ektensif dan penyebaran hifa
yang baik di dalam tanah 2. Kemampuan MVA untuk membentuk infeksi yang ekstensif pada seluruh
sistim perakaran yang berkembang pada suatu tanaman. 3. Kemampuan dari hifa MVA untuk menyerap fosfor dari larutan tanah
4. Umur dari proses transport mekanisme sepanjang hifa ke dalam akar tanaman. Rata-rata kemampuan jamur mencapai tingkat infeksi maksimum tergantung
pada jumlah propagul dan kemampuan menyebar di dalam tanah atau di dekat korteks akar. Keefektifan suatu jenis MVA tergantung kepada
kemampuannya untu menginfeksi akar tanaman inang pada saat tepat untuk meningkatkan penyerapan hara.
M.Azis Cibro : Respon Beberapa Varietas Kacang Arachis hypogaea L. Tanah Terhadap Pemakaian Mikoriza Pada Berbagai Cara Pengolahan Tanah, 2008
USU Repository © 2008
III. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu