BAB II URAIAN TEORITIS
Komunikasi massa adalah proses dimana organisasi media dihasilkan dan menyampaikan pesan kemasyarakat luas dan proses dimana pesan-pesan tersebut
diperlihatkan, digunakan, dimengerti, dan dipengaruhi oleh pemirsa. Pusat dari studi komunikasi massa adalah media. Organisasi media menyebarkan pesan-
pesan yang mempengaruhi dan mencerminkan kebudayaan masyarakat dan mereka memberikan informasi secara bersamaan ke penonton yang beragam
secara luas, membuat media bagian dari kekuatan institusional masyarakat. Media tentu saja, menyiratkan mediasi karena mereka muncul diantara
pemirsa dan dunia. McQuail menyarankan beberapa kiasan untuk menangkap ide ini. Media adalah jendela yang memungkinkan kita untuk melihat lingkungan
diluar kita, penafsir yang membantu kita memahami pengalaman, landasan atau operator yang menyampaikan informasi, komunikasi interaktif yang meliputi
umpan balik pemirsa, papan arah yang disediakan dengan petunjuk dan arahan, penyaring yang menyaring bagian-bagian pengalaman dan fokus pada yang lain,
cermin yang memantulkan diri kita kembali kepada kita, dan hambatan yang memblokir kebenaran. Joshua Meyrowitz menambahkan tiga tambahan kiasan
media sebagai penyalur, media sebagai bahasa, dan media sebagai lingkungan Littlejohn , 2005: 324.
Menurut Berelson Kerlinger, analisis isi merupakan suatu metode untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematik, objektif, dan
kuantatif terhadap pesan yang tampak kriyantono, 2008:230. Pelopor analisis isi
Universitas Sumatera Utara
adalah Harold D. Lasswell, yang mempelopori teknik symbol coding, yaitu mencatat lambang atau pesan secara sistematis, kemudian diberi interpretasi.
Metode analisis isi adalah metode yang digunakan untuk meriset atau menganalisis isi komunikasi secara sistematik, objektif dan kuantitatif serta isi
yang nyata. Sitematik berarti bahwa segala proses analisis harus tersusun melalui proses yang sistematik, mulai dari penentuan isi komunikasi yang dianalisis, cara
menganalisisnya, maupun kategori yang dipakai untuk menganalisis. Objek berarti periset harus mengesampingkan faktor-faktor yang bersifat subjektif
sehingga hasil analisis benar-benar objektif dan bila dilakukan riset lagi oleh orang lain maka hasilnya relatif sama serta yang diriset dan dianalisis adalah isi
yang tersurat tampak. Penggunaan analisis isi mempunyai beberapa manfaat atau tujuan yaitu:
a Menggambarkan isi komunikasi, mengungkapkan kecenderungan yang
ada pada isi komunikasi baik melaui cetak maupun elektronik. b
Membandingkan isi media dengan dunia nyata, melakukan pengujian terhadap apa yang ada di dalam dengan situasi aktual yang ada di dunia
nyata. c
Mendukung studi efek media massa, riset yang digunakan untuk melihat apakah pesan-pesan di media massa tersebut menumbuhkan sikap-sikap
yang serupa di antara para penggunanya. Analisis isi kuantitatif digunakan untuk membedah muatan teks
komunikasi yang bersifat manifest nyata. Dalam Analisis isi kuantitatif yang dipertimbangkan hanya “apa yang dikatakan” what akan tetapi tidak dapat
menyelidiki “bagaimana ia dikatakan” how.
Universitas Sumatera Utara
Analisis data pada riset kuantitatif berbeda dengan riset kualitatif karena pada data riset kuantitatif datanya bentuk angka-angka, maka analisis datanya
berupa penghitungan melalui uji statistik. Sedangkan data pada riset kualitatif tidak menggunakan uji statistik karena datanya berupa data kualitatif yaitu kata-
kata atau kalimat-kalimat, gambar-gambar dan bukan angka-angka. Jenis statistik yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif kuantitatif.
Dalam penelitian ini digunakan kerangka konsep untuk riset deskriptif dimana peneliti cukup mendefinisikan serta mengemukakan dimensi atau
subdimensi dari objek yang diteliti yaitu reduksi moral. Hasilnya adalah sebuah kategorisasi yang dijadikan sebagai ukuran-ukuran reduksi moral dengan
menggunakan: 1.
Unit tematik yaitu satuan berita, perhitungannya berdasarkan tema peristiwa yang ditayangkan.
2. Unit referens yaitu rangkaian kata atau kalimat yang menunjukkan sesuatu
yang mempunyai arti sesuai kategori. 3.
Uji sintaksis yaitu berupa simbol, penghitungannya adalah frekuensi kata atau simbol itu misalnya berapa kata atau adegan yang menggambarkan
reduksi moral dalam sebuah tayangan kriyantono, 235: 2008.
Gans 1979 dan Gitlin 1980 mengelompokkan berbagai macam perspektif yang dapat digunakan untuk melihat analisis isi kedalam beberapa
kategori : 1.
Isi media merefleksikan realitas sosial dengan atau tanpa distorsi. Dimana media massa menyampaikan gambaran realitas sosial secara akurat kepada
khalayak.
Universitas Sumatera Utara
Young 1981 memperkirakan bahwa isi media bebas dari distorsi. The Null Effects Mode menyatakan bahwa media massa menyediakan sebuah
representasi dari kenyataan dengan sedikit atau tanpa distorsi inilah alasan agar isi bebas distorsi meskipun sangat berbeda dari tradisionalnya wartawan sebagai
pemancar netral. Young percaya bahwa representasi hasil isi bukan karena wartawan adalah netral dan pengamat mulia serta perekam dari realitas, tapi lebih
karena mereka didorong dan didesak oleh pasukan penyeimbang misalnya, kaum liberal versus konservatif, para pendukung kontrol senjata versus Asosiasi
Senapan Nasional dalam memberikan pandangan yang cukup akurat tentang dunia.
Media massa, kata Young, para simultan “membeli” pandangan dari mereka yang memiliki kekuatan berita dan menjual pandangan mereka untuk
kelas pekerja. Hasil dari sistem pasar ini pembelian dan penjualan berita- mengurangi distorsi pada isi media, karena isi yang menyimpang akan memilki
sebuah penonton potensial yang lebih kecil dan akan kurang menguntungkan untuk para pemilik media. Dalam The Null Effects Theory media massa
dipandang sebagai mempunyai sedikit atau tidak berpengaruh pada perubahan sosial. Kontrol terletak di dalam penonton-antara mengontrol dan kelas pekerja-
prosesor yang aktif informasi. 2. Isi media dipengaruhi oleh pekerja media, baik dari kehidupan sosialnya
dan sikapnya. 3. Isi media dipengaruhi oleh rutinitas media, hal ini berhubungan dengan
bagaimana pekerja media bekerja dengan perusahaan media tersebut.
Universitas Sumatera Utara
4. Isi media dipengaruhi oleh institusi sosial dan kekuatan lain. Hal ini menggambarkan bahwa ada faktor eksternal antara komunikator dengan
organisasi media. 5. Isi media dipengaruhi oleh posisi ideologi. Hegemoni merupakan
pendekatan yang menyatakan bahwa media dipengaruhi oleh ideologi dan kekuatan yang ada di masyarakat.
Isi media adalah dasar dari dampak media, sebagian besar, terbuka dan dapat diakses untuk bagian studi yang paling jelas dari proses komunikasi massa,
tidak seperti di belakang layar keputusan-keputusan yang dibuat oleh produser, penulis, dan editor dan perilaku konsumen media. Mempelajari isi membantu kita
menduga hal-hal tentang fenomena yang kurang terbuka dan terlihat, orang-orang dan organisasi yang menghasilkan isi.
Ada beberapa cara yang bisa diandalkan untuk menentukan katagorisasi isi media. Kita bisa membedakannya berdasarkan perbandingan audiens
cendikiawan dengan audiens yang kurang terpelajar, efek khusus pro atau anti sosial atau media yang digunakan televisi, radio atau media cetak dan masih
banyak lagi dan diantara begitu banyak cara yang digunakan untuk membedakan isi media adalah berdasarkan penggunaan ataupun fungsi isi yang dirancang untuk
melayani masyarakat. Harold Lasswell 1948 mengidentifikasi tiga fungsi penting isi media dalam melayani masyarakat:
1. Pemantau, isi berita adalah yang paling sesuai dengan fungsi pengawasan.
Wright 1986 menunjukkan bahwa berita menyediakan “peringatan” tentang ancaman dan bahaya di dunia serta berguna untuk kehidupan
sehari-hari masyarakat seperti pasar saham, navigasi, dan lalu lintas udara.
Universitas Sumatera Utara
2. Korelasi, berkaitan dengan kegiatan propaganda. Isi korelatif mungkin
sebenarnya termasuk semua isi yang menafsirkan berita, walaupun hal ini adalah yang paling sering dianggap komunikasi yang bermaksud mencoba
untuk membujuk. Lasswell memang tidak menyebutkan periklanan, namun pertimbangan isi yg berhubung dengan periklanan dimana
memungkinkan konsumen untuk menghubungkan respon ataupun tanggapan pada kebutuhan.
3. Transmisi, hampir semua bentuk isi mengirimkan yang dirasakan norma
masyarakat dalam beberapa acara. Hal ini dikarenakan hampir semua media massa melakukan fungsi ini dalam beberapa acara mereka.
4. Hiburan, fungsi ini merupakan tambahan dari fungsi yang telah disebutkan
Lasswell dan dikemukakan oleh Wright 1986. Isi hiburan biasanya berkaitan dengan apa yang memberikan kepuasan segera, relaksasi, dan
tangguh untuk audiens dan apa yang berada di bawah kontrol dari produsen. Isi hiburan biasanya menghadirkan pengalaman manusia tetapi
hiburan tidak dirancang untuk menyampaikan peristiwa sebenarnya..
Dalam pandangan humanistik isi media dilihat sebagai bagian integral dari budaya yang nyata, bukan sebagai sesuatu yang terpisah dari budaya itu. Budaya
dapat diaplikasikan dalam berbagai cara termasuk salah satunya dalam isi media. Horace Newcomb 1982 berpendapat bahwa televisi bertindak sebagai sebuah
forum budaya. Hal ini bukan berarti isi hanya sebagai manifestasi budaya namun isi media adalah bagian dan sumber dari budaya. Itulah sebabnya, isi media
mengambil unsur budaya, membesar-besarkannya, membingkai budaya sedemikian rupa dan mengembalikannya lagi untuk audiens. Jika ada anggapan
Universitas Sumatera Utara
yang mengatakan budaya harus berubah, mengadaptasi dan memperbaiki maka isi media harus dijadikan sebagai salah satu katalisator untuk rem atau perubahan itu.
Terkait dengan budaya pula, Benjamin Lee Whorf dan Edward Sapir menyatakan bahwa bahasa mempengaruhi pemikiran dan perilaku, karakteristik
bahasa mempengaruhi proses kognitif kita, karena bahasa-bahasa di dunia sangat berbeda-beda dalam karakteristik semantik dan strukturnya maka orang yang
menggunakan bahasa yang berbeda juga akan berbeda dalam cara memandang dan berpikir tentang dunia. Akibatnya orang yang menggunakan bahasa yang
berbeda akan melihat dunia secara berbeda pula Tester, 1994: 85. Bahasa mencerminkan budaya. Makin besar perbedaan budaya, makin besar pula
perbedaan komunikasi baik dalam bahasa maupun dalam isyarat-isyarat non verbal. Begitu juga dengan bangsa Indonesia yang pastinya memiliki perbedaan
budaya dengan bangsa lain di dunia ini, di Indonesia dikenal adanya norma yang mengatur kehidupan bermasyarakat meskipun mungkin setiap orang memahami
norma secara berbeda-beda namun intinya tetap sama yaitu membuat manusia menjadi manusia yang lebih baik. Dari asal katanya saja norm, yang artinya alat
tukang kayu untuk mengukur sudut atau siku-siku. Dari sinilah kita dapat mengartikan norma sebagai pedoman, ukuran, aturan. Jadi, norma adalah sesuatu
yang dipakai untuk mengatur sesuatu yang lain atau sebuah ukuran. Dengan norma ini orang dapat menilai kebaikan atau keburukan suatu perbuatan. Norma
adalah aturan-aturan yang bersifat memerintah dan melarang. Menurut Sony Keraf 1991, secara umum norma dikelompokkan menjadi
dua yaitu: 1.
Norma Khusus
Universitas Sumatera Utara
Norma khusus adalah norma yang mengatur tingkah laku atau tindakan manusia dalam kelompok atau bidang tertentu. Seperti etika medis, etika
kedokteran, etika lingkungan, aturan main catur, aturan main bola, dan lain-lain. Dimana aturan tersebut hanya berlaku untuk bidang khusus dan tidak bisa
mengatur semua bidang. 2.
Norma Umum Norma umum bersifat universal yang artinya berlaku luas tanpa
membedakan kondisi atau situasi, kelompok orang tertentu. Secara umum norma umum menjadi tiga bagian, yaitu :
a. Norma sopan santun, norma ini menyangkut aturan pola tingkah laku dan sikap lahiriah seperti makan, minum, tata cara bertamu, menerima tamu, memberi
sambutan, tata cara berpakaian, dan lain-lain. Norma ini lebih berkaitan dengan tata cara lahiriah dalam pergaulan sehari-hari..
b. Norma hukum, norma ini sangat tegas dituntut oleh masyarakat. Alasan ketegasan tuntutan ini karena demi kepentingan bersama. Dengan adanya berbagai
macam peraturan, masyarakat mengharapkan mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan bersama. Keberlakuan norma hukum dibandingkan dengan norma
sopan santun lebih tegas dan lebih pasti karena disertai dengan jaminan, yakni hukuman terhadap orang yaitu yang melanggar norma ini.
c. Norma moral, norma ini mengenai sikap dan perilaku manusia sebagai manusia, norma moral menjadi tolak ukur untuk menilai tindakan seseorang itu baik atau
buruk. Norma ini tidak menilai manusia dari satu segi saja, melainkan dari segi manusia sebagai manusia. Dengan kata lain norma moral melihat manusia secara
menyeluruh, dari seluruh kepribadiannya. Disini terlihat secara jelas, penilaiannya
Universitas Sumatera Utara
lebih mendasar karena menekankan sikap manusia dalam menghadapi tugasnya, menghargai kehidupan manusia, dan menampilkan dirinya sebagai manusia dalam
profesi yang diembannya. Dalam hal ini dapat ditentukan baik buruknya seseorang dalam kapasitasnya sebagai manusia.
Moral sendiri berasal dari bahasa latin yakni mores kata jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan. Moral adalah tingkah laku manusia sejajar dengan
ajaran, peraturan, adat dan agama yang ditetapkan oleh masyarakat. Ajaran, peraturan, adat dan agama ini menentukan bagaimana harus hidup dan bertindak
agar menjadi manusia yang baik. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia Nurudin, 2001 moral berarti ajakan baik-buruk yang diterima umum mengenai
perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti, dan susila. Moral menyangkut kebaikan. Orang yang tidak baik juga disebut sebagai
orang yang tidak bermoral, atau sekurang-kurangnya sebagai orang yang kurang bermoral. Maka, secara sederhana kita mungkin dapat menyamakan moral dengan
kebaikan orang atau kebaikan manusiawi. Menurut Wiwit Wahyuning dalam bukunya Mengkomunikasikan Moral, yang dikatakan orang bermoral adalah:
a. Setia, jujur dan dapat dipercaya.
b. Baik hati, penyayang, empatis, peka dan toleran.
c. Pekerja keras, bertanggung jawab dan memiliki disiplin diri.
d. Mandiri, mampu menghadapi tekanan kelompok.
e. Murah hati, memberi dan tidak mementingka n diri sendiri.
f. Memperhatikan dan memiliki penghargaan tentang otoritas yang sah,
peraturan dan hukum. g.
Menghargai diri sendiri dan orang lain.
Universitas Sumatera Utara
h. Menghargai kehidupan, kepemilikan, alam, orang yang lebih tua dan orang
tua. i.
Santun dan memiliki adab kesopanan. j.
Adil. k.
Murah hati dan pemaaf. l.
Pemberani. m.
Tenang, damai dan tenteram. Moral sebenarnya memuat dua segi yang berbeda, yakni segi batiniah dan
segi lahiriah. Orang yang baik adalah orang yang memiliki sikap batin yang baik dan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik pula. Sikap batin itu sering kali
juga disebut hati. Orang yang baik mempunyai hati yang baik akan tetapi sikap batin yang baik baru dapat dilihat oleh orang lain setelah terwujud dalam
perbuatan lahiriah yang baik pula. Dengan kata lain, moral hanya dapat diukur secara tepat apabila kedua seginya diperhatikan. Orang hanya dapat dinilai secara
tepat apabila hati maupun perbuatannya ditinjau bersama. Tanggung jawab sebagai konsekuensi pelanggaran moral berbentuk tanggung jawab moral.
Terkait dengan tanggung jawab moral, media juga memiliki tanggung jawab moral kepada masyarakat terutama televisi memiliki tanggung jawab moral
untuk memberikan pendidikan dengan cara yang benar, mendidik masyarakat agar menjadi masyarakat yang cerdas dan bermoral selain fungsinya untuk menghibur.
Namun pada kenyataannya sebagian besar isi televisi termasuk kedalam kategori hiburan yang mengkhawatirkan. Seperti halnya tayangan reality show, acara yang
dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai rekayasa realita ini adalah salah satu jenis program acara televisi dimana pendokumentasian rekayasa realitas
Universitas Sumatera Utara
berlangsung tanpa skenario dengan menggunakan pemain dari khalayak umum biasa tidak menggunakan artis. Pengecualiannya adalah bila acara tersebut
mengenai kehidupan artis, maka yang didokumentasikan adalah kehidupan nyata bagaimana artis tersebut menjalani hari-harinya. Reality show biasanya
menggunakan tema seperti persaingan, kehidupan sehari-hari seorang selebritis, pencarian bakat, rekayasa jebakan, dan diangkatnya status seseorang dengan
diberikan uang banyak. Kemunculan program reality show “ Katakan Cinta” di RCTI pada
awal tahun 2003 menjadi pelopor tayangan reality show di berbagai stasiun televisi swasta nasional di Indonesia dan di tahun yang sama tepatnya pada bulan
Desember Indosiar menayangkan suatu program reality show bertajuk pencarian bakat yaitu Akademi Fantasi Indosiar AFI yang mengadopsi La Academia dari
Meksiko. Dan “Termehek-mehek” Trans TV yang berhasil menarik 3.961.000 penonton di jam tayangnya pukul 18.15 WIB yang dianggap cukup fantastis untuk
sebuah tayangan diluar sinetron. Fenomena maraknya tayangan reality show di layar televisi sendiri tidak
lepas dari keuntungan yang akan didapat oleh media dari penayangan reality show yang sedang digandrungi masyarakat, karena tiap spot 30 detik iklannya bisa
dihargai 18 juta rupiah oleh produsen. Kebutuhan masyarakat untuk melepaskan diri dari kenyataan hidup yang semakin tidak jelas juga merupakan salah satu
alasan yang membuat tayangan reality show semakin marak. Dalam ketidakjelasan inilah reality show dianggap mampu memberikan kejelasan
sehingga reality show yang awalnya hanya untuk memberikan hiburan dijadikan sebagai ajang bisnis oleh para awak media. Melalui reality show yang bertajuk
Universitas Sumatera Utara
ajang pencarian bakat sebagian masyarakat menggantungkan harapannya karena bagi sebagian masyarakat reality show dianggap bisa merubah kehidupan menjadi
lebih baik secara instan dan lewat tayangan reality show bertajuk charity masyarakat digugah hatinya untuk melihat kenyataan hidup yang menimbulkan
perasaan senasib sepenanggungan yang disertai harapan untuk dapat dibantu juga oleh tim reality show.
Kenyataan seperti ini sangat disayangkan karena harapan-harapan masyarakat pada reality show memang hanya sebuah “harapan” saja. Karena
dengan nama reality show sebenarnya program tersebut bukanlah sebuah acara realita karena sudah bisa dipastikan hampir seluruh tayangan reality show hanya
sebuah rekayasa dimana setiap adegannya sudah diatur dan mengikuti skenario serta dibuat senyata mungkin untuk membawa emosi penonton. Namun, di luar
acara-acara yang memang diadegankan tadi ternyata ada beberapa program reality show yang benar-benar realis yaitu program reality show yang “menelanjangi”
realitas-realitas yang begitu dekat dengan kehidupan masyarakat seperti tentang tingkah laku entah itu orang-orang biasa, atau justru berjuluk orang pemerintah.
Munculnya reality show sebagai media komunikasi publik diduga berpotensi mereduksi mengurangi nilai-nilai moral dan mengikis identitas
masyarakat Indonesia. Program tersebut juga dianggap mampu mengubah realitas publik dan menggantinya dengan realitas yang ada dalam reality show tersebut.
Sunardi dalam Strinati 2007 mengatakan bahwa media dan konsumsi menggeser ikatan sosial yang semula mementingkan aspek moral dan ikatan
estetik. Dengan kehadiran reality show seperti Termehek-mehek dapat mengikis aspek moral yang dimiliki oleh budaya timur.
Universitas Sumatera Utara
Kehadiran reality show sebagai alternatif pilihan penonton Indonesia dilihat selain memiliki dampak positif seperti:
1. Sesuai dengan tujuan semula dari reality show yaitu untuk hiburan, maka tayangan reality show dapat memberikan aspek hiburan untuk melepaskan diri
dari permasalahan yang berkembang dalam kehidupan sehari-hari. 2. Reality show dapat menumbuhkan rasa sosial dikalangan pemirsa terhadap
orang lain yang menderita yang ditampilkan dalam tayangan tersebut. Seperti yang diharapkan dalam Charity Reality Show.
3. Menjadi salah satu jalan untuk mencapai cita-cita sebagian masyarakat menjadi seorang bintang melalui Reality Show yang bertajuk kontes bakat atau pencarian
bintang. 4. Reality show membantu banyak masyarakat dalam memecahkan permasalahan
hidupnya seperti mencari orang yang sudah lama hilang atau tidak diketahui keberadaannya.
Namun reality show juga memiliki dampak negatif seperti: 1. Popularitas peserta kontes adu bakat sangat tinggi pada saat kontes tersebut
berlangsung, tetapi setelah selesai popularitasnya menurun untuk beberapa masih dapat mempertahankan popularitas tersebut dan popularitas yang tiba-tiba
melonjak tinggi secara psikologis dapat membuat peserta terlalu percaya diri, dan semakin cepat meroket, dan ketika jatuhnya mereka pun akan cepat juga dan
terasa berat. 2. Reality show yang intinya membantu proses pencarian orang yang hilang
biasanya tanpa disadari menjadi ajang untuk membuka aib seseorang kepada
Universitas Sumatera Utara
orang banyak yang tanpa disadari atau tidak tayangan-tayangan seperti ini bisa berdampak pada berkurangnya reduksi moral pada masyarakat kita.
3. Semakin tingginya harapan masyarakat untuk dibantu tim reality show karena banyaknya tayangan reality show yang bertemakan charity. Dan hal ini bertolak
belakang dengan nilai-nilai agama yang mengharuskan umatnya untuk selalu berusaha selain berdo’a dan pasrah kepada Allah SWT.
Salah satu dampak negatif tayangan-tayangan reality show ini dapat dilihat pada tayangan reality show “Termehek-mehek” yang merupakan besutan stasiun
televisi swasta Trans TV. Tayangan ini kini menjadi fenomena baru reality show karena biasanya reality show tidak akan mengekspos lebih jauh kehidupan orang
atau privasinya namun pada acara ini penonton dapat menyaksikan dan mengikuti kisah-kisah yang bisa dibilang sangat private yang menyangkut aib seseorang.
Terbukanya aib seseorang ini, sebetulnya bukan hanya keuntungan bagi si pelapor karena akan dibantu tim reality show dibanding kasus yang tanpa “bumbu aib”,
tetapi juga kerugian bagi dirinya karena sebetulnya akan ada pihak-pihak lain selain pelapor yang akan dirugikan, memang menjadi dilema bagi si pelapor
seperti dalam salah satu episode suatu acara pelapor adalah wanita yang hamil minta pertanggungjawaban lelaki menghamilinya tetapi dari sini masyarakat akan
tahu bahwa dia pernah berbuat salah, “berhubungan di luar nikah” dan memang semua orang pernah berbuat salah, tapi tidak semua orang tentunya ingin orang
tahu kesalahannya. Bahkan gambaran berkurangnya reduksi moral bisa kita saksikan dalam tayangan ini seperti ketidaksopanan pada orang yang lebih tua,
kata-kata kotor dan kasar yang sudah menjadi bahasa sehari-hari untuk mengungkapkan kekesalan pada seseorang, seperti di salah satu episode si pelapor
Universitas Sumatera Utara
memaki tantenya sendiri karena tidak memberitahukan keberadaan ibunya yang menjadi target pencarian. Serta membuat keributan di kediaman orang dan banyak
lagi gambaran bentuk-bentuk reduksi moral lainnya yang mungkin akan di temukan lewat penelitian ini.
Reality show ”Termehek-mehek” adalah program acara yang lebih memfokuskan pada pencarian orang hilang, namun dalam banyak episode yang
terjadi adalah drama pengungkapan aib seseorang dan gambaran mulai berkurangnya moral serta pegangan hidup manusia yaitu agama dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari. Karena pada tayangan ini kita juga bisa menyaksikan orang yang hilang ternyata sudah menjadi Pekerja Seks Komersil
PSK, atau tukang kawin atau malah playboy
Hal ini merupakan salah satu dampak negatif media massa yang menjadi indikasi mereduksinya nilai-nilai moral karena norma masyarakat yang tadinya
menjadi pegangan dalam menjalani hidup sebagai manusia yang bermoral semakin diabaikan pada masyarakat kita. Hal lain yang ditimbulkan dari efek
media massa adalah moral dan ruang pribadi yang kini nyaris tak ada lagi, semua hal bisa terungkap lewat media dan asal punya skandal serta berani membukanya,
semua orang bisa masuk televisi. dan masih banyak kisah-kisah yang
lebih miris. Termehek-mehek juga menyajikan seorang pria beristri yang menghamili cewek lain, justru malah kepergok sedang pacaran sama cewek lain
alias ada 3 cewek yang menjadi korban pria tersebut. Dan, anehnya pria ini diekspos begitu saja di depan kamera. Jutaan mata pemirsa Indonesia
menyaksikan tayangan ini. Lewat tayangan reality show “Termehek-mehek” ini semua hal diatas menjadi sesuatu yang lumrah.
Universitas Sumatera Utara
Selain beberapa gambaran reduksi moral baik verbal maupun non verbal yang sudah penulis jabarkan diatas, masih banyak lagi gambaran reduksi moral
baik verbal maupun non verbal yang tentunya tidak sesuai dengan norma moral dan nilai-nilai keagamaan yang akan ditemukan penulis dalam tayangan reality
show “Termehek-mehek” sebagai bentuk gambaran reduksi moral baik verbal maupun non verbal. Oleh karena itu penulis melakukan penelitian ini, untuk
melihat seberapa banyak penggambaran reduksi moral yang terdapat pada tayangan reality show “Termehek-mehek” di Trans TV.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN