Tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus tentang risiko terjadinya ulkus kaki diabetes di Poli klinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik medan

(1)

Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Mellitus tentang Risiko

Terjadinya Ulkus Kaki Diabetes di Poli Klinik

Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum

Pusat Haji Adam Malik Medan

ARDIAN HIDAYAH

Skripsi

Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara


(2)

(3)

Prakata

Alhamdulillah rasa syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan kesempatan bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus tentang risiko terjadinya ulkus kaki diabetes di poliklinik penyakit dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan”.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini, sebagai berikut :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Achmad Fathi, S.Kep.Ns.MNS selaku pembimbing skripsi.

4. Seluruh dosen dan staf pengajar serta civitas akademika Program S1 Keperawatan USU yang telah memberi bimbingan selama perkuliahan, khususnya dosen-dosen mata kuliah riset keperawatan.

5. Ayahanda, Ibunda tercinta yang menjadi motivasi dalam hidup penulis yang selalu berdoa, menyayangi, memberi dorongan baik moril maupun materil, serta keluarga besar penulis.

6. Teman-teman sejawat Program S1 Ekstensi Sore 2010 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan seluruh sahabat penulis, terima kasih atas bantuan dan semangatnya.


(4)

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan tersebut. Amin. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sehingga skripsi ini menjadi lebih baik bagi perkembangan ilmu keperawatan.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peningkatan pengetahuan dan pengembangan profesi keperawatan.

Medan, Januari 2012


(5)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Prakata ... iii

Daftar Isi... v

BAB 1 Pendahuluan 1. Latar Belakang ... 1

2. Rumusan Masalah ... 4

3. Tujuan Penelitian ... 4

4. Manfaat Penelitian ... 4

4.1. Bagi Pendidikan Keperawatan ... 4

4.2. Bagi Praktek Keperawatan ... 4

4.3. Bagi Penelitian Keperawatan ... 4

BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Pengetahuan ... 5

2.1.1 Definisi pengetahuan ... 7

2.1.2 Fungsi pengetahuan ... 7

2.1.3 Sumber – sumber pengetahuan ... 7

2.1.4 Faktor yang mempengaruhi pengetahuan ... 8

2.1.5 Pengukuran pengetahuan ... 10

2.2 Diabetes mellitus ... 11

2.2.1 Definisi ... 22

2.2.2 Klasifikasi ... 26

2.2.3 Diagnosis ... 26

2.2.4 Gejala dan tanda ... 26

2.2.5 Patogenesis ... 26

2.2.6 Faktor risiko ... 26

2.2.7 Penatalaksanaan ... 26

2.3 Kaki diabetes ... 7

2.3.1 Definisi ... 7

2.3.2 Klasifikasi ... 7

2.3.3 Tanda dan gejala ... 7

2.3.4 Diagnosis ... 7

2.3.5 Patogenesis ... 7

2.3.6 Faktor risiko terjadinya kaki diabetes ... 7

BAB 3 Kerangka Penelitian 3.1 Kerangka konseptual ... 31

3.2 Defenisi konseptual ... 32

BAB 4 Metodologi Penelitian 4.1. Desain Penelitian ... 34


(6)

4.2. Populasi dan Sampel ... 34

2.1. Populasi ... 34

2.2. Sampel ... 34

4.3. Lokasi dan Waktu ... 35

4.4. Pertimbangan Etik ... 35

4.5. Instrumen Penelitian... 35

4.6. Validitas dan Realibilitas ... 36

4.7. Pengumpulan Data ... 36

4.8. Analisa Data ... 38

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian ... 39

1.1 Data Demografi ... 42

1.2 Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus ... 45

2. Pembahasan ... 46

2.1 Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus ... 47

2.2 Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus tetang kaki diabetes ... 48

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 53

2. Saran ... 54


(7)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Distribusi Frekuensi Data demografi ... 42 Tabel 2. Tingkat pengetahuan pasien DM Tentang ulkus kaki diabetes ... 43


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Inform Consent 2. Jadwal Penelitian 3. Taksasi Dana

4. Instrument Penelitian 5. Riwayat Hidup

6. Tabel distribusi frekuensi tingkat pengetahuan pasien DM tentang ulkus kaki diabetes


(9)

Judul : Tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus tentang risiko terjadinya ulkus kaki diabetes di Poli klinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik medan

Penulis : Ardian Hidayah Fakultas : Keperawatan Tahun : 2011-2012

Abstrak

Penderita diabetes mellitus diprediksi akan semakin meningkat setiap tahunnya dan diprediksi pada tahun 2025 di seluruh dunia akan ada sebanyak 366 juta orang penderita diabetes mellitus. Diabetes mellitus dapat menimbulkan berbagai komplikasi akut serta kronik, salah satu bentuk komplikasi kronik dari diabetes mellitus yang sering terjadi adalah kaki diabetes. Ulkus kaki diabetes adalah kelainan tungkai kaki bawah berupa ulkus akibat diabetes mellitus yang tidak terkendali dengan baik yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah, gangguan persyarafan dan infeksi yang dapat menyebabkan terjadinya amputasi sehingga menurunkan kualitas hidup penderitanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan pasien diabetes melitus tentang risiko terjadinya ulkus kaki diabetes di poli klinik penyakit dalam RSUP Haji Adam Malik Medan, penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2011 dengan desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang melibatkan 53 orang responden dengan menggunakan teknik convenience sampling, dan uji reliabilitas dengan menggunakan KR-21. Berdasarkan Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata usia responden berusia 51 -60 tahun sebanyak 49,05%. Berdasarkan lama menderita diabetes melitus rata- rata responden menderita diabetes mellitus dalam rentang 6-10 tahun sebanyak 58,49%. Tingkat pengetahuan pasien diabeets mellitus tentang risiko terjadinya ulkus kaki diabetes dalam kategori cukup sebanyak 54,71% atau sebanyak 29 dari 53 responden. Dari hasil penelitian ini diharapkan ada penelitian lanjutan yang membahas tentang efektivitas senam kaki pada penderita diabetes mellitus dalam mencegah terjadinya kaki diabetes karena merupakan tindakan yang paling mudah dilakukan sebagai upaya pencegahan terjadinya ulkus kaki diabetes.


(10)

Judul : Tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus tentang risiko terjadinya ulkus kaki diabetes di Poli klinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik medan

Penulis : Ardian Hidayah Fakultas : Keperawatan Tahun : 2011-2012

Abstrak

Penderita diabetes mellitus diprediksi akan semakin meningkat setiap tahunnya dan diprediksi pada tahun 2025 di seluruh dunia akan ada sebanyak 366 juta orang penderita diabetes mellitus. Diabetes mellitus dapat menimbulkan berbagai komplikasi akut serta kronik, salah satu bentuk komplikasi kronik dari diabetes mellitus yang sering terjadi adalah kaki diabetes. Ulkus kaki diabetes adalah kelainan tungkai kaki bawah berupa ulkus akibat diabetes mellitus yang tidak terkendali dengan baik yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah, gangguan persyarafan dan infeksi yang dapat menyebabkan terjadinya amputasi sehingga menurunkan kualitas hidup penderitanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan pasien diabetes melitus tentang risiko terjadinya ulkus kaki diabetes di poli klinik penyakit dalam RSUP Haji Adam Malik Medan, penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2011 dengan desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang melibatkan 53 orang responden dengan menggunakan teknik convenience sampling, dan uji reliabilitas dengan menggunakan KR-21. Berdasarkan Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata usia responden berusia 51 -60 tahun sebanyak 49,05%. Berdasarkan lama menderita diabetes melitus rata- rata responden menderita diabetes mellitus dalam rentang 6-10 tahun sebanyak 58,49%. Tingkat pengetahuan pasien diabeets mellitus tentang risiko terjadinya ulkus kaki diabetes dalam kategori cukup sebanyak 54,71% atau sebanyak 29 dari 53 responden. Dari hasil penelitian ini diharapkan ada penelitian lanjutan yang membahas tentang efektivitas senam kaki pada penderita diabetes mellitus dalam mencegah terjadinya kaki diabetes karena merupakan tindakan yang paling mudah dilakukan sebagai upaya pencegahan terjadinya ulkus kaki diabetes.


(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Penelitian

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai dengan berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, dan menimbulkan berbagai komplikasi akut serta kronik, yang disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop elektron (Mansjoer, 1999 ; PERKENI, 2006). Komplikasi akut meliputi koma hipoglikemia, ketoasidosis, koma hiperosmolar non-ketotik, sedangkan komplikasi kronik meliputi makroangiopati yang mengenai pembuluh darah besar pada jantung dan otak. Mikroangiopati yang mengenai pembuluh darah kecil, retinopati diabetik, nefropati diabetik, neuropati diabetik, serta rentan terhadap infeksi seperti tuberkulosis paru, ginggivitis, infeksi saluran kemih dan kaki diabetes (Suyono, 2006).

World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penduduk

dunia yang menderita diabetes mellitus pada tahun 2030 diperkirakan akan meningkat paling sedikit menjadi 366 juta. Indonesia menempati urutan ke - 4 terbesar dalam jumlah penderita diabetes mellitus dengan prevalensi 8,6% dari total penduduk. Hal ini menunjukkan bahwa di Indonesia, penyakit diabetes mellitus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sangat serius. Namun perhatian terhadap penanganan diabetes mellitus di negara berkembang masih


(12)

kurang, terutama tentang komplikasi yang ditimbulkan akibat diabetes mellitus (Suyono, 2006).

Penderita diabetes mellitus terjadi gangguan berupa kerusakan sistem saraf, kerusakan sistem saraf (neurophati) dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kerusakan sistem saraf perifer, kerusakan sistem saraf otonom dan kerusakan sistem saraf motorik. Kerusakan sistem saraf perifer pada umumnya dapat menyebabkan kesemutan, nyeri pada tangan dan kaki, serta berkurangnya sensitivitas atau mati rasa. Kaki yang mati rasa (insensitivity) akan berbahaya karena penderita tidak dapat merasakan apa-apa sekalipun kakinya terluka, sehingga pada umumnya penderita diabetes mellitus terlambat untuk menyadari bahwa telah terjadi luka pada kakinya, hal ini semakin diperparah karena kaki yang terluka tersebut tidak dirawat dan mendapat perhatian serius, serta ditambah dengan adanya gangguan aliran darah ke perifer kaki yang disebabkan karena komplikasi makrovaskular, mengakibatkan luka tersebut sukar untuk sembuh dan akan menjadi borok / ulkus (Soebardi, 2006).

Ulkus tersebut dapat berkembang menjadi kematian jaringan, yang apabila tidak ditangani dengan baik secara intensive dapat menyebabkan gangren, yang pada penderita diabetes mellitus disebut dengan gangren diabetik. Gangren diabetik merupakan suatu komplikasi yang ditimbulkan akibat infeksi atau suatu proses peradangan luka pada tahap lanjut yang disebabkan karena perubahan degeneratif atau perawatan yang kurang intensive, yang dikaitkan dengan penyakit diabetes mellitus. Infeksi pada kaki diabetes dapat terjadi pada kulit, otot dan tulang yang umumnya dapat disebabkan oleh kerusakan dari pembuluh darah, syaraf dan menurunnya aliran darah kedaerah luka (Erman, 1998).


(13)

Manifestasi gangren terjadi karena adanya trombosis pada pembuluh darah arteri yang memberikan suplai darah ke daerah luka. Trombosis yang terjadi akan menghambat aliran darah yang mengangkut zat makanan, oksigen dan nutrisi yang diperlukan dalam proses regenerasi ke daerah luka tersebut sehingga menimbulkan kematian jaringan dan mempermudah berkembangnya infeksi kuman saprofit pada jaringan yang rusak tersebut. Pada persoalan diabetes mellitus sering timbul penyakit vaskuler diperifer dan pada akhirnya akan menyebabkan suatu tindakan amputasi (Erman, 1998).

Diabetes mellitus merupakan penyebab terbanyak terjadinya amputasi kaki pada penduduk sipil. Amputasi terjadi 15 kali lebih sering pada penderita diabetes dari pada non diabetes. Angka amputasi diperkirakan adalah 6 dari 1000 penderita diabetes mellitus setiap tahunnya dan 50% dari semua amputasi non traumatik di Amerika Serikat terjadi pada penderita diabetes mellitus (Hendromartono, 2006). Berbagai masalah akibat komplikasi diabetes mellitus yang kronik menyebabkan masa hidup kurang dari 5 tahun, salah satu bentuk komplikasi kronik dari diabetes mellitus berupa kaki diabetes yang dapat menyebabkan amputasi. Kurangnya pengetahuan / kesadaran pasien sehingga pasien datang biasanya dalam keadaan gangren yang berat sehingga sering harus dilakukan amputasi. Diharapkan dengan edukasi pada setiap pasien tentang pentingnya perawatan kaki maka kasus amputasi ini akan dapat dicegah dengan melakukan perawatan yang optimal pada setiap lesi di kaki (Erman, 1998).


(14)

Dari data didapatkan bahwa 20 – 25 % pasien yang diopname di Amerika Serikat adalah berhubungan dengan masalah kaki dengan rata rata waktu opname 25 hari. Di Amerika Serikat jumlah amputasi sekitar 35000 kasus pertahun. Sedangkan di Indonesia Mardi (2004) mendapatkan adanya manifestasi gangren pada 71,2% penderita ulkus kaki diabetes yang menjalani perawatan di RSUD Koja Jakarta Utara setiap tahunnya. Permasalahan yang penting dihadapi adalah menurunnya kualitas hidup dari penderita kaki diabetes yang telah diamputasi terkait dengan konsep diri (Nabil, 2009).

Dewi (2006) dalam penelitian yang dilakukannya trauma pada kaki sering menjadi faktor pencetus terjadinya kaki diabetes pada negara berkembang yang diakibatkan oleh pemakaian alas kaki, hal ini disebabkan karena belum adanya kesadaran akan pentingnya perawatan kaki dan kontrol gula darah secara rutin. Kompleksitas permasalahan kaki diabetes, mulai dari risiko terjadi amputasi sampai kematian karena ulkus kaki diabetes memerlukan pendekatan terpadu dari berbagai disiplin ilmu berupa kolaborasi antara dokter, perawat, laboran, fisioterapis dan ahli gizi. Penyuluhan tentang komplikasi dari diabetes mellitus, status gizi, pemeriksaan kaki secara berkala menjadi bagian dari pencegahan primer ulkus kaki diabetes. Selain dari beberapa hal di atas ternyata perawatan kaki diabetes (Diabetic Foot Care) akan sangat berpengaruh terhadap pencegahan terjadinya komplikasi kronik kaki diabetes seperti ulkus atau bahkan gangren. Hal ini akan menyelamatkan pasien dari tindakan amputasi yang sampai saat ini masih menjadi momok bagi penderita diabetes mellitus.


(15)

Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan peneliti pada salah satu rumah sakit besar di Sumatera Utara yang merupakan rumah sakit umum rujukan di kota Medan, di dapat sebanyak 7176 pasien yang menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dengan perincian sebanyak 672 pasien yang menjalani rawat inap dan telah telah terjadi komplikasi akibat diabetes mellitus, yang salah satu penyebab adalah karena kaki diabetes dalam

grade yang lebih dari 3, sedangkan sebanyak 6404 pasien diabetes mellitus

menjalani rawat jalan di poliklinik penyakit dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada periode tahun 2010, dimana seluruhnya merupakan orang orang dalam golongan risiko tinggi terjadinya kaki diabetes.

Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman dari pasien diabetes mellitus terhadap risiko terjadinya kaki diabetes, dengan adanya pengetahuan yang cukup maka akan menumbuhkan rasa kesadaran dan berlanjut pada kemauan yang diterapkan dalam perubahan perilaku penderita diabetes mellitus menjadi perilaku yang sehat dan dapat mencegah terjadinya kaki diabetes, dengan promosi kesehatan yang dilakukan diharapkan pengetahuan masyarakat akan bertambah dengan edukasi yang tepat guna yang diberikan akan mengurangi risiko terjadinya kaki diabetes pada penderita diabetes mellitus.

2. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan identifikasi masalah pada latar belakang di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus tentang risiko terjadinya ulkus kaki diabetes di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.


(16)

3. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus tentang risiko terjadinya kaki diabetes di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

4. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak, khususnya terhadap:

1. Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi tambahan bagi peserta didik dalam materi pembelajaran asuhan keperawatan medikal bedah, tentang pengidentifikasian kaki diabetes, faktor risiko dari kaki diabetes dan pencegahan terjadinya ulkus kaki diabetes pada penderita diabetes mellitus.

2. Praktik Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi peneliti dan pembaca yang ingin mengetahui hal-hal yang terkait dengan kaki diabetes, dan juga sebagai bahan informasi tambahan dalam materi penyuluhan terhadap pasien diabetes mellitus tentang risiko yang mengancam kualitas hidup pasien diabetes mellitus terutama mengenai kaki diabetes. Selain itu dapat dijadikan Evidence

Base bagi praktik keperawatan di semua tatanan pelayanan kesehatan baik di


(17)

3. Penelitian Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar pada pengembangan penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama karena perhatian terhadap kaki diabetes di negara berkembang masih sangat kurang dengan tingginya angka kejadian dari kaki diabetes, dimana seharusnya hal tersebut dapat dicegah angka kejadiannya.

4. Penderita Diabetes Mellitus

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dari penderita diabetes mellitus tentang risiko terjadinya ulkus kaki diabetes sehingga dengan pengetahuan yang cukup akan mengubah pola hidup yang adaptif bagi penderita diabetes mellitus, sehingga dapat menghindari faktor faktor risiko yang dapat mengakibatkan terjadinya kaki diabetes


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. PENGETAHUAN

1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, indera pendengaran, indera penciuman, indera perasa dan indera peraba (Notoadmodjo, 2003). Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan proses belajar dengan menggunakan panca indera yang dilakukan untuk dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan (Bakhtiar, 2005).

Pengetahuan adalah salah satu kemampuan khas manusia membentuk peradaban global dan membawa akibat-akibat besar terhadap kodrat kemanusiaan. Pengetahuan juga dipandang sebagai salah satu unsur dasar kebudayaan. Dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan adalah proses yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Dalam peristiwa ini yang mengetahui (subjek) memiliki yang diketahui (objek) di dalam dirinya sendiri sedemikian aktif yang mengetahui itu menyusun yang diketahui pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif (Watloy, 2005).


(19)

1.2 Faktor – Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor internal dan ekternal. Pengetahuan internal berasal dari dalam diri manusia sedangkan faktor eksternal adalah dorongan yang berasal dari luar berupa tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan. Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : Pengalaman, Tingkat pendidikan, keyakinan, fasilitas, penghasilan, dan sosial budaya (Notoadmodjo, 2003).

Pengalaman yang dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang. pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Keyakinan biasanya diperoleh secara turun-temurun dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif (Notoadmodjo, 2003).

Selanjutnya fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku. Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang. Akan tetapi bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas–fasilitas sumber informasi. Sosial budaya, kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu (Notoadmodjo, 2003).


(20)

1.3 Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan domain di atas. Pengukuran pengetahuan dimaksud untuk mengetahui status pengetahuan seseorang dan disajikan dalam persentase kemudian ditafsirkan dengan kalimat yang bersifat kualitatif, yaitu baik (76%-100%), cukup (60%-75%), kurang (<60%) (Notoadmodjo, 2003).

Pada penelitian ini, peneliti mengukur tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus tentang risiko terjadinya kaki diabetes di poliklinik penyakit dalam rumah sakit umum pusat haji adam malik medan dengan menggunakan kuesioner karena keterbatasan waktu, tenaga dan dana.

2. DIABETES MELLITUS 2.1 Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus merupakan penyakit gangguan sistemik yang ditandai dengan hiperglikemia karena glukosa beredar dalam sirkulasi darah dan tidak seluruhnya masuk ke dalam sel karena insulin yang membantu masuknya glukosa ke dalam sel terganggu sekresinya, glukosa diperlukan dalam metabolisme seluler dalam proses pembentukan energi. Secara garis besar diabetes mellitus terkait dengan supply dan demand insulin berdasarkan kualitas dan kuantitas dari insulin itu sendiri (Erman, 1998 ; PERKENI, 2006).


(21)

Menurut American Diabetes Association (2003) dalam penelitian Soegondo (2005) diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia. Sedangkan menurut WHO (World Health Organization), diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hiperglikemia kronis yang tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol (Erman, 1998). Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidakmampuan pankreas untuk menghasilkan insulin dalam jumlah yang cukup atau ketidakmampuan tubuh untuk menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif (Suyono, 2006).

2.2. Klasifikasi Diabetes Mellitus

Klasifikasi Diabetes Mellitus menurut PERKENI (2006) adalah yang sesuai dengan anjuran klasifikasi diabetes mellitus American Diabetes Association (ADA), yang membagi klasifikasi diabetes mellitus menjadi 4 kelompok yaitu diabetes mellitus tipe 1, diabetes mellitus tipe 2, diabetes mellitus tipe lain, dan diabetes mellitus gestasional (Shahab, 2006).

Diabetes mellitus tipe 1 disebabkan karena terjadinya destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolute seperti autoimun (melalui proses imunologik) dan idiopatik (Shahab, 2006).


(22)

Diabetes mellitus tipe 2 bervariasi mulai dari yang dominan resistensi insulin disertai defesiensi insulin relative, sampai yang terutama defek sekresi insulin disertai resistensi insulin (Shahab, 2006).

Diabetes mellitus tipe lain yang dikarenakan defek genetik fungsi sel beta karena gangguan pada kromosom seperti kromosom 12, HNF - 1α, kromosom 7, glukokinase, kromosom 20, HNF - 4α, kromosom 13, Insulin promoter factor, kromosom 17, HNF - 1β, kromosom 2, Neuro D1, DNA Mitochondria. Defek genetik kerja insulin mengakibatkan resistensi insulin tipe A, Leprechaunism, Sindrom Rabson Mandenhall, diabetes liproatrofik, lainnya. Penyakit Eksokrin Pankreas seperti pankreatitis, pankreatektomi, neoplasma, fibrosis kistik, hemokromatosis, pankreatopati fibro kalkulus, lainnya. Endokrinopati seperti akromegali, sindrom cushing, feokromositoma, hipertiroidisme, somatostatinoma, aldoateronoma, lainnya. Karena obat / zat kimia yang mempengaruhi kerja insulin seperti vacor, pentamidin, asam nikotinat, glukokortikoid, hormone tiroid, diazoxid, agonis β adrenergic, tiazid, dilantin, interferon alfa, lainnya. Infeksi akibat rubella congenital, cmv, lainnya. Gangguan imunologi seperti sindrom “stiff-man”, antibody – antireseptor insulin, dan lainnya. Sindrom genetik lain seperti Sindrom Down, Sindrom Klinefelter, Sindrom Turner, Sindrom Wolfram’s, Ataksia Friedreich’s, Chorea Huntington, Distrofi Miotonik, Porfiria, Sindrom Prodder Willi, lainnya (Shahab, 2006).

Diabetes kehamilan ialah diabetes yang terjadi pada saat kehamilan yang menyebabkan gangguan hormonal sehingga mengakibatkan peningkatan kadar gula darah (Shahab, 2006).


(23)

2.3 Gejala dan Tanda-Tanda Diabetes Mellitus

Gejala dan tanda-tanda diabetes mellitus dapat digolongkan menjadi gejala akut dan gejala kronik. Gejala akut penyakit diabetes mellitus dari satu penderita ke penderita lain bervariasi, bahkan mungkin tidak menunjukkan gejala apa pun sampai saat tertentu namun pada permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi serba banyak / poli seperti banyak makan (poliphagia), banyak minum (polidipsia), dan banyak berkemih (poliuria). Bila keadaan tersebut tidak segera diobati maka akan timbul gejala sering berkeringat pada malam hari disertai peningkatan frekuensi berkemih, nafsu makan mulai berkurang / berat badan turun dengan cepat (turun 5 – 10 kg dalam waktu 2 – 4 minggu), mudah lelah, bila tidak segera mendapat perhatian untuk dilakukan tindakan kuratif maka akan timbul rasa mual, bahkan penderita akan jatuh koma yang disebut dengan koma diabetik (Mansjoer, 1999).

Gejala kronik diabetes mellitus yang sering dialami oleh penderita diabetes mellitus adalah seperti kesemutan, kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum, rasa tebal di kulit terutama pada bagian ekstremitas, kram, mudah lelah, mudah mengantuk, mata kabur biasanya sering berganti kacamata, gatal di sekitar kemaluan terutama wanita, gigi mudah goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual menurun bahkan sampai menyebabkan terjadinya impotensi, pada ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan, atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg (Mansjoer, 1999 ; PERKENI, 2006 ; Suyono, 2006).


(24)

Kriteria diagnostik diabetes mellitus menurut American Diabetes

Association (ADA) 2007 :

 Gejala klasik diabetes mellitus dengan glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/ dl (11.1 mmol/L). Glukosa darah sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir.

 Kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/ dl (7.0 mmol/L). Puasa adalah pasien tidak mendapat kalori sedikitnya 8 jam.

 Kadar glukosa darah 2 jam PP ≥ 200 mg/ dl (11,1 mmol/L) TTGO dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air.

 Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau diabetes mellitus , maka dapat digolongkan ke dalam kelompok TGT atau GDTP tergantung dari hasil yang dipeoleh

2.4 Faktor Risiko Diabetes Mellitus

Faktor-faktor risiko terjadinya diabetes mellitus tipe 2 menurut American

Diabetes Association (ADA) terdiri atas faktor risiko mayor dan faktor risiko

lainnya. Faktor risiko mayor terdiri atas riwayat keluarga dengan diabetes mellitus, obesitas, kurang aktivitas fisik, ras / etnik, hipertensi, kolesterol yang tidak terkontrol, riwayat diabetes mellitus pada kehamilan, sindroma polikistik ovarium. Sedangkan faktor risiko lainnya berupa faktor nutrisi, konsumsi alkohol, faktor stress, kebiasaan merokok, jenis kelamin, konsumsi kopi dan kafein, dan intake zat besi (PERKENI, 2006 ; Soebardi, 2006).


(25)

2.5 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus

Tujuan pengelolaan diabetes mellitus meliputi tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Tujuan jangka pendek yaitu menghilangkan gejala / keluhan dan mempertahankan rasa nyaman dan tercapainya target pengendalian darah. Sedangkan tujuan jangka panjang yaitu mencegah komplikasi, mikroangiopati dan makroangiopati dengan tujuan menurunkan mortalitas dan morbiditas (Erman, 1998 ; Mansjoer, 1999).

Penyuluhan

Tujuan penyuluhan yaitu meningkatkan pengetahuan penderita diabetes mellitus tentang penyakit dan pengelolaannya dengan tujuan dapat merawat sendiri sehingga mampu mempertahankan hidup dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Penyuluhan meliputi penyuluhan untuk pencegahan primer yang ditujukan untuk kelompok risiko tinggi dan penyuluhan untuk pencegahan sekunder yang ditujukan pada penderita diabetes mellitus terutama pasien yang baru. Materi yang diberikan meliputi pengertian diabetes mellitus, gejala diabetes mellitus, penatalaksanaan diabetes mellitus, mengenal dan mencegah komplikasi akut dan kronik dari diabetes mellitus, perawatan dan pemeliharaan kaki, dll. Penyuluhan untuk pencegahan tersier ditujukan pada penderita diabetes mellitus lanjut, dan materi yang diberikan meliputi cara perawatan dan pencegahan komplikasi lebih lanjut, upaya untuk rehabilitasi, dll (Erman, 1998 ; Mansjoer, 1999 ; Soebardi, 2006).


(26)

Diet Diabetes mellitus

Tujuan diet pada diabetes mellitus adalah mempertahankan atau mencapai berat badan ideal, mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal, mencegah komplikasi akut dan kronik serta meningkatkan kualitas hidup. Penderita diabetes mellitus didalam melaksanakan diet harus memperhatikan 3 J, yaitu : jumlah kalori yang dibutuhkan, jadwal makan yang harus diikuti, dan jenis makanan yang harus diperhatikan. Komposisi makanan yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi seimbang yaitu yang mengandung karbohidrat ( 45-60%), Protein (10-15%) , lemak (20-25%), garam (≤ 3000 mg atau 6-7 gr perhari), dan serat (± 25 g/hr). Jenis buah-buahan yang dianjurkan adalah buah golongan B (salak, tomat, dll) dan yang tidak dianjurkan golongan A (nangka, durian, dll), sedangkan sayuran yang dianjurkan golongan A (wortel, nangka muda, dll) dan tidak dianjurkan golongan B (taoge, terong, dll) (Erman, 1998 ; Mansjoer, 1999 ; Soebardi, 2006 ; Tjokroprawiro, 2006).

Latihan Fisik (Olah Raga).

Tujuan olah raga adalah untuk meningkatkan kepekaan insulin, mencegah kegemukan, memperbaiki aliran darah, merangsang pembentukan glikogen baru dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Olah raga meliputi empat prinsip yang terkait pada jenis olah raga, intensitas olahraga, lamanya latihan, dan frekwensi latihan. Jenis olah raga terkait dengan olah raga / latihan yang dilakukan secara kontinyu, ritmis, interval, progresif dan latihan daya tahan. Intensitas olah raga terkait dengan takaran latihan sampai 72 - 87 % denyut nadi maksimal disebut zona latihan. Rumus denyut nadi maksimal adalah 220 dikurangi usia (dalam tahun) dan lamanya latihan ialah latihan yang dilakukan kurang lebih 30 menit,


(27)

untuk frekwensi latihan paling baik 5 x per minggu (Erman, 1998 ; Mansjoer, 1999 ; Soebardi, 2006 ; Tjokroprawiro, 2006).

Pengobatan

Jika penderita diabetes mellitus telah menerapkan pengaturan makanan dan kegiatan jasmani yang teratur namun pengendalian kadar gula darah belum tercapai maka dipertimbangkan pemberian obat. Obat meliputi obat hipoglikemi oral (OHO) dan insulin. Pemberian obat hipoglikemi oral diberikan kurang lebih 30 menit sebelum makan. Pemberian insulin biasanya diberikan lewat penyuntikan di bawah kulit (subkutan) dan pada keadaan khusus diberikan secara intravena atau intramuskuler. Mekanisme kerja insulin short acting, medium

acting dan long acting (Erman, 1998 ; Mansjoer, 1999 ; Soebardi, 2006 ;

Tjokroprawiro, 2006).

Pemantauan Pengendalian Diabetes dan Pencegahan Komplikasi

Tujuan pengendalian diabetes mellitus adalah menghilangkan gejala, memperbaiki kualitas hidup, mencegah komplikasi akut dan kronik, mengurangi laju perkembangan komplikasi yang sudah ada. Pemantauan dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah puasa dan 2 jam post prandial, pemeriksaan HbA1C setiap 3 bulan, pemeriksaan ke fasilitas kesehatan kurang lebih 4 x pertahun (kondisi normal) dan dilakukan pemeriksaan jasmani lengkap, albuminuria mikro, kreatinin, albumin globulin, ALT, kolesterol total, HDL, trigliserida, dan pemeriksaan lain yang diperlukan (Erman, 1998 ; mansjoer, 1999 ; Soebardi, 2006 ; Tjokroprawiro, 2006).


(28)

3. KAKI DIABETES 3.1 Definisi Kaki Diabetes

Kaki diabetes adalah kelainan tungkai kaki bawah akibat diabetes mellitus yang tidak terkendali dengan baik yang disebabkan olah gangguan pembuluh darah, gangguan persyarafan dan infeksi. Kaki diabetes merupakan gambaran secara umum dari kelainan tungkai bawah secara menyeluruh pada penderita diabetes mellitus yang diawali dengan adanya lesi hingga terbentuknya ulkus yang sering disebut dengan ulkus kaki diabetika yang pada tahap selanjutnya dapat dikategorikan dalam gangrene, yang pada penderita diabetes mellitus disebut dengan gangrene diabetik (Misnadiarly, 2006).

Ulkus diabetika adalah salah satu bentuk komplikasi kronik diabetes mellitus berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai adanya kematian jaringan setempat. Ulkus diabetika merupakan luka terbuka pada permukaan kulit karena adanya komplikasi makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan neuropati, yang lebih lanjut terdapat luka pada penderita yang sering tidak dirasakan, dan dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri aerob maupun anaerob (Tambunan, 2006).

3.2 Klasifikasi Kaki Diabetes

Ada berbagai macam klasifikasi kaki diabetes, mulai dari klasifikasi oleh Edmonds dari King’s College Hospital London, klasifikasi Liverpool, klasifikasi wagner, klasifikasi texas, serta yang lebih banyak digunakan adalah yang dianjurkan oleh International Working Group On Diabetic Foot karena dapat menentukan kelainan apa yang lebih dominan, vascular, infeksi, neuropatik,


(29)

sehingga arah pengelolaan dalam pengobatan dapat tertuju dengan baik (Waspadji, 2006).

1 Klasifikasi Edmonds (2004 – 2005) - Stage 1 : Normal foot

- Stage 2 : High Risk Foot - Stage 3 : Ulcerated Foot - Stage 4 : Infected Foot - Stage 5 : Necrotic Foot - Stage 6 : Unsalvable Foot

2 Derajat keparahan ulkus kaki diabetes menurut Wagner

Grade 1 : Ulkus superfisial tanpa terlibat jaringan dibawah kulit Grade 2 : Ulkus dalam tanpa terlibat tulang / pembentukan abses. Grade 3 : Ulkus dalam dengan selulitis/abses atau osteomielitis Grade 4 : Tukak dengan Gangren lokal

Grade 5 : Tukak dengan Gangren luas / melibatkan keseluruhan kaki 3 Klasifikasi Liverpool

Klasifikasi primer : - Vascular - Neuropati - Neuroiskemik

Klasifikasi sekunder : - Tukak sederhana, tanpa komplikasi - Tukak dengan komplikasi


(30)

4 Klasifikasi PEDIS menurut International Consensus On The Diabetic

Foot (2003)

Impaired Perfusion 1 = None

2 = PAD + but not critical 3 = Critical limb ischemia Size / Extent in mm2

Tissue loss / Depth 1 = Superficial fullthickness, not deeper than dermis

2 = Deep ulcer, below dermis. Involving

subcutaneous structures, fascia, muscle or tendon 3 = All subsequent layers of the foot involved

including bone and or joint

Infection 1 = No symptoms or signs of infection

2 = Infection of skin and subcutaneous tissue only 3 = Erythema > 2 cm or infection involving

subcutaneous structure, no systemic sign of inflammatory response

4 = Infection with systemic manifestation : fever, leucocytosis, shift to the left metabolic instability, hypotension, azotemia

Impaired sensation 1 = Absent


(31)

3.3 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala ulkus kaki diabetes seperti sering kesemutan, nyeri kaki saat istirahat., sensasi rasa berkurang, kerusakan jaringan (nekrosis), penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea, kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal dan kulit kering (Misnadiarly, 2006 ; Subekti, 2006).

3.4 Diagnosis Kaki Diabetes

Diagnosis kaki diabetes meliputi : 1. Pemeriksaan Fisik :

Inspeksi kaki untuk mengamati terdapat luka / ulkus pada kulit atau jaringan tubuh pada kaki, pemeriksaan sensasi vibrasi / rasa berkurang atau hilang, palpasi denyut nadi arteri dorsalis pedis menurun atau hilang.

2 Pemeriksaan Penunjang :

X-ray, EMG (Electromyographi) dan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui apakah ulkus kaki diabetes menjadi infeksi dan menentukan kuman penyebabnya (Waspadji, 2006).

3.5 Patogenesis Kaki Diabetes

Salah satu akibat komplikasi kronik atau jangka panjang diabetes mellitus adalah ulkus kaki diabetes. Ulkus kaki diabetes disebabkan adanya tiga faktor yang sering disebut trias yaitu : iskemik, neuropati, dan infeksi. Pada penderita diabetes mellitus apabila kadar glukosa darah tidak terkendali akan terjadi komplikasi kronik yaitu neuropati, menimbulkan perubahan jaringan syaraf karena adanya penimbunan sorbitol dan fruktosa sehingga mengakibatkan akson menghilang, penurunan kecepatan induksi, parastesia, menurunnya reflek otot, atrofi otot, keringat berlebihan, kulit kering dan hilang rasa, apabila penderita


(32)

diabetes mellitus tidak hati-hati dapat terjadi trauma yang akan meneybabkan lesi dan menjadi ulkus kaki diabetes (Waspadji, 2006).

Iskemik merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh karena kekurangan darah dalam jaringan, sehingga jaringan kekurangan oksigen. Hal ini disebabkan adanya proses makroangiopati pada pembuluh darah sehingga sirkulasi jaringan menurun yang ditandai oleh hilang atau berkurangnya denyut nadi pada arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea, kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkai. Aterosklerosis merupakan sebuah kondisi dimana arteri menebal dan menyempit karena penumpukan lemak pada bagian dalam pembuluh darah. Menebalnya arteri di kaki dapat mempengaruhi otot-otot kaki karena berkurangnya suplai darah, sehingga mengakibatkan kesemutan, rasa tidak nyaman, dan dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan kematian jaringan yang akan berkembang menjadi ulkus kaki diabetes. Proses angiopati pada penderita diabetes mellitus berupa penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer, sering terjadi pada tungkai bawah terutama kaki, akibat perfusi jaringan bagian distal dari tungkai menjadi berkurang kemudian timbul ulkus kaki diabetes (Tambunan, 2006).

Pada penderita diabetes mellitus yang tidak terkendali kadar gula darahnya akan menyebabkan penebalan tunika intima (hiperplasia membram basalis arteri) pada pembuluh darah besar dan pembuluh kapiler bahkan dapat terjadi kebocoran albumin keluar kapiler sehingga mengganggu distribusi darah ke jaringan dan timbul nekrosis jaringan yang mengakibatkan ulkus diabetika. Eritrosit pada penderita diabetes mellitus yang tidak terkendali akan meningkatkan HbA1C yang


(33)

menyebabkan deformabilitas eritrosit dan pelepasan oksigen di jaringan oleh eritrosit terganggu, sehingga terjadi penyumbatan yang menggangu sirkulasi jaringan dan kekurangan oksigen mengakibatkan kematian jaringan yang selanjutnya timbul ulkus kaki diabetes. Peningkatan kadar fibrinogen dan bertambahnya reaktivitas trombosit menyebabkan tingginya agregasi sel darah merah sehingga sirkulasi darah menjadi lambat dan memudahkan terbentuknya trombosit pada dinding pembuluh darah yang akan mengganggu sirkulasi darah. Penderita diabetes mellitus biasanya kadar kolesterol total, LDL, trigliserida plasma tinggi. Buruknya sirkulasi ke sebagian besar jaringan akan menyebabkan hipoksia dan cedera jaringan, merangsang reaksi peradangan yang akan merangsang terjadinya aterosklerosis. Perubahan / inflamasi pada dinding pembuluh darah, akan terjadi penumpukan lemak pada lumen pembuluh darah, konsentrasi HDL (highdensity- lipoprotein) sebagai pembersih plak biasanya rendah. Adanya faktor risiko lain yaitu hipertensi akan meningkatkan kerentanan terhadap aterosklerosis (Tambunan, 2006).

Konsekuensi adanya aterosklerosis yaitu sirkulasi jaringan menurun sehingga kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkai. Pada penderita diabetes mellitus apabila kadar glukosa darah tidak terkendali menyebabkan abnormalitas lekosit sehingga fungsi khemotoksis di lokasi radang terganggu, demikian pula fungsi fagositosis dan bakterisid menurun sehingga bila ada infeksi mikroorganisme sukar untuk dimusnahkan oleh sistem plagositosis-bakterisid intra selluler. Pada penderita ulkus kaki diabetes, 50 % akan mengalami infeksi akibat adanya glukosa darah yang tinggi karena


(34)

merupakan media pertumbuhan bakteri yang subur. Bakteri penyebab infeksi pada ulkus diabetika yaitu kuman aerobik Staphylococcus atau Streptococcus serta kuman anaerob yaitu Clostridium Perfringens, Clostridium Novy, dan Clostridium

Septikum (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006). 3.6 Faktor Risiko Terjadinya Kaki Diabetes

Faktor risiko terjadi ulkus diabetika yang menjadi gambaran dari kaki diabetes pada penderita diabetes mellitus terdiri atas faktor-faktor risiko yang tidak dapat diubah dan faktor-faktor risiko yang dapat diubah (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006).

Faktor - faktor risiko yang tidak dapat diubah :

1. Umur

Pada usia tua fungsi tubuh secara fisiologis menurun karena proses aging terjadi penurunan sekresi atau resistensi insulin sehingga kemampuan fungsi tubuh terhadap pengendalian glukosa darah yang tinggi kurang optimal . proses

aging menyebabkan penurunan sekresi atau resistensi insulin sehingga terjadi

makroangiopati, yang akan mempengaruhi penurunan sirkulasi darah salah satunya pembuluh darah besar atau sedang di tungkai yang lebih mudah terjadi ulkus kaki diabetes (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006).

2. Lama Menderita Diabetes Mellitus ≥ 10 tahun.

Ulkus kaki diabetes terutama terjadi pada penderita diabetes mellitus yang telah menderita 10 tahun atau lebih, apabila kadar glukosa darah tidak terkendali, karena akan muncul komplikasi yang berhubungan dengan vaskuler sehingga mengalami makroangiopati dan mikroangiopati yang akan terjadi vaskulopati dan neuropati yang mengakibatkan menurunnya sirkulasi darah dan adanya robekan /


(35)

luka pada kaki penderita diabetes mellitus yang sering tidak dirasakan karena terjadinya gangguan neurophati perifer (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006).

Faktor-faktor risiko yang dapat diubah :

1. Neurophati (sensorik, motorik, perifer).

Kadar glukosa darah yang tinggi semakin lama akan terjadi gangguan mikro sirkulasi, berkurangnya aliran darah dan hantaran oksigen pada serabut saraf yang mengakibatkan degenerasi pada serabut syaraf yang lebih lanjut akan terjadi neuropati. Syaraf yang rusak tidak dapat mengirimkan sinyal ke otak dengan baik, sehingga penderita dapat kehilangan indra perasa selain itu juga kelenjar keringat menjadi berkurang, kulit kering dan mudah robek. Neuropati

perifer berupa hilangnya sensasi rasa yang berisiko tinggi menjadi penyebab terjadinya lesi yang kemudian berkembang menjadi ulkus kaki diabetes (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006).

2. Obesitas.

Pada obesitas dengan index massa tubuh ≥ 23 kg/m2 (wanita) dan IMT

(index massa tubuh) ≥ 25 kg/m2 (pria) atau berat badan ideal yang berlebih akan

sering terjadi resistensi insulin. Apabila kadar insulin melebihi 10 μU/ml, keadaan ini menunjukkan hiperinsulinmia yang dapat menyebabkan aterosklerosis yang berdampak pada vaskulopati, sehingga terjadi gangguan sirkulasi darah sedang / besar pada tungkai yang menyebabkan tungkai akan mudah terjadi ulkus / ganggren sebagai bentuk dari kaki diabetes (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006).


(36)

3. Hipertensi.

Hipertensi (TD > 130/80 mm Hg) pada penderita diabetes mellitus karena adanya viskositas darah yang tinggi akan berakibat menurunnya aliran darah sehingga terjadi defesiensi vaskuler, selain itu hipertensi yang tekanan darah lebih dari 130/80 mmHg dapat merusak atau mengakibatkan lesi pada endotel. Kerusakan pada endotel akan berpengaruh terhadap makroangiopati melalui proses adhesi dan agregasi trombosit yang berakibat vaskuler defisiensi sehingga dapat terjadi hipoksia pada jaringan yang akan mengakibatkan terjadinya ulkus (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006).

4. Glikolisasi Hemoglobin (HbA1C) tidak terkontrol.

Glikosilasi Hemoglobin adalah terikatnya glukosa yang masuk dalam sirkulasi sistemik dengan protein plasma termasuk hemoglobin dalam sel darah merah. Apabila Glikosilasi Hemoglobin (HbA1c) ≥ 6,5 % akan menurunkan

kemampuan pengikatan oksigen oleh sel darah merah yang mengakibatkan hipoksia jaringan yang selanjutnya terjadi proliferasi pada dinding sel otot polos sub endotel (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006).

5. Kadar Glukosa Darah Tidak Terkontrol.

Pada penderita diabetes mellitus sering dijumpai adanya peningkatan kadar trigliserida dan kolesterol plasma, sedangkan konsentrasi HDL (highdensity

- lipoprotein) sebagai pembersih plak biasanya rendah (≤ 45 mg/dl). Kadar

trigliserida ≥ 150 mg/dl, kolesterol total ≥ 200 mg/dl dan HDL ≤ 45 mg/dl akan mengakibatkan buruknya sirkulasi ke sebagian besar jaringan dan menyebabkan hipoksia serta cedera jaringan, merangsang reaksi peradangan dan terjadinya aterosklerosis. Konsekuensi adanya aterosklerosis adalah penyempitan lumen


(37)

pembuluh darah yang akan menyebabkan gangguan sirkulasi jaringan sehingga suplai darah ke pembuluh darah menurun ditandai dengan hilang atau berkurangnya denyut nadi pada arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea, kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkai (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006).

6. Kebiasaan Merokok.

Pada penderita diabetes mellitus yang merokok ≥ 12 batang per hari mempunyai risiko 3x untuk menjadi ulkus kaki diabetes dibandingkan dengan penderita diabetes mellitus yang tidak merokok. Kebiasaan merokok akibat dari nikotin yang terkandung di dalam rokok akan dapat menyebabkan kerusakan endotel kemudian terjadi penempelan dan agregasi trombosit yang selanjutnya terjadi kebocoran sehingga lipoprotein lipase akan memperlambat clearance lemak darah dan mempermudah timbulnya aterosklerosis. Aterosklerosis berakibat insufisiensi vaskuler sehingga aliran darah ke arteri dorsalis pedis, poplitea, dan tibialis juga akan menurun (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006). 7. Ketidakpatuhan Diet Diabetes Mellitus.

Kepatuhan diet diabetes mellitus merupakan upaya yang sangat penting dalam pengendalian kadar glukosa darah, kolesterol, dan trigliserida mendekati normal sehingga dapat mencegah komplikasi kronik, seperti ulkus kaki diabetes. Kepatuhan diet penderita diabetes mellitus mempunyai fungsi yang sangat penting yaitu mempertahankan berat badan normal, menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik, menurunkan kadar glukosa darah, memperbaiki profil lipid,


(38)

meningkatkan sensitivitas reseptor insulin dan memperbaiki sistem koagulasi darah (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006).

8. Kurangnya Aktivitas Fisik.

Aktivitas fisik (olah raga) sangat bermanfaat untuk meningkatkan sirkulasi darah, menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas terhadap insulin, sehingga akan memperbaiki kadar glukosa darah. Dengan kadar glukosa darah terkendali maka akan mencegah komplikasi kronik diabetes mellitus. Olah raga

rutin (lebih 3 kali dalam seminggu selama 30 menit) akan memperbaiki metabolisme karbohidrat, berpengaruh positif terhadap metabolisme lipid dan sumbangan terhadap penurunan berat badan. Aktivitas fisik yang dilakukan termasuk senam kaki. Senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkualsi darah dan memperkuat otot - otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki (deformitas), selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot betis dan otot paha (Gastrocnemeus, Hamsring, Quadriceps) dan juga mengatasi keterbatasan gerak sendi.

Latihan senam kaki dapat dilakukan dengan posisi berdiri, duduk dan tidur, dengan cara menggerakkan kaki dan sendi-sendi kaki misalnya berdiri dengan kedua tumit diangkat, mengangkat kaki dan menurunkan kaki. Gerakan dapat berupa gerakan menekuk, meluruskan, mengangkat, memutar keluar atau kedalam dan mencengkram pada jari – jari kaki. Latihan dilakukan sesering mungkin dan teratur terutama pada saat kaki terasa dingin. (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006).


(39)

9. Pengobatan Tidak Teratur.

Pengobatan rutin dan pengobatan intensif akan dapat mencegah dan menghambat timbulnya komplikasi kronik, seperti ulkus diabetika. Sampai pada saat ini belum ada obat yang dapat dianjurkan secara tepat untuk memperbaiki vaskularisasi perifer pada penderita Diabetes Mellitus, namun bila dilihat dari penelitian tentang kelainan akibat arterosklerosis ditemapt lain seperti jantung dan otak, obat seperti aspirin dan lainnya yang sejenis dapat digunakan pada pasien Diabetes Mellitus meskipun belum ada bukti yang cukup kuat untuk menganjurkan penggunaan secara rutin (Waspadji, 2006).

Pengobatan tidak teratur termasuk di dalamnya pemeriksaan terhadap kaki Penggolongan dari kaki diabetes berdasarkan risiko terjadinya yang dapat dijadikan acuan dalam memeriksa kaki penderita diabetes mellitus dan tindakan pencegahan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Sensasi normal tanpa deformitas

2. Sensasi normal dengan deformitas atau tekanan plantar tinggi

3. Insensitivitas tanpa deformitas 4. Iskemia tanpa deformitas

5. Kombinasi antara adanya insensitivitas, deformitas dan / atau iskemia (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006).


(40)

10. Perawatan Kaki Tidak Teratur.

Perawatan kaki penderita diabetes mellitus yang teratur akan mencegah atau mengurangi terjadinya komplikasi kronik pada kaki. Acuan dalam perawatan kaki pada penderita diabetes mellitus yaitu meliputi seperti selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih, membersihkan dan mencuci kaki setiap hari dengan air suam-suam kuku dengan memakai sabun lembut dan mengeringkan dengan sempurna dan hati-hati terutama diantara jari-jari kaki, memakai krem kaki yang baik pada kulit yang kering atau tumit yang retak-retak, supaya kulit tetap mulus, dan jangan menggosok antara jari-jari kaki (contoh: krem sorbolene), tidak memakai bedak, sebab ini akan menyebabkan kulit menjadi kering dan retak-retak. menggunting kuku hanya boleh digunakan untuk memotong kuku kaki secara lurus dan kemudian mengikir agar licin. Memotong kuku lebih mudah dilakukan sesudah mandi, sewaktu kuku lembut, kuku kaki yang menusuk daging dan kalus, hendaknya diobati oleh podiatrist. Jangan menggunakan pisau cukur atau pisau biasa, yang bias tergelincir; dan ini dapat menyebabkan luka pada kaki, jangan menggunakan penutup kornus/corns. Kornus-kornus ini seharusnya diobati hanya oleh podiatrist, memeriksa kaki dan celah kaki setiap hari apakah terdapat kalus, bula, luka dan lecet dan menghindari penggunaan air panas atau bantal panas (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006).


(41)

Perawatan luka sejak pasien datang harus ditangani dengan baik dan teliti, klasifikasi ulkus PEDIS dilakukan setelah debridement yang adekuat. Saat ini terdapat banyak sekali macam Dressing (pembalut) yang masing – masing dapat dimanfaatkan sesuai dengan keadaan luka dan letak luka tersebut, teapi jangan lupa tindakan debridement merupakan syarat mutlak yang harus dikerjakan dahulu sebelum menilai dan mengklasifikasikan luka, debridement yang baik and adekuat tentu akan sangat membantu mengurangi jaringan nekrotik yang harus dikeluarkan tubuh sehingga membantu mengurangi produksi pus/ cairan dari ulkus / gangrene diabetik (Waspadji, 2006).

Berbagai terapi topical dapat dimanfaatkan untuk mengurangi mikroba pada luka. Selama proses inflamsi masih ada, proses penyembuhan luka tidak akan beranjak pada proses selanjutnya yaitu proses granulasi sampai epitealisasi. Untuk menacapai suasana kondusif bagi kesembuhan luka dapat pula dipakai kasa yang dibasahi dengan salin

11. Penggunaan Alas Kaki Tidak Tepat

Penderita diabetes mellitus tidak boleh berjalan tanpa alas kaki karena tanpa menggunakan alas kaki yang tepat memudahkan terjadi trauma yang mengakibatkan ulkus kaki diabetes yang diawali dari timbulnya lesi pada tungkai kaki, terutama apabila terjadi neuropati yang mengakibatkan sensasi rasa berkurang atau hilang. Pencegahan dalam faktor mekanik dengan memberikan alas kaki yang pas dan nyaman untuk penderita diabetes mellitus. Penggunaan alas kaki yang tepat harus memperhatikan hal hal berupa tidak boleh berjalan tanpa alas kaki, termasuk di pasir, memakai sepatu yang sesuai atau sepatu khusus untuk kaki dan nyaman dipakai, sebelum memakai sepatu, memerika sepatu


(42)

terlebih dahulu, kalau ada batu dan lain-lain, karena dapat menyebabkan iritasi/gangguan dan luka terhadap kulit, sepatu harus terbuat dari kulit, kuat, pas (cukup ruang untuk ibu jari kaki) dan tidak boleh dipakai tanpa kaus kaki, sepatu baru harus dipakai secara berangsur-angsur dan hati-hati, memakai kaus kaki yang bersih dan mengganti setiap hari, kaus kaki terbuat dari bahan wol atau katun. Jangan memakai bahan sintetis, karena bahan ini menyebabkan kaki berkeringat dan memakai kaus kaki apabila kaki terasa dingin (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006).

Edukasi sangat penting untuk setiap tahap pengelolaan kaki diabetes. Dengan penyuluhan yang baik penderita diabetes mellitus dengan kaki diabetes maupun keluarganya diharapkan akan dapat membantu dan mendukung berbagai tindakan yang diperlukan untuk kesembuhan luka yang optimal. Rehabilitasi merupakan program yang sangat penting yang harus dilaksanakan unutk pengelolaan kaki diabetes, bahkan sejak pencegahan terjadinya ulkus kaki diabetes, keterlibatan ahli rehabilitasi medis sangat diperlukan untuk mengurangi kecacatan yang mungkin timbul pada pasien. Keterlibatan ahli rehabilitasi medis berlanjut sampai jauh sesudah amputasi, untuk memberikan bantuan bagi para penderita kaki diabetes yang mengalami amputasi untuk menghindari terjadinya ulkus baru. Pemakaian alas kaki khusus untuk mengurangi tekanan plantar akan sangat membantu mencegah terbentuknya ulkus baru yang akan memberikan prognosis yang lebih buruk dari ulkus sebelumnya


(43)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka konseptual

Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus tentang risiko terjadinya ulkus kaki diabetes di Poli Klinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, adalah sebagai berikut :

Penderita Diabetes Mellitus

Tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus terhadap risiko terjadinya kaki diabetes

1. Faktor yang tidak dapat diubah

( Umur, lama menderita diabetes mellitus) 2. Faktor yang dapat diubah

( Neuropati, Obesitas, Hipertensi, Glikolisasi Hemoglobin tidak terkontrol, Kadar Glukosa Darah tidak terkontrol, Kebiasaan merokok, Ketidakpatuhan diet, Kurangnya aktivitas fisik, Pengobatan tidak teratur, Perawatan kaki tidak teratur, penggunaan alas kaki tidak tepat )

Kaki Diabetes


(44)

2. Defenisi konseptual

Defenisi konseptual : Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu berupa pengideraan melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2003).

Variabel Defenisi

Operasional Alat ukur Hasil Ukur Skala

Pengetahuan Pengetahuan adalah segala

sesuatu yang diketahui oleh

penderita diabetes mellitus yang melakukan

rawat jalan di poliklinik penyakit dalam

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang berkaitan

dengan risiko terjadinya ulkus

kaki diabetes

Kuesioner Baik (21 -24 ) Cukup (16 – 20)

Kurang (< 15)


(45)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan suatu strategi dalam mengidentifikasi permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan data. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan mengidentifikasi tingkat pengetahuan pasien diabetes melitus tentang risiko terjadinya ulkus kaki diabetes di poli kilinik penyakit dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan pasien diabetes melitus yang melakukan rawat jalan di Polikilinik Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti jumlah pasien diabetes yang melakukan rawat jalan pada Polikilinik Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan sebanyak 534 orang setiap bulannya.

4.2.2 Sampel

Sampel merupakan sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti, bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian. Menurut Arikunto (2006) jika populasi lebih dari 100 maka sampel dibuat sekitar 10-15% atau 20-25% dari total populasi. Disini peneliti mengambil 10% dari total populasi


(46)

yaitu sebanyak 53 orang responden. Teknik pengambilan sampel adalah

Convenience Sampling yaitu setiap pasien diabetes mellitus yang memenuhi

kriteria peneliti dan dijumpai pada saat pengumpulan data. Kriteria dalam penelitian ini adalah pasien penderita diabetes mellitus yang melakukan rawat jalan di poli klinik penyakit dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, bersedia menjadi responden bisa membaca dan menulis.

4.3 Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di unit rawat jalan poli klinik penyakit dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, Jalan Bunga Lau No 17 Medan. Lokasi penelitian ini dipilih karena merupakan salah satu rumah sakit yang menjadi rumah sakit rujukan sekaligus rumah sakit pendidikan di kota Medan, yang di dukung dengan jumlah pasien yang memadai untuk dijadikan sampel dalam penelitian. Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 19 Oktober 2011 sampai dengan 28 Oktober 2011 di poli klinik penyakit dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

4.4 Pertimbangan Etik

Pertimbangan etik penelitian ini dilakukan untuk melindungi hak-hak subjektif untuk menjamin kerahasiaan identitas responden. Sebelum pelaksanaan penelitian responden diberikan penjelasan mengenai manfaat penelitian dan tujuan penelitian, selanjutnya responden diminta menjadi sampel dalam penelitian ini. Kemudian responden membaca serta memahami isi dan surat persetujuan, setelah itu responden diminta menandatangani surat persetujuan terlebih dahulu sebagai bukti kesediaan menjadi responden. Dalam hal ini terlibat dalam penelitian sukarela dan tidak ada paksaan dari pihak lain. Penelitian ini merahasiakan


(47)

identitas pribadi responden serta tidak mencampuri hal-hal yang bersifat pribadi dari responden.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner oleh peneliti dengan mengacu kepada tinjauan pustaka. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri dari dua bagian, yaitu lembar pertama mengenai data demografi, dan lembar kedua mengenai pengetahuan. Cara pengisian lembar kuesioner adalah dengan menggunakan checklist (√) pada tempat yang tersedia dan isian singkat.

Kuesioner mengenai data demografi meliputi usia, lama menderita diabetes mellitus, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan riwayat keluarga penderita diabetes mellitus, akses menuju ke pelayanan kesehatan terdekat, dan riwayat pendidikan kesehatan yang pernah didapat. Variabel pengetahuan diukur dengan menggunakan kuesioner pengetahuan yang dibuat sendiri oleh peneliti tentang hal hal yang berkaitan dengan ulkus kaki diabetes. Kuesioner pengetahuan ini terdiri dari 24 pernyataan dengan jawaban Benar dan Salah. Pernyataan kuesioner terbagi atas 12 pernyataan positif pada pernyataan 1,2,4,5,8,11,14,15,17,19,20,23 dan 12 pernyataan negatif pada pernyataan 3,6,7,9,10,12,13,16,18.21,22,24. Hasil kuesioner ini adalah nilai yang tertinggi 24 dan terendah 0 dengan setiap pernyataan yang tepat diberi nilai 1 dan salah diberi nilai 0.


(48)

Penilaian pengetahuan pasien dalam penelitian ini akan dikategorikan menjadi baik, cukup, dan kurang. Menurut Arikunto (2006), untuk mengetahui secara kualitas tingkat pengetahuan yang dimilki seseorang dapat dibagi ke dalam tiga bagian yaitu: tingkat pengetahuan baik jika skor atau nilai 76%-100%, cukup dengan skor 60%-75% dan pengetahuan kurang jika skor kurang dari 60%. Berdasarkan persentase di atas, pengetahuan pasien diabetes mellitus tentang risiko terjadinya kaki diabetes untuk tingkat pengetahuan yang dikatakan baik jika mampu menjawab soal dengan skor 21-24, dan cukup dengan jumlah skor 16-20 dan pengetahuan kurang dengan skor kurang dari 15.

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Uji validitas pada penelitian ini dilakukan oleh seorang yang ahli di bidang perawatan kaki diabetes, hasil dari uji validitas ini berupa revisi pernyataan kuesioner pada nomor 16 dan 24. pada pernyataan nomor 16 sebaiknya dihilangkan kata kadar gula darah dapat terkontrol agar maksud pernyataan menjadi jelas dan tidak terjadi ambigu dalam makna pernyataan, selanjutnya pada pernyataan nomor 24 diganti keseluruhan isi dari pernyataan dengan pernyataan berupa pemakaian kaos kaki pada kulit yang kering dan tumit yang retak dapat mengurangi risiko terjadinya kaki diabetes dari sebelumnya alas kaki yang tidak nyaman dapat menjadi penyebab luka pada kaki penderita diabetes mellitus.


(49)

Test reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti sejauh mana alat tersebut tetap konsisten bila dilakukan beberapa kali dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoadmodjo, 2005).

Peneliti mencari reliabilitas dengan rumus KR-21. Uji reliabilitas dilakukan sebelum mengumpulkan data, dengan mengujikan kuesioner kepada 30 orang yang sesuai dengan kriteria penelitan, dalam uji realiabilitas pada penelitian ini melibatkan warga perumahan Langkat Berseri yang menderita diabetes mellitus dan bersedia turut serta dalam penelitian ini dengan menjawab instrumen penelitian, kemudian peneliti menilai reliabiitasnya. Untuk instrumen yang dikatakan reliabel apabila memiliki nilai 0,70. Pada penelitian ini uji reliabilitas memiliki nilai 0,98, sehingga penelitian ini dikategorikan reliabel yang memiliki alat pengukuran yang dapat dipercaya dan konsisten.

4.7 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan di poli klinik penyakit dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Metode pengumpulan data yang digunakan terhadap responden dengan menggunakan kuesioner. Pengumpulan data dimulai setelah peneliti memperoleh surat izin pelaksanaan penelitian dari Fakultas Keperawatan USU dan direktur RSUP Haji Adam Malik Medan. Pada saat pengumpulan data peneliti menjelaskan waktu, tujuan, manfaat, dan prosedur pelaksanaan penelitian kepada calon responden dan yang bersedia berpartisipasi diminta untuk menandatangani lembar persetujuan. Responden yang bersedia diberi lembar kuesioner dan diberi kesempatan bertanya apabila ada pernyataan


(50)

yang tidak dipahami. Responden yang tidak mampu mengisi sendiri dibantu oleh peneliti dengan cara membacakan kuesioner.

4.8 Analisa Data

Analisa data dilakukan melalui beberapa tahap yang dimulai dengan

editing untuk memeriksa kelengkapan identitas dan memastikan semua jawaban

telah diisi, kemudian dilanjutkan dengan memberi kode untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi data.

Pengolahan data demografi meliputi alamat, umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan, keluarga yang memiliki riwayat diabetes, akses menuju ke pelayanan kesehatan terdekat, dan riwayat pendidikan kesehatan yang pernah didapat. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi data tetapi tidak dianalisis (Arikunto, 2006). Pengolahan data tentang risiko terjadinya kaki diabetes pada pasien diabetes mellitus akan dilakukan dengan menggunakan teknik komputerisasi yang akan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.


(51)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan data hasil penelitian dan pembahasan mengenai tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus tentang risiko terjadinya ulkus kaki diabetes di poli klinik penyakit dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 19 Oktober 2011 sampai dengan 28 Oktober 2011 di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dengan jumlah responden sebanyak 53 orang. Responden dalam penelitian ini adalah pasien diabetes mellitus yang melakukan rawat jalan di poli klinik penyakit dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

1.Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini mencakup karakteristik demografi responden dan tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus tentang risiko terjadinya ulkus kaki diabetes.

1.1 Data Demografi

Data demografi responden dapat dilihat pada tabel 1 yang meliputi usia, lama menderita diabetes melitus, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan, riwayat keluarga yang menderita diabetes mellitus, akses menuju ke tempat pelayanan kesehatan terdekat, dan riwayat pendidikan kesehatan yang pernah diterima tentang diabetes mellitus. Berdasarkan penelitian diperoleh data rata – rata responden berusia 51-60 tahun sebanyak 49,05%, lebih dari setengah responden adalah laki-laki sebanyak 58,49%, lebih dari setengah responden berpendidikan SMA sebanyak 49,05%, lebih dari setengah memiliki pekerjaan


(52)

sebagai wiraswasta sebanyak 50,94%, mayoritas memiliki riwayat anggota keluarga yang pernah menderita diabetes mellitus sebanyak 92,45%, mayoritas responden mudah untuk mengakses pelayanan kesehatan terdekat sebanyak 71,69%, mayoritas responden pernah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang diabetes mellitus sebanyak 75,47%,

Tabel.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Demografi Responden di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

Medan (n = 53 orang)

Data Demografi Responden Frekuensi Persentase (%)

Usia 40-50 th 15 28,30

51-60 th 26 49,05

61-70 th 9 16,98

71-80 th 3 5,67

Lama Menderita Diabetes 0-5th 12 22,64 6-10th 31 58,49 10-15th 7 13,20

16-20th 3 5,66

Jenis Kelamin Laki-laki 31 58,49

Wanita 22 41,51

Pendidikan SD 5 9,43

SMP 14 26,41

SMU 26 49,05

Perguruan Tinggi 6 11,32

Tidak Sekolah 2 3,79

Pekerjaan Wiraswata 27 50,94

buruh 1 1,88

PNS 22 41,50 Lain-lain 3 5,66

Riwayat anggota keluarga Ada 49 92,45

diabetes mellitus Tidak Ada 4 7,55

Akses menuju pelayanan Mudah 38 71,69

Kesehatan terdekat Sulit 15 28,31

Pendidikan kesehatan yang Pernah 40 75,47


(53)

1.2 Tingkat pengetahuan pasien diabetes melitus tentang risiko terjadinya ulkus kaki diabetes

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan mengenai tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus tentang risiko terjadinya kaki diabetes diketahui bahwa lebih dari setengah pasien dikategorikan cukup sebanyak 54,71% dengan skor (16 – 20), kategori baik 26,41% responden dengan skor (21 - 24) dan kurang sebanyak 18,88% responden dengan skor (< 15) dilihat dari jawaban pada kuesioner yang berisikan tentang faktor - faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya kaki diabetes.

Tabel.2 Gambaran tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus tentang risiko terjadinya ulkus kaki diabetes

Berdasarkan hasil penelitian di RSUP Haji Adam Malik Medan diperoleh data (lampiran 6) distribusi frekuensi tentang risiko terjadinya ulkus kaki diabetes pada pasien diabetes mellitus yang dilihat dari faktor - faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya ulkus kaki diabetes, dilihat dari faktor usia sebanyak 73,58% responden mengetahui bahwa semakin bertambahnya usia maka peredaran darah ke kaki akan semakin lambat, selanjutnya sebanyak 79,24% responden mengetahui bahwa peredaran darah ke kaki yang lambat akibat faktor

Tingkat pengetahuan Skor Frekuensi Persentase(%)

Baik 21-24 14 26,41

Cukup 16-20 29 54,71


(54)

pertambahan usia akan mengakibatkan proses penyembuhan luka yang semakin lama.

Dilihat dari faktor lama menderita diabetes mellitus, sebanyak 58,49% responden mengetahui bahwa jika menderita diabetes mellitus lebih dari 10 tahun maka akan mengalami penurunan sensasi rasa sakit pada kaki, sebanyak 66,03% responden mengatakan benar bahwa lama menderita diabetes mellitus dapat berpengaruh terhadap kondisi kaki seperti kaki menjadi lebih kering.

Kemudian dari faktor neurophati sebanyak 64,15% responden menyetujui bahwa berkurangnya sensasi rasa sakit pada kaki memiliki pengaruh yang besar terhadap terjadinya kaki diabetes, sebanyak 83,01% responden mengatakan bahwa luka kecil yang terjadi pada tungkai kaki pada umumnya tidak langsung disadari oeh penderita diabetes mellitus.

Dari faktor obesitas diketahui sebanyak 84,90% responden membenarkan bahwa penderita diabetes mellitus yang kegemukan akan lebih mudah mengalami kaki diabetes, sebanyak 58,49% responden mengatakan tidak benar kalau penderita diabetes mellitus yang mengalami kegemukan mempunyai risiko lebih rendah terjadinya penyumbatan aliran darah dibandingkan penderita diabetes mellitus yang tidak mengalami kegemukan.

Selanjutnya dari faktor hipertensi 69,81% responden mengetahui bahwa penderita diabetes mellitus mempunyai risiko tinggi terjadinya hipertensi, sebanyak 50,94% responden mengatakan salah bahwa tekanan darah yang tinggi menggambarkan sistem peredaran darah dapat menuju ke kaki. kemudian dari faktor kolesterol darah dan 67,92% responden juga mengatakan salah kalau kolesterol darah yang tinggi tidak berdampak terhadap sistem peredaran darah,


(55)

sebanyak 62,26% responden membenarkan bahwa kadar kolesterol yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan kaki terasa dingin dan kuku menebal.

Dilihat dari faktor kebiasaan merokok didapati sebanyak 71,69% responden mengatakan salah bahwa kebiasaan merokok tidak memiliki pengaruh terhadap risiko terjadinya kaki diabetes, sebanyak 67,92% responden setuju bahwa penderita diabetes mellitus yang memiliki kebiasaan merokok memiliki risiko 3x lebih besar terjadinya kaki diabetes.

Selanjutnya dari faktor kepatuhan terhadap program diet sebanyak 90,56% responden mengatakan benar bahwa dengan mengontrol kadar gula darah melalui diet diabetes mellitus dapat mencegah terjadinya kaki diabetes, sebanyak 88,67% responden mengetahui bahwa pola makan yang digunakan oleh pasien diabetes mellitus adalah porsi kecil dan sering untuk mengontrol kadar gula darah.

Selanjutnya dari faktor aktivitas fisik diketahui sebanyak 79,24% responden menyetujui senam kaki dapat memperlancar peredaran darah yang menuju ke kaki, sebanyak 75,47% responden juga menyetujui senam kaki sangat efektif untuk mencegah rasa dingin dan kekakuan pada kaki penderita diabetes mellitus. Dilihat dari faktor pengobatan secara teratur sebanyak 90,56% responden membenarkan bahwa penderita diabetes mellitus harus sering melakukan pengobatan teratur untuk mengetahui perkembangan kondisi kesehatannya seperti kondisi kesehatan kaki dan sebanyak 52,83% responden mengatakan salah jika pemeriksaan kaki bukan merupakan bagian dalam tahapan pengobatan kontrol ulang pasien diabetes mellitus.


(56)

Dari faktor perawatan kaki diketahui sebanyak 83,01% responden tidak setuju apabila penderita diabetes mellitus tidak perlu melakukan perawatan kaki secara berkala, dan sebanyak 75,47% responden juga mengatakan salah penderita diabetes mellitus tidak harus selalu menjaga kebersihan kakinya. Dilihat dari faktor penggunaan alas kaki sebanyak 90,56% responden membenarkan bahwa penyebab terjadinya kaki diabetes yang terbesar adalah trauma yang disebabkan oleh penggunaan alas kaki yang tdak nyaman, sebanyak 88,67% responden mengatakan benar jika pemakaian kaos kaki pada kulit yang kering dan tumit yang retak dapat mengurangi risiko terjadinya kaki diabetes

2. Pembahasan

2.1 Pembahasan Data Demografi

Desain deskriptif digunakan dalam penelitian ini dengan tujuan mengidentifikasi tingkat pengetahuan pasien diabetes melitus tentang risiko terjadinya kaki diabetes dengan jumlah responden yang terlibat adalah 53 orang responden merupakan pasien diabetes melitus yang menjalani rawat jalan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang tingkat pengetahuan pasien diabetes melitus tentang risiko terjadinya kaki diabetes 54,71% memiliki tingkat pengetahuan dalam kategori cukup, 26,41% memiliki pengetahuan dalam kategori baik, dan 18,88 % dalam kategori kurang.


(57)

Tingkat pengetahuan yang bervariasi dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang terdiri dari: pendidikan, persepsi, motivasi dan pengalaman. Faktor eksternal meliputi lingkungan, kebudayaan dan informasi (Notoadmojo,2002).

Umur merupakan salah satu sifat karakteristik tentang seseorang yang sangat utama. Umur mempunyai hubungan dengan tingkat keterpaparan, besarnya risiko serta sifat resistensi. Perbedaan pengalaman terhadap masalah kesehatan / penyakit dan pengambilan keputusan dipengaruhi oleh umur individu tersebut. Semakin tua umur seseorang semakin matang perkembangan mentalnya dan juga berpengaruh pada pengetahuan yang diperolehnya, Akan tetapi, menjelang lansia kemampuan mengingat dan menerima suatu pengetahuan berkurang (Ahmadi 2001, dalam Hendra 2008)

Pada penelitian ini mayoritas pasien pada usia 51-60 tahun sehingga kemampuan mengingat lebih menurun pada saat seseorang memasuki usia dewasa tengah sampai dengan lansia. Pengalaman pasien dapat diperoleh dari lamanya pasien mengalami suatu penyakit, jenis kelamin dapat menunjukkan pola aktivitas yang terkait dengan gender, sedangkan tingkat pendidikan berpengaruh terhadap mudah tidaknya seseorang dalam menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh dan pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pengetahuannya, pada penelitian ini responden mayoritas berpendidikan sekolah menengah atas dengan jumlah responden sebanyak 26 orang (49,05%).

Pekerjaan terkait dengan pola akitivitas yang berpengaruh terhadap kebiasaan sehari hari, dalam penelitian ini pekerjaan responden mayoritas adalah


(58)

PNS dan Wiraswasta yang cenderung sedentary life style karena jenis pekerjaan yang banyak menghabiskan waktu dibelakang meja. Riwayat keluarga yang menderita diabetes mellitus merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang terkena diabetes mellitus secara generatif yang berpeluang 6x lebih besar terkena diabetes mellitus pada keturunannya, akses ke pelayanan kesehatan terdekat berkaitan dengan mudahnya pelayanan kesehatan tersebut dijangkau sehingga responden akan lebih mudah melakukan kontrol ulang penyakit dalam upaya mengontrol kadar gula darah, serta informasi akan lebih mudah didapat terkait dengan diabetes mellitus dan komplikasinya tentang kaki diabetes.

2.2 Tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus tentang risiko terjadinya ulkus kaki diabetes

Pengetahuan dijelaskan sebagai (knowledge) merupakan proses yang diketahui oleh manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri (Bahktiar A, 2005). Pernyataan ini menunjukkan bahwa pengetahuan seseorang erat kaitannya dengan pengalaman belajar terhadap suatu hal.

Data penelitian menunjukkan 73,58% responden mengetahui bahwa semakin bertambahnya usia maka peredaran darah ke kaki akan semakin lambat dan sebanyak 26,52% responden tidak mengetahui hal tersebut, (79,24%) mengetahui peredaran darah ke kaki yang lambat akan mengakibatkan proses penyembuhan luka yang semakin lama, data tersebut menunjukkan bahwa responden sebagian besar mengetahui tentang risiko terjadinya kaki diabetes dari faktor usia yang terkait dengan fungsi fisiologis menurun akibat proses aging sehingga kemampuan tubuh dalam sekresi insulin menurun mengakibatkan


(59)

osmolalitas darah yang berdampak menurunnya aliran darah ke kaki yang pada akhirnya proses penyembuhan luka akan semakin lama (Tambunan, 2006).

Selanjutnya sebanyak 58,49% dari 53 responden yang mengetahui pengaruh dari lama menderita diabetes mellitus terhadap berkurangnya sensasi rasa pada kaki, dan 66,03% responden setuju bahwa lama menderita diabetes mellitus juga berpengaruh terhadap kondisi kaki yang akan menjadi lebih kering. data tersebut menunjukkan bahwa jumlah responden yang memahami dan mengetahui tentang faktor risiko kaki diabetes karena sensasi rasa yang berkurang pada kaki penderita diabetes mellitus hampir berimbang, tidak terdapat perbedaan yang ekstrem dalam hal pengetahuan tentang faktor risiko lamanya menderita diabetes mellitus (Tambunan, 2006).

Sebanyak 64,15% responden memahami bahwa berkurangnya sensasi rasa sakit pada kaki memiliki pengaruh yang besar terhadap terjadinya kaki diabetes dan 44 responden (83,01%) mengatakan bahwa luka kecil yang terjadi pada tungkai kaki pada umumnya tidak langsung disadari oeh penderita diabetes mellitus. Data hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar pasien diabetes mellitus 83,01% telah mengetahui bahwa pada kaki penderita diabetes mellitus akan terasa kram dan kesemutan, dan luka kecil yang terjadi tidak langsung disadari secara spontan (Waspadji, 2006).

Sebanyak 84,90% responden membenarkan bahwa penderita diabetes mellitus yang kegemukan akan lebih mudah dan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya kaki diabetes, pada penderita diabetes mellitus yang mengalami obesitas akan terjadi resistensi insulin yang dapat menyebabkan aterosklerosis yang berdampak pada vaskulopati sehingga terjadi gangguan sirkulasi darah


(60)

sedang / besar pada tungkai yang menyebabkan tungkai akan mudah terjadi kaki diabetes (Waspadji, 2006).

Sebanyak 69,81% responden mengetahui bahwa penderita diabetes mellitus mempunyai risiko tinggi terjadinya hipertensi dan sebagian responden 50,94% juga mengetahui bahwa tekanan darah yang tinggi tidak menggambarkan sistem peredaran darah dapat menuju ke kaki, data ini menunjukkan bahwa sebagian besar pasien belum memahami sepenuhnya tentang risiko terjadinya kaki diabetes yang dikaitkan dengan hipertensi (TD > 130/80 mm Hg) pada penderita diabetes mellitus karena adanya viskositas darah yang tinggi akan berakibat menurunnya aliran darah sehingga terjadi defesiensi vaskuler sehingga dapat terjadi hipoksia pada jaringan yang akan mengakibatkan terjadinya ulkus kaki diabetes (Waspadji, 2006).

Sebanyak 67,92% responden mengetahui kolesterol darah yang tinggi tidak berdampak terhadap sistem peredaran darah dan 62,26% responden membenarkan bahwa kadar kolesterol yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan kaki terasa dingin dan kuku menebal, apabila kadar kolesterol ≥ 200 mg/dl akan mengakibatkan buruknya sirkulasi ke sebagian besar jaringan dan menyebabkan hipoksia serta cedera jaringan, merangsang reaksi peradangan dan merangsang terjadinya aterosklerosis (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006).

Sebanyak 71,69% responden memahami bahwa kebiasaan merokok memiliki pengaruh terhadap risiko terjadinya kaki diabetes, sebanyak 67,92% responden setuju bahwa penderita diabetes mellitus yang memiliki kebiasaan merokok memiliki risiko 3x lebih besar terjadinya kaki diabetes, nikotin yang terkandung di dalam rokok akan dapat menyebabkan kerusakan endotel yang akan


(61)

memperlambat clearance lemak darah dan mempermudah timbulnya aterosklerosis. Aterosklerosis berakibat vaskuler Insusifiency sehingga aliran darah ke arteri dorsalis pedis, poplitea, dan tibialis juga akan menurun (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006).

Sebanyak 90,56% responden mengetahui bahwa dengan mengontrol diet diabetes mellitus dapat mencegah terjadinya kaki diabetes dan 88,67% responden mengetahui bahwa pola makan yang digunakan oleh pasien diabetes mellitus adalah porsi kecil dan sering untuk mengontrol kadar gula darah, kepatuhan terhadap diet diabetes mellitus mempunyai fungsi yang sangat penting yaitu mempertahankan berat badan normal, menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik, menurunkan kadar glukosa darah, memperbaiki profil lipid, meningkatkan sensitivitas reseptor insulin dan memperbaiki sistem koagulasi darah (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006).

Sebanyak 79,24% responden memahami senam kaki dapat memperlancar peredaran darah yang menuju ke kaki dan 75,47% responden juga mengetahui senam kaki sangat efektif untuk mencegah rasa dingin dan kekakuan pada kaki penderita diabetes mellitus, data ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita diabetes mellitus memahami pentingnya senam kaki untuk mencegah terjadinya kaki diabetes (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006).

Sebanyak 90,56% responden mengetahui bahwa penderita diabetes mellitus harus sering melakukan pengobatan teratur untuk mengetahui perkembangan kondisi kesehatannya seperti kondisi kesehatan kaki dan sebanyak 52,83% responden juga mengetahui bahwa pemeriksaan kaki merupakan bagian penting dalam pemeriksaan kesehatan pasien diabetes mellitus, hal ini


(1)

Lampiran 5

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Ardian Hidayah

Tempat/Tanggal Lahir : Binjai /23 desember 1988 Jenis Kelamin : laki - laki

Agama : Islam

Alamat Rumah : Jl. Kelapa sawit blok D No 85, Stabat, Langkat

Riwayat Pendidikan :

1. 1995 – 2001 : SD Negeri 054904 Bambuan 2. 2001– 2004 : SMP Negeri 1 Stabat

3. 2004 – 2007 : SMU Negeri 1 Stabat 4. 2007 – 2010 : D-III Keperawatan USU


(2)

Lampiran 6

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus tentang risiko terjadinya ulkus kaki diabetes

No. Pernyataan Benar Salah

n % n %

1. Semakin bertambahnya usia maka peredaran darah ke kaki akan semakin lambat

39 73,58 14 26,42 2. Peredaran darah ke kaki yang lambat akan mengakibatkan proses

penyembuhan luka yang semakin lama

42 79,24 11 20,76 3. Penderita diabetes mellitus yang sudah menderita diabetes mellitus

lebih dari 10 tahun tidak akan mengalami gangguan berupa berkurangnya sensasi rasa pada kaki

22 41,51 31 58,49

4. Lama menderita diabetes mellitus dapat berpengaruh terhadap kondisi kaki seperti kaki menjadi lebih kering

35 66,03 18 33,97 5. Berkurangnya sensasi rasa sakit pada kaki memiliki pengaruh

yang besar terhadap terjadinya kaki diabetes

34 64,15 19 35,85 6. Luka kecil yang terjadi pada tungkai kaki pada umumnya tidak

langsung disadari oeh penderita diabetes mellitus

44 83,01 9 16,99 7. Penderita diabetes mellitus yang kegemukan akan lebih mudah

mengalami kaki diabetes

45 84,90 8 15,10 8. Peredaran darah ke kaki pada penderita diabetes mellitus yang

kegemukan tidak mempunyai resiko lebih tinggi terjadinya penyumbatan.

22 41,51 31 58,49

9. Penderita diabetes mellitus tidak mempunyai resiko besar terjadinya peningkatan tekanan darah

16 30,19 37 69,81 10. Tekanan darah tinggi menggambarkan bahwa sistem peredaran

darah dapat menuju ke perifer terutama kaki

26 49,51 27 50,94 11. Kolesterol darah yang tinggi tidak menyebabkan gangguan pada

system peredaran darah (sirkulasi)

17 32,08 36 67,92 12. Kadar kolesterol yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan kaki

terasa dingin dan kuku menebal

33 62,26 20 37,74 13. Kebiasaan merokok tidak memiliki pengaruh terhadap resiko

terjadinya kaki diabetes pada penderita diabetes mellitus

15 28,31 38 71,69 14. Penderita diabetes mellitus yang memiliki kebiasaan merokok

memiliki resiko lebih besar terjadinya kaki diabetes

36 67,92 17 32,08 15 Pengotrolan kadar gula darah dengan cara mematuhi diet diabetes

mellitus sehingga dapat mencegah terjadinya kaki diabetes

48 90,56 5 9,44 16. Pola makan pada pasien diabetes mellitus adalah menganut paham

“porsi kecil dan sering” sehingga kadar gula darah dapat terkontrol

47 88,67 6 11,33 17. Senam kaki dapat memperlancar peredaran darah yang menuju ke

kaki

42 79,24 11 20,76 18 Senam kaki sangat efektif untuk mencegah rasa dingin dan

kekakuan pada kaki penderita diabetes mellitus

40 75,47 13 24,53 19. Pemeriksaan kaki bukan merupakan bagian dalam tahapan

pengobatan kontrol ulang pasien diabetes mellitus

25 52,83 28 47,17


(3)

20. Penderita diabetes mellitus harus sering melakukan pengobatan teratur untuk mengetahui perkembangan kondisi kesehatannya seperti kondisi kesehatan kaki

48 90,56 5 9,44

21. Penderita diabetes mellitus tidak perlu melakukan perawatan kaki secara berkala

9 16,99 44 83,01 22 Penderita diabetes mellitus tidak harus selalu menjaga kebersihan

kakinya

14 26,42 39 73,58 23 Penyebab terjadinya kaki diabetes yang terbesar adalah trauma

yang disebabkan oleh penggunaan alas kaki yang tidak nyaman

48 90,56 5 9,44 24 Pemakaian krim kaki pada kulit yang kering dan tumit yang retak

dapat mengurangi resiko terjadinya kaki diabetes


(4)

(5)

(6)