Pola Fraktur dan Kegagalan Perlekatan Kerangka Konsep

ferrule juga lebih menguntungkan. Kebanyakan dari fraktur pada gigi yang tidak diberikan ferrule tidak dapat direstorasi ulang. 14 Naumann dkk pada tahun 2006 juga mengatakan bahwa ketidakhadiran ferrule pada perawatan endodonti dengan restorasi pasak dan inti sangat berhubungan dengan banyaknya variasi dari kegagalan yang terjadi. 6 Gambar 6. Restorasi gigi berpasak dengan preparasi ferrule. I mahkota, II inti, III ferrule, IV pasak, V gutta-percha 7

2.6 Pola Fraktur dan Kegagalan Perlekatan

Karena retensi dan resistensi pasak yang tidak adekuat restorasi pasak sering mengalami kegagalan. Ini disebabkan karena struktur dentin radikuler yang terlalu banyak pada saat preparasi dentin sehingga terjadi fraktur. Torabi 2009 membagi pola fraktur menjadi dua kelompok yaitu fraktur yang repairable yaitu fraktur yang dapat diperbaiki lagi pada mahkota, inti, pasak dan inti, dan servikal akar dan irrepairable yaitu fraktur yang tidak dapat diperbaiki lagi pada sepertiga tengah akar gigi. 3 Sangat penting untuk menentukan tipe kegagalan perlekatan dan dimana hubungan permukaan mengalami kegagalan perlekatan. Kegagalan tersebut dapat berupa adhesive failure yaitu kegagalan perlekatan antara dua hubungan permukaan, atau cohesive failure yaitu kegagalan perlekatan antara materialnya adhesif, semen atau pasak. 6 I II III IV V Universitas Sumatera Utara Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perlekatan antara hubungan permukaan pada sistem pasak. Seperti faktor yang berhubungan dengan dentin variasi strukturnya, prosedur endodonti, perlakuan pada permukaan dentin, adhesif dan semen akses saluran akar yang sulit, kontrol kelembaban, polimerisasi shrinkage, derajat dan kedalaman penyinaran, dan material pasak sifat perlekatan, penyerapan air, thermal properties, dan perlakuan pada permukaan pasak. 5 Universitas Sumatera Utara

2.7 Kerangka Konsep

Gigi yang telah dikakukan perawatan endodonti lebih rentan fraktur dibanding gigi vital. Tujuan utama dari restorasi setelah perawatan endodonti adalah membangun Faktor Penting dalam Restorasi Pasak Adhesif: - Sistem Adhesif - Semen Luting dan Mekanisme Perlekatannya - Smear Layer - Hybrid Layer - Bentuk Anatomi Pasak customized dari pita Polyethylene Reinforced fiber Restorasi Pasak Adhesif Pasak buatan pabrik ketahanan fraktur Sistem pasak tanpa preparasi ferrule : - Tidak memiliki circumbevel pada servikal akar sehingga tidak ada anti rotasi - Tidak ada peningkatan mekanikal resisten - Tidak ada penjagaan integritas mahkota dan inti Sistem pasak dengan preparasi ferrule : - Memiliki circumbevel pada servikal akar yang memberikan efek proteksi anti rotasi - Meningkatkan mekanikal resisten - Ferrule juga dapat menjaga integritas mahkota dan inti pola fraktur pasak zirconium pasak glass fiber pasak carbon fiber pasak quartz fiber Static load Universitas Sumatera Utara sebuah restorasi yang dapat menjaga struktur gigi ketika mendistribusikan tekanan oklusal. Sehingga diharapkan pemasangan pasak dan inti adhesif dapat memberikakan stabilisasi coronaradicular, tambahan retensi, dan sebagai fondasi terhadap mahkota akhir. Dalam melakukan perawatan dengan restorasi sistem pasak dan inti adhesif, ada beberapa faktor penting yang harus diperhatikan antara lain yaitu : sistem adhesif, semen luting dan mekanisme perlekatannya, smear layer dan hybrid layer, dan untuk anatomi saluran akar. Pasak polyethylene fiber reinforced merupakan perkembangan dari sistem bonded resin composite yang mengandalkan ikatan adhesif mterhadap permukaan dentin akar. Pasak Polyethylene fiber reinforced adalah suatu bahan anyaman locked- stitched threads yang sangat kuat, yang secara efektif menyalurkan tekanan melalui anyaman tanpa menyalurkan kembali ke resin. Sistem pasak ini berikatan dengan intraradicular dentin dengan menggunakan sistem adhesif mekanik interlocking, adhesi kimia, dan interdiffusi. Polyethylene fiber reinforced pasak dibasahi dengan wetting resin untuk memperkuat perlekatannya. Sistem pasak ini memiliki banyak keuntungan diantaranya : meningkatkan retensi dan resistansi, menggunakan preparasi minimal karena memanfaatkan permukaan undercut dan ketidakrataan permukaan dentin, memiliki estetik yang optimal, resisten terhadap korosi, dan memiliki modulus elastisitas mendekati dentin sehingga dapat mendistribusikan tekanan secara merata untuk mengurangi fraktur pada akar. Penelitian Fragou dkk 2012 dan Zicari dkk 2012 dilakukan dengan menggunakan sistem pasak glass fiber yang merupakan sistem pasak buatan pabrik. Sementara itu pengaruh preparasi ferrule pada sistem pasak customized dari pita polyethylene reinforced fiber terhadap fracture resistance dan pola fraktur belum pernah dilakukan. Dengan demikian penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pembuatan preparasi ferrule pada sistem pasak customized pita polyethylene reinforced terhadap fracture resistance dan pola fraktur. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian 3.1.1 Jenis penelitian Eksperimental laboratorium komparatif

3.1.2 Rancangan Penelitian

Posttest only control group design 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian 1. Departemen Konservasi Fakultas Kedokteran Gigi USU

2. Laboratorium Pusat Penelitian FMIPA USU

3. Laboratorium Kimia Dasar LIDA USU

3.2.2 Waktu Penelitian :

Bulan Februari 2013- Mei 2013 3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Penelitian Gigi-gigi premolar mandibula yang telah diekstraksi untuk keperluan ortodonti.

3.3.2 Sampel Penelitian

Gigi-gigi premolar mandibula yang telah diekstraksi dan diperoleh dari praktek dokter gigi di kotamadya Medan dengan kriteria inklusi sebagai berikut: 1. Mahkota gigi masih utuh 2. Tidak ada karies pada akar 3. Berakar satu dan memiliki satu saluran akar 4. Apeks gigi telah tertutup sempurna 5. Variasi ukuran mesio-distal ataupun buko-lingual gigi tidak terlalu ekstrim

3.3.3 Besar Sampel

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Self Cure Activator pada Sistem Total Etsa dengan Menggunakan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber terhadap Ketahanan Fraktur dan Pola Fraktur

2 66 98

Pengaruh Sistem Pasak Customised Dari Pita Polyethylene Reinforced Fiber Dengan Dan Tanpa Preparasi Ferrule Pada Terhadap Ketahanan Fraktur Dan Pola Fraktur Secara In Vitro

0 7 80

Pengaruh Self Cure Activator pada Sistem Total Etsa dengan Menggunakan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber terhadap Ketahanan Fraktur dan Pola Fraktur

0 0 22

Pengaruh Self Cure Activator pada Sistem Total Etsa dengan Menggunakan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber terhadap Ketahanan Fraktur dan Pola Fraktur

0 0 4

Pengaruh Sistem Pasak Customised Dari Pita Polyethylene Reinforced Fiber Dengan Dan Tanpa Preparasi Ferrule Pada Terhadap Ketahanan Fraktur Dan Pola Fraktur Secara In Vitro

0 0 13

Pengaruh Sistem Pasak Customised Dari Pita Polyethylene Reinforced Fiber Dengan Dan Tanpa Preparasi Ferrule Pada Terhadap Ketahanan Fraktur Dan Pola Fraktur Secara In Vitro

0 0 2

Pengaruh Sistem Pasak Customised Dari Pita Polyethylene Reinforced Fiber Dengan Dan Tanpa Preparasi Ferrule Pada Terhadap Ketahanan Fraktur Dan Pola Fraktur Secara In Vitro

0 0 5

Pengaruh Sistem Pasak Customised Dari Pita Polyethylene Reinforced Fiber Dengan Dan Tanpa Preparasi Ferrule Pada Terhadap Ketahanan Fraktur Dan Pola Fraktur Secara In Vitro

0 1 22

Pengaruh Sistem Pasak Customised Dari Pita Polyethylene Reinforced Fiber Dengan Dan Tanpa Preparasi Ferrule Pada Terhadap Ketahanan Fraktur Dan Pola Fraktur Secara In Vitro

0 0 2

Pengaruh Sistem Pasak Customised Dari Pita Polyethylene Reinforced Fiber Dengan Dan Tanpa Preparasi Ferrule Pada Terhadap Ketahanan Fraktur Dan Pola Fraktur Secara In Vitro

0 0 8