Reduksi Moral dan Reality Show” ( Analisis isi kuantitatif reduksi moral pada tayangan reality show “Termehek-mehek di Trans TV).

(1)

REDUKSI MORAL DAN REALITY SHOW

(Analisis Isi Kuantitatif Reduksi Moral dan Tayangan Reality Show “Termehek-mehek” di TransTV)

SKRIPSI

Oleh:

SITI RAHAYU SIREGAR

050904024

ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana


(2)

ABSTRAKSI

Televisi merupakan salah satu bentuk media yang paling mudah dan paling murah digunakan. Idealnya, sebuah stasiun televisi mampu menayangkan hiburan yang mendidik, menghibur, dan memberikan informasi. Namun, pada kenyataannya banyak juga stasiun televisi yang melenceng, keluar dari yang semestinya demi memperoleh rating dan menarik minat tonton masyarakat. Hal ini menyebabkan berbagai macam cara dilakukan termasuk cara-cara menyuguhkan tayangan yang bisa menyebabkan berkurangnya (reduksi) moral si penonton.

Tayangan reality show “Termehek-mehek” dipilih karena jika dilihat dari sudut pandang rating, tayangan ini merupakan tayangan yang berada di posisi pertama untuk program tayangan reality show nasional.

Untuk menganalisis secara lebih mendalam tentang reduksi moral ini digunakan metode analisis isi. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menganalisis isi reduksi moral pada tayangan reality show “Termehek-mehek” yang tayang di Trans TV. Analisis isi yang digunakan adalah analisis isi kuantitatif digunakan untuk membedah muatan teks komunikasi yang bersifat

manifest (nyata). Dalam Analisis isi kuantitatif yang dipertimbangkan hanya “apa

yang dikatakan” (what) akan tetapi tidak dapat menyelidiki “bagaimana ia dikatakan” (how). Dalam penelitian analisis isi kuantitatif digunakan kerangka konsep untuk riset deskriptif dimana peneliti cukup mendefinisikan serta mengemukakan dimensi atau subdimensi dari objek yang diteliti yaitu reduksi moral. Hasilnya adalah sebuah kategorisasi yang dijadikan sebagai ukuran-ukuran reduks i moral.

Tayangan yang diteliti adalah tayangan reality show “Termehek-mehek” yang tayang di Trans TV pada tanggal 02, 03, 09 dan 10 Mei 2009. Dalam penelitian ini ada 5 katagori yang digunakan sebagai ukuran-ukuran reduksi moral yaitu tidak menghormati orangtua, berbohong, mengganggu ketertiban umum, melakukan tindak kekerasan yang dibagi menjadi tindak kekerasan fisik dan psikis, katagori terakhir adalah membeberkan aib. Selain itu juga dilakukan penelitian pada isi media yang berhubungan dengan pelaku dan tempat penggambaran. Proses pengumpulan data adalah dengan cara mendownload tayangan dari internet lalu di simpan dalam bentuk softcopy dengan jumlah 217,9 MB. Kemudian hasil rekaman tersebut dicatat dan dikode dengan menggunakan lembar koding. Proses ini dilakukan pertama kali oleh peneliti utama. Lalu dipilihlah pengkoding 2 yang akan melakukan uji reliabilitas terhadap katagorisasi yang telah dibuat seperti yang telah dilakukan oleh peneliti utama, setelah terkumpul data dalam bentuk koding, berikutnya dilakukan proses perhitungan dan analisis. Maka di dapatlah 89 kali adegan penggambaran dengan perincian tidak menghormati orangtua ; 13, berbohong ; 5, menganggu ketertiban umum ; 9, melakukan tindak kekerasan ; 55 (kekerasan fisik ; 23, kekerasan psikis ; 33), membeberkan aib ; 7. Pelaku kekerasan yang paling banyak adalah laki-laki dan tempat yang paling sering menjadi tempat penggambaran moral adalah rumah.


(3)

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Puji dan syukur bagi Allah SWT yang mana atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Reduksi Moral dan Reality

Show” ( Analisis isi kuantitatif reduksi moral pada tayangan reality show

“Termehek-mehek di Trans TV) ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak meminta bantuan kepada banyak pihak. Oleh sebab itu dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dan juga memberikan masukan kepada penulis baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Drs. Amir Purba, MA, selaku ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Drs. Hendra Harahap, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang memberikan bimbingan , masukan dan bantuan moril yang tak terhingga kepada penulis.

4. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik khususnya dosen Ilmu Komunikasi. Terimakasih.

5. Ayahanda Erwin Syafi’i Siregar, SE dan Ibunda Subiyati yang tidak bosan-bosannya mendoakan dan memberikan semangat serta dukungan kepada penulis, yang telah membesarkan dan membimbing dengan sepenuh hati dan kasih sayang yang tak ternilai.

6. Adikku Syahrozad Fuadah Siregar dan Hasbi Aulia Siregar yang selalu memberikan dukungan.


(4)

7. Kak Cut, kak Ros, kak Maya dan kak Rotua yang banyak membantu penulis dalam proses administrasi dan informasi.

8. Teman-teman Ilmu Komunikasi stambuk 2005, terimakasih atas kebersamaannya.

9. Randa, Mona, Putri, Mei Mei, Muti, dan Airin serta terimakasih untuk dukungan-dukungan, semangat, canda, kritik, saran, kebersamaan dan persahabatannya selama kuliah di Ilmu Komunikasi USU.

10.Kepada teman-teman yang membantu yang tidak bisa penulis sebutkan namanya.

Penulis juga menghaturkan maaf atas semua kesalahan dan kekurangan yang telah penulis buat selama penulisan skripsi ini, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Semoga saja skripsi ini berguna bagi orang yang membacanya.

Medan, September 2009 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRAKSI... ... iii

KATA PENGANTAR ... ... iv

DAFTAR ISI ... ... vii

DAFTAR TABEL ... ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... ... x

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... 1

I.2. Perumusan Masalah ... 7

I.3. Pembatasan Masalah ... 7

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

BAB II URAIAN TEORITIS ... 9

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1. Metode dan Teknik Penelitian ... 26

III.1.1 Metode Penelitian... 26

III.1.2 Teknik Pengumpulan Data ... 30

III.2. Metode Pengukuran ... 32


(6)

III.2.2 Operasionalisasi Konsep... 33

III.2.3 Definisi Operasional ... 35

III.2.4 Penentuan Katagorisasi ... 36

III.3. Subjek dan Objek Penelitian ... 39

III.4. Deskripsi Tayangan yang Mengandung Reduksi Moral ... 40

III.5. Cara Penentuan Populasi dan Sampel ... 41

III.6. Unit Analisis Data ... 42

III.7. Tahap Pengumpulan Data ... 43

III.8. Rencana dan Metode Analisis Data ... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Gambaran Umum Tayangan Reality Show “Termehek-mehek” ... 45

IV.2. Proses Pengumpulan Data ... 48

IV.3. Tingkat Reliabilitas... 49

IV.4. Analisis Tabel Tunggal ... 51

IV.4.1 Pelaku Reduksi Moral ... 57

IV.4.2 Tempat Penggambaran Reduksi Moral ... 59

IV.5. Kelemahan Penelitian ... 62

BAB V PENUTUP V.1. Kesimpulan . ... 63

V.2. Saran-saran . ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... ... 68


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Definisi operasionalisasi konsep

Tabel 2 Termehek-mehek sebagai program TV terfavorit versi ABI (Anugerah Bintang Indonesia) 2008

Tabel 3 Penggambaran Reduksi Moral

Tabel 4 Bentuk Reduksi Moral “Tidak Menghormati Orang Tua” Tabel 5 Bentuk Reduksi Moral “Berbohong”

Tabel 6 Bentuk Reduksi Moral “Mengganggu Ketertiban Umum” Tabel 7 Bentuk Reduksi Moral “Melakukan Tindak Kekerasan

Fisik”

Tabel 8 Bentuk Reduksi Moral “Melakukan Tindak Kekerasan Psikis” Tabel 9 Bentuk Reduksi Moral “Membeberkan Aib”

Tabel 10 Pelaku Reduksi Moral


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

- Data yang Diteliti

- Lembar Koding Adegan Reduksi Moral - Daftar Riwayat Hidup


(9)

ABSTRAKSI

Televisi merupakan salah satu bentuk media yang paling mudah dan paling murah digunakan. Idealnya, sebuah stasiun televisi mampu menayangkan hiburan yang mendidik, menghibur, dan memberikan informasi. Namun, pada kenyataannya banyak juga stasiun televisi yang melenceng, keluar dari yang semestinya demi memperoleh rating dan menarik minat tonton masyarakat. Hal ini menyebabkan berbagai macam cara dilakukan termasuk cara-cara menyuguhkan tayangan yang bisa menyebabkan berkurangnya (reduksi) moral si penonton.

Tayangan reality show “Termehek-mehek” dipilih karena jika dilihat dari sudut pandang rating, tayangan ini merupakan tayangan yang berada di posisi pertama untuk program tayangan reality show nasional.

Untuk menganalisis secara lebih mendalam tentang reduksi moral ini digunakan metode analisis isi. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menganalisis isi reduksi moral pada tayangan reality show “Termehek-mehek” yang tayang di Trans TV. Analisis isi yang digunakan adalah analisis isi kuantitatif digunakan untuk membedah muatan teks komunikasi yang bersifat

manifest (nyata). Dalam Analisis isi kuantitatif yang dipertimbangkan hanya “apa

yang dikatakan” (what) akan tetapi tidak dapat menyelidiki “bagaimana ia dikatakan” (how). Dalam penelitian analisis isi kuantitatif digunakan kerangka konsep untuk riset deskriptif dimana peneliti cukup mendefinisikan serta mengemukakan dimensi atau subdimensi dari objek yang diteliti yaitu reduksi moral. Hasilnya adalah sebuah kategorisasi yang dijadikan sebagai ukuran-ukuran reduks i moral.

Tayangan yang diteliti adalah tayangan reality show “Termehek-mehek” yang tayang di Trans TV pada tanggal 02, 03, 09 dan 10 Mei 2009. Dalam penelitian ini ada 5 katagori yang digunakan sebagai ukuran-ukuran reduksi moral yaitu tidak menghormati orangtua, berbohong, mengganggu ketertiban umum, melakukan tindak kekerasan yang dibagi menjadi tindak kekerasan fisik dan psikis, katagori terakhir adalah membeberkan aib. Selain itu juga dilakukan penelitian pada isi media yang berhubungan dengan pelaku dan tempat penggambaran. Proses pengumpulan data adalah dengan cara mendownload tayangan dari internet lalu di simpan dalam bentuk softcopy dengan jumlah 217,9 MB. Kemudian hasil rekaman tersebut dicatat dan dikode dengan menggunakan lembar koding. Proses ini dilakukan pertama kali oleh peneliti utama. Lalu dipilihlah pengkoding 2 yang akan melakukan uji reliabilitas terhadap katagorisasi yang telah dibuat seperti yang telah dilakukan oleh peneliti utama, setelah terkumpul data dalam bentuk koding, berikutnya dilakukan proses perhitungan dan analisis. Maka di dapatlah 89 kali adegan penggambaran dengan perincian tidak menghormati orangtua ; 13, berbohong ; 5, menganggu ketertiban umum ; 9, melakukan tindak kekerasan ; 55 (kekerasan fisik ; 23, kekerasan psikis ; 33), membeberkan aib ; 7. Pelaku kekerasan yang paling banyak adalah laki-laki dan tempat yang paling sering menjadi tempat penggambaran moral adalah rumah.


(10)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Televisi dalam kehidupan manusia dipandang mampu menghadirkan sebuah peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi yang bersifat massa. Globalisasi informasi dan komunikasi setiap media massa menghadirkan suatu efek sosial yang berisi perubahan nilai-nilai sosial dan budaya manusia terutama televisi karena jika dibandingkan dengan radio dan surat kabar, televisi terbilang yang paling cepat memberikan pengaruh pada kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan kekuatan audiovisual televisi yang bisa langsung menyentuh segi-segi kejiwaan manusia. Dan ternyata fenomena inilah yang dibaca oleh para kreator program televisi untuk menciptakan suatu program yang berkaitan dengan kehidupan manusia, sekaligus bisa langsung menyentuh hati pemirsanya, sehingga muncullah acara realita atau yang lebih dikenal dengan nama reality show.

Reality show adalah salah satu jenis program acara televisi, dimana

pendokumentasiannya berlangsung tanpa dilengkapi dengan skenario yang menggunakan pemain dari khalayak umum biasa (buka

show menggunakan tema seperti tema-tema persaingan, kehidupan sehari-hari

seorang selebritis, pencarian bakat, rekayasa jebakan, dan diangkatnya status seseorang dengan diberikan uang banyak. Pengecualiannya adalah bila acara tersebut mengenai kehidupan artis, maka yang didokumentasikan adalah kehidupan nyata bagaimana artis tersebut menjalani hari-harinya seperti realitas


(11)

kehidupan penyanyi rock Ozzy Osborne yang ditayangkan di salah satu stasiun televisi Amerika. Di program ini diceritakan semua orang di keluarga Osborne menjadi bintang (terkecuali seorang anaknya, yang menolak ikut). Konflik keluarga yang terjadi dan makian ditampilkan apa adanya. Acara ini sukses di Amerika.

Pertama kali ditayangkan, reality show ini konsepnya sederhana sekali hanya memotret kehidupan orang awam (bukan selebriti) kemudian disiarkan dan ditonton oleh orang banyak. Yang menjadi sorotan merasa senang dan yang menonton merasa terhibur. Pada tahun 1980 Amerika membuat acara reality show yang bertema kontes bakat. Dalam kontes ini semua orang berhak memamerkan keahliannya. Siapa yang paling bagus, dialah yang menang. Namun hal ini dianggap kurang bisa membuat emosi penonton terbawa dan dibuktikan dengan respon penonton Amerika saat itu yang biasa-biasa saja terhadap reality show. “Survivor” adalah ajang kompetisi pertama dalam bentuk reality show yang mendapat sambutan luar biasa dari penonton Amerika.

Geliat reality show di Indonesia muncul ketika ditayangkannya suatu program bertema cinta yang diberi nama “Katakan Cinta”. “Katakan Cinta” adalah reality show pertama di Indonesia yang tayang sejak 19 Januari 2003 di RCTI setiap hari Minggu pukul 16.30 WIB. Menurut data rating AC Nielsen, lembaga riset internasional yang sekarang berganti nama menjadi AGB Nielsen, “Katakan Cinta” adalah program reality show dengan shared audience mencapai 25% dari seluruh pemirsa televisi yang menyaksikan seluruh tayangan televisi pada jam tayangnya. Selain itu, “Katakan Cinta” terpilih sebagai reality show


(12)

terfavorit dalam ajang Panasonic Awards 2003, dan nominator reality show terfavorit Panasonic Awards 2004.

Kesuksesan RCTI menayangkan “Katakan Cinta” menggugah stasiun televisi lain untuk membuat acara reality show serupa sebagai pesaing. Seperti SCTV yang menayangkan Playboy Kabel, Kontak Jodoh dan Harap-Harap Cemas (H2C). Ketika tema reality show bergerak dari tema cinta maka TPI muncul dengan program Uka Uka, Trans TV dengan Dunia Lain, Anteve yang menampilkan artis-artis ngamen untuk membantu kesulitan seseorang yang diberi nama Selebriti Jam bahkan Metro TV tidak mau ketinggalan dengan menayangkan The Scholar Indonesia.

Pada bulan Desember tahun 2003, Indosiar muncul dengan sebuah tayangan reality show pertama yang bertemakan pencarian bakat yaitu Akademi Fantasi Indosiar ( AFI) yang mengadopsi La Academia dari Meksiko. Acara ini terbilang sangat sukses karena berdasarkan riset yang dilakukan oleh AGB Nielsen di sepuluh kota besar yakni Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Medan, Palembang, Denpasar, Banjarmasin dan Makassar, INDOSIAR mampu meraih channel share 18,4%, yang disusul SCTV dengan 17,2%, RCTI 17,1%, Trans TV 11,6% dan TPI 8,7%. Dan posisi nomor satu yang berhasil diraih INDOSIAR ini berlangsung selama lima minggu berturut-turut. Program ini juga mempelopori munculnya Indonesian Idol di RCTI yang juga mengadopsi dari American Idol, Kontes Dangdut TPI di TPI, Selebriti Mendadak Dangdut yang tayang di Anteve, serta Bintang Cari Bintang di Trans TV.

Secara umum terdapat beberapa penggolongan dari reality show, antara lain :


(13)

1. Program yang berisi rekaman kehidupan seseorang atau sekelompok orang dengan sepengetahuan objek yang direkam. Contohnya : Minta Tolong, Tantangan, dunia lain, atau Ekspedisi Alam Gaib, dan sebagainya.

2. Berisi rekaman tersembunyi atas perilaku orang yang mengejutkan, atau dalam kondisi yang direkayasa, seperti tayangan Spontan, Jail, Paranoid, Harap-Harap Cemas, Playboy Kabel, Termehek-mehek, Orang Ketiga, Mbikin Orang Panik (MOP), dan sebagainya.

3. Program pencarian bakat melalui kompetisi tertentu. Contoh: Akademi Fantasi Indosiar (AFI), Indonesian Idol, Kontes Dangdut TPI (KDI).

4. Program Amal (Charity), konsep yang disampaikan adalah menolong orang lain. Contohnya : Uang Kaget, Rezeki Nomplok, Bedah Rumah, Jika Aku Menjadi, Nikah Gratis.

Berdasarkan sebuah polling yang dilakukan salah satu situs internet,

reality show yang banyak mendapat perhatian publik adalah Termehek-mehek

yang ditayangkan di Trans TV. Bahkan Termehek-mehek berhasil menggeser posisi sinetron Cinta Fitri di SCTV pada minggu ke- 47 tahun 2008 dengan 3.961.000 penonton di jam 18.15 WIB dan persentase rating 9,3 %. Reality show ini juga dinobatkan menjadi Program Televisi Terfavorit versi Anugerah Bintang Indonesia (ABI) 2008. Meskipun namanya terdengar aneh, “Termehek-mehek” alias menangis tak kunjung henti tapi acara ini cukup menarik. Karena konsep program acara ini yang berusaha memecahkan masalah pelapor (client). Masalah dalam program “Termehek-mehek” biasanya seputar masalah pencarian anggota keluarga yang hilang, menyingkap hubungan seseorang dengan lawan jenis yang merugikan klien, atau menyelidiki status seseorang yang berhubungan dengan


(14)

pelapor (client) tersebut. Masalah ini dipecahkan secara spekulatif dengan sistem penyelidikan rahasia selama berhari-hari. Dan biasanya sepanjang pencarian, acara ini diikuti konflik seperti perkelahian dengan pihak yang terkait dalam pencarian yang diikuti dengan cacian dan makian bahkan sampai-sampai perkelahian dan adakalanya pencarian-pencarian ini menyebabkan terganggunya ketertiban di lingkungan sekitar lokasi pencarian dan perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan norma lainnya.

Klimaks acara ini yaitu dengan menyingkap rahasia target penyelidikan yang sangat dibutuhkan oleh si pelapor (client) tersebut, dan inilah yang menjadi inti dari semua penyelidikaan program ini. Klimaks acara ini terkadang memberikan kebenaran spekulasi si pelapor (client) terhadap target, namun terkadang malah tidak membuktikan apa-apa. Hal tersebut memberikan efek emosional terhadap si pelapor (client) baik bahagia ataupun sebaliknya.

Meski intinya adalah pencarian orang, acara ini banyak digemari sebab “Termehek-mehek” yang tayang tiap hari Sabtu dan Minggu ini berisikan pencarian orang yang sudah lama tidak kita ketahui kabar beritanya dan ini adalah hal yang cukup sulit kalau dilakukan sendiri. Akan tetapi tim reality show ini mampu mencari si target hingga ketemu. Meskipun terkadang akhir cerita ini seringkali menyedihkan bahkan tanpa disadari si pelapor (client) harus menerima konsekuensi kalau aibnya menjadi konsumsi publik, seperti kisah seorang wanita bersuami yang mencari anak kandungnya hasil dari hubungan dengan mantan kekasihnya, seorang cewek yang sudah terlanjur hamil dan mencari pacarnya yang lari dari tanggungjawab, seorang kakak yang mencari adik kembarnya yang harus terpisah karena perceraian kedua orangtuanya, kisah adik yang mencari kakaknya


(15)

yang tiba-tiba tidak memberikan kabar kepada orangtuanya di kampung namun ternyata si kakak sudah menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK), serta seorang kakak yang mencari adik laki-lakinya yang ternyata sudah menjual rumahnya dan menggunakan uangnya untuk bermain judi. Akan tetapi tetap saja banyak orang yang menggunakan jasa reality show ini untuk mengatasi masalah-masalahnya. Disadari atau tidak kisah-kisah pencarian dengan “bumbu aib” dan tindakan yang tidak sesuai dengan norma seperti ini bisa menyebabkan berkurangnya (reduksi) moral baik pada diri si pelapor (client) maupun orang-orang yang terlibat dalam pencarian tersebut.

Persoalannya timbul ketika

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti merasa tertarik untuk menganalisis bentuk-bentuk reduksi moral yang terdapat pada tayangan reality show “Termehek-mehek” yang ditayangkan oleh Trans TV.

kemunculan reality show sebagai media komunikasi publik diduga bisa berpotensi mereduksi nilai-nilai moral karena norma masyarakat yang menjadi pegangan dalam menjalani hidup sebagai manusia yang bermoral semakin diabaikan. Termasuk tayangan reality show “Termehek-mehek” ini yang dianggap mampu mengubah realitas publik dan menggantinya dengan realitas yang ada dalam reality show tersebut.


(16)

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana reduksi moral digambarkan dalam tayangan reality show “Termehek-mehek” di stasiun televisi swasta Trans TV?

2. Siapa pelaku reduksi moral dalam tayangan reality show “Termehek-mehek” di stasiun televisi swasta Trans TV?

3. Bentuk-bentuk reduksi moral seperti apa yang digambarkan dalam tayangan reality show “Termehek-mehek” di stasiun televisi swasta Trans TV?

I.3. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari permasalahan yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah tersebut adalah:

a. Penelitian ini merupakan penelitian analisis isi kuantitatif.

b. Penelitian ini dilakukan pada tayangan reality show “Termehek-mehek” yang ditayangkan Trans TV pada tanggal 02, 03, 09 dan 10 Mei 2009. c. Penelitian ini terbatas hanya untuk mengamati penggambaran reduksi

moral, pelaku reduksi moral dan bentuk-bentuk reduksi moral yang ditayangkan dalam tayangan reality show “Termehek-mehek” di stasiun televisi swasta Trans TV.


(17)

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1. Tujuan penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui penggambaran bentuk-bentuk reduksi moral pada tayangan reality show “Termehek-mehek” di stasiun televisi swasta Trans TV.

b. Untuk mengetahui pelaku reduksi moral pada tayangan reality show “Termehek-mehek” di stasiun televisi swasta Trans TV.

I.4.2. Manfaat Penelitian

Dalam hal ini, manfaat penelitian yang dimaksud adalah:

a. Secara akademis, penelitian ini dapat memperluas dan memperkaya bahan referensi, bahan penelitian dan sumber bacaan di lingkungan FISIP USU, khususnya di departemen Ilmu Komunikasi.

b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis tentang metode penelitian analisis isi kuantitatif.

c. Secara praktis, penelitian ini diharapakan dapat menjadi sarana untuk menambah pengetahuan penulis mengenai reduksi moral dalam tayangan

reality show “Termehek-mehek” di stasiun televisi swasta Trans TV.

d. Secara khusus penelitian ini penulis berikan untuk penikmat tayangan


(18)

BAB II

URAIAN TEORITIS

Komunikasi massa adalah proses dimana organisasi media dihasilkan dan menyampaikan pesan kemasyarakat luas dan proses dimana pesan-pesan tersebut diperlihatkan, digunakan, dimengerti, dan dipengaruhi oleh pemirsa. Pusat dari studi komunikasi massa adalah media. Organisasi media menyebarkan pesan-pesan yang mempengaruhi dan mencerminkan kebudayaan masyarakat dan mereka memberikan informasi secara bersamaan ke penonton yang beragam secara luas, membuat media bagian dari kekuatan institusional masyarakat.

"Media" tentu saja, menyiratkan "mediasi" karena mereka muncul diantara pemirsa dan dunia. McQuail menyarankan beberapa kiasan untuk menangkap ide ini. Media adalah jendela yang memungkinkan kita untuk melihat lingkungan diluar kita, penafsir yang membantu kita memahami pengalaman, landasan atau operator yang menyampaikan informasi, komunikasi interaktif yang meliputi umpan balik pemirsa, papan arah yang disediakan dengan petunjuk dan arahan, penyaring yang menyaring bagian-bagian pengalaman dan fokus pada yang lain, cermin yang memantulkan diri kita kembali kepada kita, dan hambatan yang memblokir kebenaran. Joshua Meyrowitz menambahkan tiga tambahan kiasan media sebagai penyalur, media sebagai bahasa, dan media sebagai lingkungan (Littlejohn , 2005: 324).

Menurut Berelson & Kerlinger, analisis isi merupakan suatu metode untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematik, objektif, dan kuantatif terhadap pesan yang tampak (kriyantono, 2008:230). Pelopor analisis isi


(19)

adalah Harold D. Lasswell, yang mempelopori teknik symbol coding, yaitu mencatat lambang atau pesan secara sistematis, kemudian diberi interpretasi. Metode analisis isi adalah metode yang digunakan untuk meriset atau menganalisis isi komunikasi secara sistematik, objektif dan kuantitatif serta isi yang nyata. Sitematik berarti bahwa segala proses analisis harus tersusun melalui proses yang sistematik, mulai dari penentuan isi komunikasi yang dianalisis, cara menganalisisnya, maupun kategori yang dipakai untuk menganalisis. Objek berarti periset harus mengesampingkan faktor-faktor yang bersifat subjektif sehingga hasil analisis benar-benar objektif dan bila dilakukan riset lagi oleh orang lain maka hasilnya relatif sama serta yang diriset dan dianalisis adalah isi yang tersurat (tampak).

Penggunaan analisis isi mempunyai beberapa manfaat atau tujuan yaitu: a) Menggambarkan isi komunikasi, mengungkapkan kecenderungan yang

ada pada isi komunikasi baik melaui cetak maupun elektronik.

b) Membandingkan isi media dengan dunia nyata, melakukan pengujian terhadap apa yang ada di dalam dengan situasi aktual yang ada di dunia nyata.

c) Mendukung studi efek media massa, riset yang digunakan untuk melihat apakah pesan-pesan di media massa tersebut menumbuhkan sikap-sikap yang serupa di antara para penggunanya.

Analisis isi kuantitatif digunakan untuk membedah muatan teks komunikasi yang bersifat manifest (nyata). Dalam Analisis isi kuantitatif yang dipertimbangkan hanya “apa yang dikatakan” (what) akan tetapi tidak dapat menyelidiki “bagaimana ia dikatakan” (how).


(20)

Analisis data pada riset kuantitatif berbeda dengan riset kualitatif karena pada data riset kuantitatif datanya bentuk angka-angka, maka analisis datanya berupa penghitungan melalui uji statistik. Sedangkan data pada riset kualitatif tidak menggunakan uji statistik karena datanya berupa data kualitatif yaitu kata-kata atau kalimat-kalimat, gambar-gambar dan bukan angka-angka. Jenis statistik yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif kuantitatif.

Dalam penelitian ini digunakan kerangka konsep untuk riset deskriptif dimana peneliti cukup mendefinisikan serta mengemukakan dimensi atau subdimensi dari objek yang diteliti yaitu reduksi moral. Hasilnya adalah sebuah kategorisasi yang dijadikan sebagai ukuran-ukuran reduksi moral dengan menggunakan:

1. Unit tematik yaitu satuan berita, perhitungannya berdasarkan tema peristiwa yang ditayangkan.

2. Unit referens yaitu rangkaian kata atau kalimat yang menunjukkan sesuatu yang mempunyai arti sesuai kategori.

3. Uji sintaksis yaitu berupa simbol, penghitungannya adalah frekuensi kata atau simbol itu misalnya berapa kata atau adegan yang menggambarkan reduksi moral dalam sebuah tayangan (kriyantono, 235: 2008).

Gans (1979) dan Gitlin (1980) mengelompokkan berbagai macam perspektif yang dapat digunakan untuk melihat analisis isi kedalam beberapa kategori :

1. Isi media merefleksikan realitas sosial dengan atau tanpa distorsi. Dimana media massa menyampaikan gambaran realitas sosial secara akurat kepada khalayak.


(21)

Young (1981) memperkirakan bahwa isi media bebas dari distorsi. The Null Effects Mode menyatakan bahwa media massa menyediakan sebuah

representasi dari kenyataan dengan sedikit atau tanpa distorsi inilah alasan agar isi bebas distorsi meskipun sangat berbeda dari tradisionalnya "wartawan sebagai pemancar netral". Young percaya bahwa representasi hasil isi bukan karena wartawan adalah netral dan pengamat mulia serta perekam dari realitas, tapi lebih karena mereka didorong dan didesak oleh pasukan penyeimbang (misalnya, kaum liberal versus konservatif, para pendukung kontrol senjata versus Asosiasi Senapan Nasional) dalam memberikan pandangan yang cukup akurat tentang dunia.

Media massa, kata Young, para simultan “membeli” pandangan dari mereka yang memiliki kekuatan (berita) dan "menjual" pandangan mereka untuk kelas pekerja. Hasil dari sistem pasar ini pembelian dan penjualan berita- mengurangi distorsi pada isi media, karena isi yang menyimpang akan memilki sebuah penonton potensial yang lebih kecil dan akan kurang menguntungkan untuk para pemilik media. Dalam The Null Effects Theory media massa dipandang sebagai mempunyai sedikit atau tidak berpengaruh pada perubahan sosial. Kontrol terletak di dalam penonton-antara mengontrol dan kelas pekerja- prosesor yang aktif informasi.

2. Isi media dipengaruhi oleh pekerja media, baik dari kehidupan sosialnya dan sikapnya.

3. Isi media dipengaruhi oleh rutinitas media, hal ini berhubungan dengan bagaimana pekerja media bekerja dengan perusahaan media tersebut.


(22)

4. Isi media dipengaruhi oleh institusi sosial dan kekuatan lain. Hal ini menggambarkan bahwa ada faktor eksternal antara komunikator dengan organisasi media.

5. Isi media dipengaruhi oleh posisi ideologi. Hegemoni merupakan pendekatan yang menyatakan bahwa media dipengaruhi oleh ideologi dan kekuatan yang ada di masyarakat.

Isi media adalah dasar dari dampak media, sebagian besar, terbuka dan dapat diakses untuk bagian studi yang paling jelas dari proses komunikasi massa, tidak seperti di belakang layar keputusan-keputusan yang dibuat oleh produser, penulis, dan editor dan perilaku konsumen media. Mempelajari isi membantu kita menduga hal-hal tentang fenomena yang kurang terbuka dan terlihat, orang-orang dan organisasi yang menghasilkan isi.

Ada beberapa cara yang bisa diandalkan untuk menentukan katagorisasi isi media. Kita bisa membedakannya berdasarkan perbandingan audiens (cendikiawan dengan audiens yang kurang terpelajar), efek khusus (pro atau anti sosial) atau media yang digunakan (televisi, radio atau media cetak) dan masih banyak lagi dan diantara begitu banyak cara yang digunakan untuk membedakan isi media adalah berdasarkan penggunaan ataupun fungsi isi yang dirancang untuk melayani masyarakat. Harold Lasswell (1948) mengidentifikasi tiga fungsi penting isi media dalam melayani masyarakat:

1. Pemantau, isi berita adalah yang paling sesuai dengan fungsi pengawasan. Wright (1986) menunjukkan bahwa berita menyediakan “peringatan” tentang ancaman dan bahaya di dunia serta berguna untuk kehidupan sehari-hari masyarakat seperti pasar saham, navigasi, dan lalu lintas udara.


(23)

2. Korelasi, berkaitan dengan kegiatan propaganda. Isi korelatif mungkin sebenarnya termasuk semua isi yang menafsirkan berita, walaupun hal ini adalah yang paling sering dianggap komunikasi yang bermaksud mencoba untuk membujuk. Lasswell memang tidak menyebutkan periklanan, namun pertimbangan isi yg berhubung dengan periklanan dimana memungkinkan konsumen untuk menghubungkan respon ataupun tanggapan pada kebutuhan.

3. Transmisi, hampir semua bentuk isi mengirimkan yang dirasakan norma masyarakat dalam beberapa acara. Hal ini dikarenakan hampir semua media massa melakukan fungsi ini dalam beberapa acara mereka.

4. Hiburan, fungsi ini merupakan tambahan dari fungsi yang telah disebutkan Lasswell dan dikemukakan oleh Wright (1986). Isi hiburan biasanya berkaitan dengan apa yang memberikan kepuasan segera, relaksasi, dan tangguh untuk audiens dan apa yang berada di bawah kontrol dari produsen. Isi hiburan biasanya menghadirkan pengalaman manusia tetapi hiburan tidak dirancang untuk menyampaikan peristiwa sebenarnya..

Dalam pandangan humanistik isi media dilihat sebagai bagian integral dari budaya yang nyata, bukan sebagai sesuatu yang terpisah dari budaya itu. Budaya dapat diaplikasikan dalam berbagai cara termasuk salah satunya dalam isi media. Horace Newcomb (1982) berpendapat bahwa televisi bertindak sebagai sebuah forum budaya. Hal ini bukan berarti isi hanya sebagai manifestasi budaya namun isi media adalah bagian dan sumber dari budaya. Itulah sebabnya, isi media mengambil unsur budaya, membesar-besarkannya, membingkai budaya sedemikian rupa dan mengembalikannya lagi untuk audiens. Jika ada anggapan


(24)

yang mengatakan budaya harus berubah, mengadaptasi dan memperbaiki maka isi media harus dijadikan sebagai salah satu katalisator untuk rem atau perubahan itu.

Terkait dengan budaya pula, Benjamin Lee Whorf dan Edward Sapir menyatakan bahwa bahasa mempengaruhi pemikiran dan perilaku, karakteristik bahasa mempengaruhi proses kognitif kita, karena bahasa-bahasa di dunia sangat berbeda-beda dalam karakteristik semantik dan strukturnya maka orang yang menggunakan bahasa yang berbeda juga akan berbeda dalam cara memandang dan berpikir tentang dunia. Akibatnya orang yang menggunakan bahasa yang berbeda akan melihat dunia secara berbeda pula (Tester, 1994: 85). Bahasa mencerminkan budaya. Makin besar perbedaan budaya, makin besar pula perbedaan komunikasi baik dalam bahasa maupun dalam isyarat-isyarat non verbal. Begitu juga dengan bangsa Indonesia yang pastinya memiliki perbedaan budaya dengan bangsa lain di dunia ini, di Indonesia dikenal adanya norma yang mengatur kehidupan bermasyarakat meskipun mungkin setiap orang memahami norma secara berbeda-beda namun intinya tetap sama yaitu membuat manusia menjadi manusia yang lebih baik. Dari asal katanya saja norm, yang artinya alat tukang kayu untuk mengukur sudut atau siku-siku. Dari sinilah kita dapat mengartikan norma sebagai pedoman, ukuran, aturan. Jadi, norma adalah sesuatu yang dipakai untuk mengatur sesuatu yang lain atau sebuah ukuran. Dengan norma ini orang dapat menilai kebaikan atau keburukan suatu perbuatan. Norma adalah aturan-aturan yang bersifat memerintah dan melarang.

Menurut Sony Keraf (1991), secara umum norma dikelompokkan menjadi dua yaitu:


(25)

Norma khusus adalah norma yang mengatur tingkah laku atau tindakan manusia dalam kelompok atau bidang tertentu. Seperti etika medis, etika kedokteran, etika lingkungan, aturan main catur, aturan main bola, dan lain-lain. Dimana aturan tersebut hanya berlaku untuk bidang khusus dan tidak bisa mengatur semua bidang.

2. Norma Umum

Norma umum bersifat universal yang artinya berlaku luas tanpa membedakan kondisi atau situasi, kelompok orang tertentu. Secara umum norma umum menjadi tiga bagian, yaitu :

a. Norma sopan santun, norma ini menyangkut aturan pola tingkah laku dan sikap lahiriah seperti makan, minum, tata cara bertamu, menerima tamu, memberi sambutan, tata cara berpakaian, dan lain-lain. Norma ini lebih berkaitan dengan tata cara lahiriah dalam pergaulan sehari-hari..

b. Norma hukum, norma ini sangat tegas dituntut oleh masyarakat. Alasan ketegasan tuntutan ini karena demi kepentingan bersama. Dengan adanya berbagai macam peraturan, masyarakat mengharapkan mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan bersama. Keberlakuan norma hukum dibandingkan dengan norma sopan santun lebih tegas dan lebih pasti karena disertai dengan jaminan, yakni hukuman terhadap orang yaitu yang melanggar norma ini.

c. Norma moral, norma ini mengenai sikap dan perilaku manusia sebagai manusia, norma moral menjadi tolak ukur untuk menilai tindakan seseorang itu baik atau buruk. Norma ini tidak menilai manusia dari satu segi saja, melainkan dari segi manusia sebagai manusia. Dengan kata lain norma moral melihat manusia secara menyeluruh, dari seluruh kepribadiannya. Disini terlihat secara jelas, penilaiannya


(26)

lebih mendasar karena menekankan sikap manusia dalam menghadapi tugasnya, menghargai kehidupan manusia, dan menampilkan dirinya sebagai manusia dalam profesi yang diembannya. Dalam hal ini dapat ditentukan baik buruknya seseorang dalam kapasitasnya sebagai manusia.

Moral sendiri berasal dari bahasa latin yakni mores kata jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan. Moral adalah tingkah laku manusia sejajar dengan ajaran, peraturan, adat dan agama yang ditetapkan oleh masyarakat. Ajaran, peraturan, adat dan agama ini menentukan bagaimana harus hidup dan bertindak agar menjadi manusia yang baik. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Nurudin, 2001) moral berarti ajakan baik-buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti, dan susila.

Moral menyangkut kebaikan. Orang yang tidak baik juga disebut sebagai orang yang tidak bermoral, atau sekurang-kurangnya sebagai orang yang kurang bermoral. Maka, secara sederhana kita mungkin dapat menyamakan moral dengan kebaikan orang atau kebaikan manusiawi. Menurut Wiwit Wahyuning dalam bukunya Mengkomunikasikan Moral, yang dikatakan orang bermoral adalah:

a. Setia, jujur dan dapat dipercaya.

b. Baik hati, penyayang, empatis, peka dan toleran.

c. Pekerja keras, bertanggung jawab dan memiliki disiplin diri. d. Mandiri, mampu menghadapi tekanan kelompok.

e. Murah hati, memberi dan tidak mementingka n diri sendiri.

f. Memperhatikan dan memiliki penghargaan tentang otoritas yang sah, peraturan dan hukum.


(27)

h. Menghargai kehidupan, kepemilikan, alam, orang yang lebih tua dan orang tua.

i. Santun dan memiliki adab kesopanan. j. Adil.

k. Murah hati dan pemaaf. l. Pemberani.

m.Tenang, damai dan tenteram.

Moral sebenarnya memuat dua segi yang berbeda, yakni segi batiniah dan segi lahiriah. Orang yang baik adalah orang yang memiliki sikap batin yang baik dan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik pula. Sikap batin itu sering kali juga disebut hati. Orang yang baik mempunyai hati yang baik akan tetapi sikap batin yang baik baru dapat dilihat oleh orang lain setelah terwujud dalam perbuatan lahiriah yang baik pula. Dengan kata lain, moral hanya dapat diukur secara tepat apabila kedua seginya diperhatikan. Orang hanya dapat dinilai secara tepat apabila hati maupun perbuatannya ditinjau bersama. Tanggung jawab sebagai konsekuensi pelanggaran moral berbentuk tanggung jawab moral.

Terkait dengan tanggung jawab moral, media juga memiliki tanggung jawab moral kepada masyarakat terutama televisi memiliki tanggung jawab moral untuk memberikan pendidikan dengan cara yang benar, mendidik masyarakat agar menjadi masyarakat yang cerdas dan bermoral selain fungsinya untuk menghibur. Namun pada kenyataannya sebagian besar isi televisi termasuk kedalam kategori hiburan yang mengkhawatirkan. Seperti halnya tayangan reality show, acara yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai rekayasa realita ini adalah salah satu jenis program acara televisi dimana pendokumentasian rekayasa realitas


(28)

berlangsung tanpa skenario dengan menggunakan pemain dari khalayak umum biasa (tidak menggunakan mengenai kehidupan artis, maka yang didokumentasikan adalah kehidupan nyata bagaimana artis tersebut menjalani hari-harinya. Reality show biasanya menggunakan tema seperti persaingan, kehidupan sehari-hari seorang selebritis, pencarian bakat, rekayasa jebakan, dan diangkatnya status seseorang dengan diberikan uang banyak.

Kemunculan program reality show “ Katakan Cinta” di RCTI pada awal tahun 2003 menjadi pelopor tayangan reality show di berbagai stasiun televisi swasta nasional di Indonesia dan di tahun yang sama tepatnya pada bulan Desember Indosiar menayangkan suatu program reality show bertajuk pencarian bakat yaitu Akademi Fantasi Indosiar (AFI) yang mengadopsi La Academia dari Meksiko. Dan “Termehek-mehek” Trans TV yang berhasil menarik 3.961.000 penonton di jam tayangnya pukul 18.15 WIB yang dianggap cukup fantastis untuk sebuah tayangan diluar sinetron.

Fenomena maraknya tayangan reality show di layar televisi sendiri tidak lepas dari keuntungan yang akan didapat oleh media dari penayangan reality show yang sedang digandrungi masyarakat, karena tiap spot (30 detik) iklannya bisa dihargai 18 juta rupiah oleh produsen. Kebutuhan masyarakat untuk melepaskan diri dari kenyataan hidup yang semakin tidak jelas juga merupakan salah satu alasan yang membuat tayangan reality show semakin marak. Dalam ketidakjelasan inilah reality show dianggap mampu memberikan kejelasan sehingga reality show yang awalnya hanya untuk memberikan hiburan dijadikan sebagai ajang bisnis oleh para awak media. Melalui reality show yang bertajuk


(29)

ajang pencarian bakat sebagian masyarakat menggantungkan harapannya karena bagi sebagian masyarakat reality show dianggap bisa merubah kehidupan menjadi lebih baik secara instan dan lewat tayangan reality show bertajuk charity masyarakat digugah hatinya untuk melihat kenyataan hidup yang menimbulkan perasaan senasib sepenanggungan yang disertai harapan untuk dapat dibantu juga oleh tim reality show.

Kenyataan seperti ini sangat disayangkan karena harapan-harapan masyarakat pada reality show memang hanya sebuah “harapan” saja. Karena dengan nama reality show sebenarnya program tersebut bukanlah sebuah acara realita karena sudah bisa dipastikan hampir seluruh tayangan reality show hanya sebuah rekayasa dimana setiap adegannya sudah diatur dan mengikuti skenario serta dibuat senyata mungkin untuk membawa emosi penonton. Namun, di luar acara-acara yang memang diadegankan tadi ternyata ada beberapa program reality

show yang benar-benar realis yaitu program reality show yang “menelanjangi”

realitas-realitas yang begitu dekat dengan kehidupan masyarakat seperti tentang tingkah laku entah itu orang-orang biasa, atau justru berjuluk orang pemerintah.

Munculnya reality show sebagai media komunikasi publik diduga berpotensi mereduksi (mengurangi) nilai-nilai moral dan mengikis identitas masyarakat Indonesia. Program tersebut juga dianggap mampu mengubah realitas publik dan menggantinya dengan realitas yang ada dalam reality show tersebut.

Sunardi dalam Strinati (2007) mengatakan bahwa media dan konsumsi menggeser ikatan sosial yang semula mementingkan aspek moral dan ikatan estetik. Dengan kehadiran reality show seperti Termehek-mehek dapat mengikis aspek moral yang dimiliki oleh budaya timur.


(30)

Kehadiran reality show sebagai alternatif pilihan penonton Indonesia dilihat selain memiliki dampak positif seperti:

1. Sesuai dengan tujuan semula dari reality show yaitu untuk hiburan, maka tayangan reality show dapat memberikan aspek hiburan untuk melepaskan diri dari permasalahan yang berkembang dalam kehidupan sehari-hari.

2. Reality show dapat menumbuhkan rasa sosial dikalangan pemirsa terhadap orang lain yang menderita yang ditampilkan dalam tayangan tersebut. Seperti yang diharapkan dalam Charity Reality Show.

3. Menjadi salah satu jalan untuk mencapai cita-cita sebagian masyarakat menjadi seorang bintang melalui Reality Show yang bertajuk kontes bakat atau pencarian bintang.

4. Reality show membantu banyak masyarakat dalam memecahkan permasalahan hidupnya seperti mencari orang yang sudah lama hilang atau tidak diketahui keberadaannya.

Namun reality show juga memiliki dampak negatif seperti:

1. Popularitas peserta kontes adu bakat sangat tinggi pada saat kontes tersebut berlangsung, tetapi setelah selesai popularitasnya menurun (untuk beberapa masih dapat mempertahankan popularitas tersebut) dan popularitas yang tiba-tiba melonjak tinggi secara psikologis dapat membuat peserta terlalu percaya diri, dan semakin cepat meroket, dan ketika jatuhnya mereka pun akan cepat juga dan terasa berat.

2. Reality show yang intinya membantu proses pencarian orang yang hilang biasanya tanpa disadari menjadi ajang untuk membuka aib seseorang kepada


(31)

orang banyak yang tanpa disadari atau tidak tayangan-tayangan seperti ini bisa berdampak pada berkurangnya (reduksi) moral pada masyarakat kita.

3. Semakin tingginya harapan masyarakat untuk dibantu tim reality show karena banyaknya tayangan reality show yang bertemakan charity. Dan hal ini bertolak belakang dengan nilai-nilai agama yang mengharuskan umatnya untuk selalu berusaha selain berdo’a dan pasrah kepada Allah SWT.

Salah satu dampak negatif tayangan-tayangan reality show ini dapat dilihat pada tayangan reality show “Termehek-mehek” yang merupakan besutan stasiun televisi swasta Trans TV. Tayangan ini kini menjadi fenomena baru reality show karena biasanya reality show tidak akan mengekspos lebih jauh kehidupan orang atau privasinya namun pada acara ini penonton dapat menyaksikan dan mengikuti kisah-kisah yang bisa dibilang sangat private yang menyangkut aib seseorang. Terbukanya aib seseorang ini, sebetulnya bukan hanya keuntungan bagi si pelapor karena akan dibantu tim reality show dibanding kasus yang tanpa “bumbu aib”, tetapi juga kerugian bagi dirinya karena sebetulnya akan ada pihak-pihak lain selain pelapor yang akan dirugikan, memang menjadi dilema bagi si pelapor seperti dalam salah satu episode suatu acara pelapor adalah wanita yang hamil minta pertanggungjawaban lelaki menghamilinya tetapi dari sini masyarakat akan tahu bahwa dia pernah berbuat salah, “berhubungan di luar nikah” dan memang semua orang pernah berbuat salah, tapi tidak semua orang tentunya ingin orang tahu kesalahannya. Bahkan gambaran berkurangnya (reduksi) moral bisa kita saksikan dalam tayangan ini seperti ketidaksopanan pada orang yang lebih tua, kata-kata kotor dan kasar yang sudah menjadi bahasa sehari-hari untuk mengungkapkan kekesalan pada seseorang, seperti di salah satu episode si pelapor


(32)

memaki tantenya sendiri karena tidak memberitahukan keberadaan ibunya yang menjadi target pencarian. Serta membuat keributan di kediaman orang dan banyak lagi gambaran bentuk-bentuk reduksi moral lainnya yang mungkin akan di temukan lewat penelitian ini.

Reality show ”Termehek-mehek” adalah program acara yang lebih memfokuskan pada pencarian orang hilang, namun dalam banyak episode yang terjadi adalah drama pengungkapan aib seseorang dan gambaran mulai berkurangnya moral serta pegangan hidup manusia yaitu agama dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Karena pada tayangan ini kita juga bisa menyaksikan orang yang hilang ternyata sudah menjadi Pekerja Seks Komersil (PSK), atau tukang kawin atau malah playboy

Hal ini merupakan salah satu dampak negatif media massa yang menjadi indikasi mereduksinya nilai-nilai moral karena norma masyarakat yang tadinya menjadi pegangan dalam menjalani hidup sebagai manusia yang bermoral semakin diabaikan pada masyarakat kita. Hal lain yang ditimbulkan dari efek media massa adalah moral dan ruang pribadi yang kini nyaris tak ada lagi, semua hal bisa terungkap lewat media dan asal punya skandal serta berani membukanya, semua orang bisa masuk televisi.

dan masih banyak kisah-kisah yang lebih miris. Termehek-mehek juga menyajikan seorang pria beristri yang menghamili cewek lain, justru malah kepergok sedang pacaran sama cewek lain alias ada 3 cewek yang menjadi korban pria tersebut. Dan, anehnya pria ini diekspos begitu saja di depan kamera. Jutaan mata pemirsa Indonesia menyaksikan tayangan ini. Lewat tayangan reality show “Termehek-mehek” ini semua hal diatas menjadi sesuatu yang lumrah.


(33)

Selain beberapa gambaran reduksi moral baik verbal maupun non verbal yang sudah penulis jabarkan diatas, masih banyak lagi gambaran reduksi moral baik verbal maupun non verbal yang tentunya tidak sesuai dengan norma moral dan nilai-nilai keagamaan yang akan ditemukan penulis dalam tayangan reality

show “Termehek-mehek” sebagai bentuk gambaran reduksi moral baik verbal

maupun non verbal. Oleh karena itu penulis melakukan penelitian ini, untuk melihat seberapa banyak penggambaran reduksi moral yang terdapat pada tayangan reality show “Termehek-mehek” di Trans TV.


(34)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III. 1. Metode dan Teknik Penelitian III. 1. 1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang dipakai pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode ini dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain).

Penelitian ini menggunakan paradigma positivis yang memiliki tujuan penelitian berupa ekplanasi, prediksi dan kontrol dimana posisi peneliti berada di luar objek yang diteliti dan bersifat netral. Dikatagorikan ke dalam penelitian analisis isi kuantitatif.

Menurut Wimmer dan Dominick (2000 : 136-138) ada beberapa manfaat dari analisis isi, yaitu:

1. Menggambarkan isi komunikasi

Yaitu mengungkapkan kecenderungan yang ada pada isi komunikasi, baik melalui cetak maupun elektronik.

2. Menguji hipotesis tentang karakteristik pesan. 3. Membandingkan isi media dengan dunia nyata.

Yaitu melakukan pengujian terhadap isi media dengan kenyataan yang ada dalam kehidupan yang nyata.

4. Memperkirakan gambaran media terhadap kelompok-kelompok tertentu di masyarakat.


(35)

5. Mendukung studi efek media massa.Yaitu penggunaan analisis isi ini seringkali digunakan sebagai sarana untuk memulai riset efek media massa.

Penelitian ini dikhususkan pada analisis isi tentang bentuk reduksi moral pada sebuah tayangan reality show ”Termehek-mehek”. Analisis isi didefinisikan oleh Kerlinger sebagai teknik penelitian untuk melukiskan isi komunikasi yang nyata, objektif, sistematis dan kuantitatif.

Objektifitas dicapai dengan menggunakan katagorisasi analisis yang didefinisikan secara tepat sehingga orang yang berlainan akan dapat menggunakannya untuk menganalisis hal yang sama dengan hasil yang sama juga. Sistematik berarti analisis dirancang untuk memperoleh data yang relevan dengan masalah atau hipotesis penelitian. Sedangkan kuantitatif berarti mencatat nilai-nilai bilangan atau frekuensi untuk melukiskan berbagai isi yang didefinisikan.

Satu hal lagi, dalam penelitian ini karena berkaitan dengan moral maka penulis menambahkan beberapa metode penelitian yaitu:

1. Penulis menggunakan nilai-nilai keagamaan dalam menentukan katagorisasi reduksi moral. Sehubungan dengan agama yang peneliti anut adalah agama Islam maka batasan moral yang digunakan dalam penelitian ini adalah batasan yang sesuai dengan nilai-nilai agama Islam. Seperti: Menghormati orang yang lebih tua sama artinya dengan memuliakan Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Sebagian tanda memuliakan Allah, yaitu menghormati orang muslim yang sudah putih rambutnya.” (HR. Abu Daud). Dan dalam majalah “Islami” terbitan 3


(36)

April 2009, yang dikatakan orang yang lebih tua adalah orang yang lebih tua dalam umur, pengalaman, pengetahuan, jabatan, atau pengaruh.

2. Penulis dalam menentukan katagorisasi juga berdasarkan budaya ketimuran yang dijalankan di kehidupan bermasyarakat Indonesia pada umumnya, seperti yang dikatakan Benjamin Lee Whorf dan Edward Sapir bahwa bahasa mempengaruhi pemikiran dan perilaku, karakteristik bahasa mempengaruhi proses kognitif kita, karena bahasa-bahasa di dunia sangat berbeda-beda dalam karakteristik semantik dan strukturnya maka orang yang menggunakan bahasa yang berbeda juga akan berbeda dalam cara memandang dan berpikir tentang dunia. Akibatnya orang yang menggunakan bahasa yang berbeda akan melihat dunia secara berbeda pula. Begitu juga dengan bangsa Indonesia yang pastinya memiliki perbedaan budaya dengan bangsa lain di dunia ini, di Indonesia dikenal adanya norma yang mengatur kehidupan bermasyarakat meskipun mungkin setiap orang memahami norma secara berbeda-beda namun intinya tetap sama yaitu membuat manusia menjadi manusia yang lebih baik.

Dan salah satu norma yang dipakai dalam penelitian ini adalah moral. Norma moral merupakan norma yang berkaitan dengan sikap dan perilaku manusia sebagai manusia, norma moral menjadi tolak ukur untuk menilai tindakan seseorang itu baik atau buruk. Norma ini tidak menilai manusia dari satu segi saja, melainkan dari segi manusia sebagai manusia. Dengan kata lain norma moral melihat manusia secara menyeluruh, dari seluruh kepribadiannya. Disini terlihat secara jelas, penilaiannya lebih mendasar karena menekankan sikap


(37)

manusia dalam menghadapi tugasnya, menghargai kehidupan manusia, dan menampilkan dirinya sebagai manusia dalam profesi yang diembannya. Dalam hal ini dapat ditentukan baik buruknya seseorang dalam kapasitasnya sebagai manusia.

Dari penentuan katagori analisis yang dijelaskan diatas maka penulis melakukan pra-penelitian berupa pengamatan terlebih dahulu pada tayangan “Termehek-mehek” mulai dari pertama kali muncul sampai sebelum penelitian ini dilakukan. Hal ini dilakukan agar penulis dapat melihat perbuatan dan perkataan yang masuk ke dalam katagori yang dalam penentuan katagorinya telah dipilih oleh penulis, dan nantinya hasil pengamatan akan dijadikan pegangan untuk menentukan katagorisasi bentuk-bentuk reduksi moral dalam penelitian yang sebenarnya yaitu pada tayangan reality show “Termehek-mehek” tanggal 02, 03, 09 dan 10 Mei 2009. Adapun bentuk-bentuk reduksi moral yang penulis sering temukan ketika pra-penelitian adalah:

 Tidak menghormati orang tua seperti dengan cara mengacungkan jari telunjuk untuk menunjuk kearah wajah orang yang diajak bicara sementara orang yang diajak bicara adalah tantenya.

 Banyaknya perkataan-perkataan yang kotor dan kasar, seperti makian.

 Berbohong misalnya kepada orang yang mencari informasi orang yang dicari tentang orang yang sedang dicari tersebut.

 Mengganggu ketertiban umum, seperti: di salah satu episode dimana Termehek-mehek syuting di stasiun kereta api untuk mencari orang dan secara tidak langsung hal itu mengganggu jalannya aktifitas yang sedang berlangsung di stasiun tersebut dan hal ini dilarang oleh pemerintah.


(38)

Karena berdasarkan Undang-undang Ketertiban Umum yang dikatakan dengan Ketertiban Umum adalah suatu keadaan di mana Pemerintah dan Rakyat dapat melakukan kegiatan secara tertib, teratur, nyaman, dan tenteram. Dengan demikian perkataan dan perbuatan yang melanggar ketertiban umum adalah segala perkataan dan perbuatan yang bisa mengganggu ketertiban, keteraturan, dan kenyamanan serta ketenteraman pemerintah ataupun rakyat dalam melakukan suatu kegiatan.

 Melakukan tindak kekerasan fisik, seperti memukul, menjambak, dan menampar.

• Membeberkan aib orang atau sekelompok orang atau diri sendiri kepada pihak yang tidak bersangkutan karena dalam hal ini reality show “Termehek-mehek” ditayangkan lewat media.

Ini adalah bentuk-bentuk reduksi moral baik berupa perbuatan maupun perkataan secara verbal ataupun non verbal yang telah penulis temukan dalam pra-penelitian, yang hanya merupakan pengamatan dari sisi penulis pribadi tanpa sistematika penelitian sebenarnya. Oleh karena itu penulis melakukan penelitian ini untuk melihat bentuk-bentuk reduksi moral yang ditayangkan dalam tayangan

reality show “Termehek-mehek” dengan sistematika penelitian yang sebenarnya.

III. 1. 2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang dipakai berdasarkan tempat adalah:

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research) yaitu kegiatan penelitian yang dilakukan dengan menghimpun data dari berbagai literatur, baik dari perpustakaan ataupun tempat lain. Literatur yang digunakan juga bukan


(39)

hanya buku tetapi juga bahan-bahan dokumentasi yang lain yang menyangkut penelitian seperti majalah, koran dan lain-lain. Penelitian seperti ini sering juga disebut dengan penelitian dokumentasi (

documentary research).

2. Penelitian Lapangan (Field Research) adalah kegiatan penelitian di lingkungan masyarakat tertentu baik lembaga- lembaga kemasyaraktan maupun lembaga pemerintahan.

Berdasarkan pemakaian hasil yang diperoleh:

1. Penelitian murni (basic research) adalah penelitian yang diselenggarakan dalam rangka memperluas dan memperdalam ilmu pengetahuan secara teoritis.

2. Penelitian terapan (applied research) adalah penelitian yang diselenggarakan dalam rangka mengatasi masalah nyata dalam kehidupan, berupa usaha menemukan dasar-dasar dan langkah perbaikan bagi suatu aspek kehidupan yang dipandang perlu diperbaiki.

Berdasarkan tujuan penelitian:

1. Penelitian eksploratif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menemukan masalah-masalah baru. Masalah baru tersebut kemudian dibahas dan diselidiki secara cermat melalui kegiatan penelitian lanjutan.


(40)

2. Penelitian development yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan yang sudah ada.

III. 2. Metode Pengukuran

Penelitian ini menggunakan skala nominal, yaitu skala yang berisi gejala yang hanya dapat digolong-golongkan secara terpisah atau secara katagorik. Penggolongan itu dapat dilakukan antara lain dalam bentuk jenis atau keadaan yang dapat bervariasi menurut jumlah atau frekuensinya.

III. 2. 1. Kerangka Konsep

Konsep adalah gambaran secara tepat tentang fenomena yang hendak di teliti, yakni istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak tentang suatu kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 2006 : 33).

Sedangkan kerangka konsep adalah sebagai hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai (Nawawi, 1995 : 40).

Kerangka konsep pada penelitian ini adalah:

a. Tayangan reality show “Termehek-mehek” di Trans TV.

b. Katagorisasi reduksi moral, berdasarkan perbuatan dan perkataan baik

verbal ataupun non verbal yang bukan merupakan cerminan nilai-nilai

agama dan norma moral. Seperti:

• Tidak menghormati orang tua


(41)

• Mengganggu ketertiban umum.

• Melakukan tindak kekerasan - Kekerasan Fisik

- Kekerasan Psikis

• Membeberkan aib seseorang c. Analisis isi media, berdasarkan:

Pelaku dan tempat penggambaran reduksi moral.

Televisi merupakan media audio dan visual. Hal ini sangat membantu dalam proses penelitian menggunakan analisis isi. Analisis isi hanya akan melakukan analisis terhadap pesan-pesan yang tampak saja, karena itulah pesan yang dianalisis adalah tayangan yang mengacu kepada katagorisasi perkataan atau perbuatan yang tidak mencerminkan nilai-nilai agama dan norma moral yang ditayangkan baik secara verbal maupun non verbal.

III. 2. 2. Operasionalisasi Konsep

Operasionalisasi konsep berguna untuk memudahkan kerangka konsep dalam operasionalisasi. Adapun operasionalisasi konsep dalam penelitian ini adalah:

• Tidak menghormati orangtua

1. Memotong pembicaraan orangtua

2. Menunjuk dengan jari ke arah orangtua ketika berbicara 3. Melakukan tindak kekerasan kepada orangtua

• Berbohong.


(42)

2. Berbohong mengenai sekelompok orang

• Mengganggu ketertiban umum. 1. Keributan

2. Kegaduhan

• Melakukan tindak kekerasan - Kekerasan Fisik ;

1. Menampar 2. Mendorong 3. Menyakar 4. Menendang 5. Mencekik - Kekerasan Psikis ;

1. Berkata dengan nada merendahkan. 2. Berkata dengan nada yang keras 3. Mengucapkan kata-kata kotor

• Membeberkan aib

1. Membeberkan aib diri sendiri 2. Membeberkan aib seseorang

3. Membeberkan aib sekelompok orang

III. 2. 3. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur konsep-konsep. Definisi reduksi moral secara-cara umum yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua bentuk perbuatan dan perkataan baik


(43)

verbal ataupun non verbal yang dilakukan oleh seseorang ataupun sekelompok

orang yang menggambarkan menurunnya (reduksi) moral orang yang melakukan perbuatan dan tindakan tersebut.

Tabel 1: Definisi Operasionalisasi Konsep

NO KONSEP DEFINISI

1 Tidak menghormati orangtua Tindakan yang tidak menghormati orang yang lebih tua baik secara umur maupun secara pengalaman yang dilakukan oleh sesorang yang lebih muda dari orang orangtua tersebut. Seperti memotong pembicaraan orangtua yang sedang berbicara baik berbicara kepada kita atau dengan orang lain yang berada disekitar kita, menunjuk-nunjuk ketika berbicara dengan orang yang lebih tua, berbicara dengan nada yang keras dan melakukan tindak kekerasan baik fisik maupun psikis.

2 2

Berbohong Segala tindakan yang dilakukan seseorang untuk menutupi sesuatu baik itu informasi tentang seseorang ataupun sekelompok orang yang diketahuinya dengan berpura-pura tidak mengetahui informasi tersebut.


(44)

3 Mengganggu ketertiban umum

Segala perkataan dan perbuatan yang bisa mengganggu ketertiban, keteraturan, dan kenyamanan serta ketenteraman pemerintah ataupun rakyat dalam melakukan suatu kegiatan. Seperti membuat keributan dan kegaduhan yang dapat mengganggu jalannya kegiatan yang sedang berlangsung di suatu tempat.

4 Melakukan tindak kekerasan Melakukan segala kegiatan yang bersifat keras, atau melakukan perbuatan seseorang / sekelompok orang yang menyebabkan cedera/ matinya orang lain atau/ menyebabkan kerusakan fisik/ barang orang lain. Selain itu kekerasan juga diartikan sebagai paksaan. Kekerasan yang dilakukan bisa berupa kekerasan fisik maupun kekerasan psikis.

5 Membeberkan aib Suatu kegiatan yang membeberkan sesuatu yang dianggap sebagai aib yang tidak pantas untuk diceritakan kepada orang lain yang tidak berhubungan dengan aib tersebut. Pembeberan aib ini berkaitan dengan aib seseorang atau sekelompok


(45)

orang.

III. 2. 4. Penentuan Katagorisasi

Yang dimaksud dengan reduksi moral dalam penelitian ini adalah semua bentuk perbuatan dan perkataan baik verbal ataupun non verbal yang dilakukan oleh seseorang ataupun sekelompok orang yang menggambarkan menurunnya (reduksi) moral orang yang melakukan perbuatan dan tindakan tersebut. Berikut ini adalah penjelasan katagori reduksi moral yang digunakan dalam penelitian reduksi moral pada tayangan “Termehek-mehek” ini.

1. Tidak Menghormati Orangtua

Tidak menghormati orangtua dikatagorikan menjadi:

- Memotong pembicaraan orangtua, definisi ; ketika ada orangtua yang sedang berbicara kepada kita ataupun orang yang berada di sekitar kita lalu kita memotong pembicaraan orangtua yang sedang berbicara tersebut.

- Menunjuk kearah orangtua ketika sedang berbicara, definisi ; menunjuk-nunjuk dengan jari kearah orangtua ketika sedang berbicara dengan orangtua tersebut.

- Melakukan tindak kekerasan kepada orangtua, definisi ; melakukan tindakan keras yang bisa mengakibatkan orangtua tersebut terluka atau cedera atau bergeser dari tempat berdirinya karena pukulan, cakaran, tendangan, tamparan, cekikan, dan dorongan ataupu melakukan tindakan kekerasan yang berbentuk psikis seperti : Berkata dengan


(46)

nada merendahkan, berkata dengan nada yang keras, mengucapkan kata-kata kotor.

2. Berbohong

Berbohong dikatagorikan menjadi:

- Berbohong mengenai seseorang, definisi ; Segala tindakan yang dilakukan seseorang untuk menutupi sesuatu baik itu informasi tentang seseorang yang diketahuinya dengan berpura-pura tidak mengetahui informasi tersebut.

- Berbohong mengenai sekelompok orang, definisi ; Segala tindakan yang dilakukan seseorang untuk menutupi sesuatu baik itu informasi tentang sekelompok orang yang diketahuinya dengan berpura-pura tidak mengetahui informasi tersebut.

3. Mengganggu ketertiban umum

Mengganggu ketertiban umum dikatagorikan menjadi:

- Keributan, definisi ; membuat suara keras yang berlebihan bukan di tempatnya yang membuat orang teralihkan baik pandangan maupun kegiatan dari orang yang mendengarnya.

- Kegaduhan, definisi ; membuat suasana gaduh yang berlebihan bukan di tempatnya yang membuat orang teralihkan baik pandangan maupun kegiatan dari orang yang mendengarnya.

4. Melakukan tindak kekerasan

Melakukan tindak kekerasan dibagi menjadi dua yaitu kekerasan fisik dan kekerasan psikis.


(47)

- Menampar, definisi ; memukul dengan telapak tangan.

- Mendorong, definisi ; menolak dari bagian depan ataupun belakang. - Menyakar, definisi ; meraup wajah dengan tangan.

- Menendang, definisi ; menyepak dengan kaki

- Mencekik, definisi ; memegang atau mencengkram leher. Kekerasan psikis dikatagorikan menjadi:

- Berkata dengan nada merendahkan, definisi ; mengucapkan kata-kata dengan bermaksud merendahkan.

- Berkata dengan nada yang keras, definisi ; mengucapkan kata-kata dengan nada yang sangat keras lebih dari biasanya orang-orang mengucapkan kata-kata yang dimaksud.

- Mengucapkan kata-kata kotor, definisi ; mengucapkan kata-kata yang masuk kedalam katagori kata yang tidak pantas dan tidak sopan untuk diucapkan.

5. Membeberkan aib

Membeberkan aib dikatagorikan menjadi:

- Membeberkan aib diri sendiri, definisi ; memberitahukan aib diri sendiri kepada pihak lain.

- Membeberkan aib seseorang, definisi ; memberitahukan aib seseorang kepada pihak lain.

- Membeberkan aib sekelompok orang, definisi ; memberitahukan aib sekelompok orang kepada pihak lain.


(48)

III. 3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah penyangan program acara sinetron di stasiun televisi Trans TV. Hal ini berkaitan dengan posisi rating acara “Termehek-mehek” yang tayang di Trans TV merupakan acara reality show yang mampu menjadi

rating pertama di Indonesia.

Objek penelitian adalah tayangan yang mengandung reduksi moral pada tayangan reality show ”Termehek-mehek” di Trans TV.

III. 4. Deskripsi Tayangan yang Mengandung Reduksi Moral

Media massa terutama televisi sebenarnya tidak boleh mentransmisikan segala bentuk tayangan yang mengandung nilai negatif bagi penonton baik kekerasan ataupun tayangan yang bisa mengurangi (reduksi) moral apalagi sampai merusak moral orang yang menontonnya. Hal ini terkait dengan fungsi kontrol sosial media massa. Fungsi kontrol sosial bukan hanya dalam bentuk mengekspos segala sesuatu, tetapi juga dalam bentuk tidak menginformasikan sesuatu yang memiliki nilai negatif bagi orang yang mengkonsumsinya.

Salah satunya tayangan reality show yang penuh dengan emosionalitas yang membuncah-buncah atau acara yang memberikan ruang bagi individu-individu untuk berkonflik tentang masalah pribadi mereka di media televisi itu bukanlah informasi, juga bukan pendidikan apalagi hiburan menurut fungsi isi media yang sebenarnya.

Pengaruh negatif dari masalah-masalah privasi dan ekslusif itu semestinya jangan sampai ditularkan kepada masyarakat luas karena bagaimanapun prilaku itu hanyalah dilakukan oleh minoritas tetapi karena publikasi yang intensif dan


(49)

dengan kuantitas dan kualitas yang banyak bisa membuat hal ini terkesan sebagai prilaku massal yang nantinya akan sangat membahayakan moral generasi penerus bangsa. Hal ini dikarenakan akan muncul suatu opini kalau hal-hal tersebut diatas sebagai sesuatu yang lumrah untuk dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

KH Abdullah Gymnastiar (Aa’ Gym) pernah menyampaikan tausiah bahwa keterpurakan bangsa di berbagai bidang saat ini sebetulnya bersumber dari moral. Sebenarnya tidak ada krisis ekonomi jika ekonomnya bermoral, tidak ada krisis politik jika politikusnya bermoral demikian juga tidak ada krisis budaya jika budayawannya bermoral.(Analisa, 21 Juli 2009:21)

Sebenarnya bukan hanya reality show saja yang menayangkan tayangan yang mengandung gambaran reduksi moral, tapi sinetron yang tayang hampir setiap hari yang mengandung kebencian, iri, dengki, cemburu, sombong, makian, bahkan sampai-sampai tidak mengakui orang tuanya hanya demi harta. Seperti sinetron “Melati untuk Marvel” yang tayang di SCTV, dimana digambarkan seorang perempuan rela melakukan apapun untuk mendapatkan lelaki pujaannya seperti menyewa pembunuh bayaran untuk menyingkirkan wanita yang jadi pacar pujaannya dan sebenarnya ini terlalu berlebihan karena belum tentu dalam kehidupan sehari-hari ada perempuan yang hampir gila menghalalkan segala cara demi seorang lelaki.

Reduksi moral secara sadar atau tidak sadar ada dalam tayangan video klip, kita bisa mengetahuinya dengan membandingkan video klip tahun 80-an seperti Rumpies dalam video klip “Nurlela” dengan video klip sekarang yang cenderung lebih berani seperti dari tarian erotis yang terdapat pada video klip


(50)

Aura Kasih “Mari Bercinta” yang dari judul saja hal ini menggambarkan betapa semakin lama semakin berkurangnya nilai moral dari waktu kewaktu.

III. 5. Cara Penentuan Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memilki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian (Nawawi, 1995 : 141).

Populasi penelitian ini adalah keseluruhan tayangan reality show “Termehek-mehek” pada bulan Mei 2009. Hal tersebut diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Cara pengambilan sampel dengan teknik purposive digunakan dalam situasi khusus atau penelitian yang menggunakan sampel khusus. Teknik pengambilan sampel dengan cara purposive dikarenakan dua alasan (Eriyanto, 1999 : 110), pertama, untuk menyeleksi kasus yang bertujuan mendapatkan informasi khusus. Kedua, karena sampel sangat spesifik yang disebabkan tema yang spesifik pula. Maka tayangan reality show “Termehek-mehek” yang tayang di Trans TV diperoleh dengan pertimbangan tayangan ini memilki rating nomor satu untuk tayangan diluar sinetron dalam skala nasional. Selain itu penelitian juga terbatas pada tanggal 02, 03, 09 dan 10 Mei 2009 yang merupakan tayangan yang menurut penulis sesuai dengan penelitian yaitu tayangan yang menggambarkan reduksi moral.


(51)

III. 6. Unit Analisis Data

Unit analisis penelitian ini adalah item per-adegan baik audio maupun

visual yang merupakan gambaran dari reduksi moral yang terdapat pada tayangan reality show “Termehek-mehek” dan akan diteliti. Bentuk reduksi moral adalah

segala bentuk adegan baik verbal dan nonverbal yang terdapat pada tayangan

reality show “Termehek-mehek” yang ditayangkan oleh Trans TV pada tanggal

02, 03, 09 dan 10 Mei 2009.

III. 7. Tahap Pengumpulan Data

1. Penelitian ini menggunakan teknik field research berupa observasi, dimana data dikumpulkan atau didokumentasikan dengan merekam tayangan reality show “Termehek-mehek” yang telah ditentukan dengan menggunakan video recorder. Data yang dikumpulkan berupa rekaman

reality show “Termehek-mehek” yang tayang pada tanggal 02 dan 03 Mei

2009 serta 09 dan 10 Mei 2009.

2. Alat pengumpulan data yang dipakai adalah catatan berkala (lembar koding), yaitu pencatatan gejala secara berurutan dalam waktu tertentu yang telah ditetapkan.

3. Kemudian hasil rekaman tersebut dicatat dan dikode dengan menggunakan lembar koding untuk memasukkan frekuensi data-data yang telah dikumpulkan sesuai dengan katagori yang telah ditetapkan sebelumnya. Proses ini dilakukan pertama kali oleh peneliti utama.


(52)

4. Lalu dipilihlah pengkoding 2 yang akan melakukan uji reliabilitas terhadap katagorisasi yang telah dibuat seperti yang telah dilakukan oleh peneliti utama.

Setelah terkumpul data dalam bentuk koding, berikutnya dilakukan proses perhitungan dan analisis.

III. 8. Rencana dan Metode Analisis Data

1. Data yang telah dikumpulkan akan diuraikan dengan menggunakan lembar koding (catatan berkala) yang berisi tema tayangan reality show “Termehek-mehek”, waktu tayang, dan bentuk reduksi moral yang muncul.

2. Melakukan pengkodingan baik oleh peneliti utama dan selanjutnya diikuti dengan melakukan reliabilitas oleh pengkoding 2.

3. Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur (katagorisasi) dapat dipercaya atau diandalkan bila dipakai lebih dari satu kali untuk mengukur gejala yang sama.

Perhitungan uji reliabilitas katagorisasi akan dilakukan dengan menggunakan rumus yag dikemukakan oleh R. Hostly (Wimmer & Dominick, 1997: 128) (dalam Bungin, 2004 : 160), yaitu:

Reliabilitas :

Jumlah total unit yang dikode Jumlah Unit dalam Katagori yang Sama

atau:


(53)

N1 + N2

Keterangan:

C.R = Coefficient Realiability

M = Jumlah pernyataan yang disetujui oleh dua pengkode

N1, N2 = Jumlah pernyataan yang diberi kode oleh pengkode dan peneliti.

Walau belum ada standar penelitian yang absolut, ambang penerimaan yang secara luas dipakai 60%. Jika kesesuaian diantara pengkoding tidak mencapai 60%, maka katagori perlu dibuat lebih spesifik lagi (Chadwick, 1992 : 282).

4. Analisis data menunjukkan kegiatan pengorganisasian data ke dalam susunan tertentu, ditabulasi sesuai dengan susunan data yang dibutuhkan untuk menjawab masing-masing masalah. Penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis tabel tunggal yang memuat hasil frekuensi dari kemunculan seluruh sampel berdasarkan katagori-katagori unit analisis untuk kemudian dianalisis kembali. Hal ini disebutkan sebagai teknik frekuensi (Kripendorf, 1993 : 168-169). Data dalam penelitian ini kemudian dianalisis menggunakan prosedur statistik berupa analisis deskriptif. Analisis deskriptif akan menjelaskan data secara umum dengan menggunakan persentase, yang disajikan dalam bentuk tabel frekuensi. 5. Setelah itu dilakukan analisis tabel silang untuk mempertajam analisis isi


(54)

6. Data ini yang kemudian diinterpretasikan dalam bab pembahasan hasil penelitian.


(55)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. 1. Gambaran Umum Tayangan Reality Show “ Termehek-mehek”

Reality show, yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai rekayasa

realita ini adalah salah satu jenis program acara televisi dimana pendokumentasian rekayasa realitas berlangsung tanpa skenario dengan menggunakan pemain dari khalayak umum biasa (tidak menggunakan acara tersebut mengenai kehidupan artis, maka yang didokumentasikan adalah kehidupan nyata bagaimana artis tersebut menjalani hari-harinya. Reality show biasanya menggunakan tema seperti persaingan, kehidupan sehari-hari seorang selebritis, pencarian bakat, rekayasa jebakan, dan diangkatnya status seseorang dengan diberikan uang banyak.

Termehek-mehek adalah salah satu tayangan yang merupakan acara rekayasa realita. Tayangan yang muncul sejak tanggal 03 Mei 2008 ini merupakan

reality show yang lebih memfokuskan pada pencarian orang hilang dimana ada

istilah “pelapor” yaitu orang yang menjadi klien dari tim “Termehek-mehek” dan “target” yaitu orang yang dicari oleh pelapor dengan bantuan tim “Termehek-mehek”.

Program Termehek-mehek yang sejak 19 Juli 2008 jam tayangnya ditambah, dari tiap Sabtu menjadi dua kali seminggu, yaitu Sabtu dan Minggu yang dimulai pukul 18.15 WIB merupakan kerja sama antara rumah produksi Triwarsana dan Trans TV pada tahun 2008. Berdasarkan keterangan pihak Triwarsana kata “Termehek-mehek” diambil dari istilah masyarakat Medan yang


(56)

berarti menangis tersedu-sedu atau merasa tidak berdaya akibat sesuatu atau seseorang, hal ini diungkapkan oleh Helmi Yahya selaku produser acara tersebut dan kemudian diambillah kata Termehek-mehek sebagai judul dari tayangan

reality show ini.

Keberadaan “Termehek-mehek” segera meroket sebagai tayangan favorit pemirsa. Share dan rating terus beranjak naik. Program yang dipandu Mandala Soji dan Cici Panda ini ditonton lebih dari 3.961.000 pemirsa setia televisi pada minggu ke-47 tahun 2008, tayangan itu memperoleh rating dan share tertinggi dari semua acara yang ditayangkan di semua stasiun televisi yakni 9,3 dan 33,5. Termehek-mehek mampu mengalahkan dominasi sinetron di dalam urusan perolehan rating, seperti popularitas Cinta Fitri Season 3 diSCTV yang pada sesi sebelumnya terus berada di puncak. Berkat peringkat yang tinggi, iklan pun penuh memadati penayangan reality show “Termehek-mehek” yang durasinya sejak November diperpanjang dari 30 menjadi 45 menit.

Keberhasilan mehek dibuktikan dengan terpilihnya Termehek-mehek menjadi salah satu tayangan reality show terfavorit dalam ajang Panasonic Award 2009 dengan mengalahkan Happy Family Me Vs Mom, Mata-mata, Orang Ketiga, CLBK (Cinta Lama Bersemi Kembali) dan First Love.

Termehek-mehek juga menjadi topik yang paling sering dibahas di dunia maya, dan salah satu situs mengadakan polling antara sesama pengguna internet yang diberi nama Anugerah Bintang Indonesia (ABI) dan dari hasil polling tersebut didapatlah Termehek-mehek sebagai salah satu reality show terfavorit versi Anugerah Bintang Indonesia (ABI).


(57)

Tabel 2

Temehek-mehek sebagai program TV terfavorit versi ABI (Anugerah Bintang Indonesia) 2008

Sumber : PollDaddy.com

IV. 2 Proses Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan sejak Sabtu, 02 Mei 2009 sampai minggu 10 Mei 2009. Adapun tayangan yang akan diteliti pada tanggal tersebut mulai dari

Termehek-mehek (TRANSTV) 373, 25%

Inbox (SCTV) 243, 16%

Idola Cilik (RCTI) 186, 12%

Happy Family Me Vs. Mom (TRANSTV) 175, 12%

Akhirnya Datang Juga (TRANSTV) 115, 8%

KiSS Vaganza (INDOSIAR) 85, 6%

Super Soulmate Concert (INDOSIAR) 79, 5%

K!ck Andy (METROTV) 67, 4%

Si Bolang (TRANS|7) 58, 4%

Mamah dan Aa’ (INDOSIAR) 44, 3%

Djarum Indonesia Super League 2008/2009 (ANTV) 35, 2%

Kabar Pa$ar (TVONE) 34, 2%


(58)

18.15 WIB sampai 20.00 WIB tidak termasuk musik dan pesan komersil. Data disimpan dalam bentuk soft copy sebanyak 217,9 MB.

Data diperoleh dengan cara mendownload dari situs Youtube. Hal ini dikarenakan situs tersebut menyediakan rekaman tayangan termehek-mehek. Setelah data yang diterima telah memenuhi kriteria (tidak termasuk musik dan pesan komersil) terkumpul dalam bentuk softcopy, data tersebut dipindahkan dalam bentuk tulisan menyerupai naskah untuk memudahkan penelitian. Selanjutnya data-data tersebut dikoding sesuai dengan katagori yang tersedia.

Penelitian ini berangkat dari keprihatinan penulis melihat tayangan ini dimana hampir setiap tayangannya digambarkan secara jelas gambaran-gambaran reduksi moral, mulai dari membuka aib, tidak sopan kepada orang tua ataupun orang yang lebih tua, membuat keributan dan mengganggu kegiatan orang, melakukan tindak kekerasan kepada wanita dan menurut penulis hal ini secara tidak langsung memberi gambaran yang memunculkan anggapan-anggapan di masyarakat bahwa tindakan-tindakan tersebut sebagai sesuatu yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari padahal tindakan-tindakan tersebut hanya dilakukan oleh sebagian kecil orang saja. Keadaan yang menganggap hal tersebut sebagai hal yang lumrah dan biasa dilakukan inilah yang memprihatinkan penulis karena kalau hal ini terjadi terus menerus bisa dibayangkan bagaimana moral generasi selanjutnya.

IV. 3 Tingkat Reliabilitas

Dalam penelitian analisis isi, hasil pengkodingan dari dua pengkoding sangat menentukan validitas. Pengkoding kedua adalah Supriadi, Sarjana Fakultas


(1)

Daftar Pustaka

Dalu, Lintang Sinunggal. 2005, BINTANG KAGET! Ajang Ngetop Dalam

Besutan Kapitalisme Reality Show Televisi, Diva Press, Yogyakarta

Dardjowidjojo, Soenjono. 2005, Robohnya Moral Kami.Yayasan Obor Indonesia,

Yogyakarta.

Eillers. 1995, Berkomunikasi Antarbudaya, Nusa Indah, Flores.

Eriyanto. 1999, Metodologi Polling Memberdayakan Suara Rakyat, PT. Remaja

Rosdayakarya, Bandung.

Hadiwardoyo, AL. Purwa. 1994, Moral Dan Masalahnya, Kanisius, Yogyakarta.

Krippendorff, Klaus. 1993, Analisis Isi Pengantar Teori dan Metodolog,. PT Raja

Grafindo Persada, Jakarta.

Kriyantono, Rachmat. 2006, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Kencana,

Jakarta.

Kunsribudiasih. 2004, BERANI NOLAK TV!, DAR! MIZAN, Yogyakarta.

Littlejohn, Stephen W. 2005, Theories of Human Communication, Wadsworth

Publishing Company, USA

Mulyana, Deddy. 2002, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT Remaja

Rosdakarya, Bandung.

Nawawi, Hadari. 1995, Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada

University Press, Yogyakarta.

Nurudin, 2001, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka.

Rakhmat, Jalaluddin. 2004, Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi Contoh

Analisis Statistik. PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

_________________. 2005, Psikologi Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya,

Bandung

Sastropoetro, Santono R.A. 1990, Komunikasi Sosial. Remaja Rosdakarya,

Bandung.

Shoemaker, Pamela S. 2009, Mediating The Message : Theories of Influences On

Mass Media Content, USA: Longman.

Sinaga, Hasanudin dan Zaharuddin. 2004. Pengantar Studi Akhlak, PT Raja

Grafmdo Persada, Jakarta.

Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi. 2006. Metode Penelitian Survei. PT

Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta.


(2)

Tester, Keith. 1994. MEDIA, CULTURE and MORALITY. Taylor and Francis

Group Routhledge, London

Wahyudi, J.B, 1986, Media Komunikasi Massa Televisi, Alumni, Bandung.

Wahyuning, Wiwit.dkk, 2003, Mengkomunikasikan Moral, Elex Media

Komputindo, Yogyakarta.

Widyaningrum, Ari & Genuk Christiastuti, 2004, Reality Show: Tambang

Uang Baru Stasiun TV, http://wartaekonomi.com.

Wiryanto, 2006, Teori Komunikasi Massa, Grasindo, Jakarta.

Internet :

http://www.gumilarcenter.com/RealityShow

Media Cetak :

Analisa, edisi, 21 Juli 2009

Kompas, edisi 17 April 2009

Materi Lain :


(3)

(4)

LEMBAR KODING ADEGAN REDUKSI MORAL

NO

BENTUK ADEGAN REDUKSI MORAL

PELAKU TEMPAT A B C D E

D1 D2

1 2 3 1 2 1 2 1 2 3 4 5 6 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2

1 I I I

2 I I I

3 I I I

4 I I I

5 I I I

6 I I I

7 I I I

8 I I I

9 I I I

10 I I I

11 I I I

12 I I I

13 I I I

14 I I I

15 I I I

16 I I I

17 I I I

18 I I I

19 I I I

20 I I I

21 I I I

22 I I I

23 I I I

24 I I I

25 I I I

26 I I I

27 I I I

28 I I I

29 I I I

30 I I I

31 I I I

32 I I I

33 I I I

34 I I I

35 I I I

36 I I I

37 I I I

38 I I I

39 I I I

40 I I I

41 I I I

42 I I I

43 I I I

44 I I I

45 I I I

46 I I I

47 I I I

48 I I I

49 I I I

50 I I I

51 I I I

52 I I I

53 I I I

54 I I I

55 I I I

56 I I I

57 I I I

58 I I I

59 I I I

60 I I I

61 I I I

62 I I I

63 I I I

64 I I I

65 I I I

66 I I I

67 I I I

68 I I I

69 I I I

70 I I I

71 I I I

72 I I I

73 I I I

74 I I I

75 I I I

76 I I I

77 I I I


(5)

79 I I I

80 I I I

81 I I I

82 I I I

83 I I I

84 I I I

85 I I I

86 I I I

87 I I I

88 I I I

89 I I I


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Siti Rahayu Siregar

Umur

: 22 Tahun

T/ Tanggal Lahir

: Bahbutong, 5 Juni 1987

Alamat

: Jl. Setiabudi Psr I Gg. Pribadi III No. 12, Tanjung Sari,

Kecamatan Medan Selayang, Medan 20132

Agama

: Islam

No telepon

: 085275424422

E-mai

: aiyu_yaaaa@yahoo.com

Pendidikan

: Tamatan SDN 091421 Bahbutong (Berijazah)

Tamatan SMPN 1 (Berijazah)

Tamatan SMAN 4 Pematangsiantar (Berijazah)

Ayah

: Erwin Syafi’i Siregar SE

Ibu

: Subiyati


Dokumen yang terkait

Tayangan Variety Show Cinta Juga Kuya Dan Minat Menonton (Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Variety Show Cinta Juga Kuya di SCTV terhadap Minat Menonton di Kalangan Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU)

0 38 116

Media Literacy Dan Tayangan Reality Show (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Media Lietracy Terhadap Pemilihan Tayangan Termehek-Mehek Di Trans TV Pada Siswa SMP Santo Thomas 1 Medan)

5 93 144

Representasi Kemiskinan Pada Tayangan Reality Show (Analisis Semiotika Pada Program Acara Orang Pinggiran Trans 7)

16 83 94

MOTIF REMAJA DALAM MENONTON TAYANGAN REALITY SHOW TERMEHEK-MEHEK DITRANSTV( Studi pada Remaja Desa Bumiaji RW.01 Kecamatan Bumiaji-Batu)

2 21 2

TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN EKSPRESIF DALAM ACARA DRAMA REALITY SHOW TERMEHEK MEHEKDI TRANS TV

1 29 17

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP TAYANGAN REALITY SHOW “MASIH DUNIA LAIN” DI TRANS 7(Studi Deskriptif Opini Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan Reality Show “ Masih Dunia Lain: di Trans 7).

0 4 88

Dramatisasi dalam Tayangan Reality Show (Studi Analisis Isi Kualitatif Dramatisasi dalam Tiga Episode Reality Show Jika Aku Menjadi yang Disiarkan Trans TV).

0 0 12

TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN EKSPRESIF DALAM ACARA DRAMA REALITY SHOW TERMEHEK-MEHEKDI TRANS TV

0 0 17

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM REALITY SHOW “JOHN PANTAU” DI TRANS TV

0 0 136

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP TAYANGAN REALITY SHOW “MASIH DUNIA LAIN” DI TRANS 7(Studi Deskriptif Opini Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan Reality Show “ Masih Dunia Lain: di Trans 7)

0 0 20