BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Penelitian
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai
dengan berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, dan menimbulkan berbagai komplikasi akut serta kronik, yang disertai lesi pada membran basalis
dalam pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop elektron Mansjoer, 1999 ; PERKENI, 2006. Komplikasi akut meliputi koma hipoglikemia, ketoasidosis,
koma hiperosmolar non-ketotik, sedangkan komplikasi kronik meliputi makroangiopati yang mengenai pembuluh darah besar pada jantung dan otak.
Mikroangiopati yang mengenai pembuluh darah kecil, retinopati diabetik, nefropati diabetik, neuropati diabetik, serta rentan terhadap infeksi seperti
tuberkulosis paru, ginggivitis, infeksi saluran kemih dan kaki diabetes Suyono, 2006.
World Health Organization WHO memperkirakan jumlah penduduk dunia yang menderita diabetes mellitus pada tahun 2030 diperkirakan akan
meningkat paling sedikit menjadi 366 juta. Indonesia menempati urutan ke - 4 terbesar dalam jumlah penderita diabetes mellitus dengan prevalensi 8,6 dari
total penduduk. Hal ini menunjukkan bahwa di Indonesia, penyakit diabetes mellitus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sangat serius. Namun
perhatian terhadap penanganan diabetes mellitus di negara berkembang masih
Universitas Sumatera Utara
kurang, terutama tentang komplikasi yang ditimbulkan akibat diabetes mellitus Suyono, 2006.
Penderita diabetes mellitus terjadi gangguan berupa kerusakan sistem saraf, kerusakan sistem saraf neurophati dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu
kerusakan sistem saraf perifer, kerusakan sistem saraf otonom dan kerusakan sistem saraf motorik. Kerusakan sistem saraf perifer pada umumnya dapat
menyebabkan kesemutan, nyeri pada tangan dan kaki, serta berkurangnya sensitivitas atau mati rasa. Kaki yang mati rasa insensitivity akan berbahaya
karena penderita tidak dapat merasakan apa-apa sekalipun kakinya terluka, sehingga pada umumnya penderita diabetes mellitus terlambat untuk menyadari
bahwa telah terjadi luka pada kakinya, hal ini semakin diperparah karena kaki yang terluka tersebut tidak dirawat dan mendapat perhatian serius, serta ditambah
dengan adanya gangguan aliran darah ke perifer kaki yang disebabkan karena komplikasi makrovaskular, mengakibatkan luka tersebut sukar untuk sembuh dan
akan menjadi borok ulkus Soebardi, 2006. Ulkus tersebut dapat berkembang menjadi kematian jaringan, yang apabila
tidak ditangani dengan baik secara intensive dapat menyebabkan gangren, yang pada penderita diabetes mellitus disebut dengan gangren diabetik. Gangren
diabetik merupakan suatu komplikasi yang ditimbulkan akibat infeksi atau suatu proses peradangan luka pada tahap lanjut yang disebabkan karena perubahan
degeneratif atau perawatan yang kurang intensive, yang dikaitkan dengan penyakit diabetes mellitus. Infeksi pada kaki diabetes dapat terjadi pada kulit, otot dan
tulang yang umumnya dapat disebabkan oleh kerusakan dari pembuluh darah, syaraf dan menurunnya aliran darah kedaerah luka Erman, 1998.
Universitas Sumatera Utara
Manifestasi gangren terjadi karena adanya trombosis pada pembuluh darah arteri yang memberikan suplai darah ke daerah luka. Trombosis yang terjadi akan
menghambat aliran darah yang mengangkut zat makanan, oksigen dan nutrisi yang diperlukan dalam proses regenerasi ke daerah luka tersebut sehingga
menimbulkan kematian jaringan dan mempermudah berkembangnya infeksi kuman saprofit pada jaringan yang rusak tersebut. Pada persoalan diabetes
mellitus sering timbul penyakit vaskuler diperifer dan pada akhirnya akan menyebabkan suatu tindakan amputasi Erman, 1998.
Diabetes mellitus merupakan penyebab terbanyak terjadinya amputasi kaki pada penduduk sipil. Amputasi terjadi 15 kali lebih sering pada penderita diabetes
dari pada non diabetes. Angka amputasi diperkirakan adalah 6 dari 1000 penderita diabetes mellitus setiap tahunnya dan 50 dari semua amputasi non traumatik di
Amerika Serikat terjadi pada penderita diabetes mellitus Hendromartono, 2006. Berbagai masalah akibat komplikasi diabetes mellitus yang kronik menyebabkan
masa hidup kurang dari 5 tahun, salah satu bentuk komplikasi kronik dari diabetes mellitus berupa kaki diabetes yang dapat menyebabkan amputasi. Kurangnya
pengetahuan kesadaran pasien sehingga pasien datang biasanya dalam keadaan gangren yang berat sehingga sering harus dilakukan amputasi. Diharapkan dengan
edukasi pada setiap pasien tentang pentingnya perawatan kaki maka kasus amputasi ini akan dapat dicegah dengan melakukan perawatan yang optimal pada
setiap lesi di kaki Erman, 1998.
Universitas Sumatera Utara
Dari data didapatkan bahwa 20 – 25 pasien yang diopname di Amerika Serikat adalah berhubungan dengan masalah kaki dengan rata rata waktu opname
25 hari. Di Amerika Serikat jumlah amputasi sekitar 35000 kasus pertahun. Sedangkan di Indonesia Mardi 2004 mendapatkan adanya manifestasi gangren
pada 71,2 penderita ulkus kaki diabetes yang menjalani perawatan di RSUD Koja Jakarta Utara setiap tahunnya. Permasalahan yang penting dihadapi adalah
menurunnya kualitas hidup dari penderita kaki diabetes yang telah diamputasi terkait dengan konsep diri Nabil, 2009.
Dewi 2006 dalam penelitian yang dilakukannya trauma pada kaki sering menjadi faktor pencetus terjadinya kaki diabetes pada negara berkembang yang
diakibatkan oleh pemakaian alas kaki, hal ini disebabkan karena belum adanya kesadaran akan pentingnya perawatan kaki dan kontrol gula darah secara rutin.
Kompleksitas permasalahan kaki diabetes, mulai dari risiko terjadi amputasi sampai kematian karena ulkus kaki diabetes memerlukan pendekatan terpadu dari
berbagai disiplin ilmu berupa kolaborasi antara dokter, perawat, laboran, fisioterapis dan ahli gizi. Penyuluhan tentang komplikasi dari diabetes mellitus,
status gizi, pemeriksaan kaki secara berkala menjadi bagian dari pencegahan primer ulkus kaki diabetes. Selain dari beberapa hal di atas ternyata perawatan
kaki diabetes Diabetic Foot Care akan sangat berpengaruh terhadap pencegahan terjadinya komplikasi kronik kaki diabetes seperti ulkus atau bahkan gangren. Hal
ini akan menyelamatkan pasien dari tindakan amputasi yang sampai saat ini masih menjadi momok bagi penderita diabetes mellitus.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan peneliti pada salah satu rumah sakit besar di Sumatera Utara yang merupakan rumah sakit umum rujukan
di kota Medan, di dapat sebanyak 7176 pasien yang menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dengan perincian sebanyak
672 pasien yang menjalani rawat inap dan telah telah terjadi komplikasi akibat diabetes mellitus, yang salah satu penyebab adalah karena kaki diabetes dalam
grade yang lebih dari 3, sedangkan sebanyak 6404 pasien diabetes mellitus menjalani rawat jalan di poliklinik penyakit dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik Medan pada periode tahun 2010, dimana seluruhnya merupakan orang orang dalam golongan risiko tinggi terjadinya kaki diabetes.
Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman dari pasien diabetes mellitus terhadap risiko terjadinya kaki diabetes,
dengan adanya pengetahuan yang cukup maka akan menumbuhkan rasa kesadaran dan berlanjut pada kemauan yang diterapkan dalam perubahan perilaku penderita
diabetes mellitus menjadi perilaku yang sehat dan dapat mencegah terjadinya kaki diabetes, dengan promosi kesehatan yang dilakukan diharapkan pengetahuan
masyarakat akan bertambah dengan edukasi yang tepat guna yang diberikan akan mengurangi risiko terjadinya kaki diabetes pada penderita diabetes mellitus.
2. PERUMUSAN MASALAH