Teori Motivasi Harapan - Victor Vroom Teori Motivasi Keadilan Teori Belajar Kognitif menurut Piaget

22 dasarnya satu negatif teori X yang mengandaikan bahwa kebutuhan order rendah mendominasi individu, dan satu lagi positif teori Y bahwa kebutuhan order tinggi mendominasi individu.

3. Teori Motivasi - Higiene

Dikemukakan oleh psikolog Frederick Herzberg, yang mengembangkan teori kepuasan yang disebut teori dua faktor tentang motivasi. Dua faktor itu dinamakan faktor yang membuat orang merasa tidak puas atau faktor-faktor motivator iklim baik atau ekstrinsik-intrinsik tergantung dari orang yang membahas teori tersebut. Faktor-faktor dari rangkaian ini disebut pemuas atau motivator yang meliputi: prestasi achievement, pengakuan recognition, tanggung jawab responsibility, - kemajuan advancement, pekerjaan itu sendiri the work itself, kemungkinan berkembang the possibility of growth.

4. Teori Motivasi kebutuhan McClelland

teori ini dikemukakakn oleh McCelland. Teori ini dikenal dengan teori kebutuhan. Teori ini memfokuskan pada tiga kebutuhan, yaitu: prestasi achievement, kekuasaan power, afiliasi pertalian.

5. Teori Motivasi Harapan - Victor Vroom

Teori ini berargumen bahwa kekuatan dari suatu kecenderungan untuk bertindak dengan suatu cara tertentu bergantung pada kekuatan dari suatu pengharapan bahwa tindakan itu akan diikuti oleh suatu keluaran tertentu, dan pada daya tarik dari keluaran bagi individu tersebut. Teori pengharapan mengatakan seorang karyawan dimotivasi untuk menjalankan tingkat upaya yang tinggi bila ia meyakini upaya akan menghantarkan ke suatu penilaian kinerja yang baik, suatu penilaian yang baik akan mendorong ganjaran-ganjaran organisasional, seperti bonus, 23 kenaikan gaji, atau promosi dan ganjaran itu akan memuaskan tujuan pribadi karyawan tersebut.

6. Teori Motivasi Keadilan

Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa orang-orang dimotivasi oleh keinginan untuk diperlakukan secara adil dalam pekerjaan. Individu bekerja untuk mendapat tukaran imbalan dari organisasi.

7. Reinforcement theory

Teori motivasi ini tidak menggunakan konsep suatu motif atau proses motivasi. Sebaliknya teori ini menjelaskan bagaimana konsekuensi perilaku dimasa yang lalu mempengaruhi tindakan di masa yang akan datang dalam proses pembelajaran. Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu, maka akan banyak menentukan kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya.

c. Menumbuhkan Motivasi bagi Pelajar

Dalam setiap bidang, motivasi selalu dibutuhkan, karena inilah yang menjadi pendorong atau tenaga untuk bergerak. Begitupun dengan pelajar. Motivasi pelajar dibutuhkan agar siswa lebih giat dalam belajar dan berinovasi menghasilkan karya yang positif. Untuk memotivasi pelajar, ada beberapa cara. Diantaranya adalah: 1. Menetapkan visi Setiap pelajar hendaknya memiliki visi yang jelas. Untuk apa dia belajar? Apa yang diharapkan begitu ia menyelesaikan studinya? Dengan demikian, ia tidak akan asal saja dalam menjalani proses studinya. Seorang Luiz Alvarez, peraih Nobel Fisika, selalu melaksanakan nasihat ayahnya untuk selalu duduk diam sambil memejamkan mata dan berusaha memikirkan persoalan baru, untuk kemudian diteliti dan 24 dipecahkan. Ia selalu bermimpi untuk menjadi The Most, The Best and The First dalam setiap bidang yang digelutinya. Kebiasaan baik Luiz ini bisa dijadikan motivasi pelajar, agar memiliki mental juara. 2. Belajar bukan karena paksaan Jadikan belajar sebagai makanan, dimana Anda akan lapar jika tidak melakukannya. Buat bagaimana caranya agar belajar menjadi aktivitas yang menyenangkan, bukan suatu paksaan. Memang, awalnya ini seperti sebuah pengorbanan. Namun jika Anda menjalaninya dengan ikhlas, maka lama kelamaan Anda akan bisa menikmati proses belajar, bahkan ketagihan. Leon Joseph, seorang seniman Prancis di abad 19 bisa memotivasi pelajar melalui nasihatnya: Kebahagiaan adalah mereka yang berani bermimpi dan berani berkorban demi mewujudkan mimpinya. 3. Fokus Sebuah ungkapan yang sangat bagus untuk memotivasi pelajar adalah: kehidupan tidak akan pernah menjadi luar biasa tanpa focus, dedikasi dan disiplin. Dengan fokus, maka akan membuat Anda lebih tajam dalam menentukan sasaran. Ibaratnya, sinar matahari tidak akan bisa membakar kertas, akan tetapi jika sinar ini difokuskanlewat sebuah kaca pembesar, sinar ini mampu membakar tidak hanya kertas, tapi bahkan daging pun bisa matang terbakar. 4. Tidak ada kamus menyerah Setiap orang pastinya pernah mengalami kegagalan. Mungkin Anda juga pernah mengalaminya. Bisa jadi Anda sudah bersusah payah, berjuang, belajar, namun Anda tidak mendapatkan hasil yang diinginkan. Kesuksesan akan mendatangi siapa saja yang tidak takut terhadap kegagalan. Begitulah ucapan Winston Churchill, tokoh terpenting sejarah Inggris Modern dan sejarah dunia, yang bisa memotivasi pelajar. 5. Membutuhkan waktu dan kesabaran 25 Kata-kata seorang Napoleon Hill mungkin bisa dijadikan motivasi pelajar: kesabaran, keteguhan hati, dan kerja keras adalah kombinasi untuk sukses. Karenanya, jika Anda ingin sukses, maka Anda harus siap menjalani prosesnya. Akan beda hasilnya jika Anda belajar ketika akan ujian saja, dengan mereka yang belajar secara rutin. Persiapan mendadak dalam ujian, bisa jadi akan mengacaukan semuanya. Ingatan yang tidak mengendap lama akan mudah hilang begitu saja. Tidak semua orang yang sukses memiliki prestasi yang bagus sejak kecil. Bahkan, tidak sedikit yang menemui masalah, seperti disleksia atau sukar mengeja kata-kata. Sebut saja dalam hal ini Bill Gates pendiri dan CEO Microsoft dan Lee Kuan Yew mantan Perdaa Menteri Singapura, kemudian menjadi menteri Senior adalah dua contoh penderita disleksia yang berhasil. Kunci mengatasi masalahnya tidak lain adalah memberikan pengulangan belajar dan memberikan dorongan pada anak tersebut. Itulah mengapa, motivasi pelajar ini memegang peran penting dalam mendukung kesuksesan seseorang. Secara garis besar ada dua faktor yang membuat seseorang dapat termotivasi untuk belajar, yaitu: Pertama, motivasi belajar berasal dari faktor internal. Motivasi ini terbentuk karena kesadaran diri atas pemahaman betapa pentingnya belajar untuk mengembangkan dirinya dan bekal untuk menjalani kehidupan. Kedua, motivasi belajar dari faktor eksternal, yaitu dapat berupa rangsangan dari orang lain, atau lingkungan sekitarnya yang dapat memengaruhi psikologis orang yang bersangkutan. Motivasi belajar tidak akan terbentuk apabila orang tersebut tidak mempunyai keinginan, cita-cita, atau menyadari manfaat belajar bagi dirinya. Oleh karena itu, dibutuhkan pengkondisian tertentu, agar diri kita atau siapa pun juga yang menginginkan semangat untuk belajar dapat termotivasi. 26 Ada beberapa untuk meningkatkan motivasi belajar kita, diantaranya: Bergaul dengan orang-orang yang senang belajar dan berprestasi, akan membuat kita pun gemar belajar. Selain itu, coba cari orang atau komunitas yang mempunyai kebiasaan baik dalam belajar; Bertanyalah tentang pengalaman di berbagai tempat kepada orang-orang yang pernah atau sedang melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, orang-orang yang mendapat beasiwa belajar di luar negeri, atau orang-orang yang mendapat penghargaan atas sebuah presrasi; Kebiasaan dan semangat mereka akan menular kepada kita. Seperti halnya analogi orang yang berteman dengan tukang pandai besi atau penjual minyak wangi. Jika kita bergaul dengan tukang pandai besi, maka kita pun turut terciprat bau bakaran besi, dan jika bergaul dengan penjual minyak wangi, kita pun akan terciprat harumnya minyak wangi; Belajar apapun, Pengertian belajar di sini dipahami secara luas, baik formal maupun nonformal. Kita bisa belajar tentang berbagai keterampilan seperti merakit komputer, belajar menulis, membuat film, berlajar berwirausaha, dan lain lain-lainnya; Belajar dari internet, Kita bisa memanfaatkan internet untuk bergabung dengan kumpulan orang-orang yang senang belajar. Salah satu milis dapat menjadi ajang kita bertukar pendapat, pikiran, dan memotivasi diri. Sebagai contoh, jika ingin termotivasi untuk belajar bahasa Inggris, kita bisa masuk ke milis Free- English-Courseyahoogroups.com. ; Bergaulah dengan orang-orang yang optimis dan selalu berpikiran positif. Di dunia ini, ada orang yang selalu terlihat optimis meski masalah merudung. Kita akan tertular semangat, gairah, dan rasa optimis jika sering bersosialisasi dengan orang-orang atau berada dalam komunitas seperti itu, dan sebaliknya; Cari motivator. Kadangkala, seseorang butuh orang lain sebagai pemacu atau mentor dalam menjalani hidup. Misalnya: teman, pacar, ataupun pasangan hidup. Anda pun bisa melakukan hal serupa dengan mencari seseorangkomunitas yang dapat membantu mengarahkan atau 27 memotivasi Anda belajar dan meraih prestasi. Resep sukses menurut William A. Ward: Belajar ketika orang lain tidur, bekerja ketika orang lain bermalasan, dan bermimpi ketika orang lain berharap.

d. Faktor-faktor penyebab perbedaan motivasi belajar

Menurut Winkel, 1997, beberapa faktor di bawah ini sedikit banyak memberikan penjelasan mengapa terjadi perbedaaan motivasi belajar pada diri masing-masing orang, di antaranya: Perbedaan fisiologis physiological needs, seperti rasa lapar, haus, dan hasrat seksual. Perbedaan rasa aman safety needs, baik secara mental, fisik, dan intelektual. Perbedaan kasih sayang atau afeksi love needs yang diterimanya. Perbedaan harga diri self esteem needs. Contohnya prestise memiliki mobil atau rumah mewah, jabatan, dan lain-lain. Perbedaan aktualisasi diri self actualization , tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.

2. Cara Menjadi Pembelajar Efektif

Setiap orang mungkin mendambakan kemampuan lebih dalam mengingat suatu hal, materi, peristiwa atau hal apapun secara akurat. Mengingat informasi yang sedang dipelajari, dan mampu mengaplikasaikannya kembali dalam berbagai macam situasi dengan baik secara efektif. Willis, J. 2008 mengungkapkan beberapa cara untuk meningkatkan kemampuan pembelajar kearah yang lebih efektif, diantaranya dengan: a. Meningkatkan kemampuan dasar dalam mengingat; Beberapa cara terbaik untuk meningkatkan daya ingat, adalah meningkatkan fokus, menghindari sesi menjemukan dan pengaturan waktu belajar; b. Terus belajar dan berani mencoba dengan berlatih hal-hal yang baru. Salah satu cara untuk menjadi seorang pembelajar yang efektif adalah hanya dengan terus belajar; 28 c. Belajar dengan berbagai cara. Belajar tidak hanya terfokus pada satu cara saja, tetapi dengan melibatkan dan memfungsikan indera lain. Tidak hanya mendengarkan, tetapi dibantu dengan indera mata untuk melihat visualisasi, dan melatihnya secara verbal melalui indra mulut kita. Dengan cara seperti ini memudahkan otak untuk menyimpan data tentang subjek, interkoneksinya akan lebih cepat dan mudah; d. Mengajarkan apa yang telah dikuasai kepada orang lain; e. Memanfaatkan kemampuan belajar sebelumnya dalam menggunakan kemampuan belajar baru. Banyak cara untuk menjadi pembelajar yang efektif diantaranya dengan menggunakan pembelajaran relasional, yang melibatkan interkonektivitas informasi baru untuk hal-hal yang sudah diketahui. Sebagai contoh, jika Anda belajar tentang Romeo dan Juliet, Anda mungkin mengasosiasikan apa yang Anda pelajari tentang permainan dengan pengetahuan sebelumnya yang Anda miliki tentang Shakespeare, seperti periode sejarah dan informasi yang relevan mengenai penulis dan kehidupannya dan lainnya; f. Berlatih dari pengalaman. Belajar biasanya akan melibatkan kemampuan membaca buku, menghadiri perkuliahan atau melakukan penelitian di perpustakaan atau dalam web. Ketika melihat-lihat buku bacaan dan menulis beberapa catatan yang dianggap penting, sebenarnya hal tersebut telah menerapkan kemampuan dalam memperoleh pengetahuan dan mengembangkan pengetahuan yang dimiliki. Perlu latihan dan keteraturan seperti dalam berolah raga; g. Lebih baik melihat jawaban dibanding berusaha keras untuk mengingat-ingat informasi. Tentu saja, belajar bukanlah proses yang sempurna. Kadang-kadang, kita melupakan rincian hal-hal yang telah kita pelajari. Jika Anda menemukan diri Anda berjuang untuk mengingat beberapa berita gembira informasi, penelitian menunjukkan bahwa Anda lebih baik menawarkan hanya mencari 29 jawaban yang benar. Satu studi menemukan bahwa semakin lama Anda menghabiskan mencoba mengingat jawabannya, semakin besar kemungkinan akan melupakan jawaban di kemudian hari. Mengapa? Karena upaya untuk mengingat informasi yang dipelajari sebelumnya benar-benar hasil dalam belajar error state bukan jawaban yang benar; h. Memahami gaya belajar terbaik yang dimiliki. Strategi lain yang efisiensi dalam belajar adalah mengenali kebiasaan dan gaya belajar Anda. Ada sejumlah teori yang berbeda tentang gaya belajar, yang semua bisa membantu Anda mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana Anda belajar dengan baik. i. Gunakan ujian untuk meningkatkan kemampuan belajar. Meskipun kelihatannya menghabiskan waktu belajar, namun ujian merupakan salah satu cara terbaik untuk memaksimalkan proses belajar, penelitian menunjukkan, mengambil tes sebenarnya membantu mengingat apa yang telah Anda pelajari. Chan, J.C., et all, 2007. Penelitian mengungkapkan bahwa siswa yang belajar dan kemudian diuji sudah ingat jangka panjang yang lebih baik dari bahan, bahkan pada informasi yang tidak tercakup dalam tes. Siswa yang punya waktu ekstra untuk belajar tetapi tidak diuji memiliki signifikansi lebih rendah. j. Tidak mengerjakan terlalu banyak tugas multitasking, penelitian menunjukkan bahwa multitasking sebenarnya dapat membuat belajar kurang efektif. Dalam studi tersebut, peserta kehilangan sejumlah besar waktu mereka, dengan beralih dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya, Anda akan belajar lebih lambat, menjadi kurang efisien dan membuat kesalahan lebih. Bagaimana Anda bisa menghindari bahaya multitasking? Mulailah dengan memusatkan perhatian Anda pada tugas di tangan dan terus bekerja dengan jumlah waktu yang telah ditentukan. 30

a. Prinsip Belajar

Prinsip atau konsep-konsep belajar disampaikan oleh Robert M.Gegne, Muslam, dkk, 2004:28 meliputi: 1. Kontiguitas, memberikan situasi atau materi yang mirip dengan harapan pendidikan tentang respon anak yang diharapkan, beberapa kali secara berturut-turut. 2. Pengalaman, adanya situasi dari respon secara berulang-ulang sehingga menjadi sebuah kebiasaan tingkah laku yang dipraktikkan supaya belajar menjadi lebih sempurna dan lebih lama diingat. 3. Penguatan, adanya respon menyenangkan seperti hadiah bagi prestasi belajar tertentu 4. Motivasi positif, percaya diri dalam belajar 5. Tersedia materi pelajaran yang lengkap dan menyeluruh untuk memancing siswa 6. Ada upaya membangkitkan ketrampilan intelektual untuk belajar 7. Ada strategi yang tepat untuk membiasakan anak-anak dalam belajar 8. Aspek jiwa anak harus dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam pengajaran. Menurut prinsip-prinsip yang disampaikan oleh Robert M.Gegne tersebut di atas, bahwa pengulangan merupakan sebagian dari prinsip atau konsep dasar dalam proses pembelajaran. Pengulangan ini menjadikan sebuah perilaku dapat dilakukan secara terus-menerus secara berkala dan menjadi sebuah kebiasaan. Artinya, bahwa pembiasaan merupakan sebagian dari proses belajar yang handal untuk diterapkan.

b. Proses Perbuatan Belajar

Sebagaimana dikutip oleh Sudjana dalam bukunya, Dasar-Dasar Belajar Mengajar 2009, Gagne berpendapat bahwa terdapat delapan tipe perbuatan yang diidentikkan sebagai perbuatan belajar. Delapan tipe tersebut adalah: 31 1. Belajar Signal, yang merupakan proses belajar yang paling sederhana yang melibatkan reaksi dan rangsangan saja. 2. Belajar mereaksi perangsang melalui penguatan, yaitu memberikan reaksi yang berulang-ulang ketika terjadi suatu penguatan rangsangan. Membiasakan reaksi secara berulang-ulang dan permanen. 3. Belajar membentuk rangkaian, yaitu belajar yang menghubungkan gejalafaktor yang satu dengan lainnya sehingga membentuk sebuah rangkaian yang berarti. 4. Belajar asosiasi verbal, yaitu memberikan reaksi dalam bentuk kata- kata dan bahasa, terhadap perangsang yang diterimanya 5. Belajar membedakan hal yang majemuk, yaitu memberikan reaksi yang berbeda terhadap perangsang yang hampir sama sifatnya. 6. Belajar konsep, yaitu menempatkan obyek menjadi satu klasifikasi tertentu di dalam pemikiran dan konsepsi tertentu. 7. Belajar kaedah, yaitu menghubungkan beberapa konsep. 8. Belajar memecahkan masalah dengan cara menggabungkan beberapa kaedah dalam rangka menyelesaikan masalah tertentu. Dari kedelapan perbuatan belajar di atas memberikan gambaran bahwa yang termasuk dalam perbuatan proses belajar salah satunya adanya suatu kegiatan yang dibiasakan secara berulang-ulang dalam rangka merangkaikan beberapa stimulus, sehingga reaksi yang dihasilkan lebih cepat dan mudah terbentuk. Stimulus-stimulus diusahakan untuk dilakukan dalam proses tersebut, yang mana stimulus itu juga akan memberikan dampak signifikan di masa yang akan datang, bagi persepsi dan apresiasi individu terhadap sebuah tujuan belajar atau tugas perkembangan tertentu.

c. Teori Belajar

Banyak teori belajar yang bersumber dari aliran-aliran psikologi. Ada lima teori besar yang membahas tentang belajar, kelima teori tersebut 32 adalah: 1 teori behaviorisme; 2 teori belajar kognitif menurut Piaget; 3 teori pemrosesan informasi dari Gagne, dan 4 teori belajar gestalt.

1. Teori Behaviorisme

Sebagaimana telah dikemukakan pada Bab II bahwa behaviorisme merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku individu. Behaviorisme memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme ini, diantaranya :

a. Connectionism S-R Bond menurut Thorndike.

Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya: 1. Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus - Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara Stimulus- Respons. 2. Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pemdayagunaan satuan pengantar conduction unit, dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. 3. Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.

b. Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov

33 Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya : 1. Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer, maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat. 2. Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer , maka kekuatannya akan menurun.

c. Operant Conditioning menurut B.F. Skinner

Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya : 1. Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat. 2. Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah. Reber Muhibin Syah, 2003 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning.

d. Social Learning menurut Albert Bandura

34 Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus S-R Bond, melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan imitation dan penyajian contoh perilaku modeling. Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan. Sebetulnya masih banyak tokoh-tokoh lain yang mengembangkan teori belajar behavioristik ini, seperti : Watson yang menghasilkan prinsip kekerapan dan prinsip kebaruan, Guthrie dengan teorinya yang disebut Contiguity Theory yang menghasilkan Metode Ambang the treshold method, metode meletihkan The Fatigue Method dan Metode rangsangan tak serasi The Incompatible Response Method, Miller dan Dollard dengan teori pengurangan dorongan.

2. Teori Belajar Kognitif menurut Piaget

Dalam bab sebelumnya telah dikemukan tentang aspek aspek perkembangan kognitif menurut Piaget yaitu tahap a sensory motor; b pre operational ; c concrete operational dan d formal operational. Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan 35 lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah : a. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak. b. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya. c. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing. d. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya. e. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.

3. Teori Pemrosesan Informasi dari Robert Gagne