lebih mudah dan lebih cepat. Semuanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing Hana,tahun 2008.
2.5 Manfaat dari sirkumsisi dan faktor penghambat dalam sirkumsisi
Ada banyak manfaat yang menjadi alasan orang tua untuk melakukan tindakan sirkumsisi adalah:
• Membuat penis menjadi lebih bersih
• Mengurangi resiko terkena HIV
• Mengurangi resiko terkena karsinoma penis
• Mengurangi terjadinya kanker serviks
• Pencegah fimosis.
Dan ada juga yang menjadi faktor penghambat yang membuat orang tua untuk tidak melakukan tindakan sirkumsisi adalah:
• Takut terhadap resiko atau komplikasi dalam sirkmsisi
• Kepercayaan bahwa prepusium di butuhkan
• Kepercayaan bahwa sirkumsisi mempengaruhi dalam kenikmatan seks
AAP,tahun 2010.
2.6 Indikasi 2.6.1 Agama
Sirkumsisi merupakan tuntunan syariat Islam yang sangat mulia dan disyariatkan baik untuk laki-laki maupun perempuan. Orang-orang Yahudi dan
Nasrani-pun dan sekarang juga banyak yang melakukannya Hana,tahun 2008.
2.6.2 Medis 1. Fimosis
Fimosis adalah keadaan di mana prepusium tidak dapat di tarik ke belakang proksimalmembuka.Kadang-kadang lubang pada prepusium hanya sebesar
ujung jarum, sehingga sulit untuk keluar Purnomo, tahun 2003. Pada 95 bayi, kulub masih melekat pada glans penis sehingga tidak dapat di tarik ke
belakang dan hal ini tidak dikatakan fimosis.Pada umur 3 tahun anak yang fimosis sebanyak 10 Ikatan dokter Anak Indoneisa,tahun 2008 .
Universitas Sumatera Utara
Keadaan yang dapat menimbulkan fimosis adalah: 1
Bawaan kongenital, paling banyak 2
Peradangan Purnomo, tahun 2003.
2. Parafimosis
Parafimosis adalah keadaan di mana prepusium tidak dapat ditarik ke depan distalmenutup.Pada keadaan ini, glan penis atau batang penis dapat terjepit
oleh prepusium yang bengkak.Keadaan ini paling sering oleh peradangan.Pada parafimosis sebaiknya kita melakukan reduksi sebelum disirkumsisi
Bachsinar, tahun 1993.
3. Kondiloma Akuminata
Kondiloma Akuminata adalah papiloma multiple yang tumbuh pada kulit genitalia eksterna.Bentuknya seperti kulit, multiple dan permukaan kasar.
Faktor predisposisinya adalah perawatan kebersiahan genitalia yang buruk.Bila lesi meliputi permukaan glands penis atau permukaan dalam
mukosa prepusium, maka tindakan terpilih adalah sirkumsisi untuk mencegah perluasan dan kekambuhan. Lesi ringan dapat dicoba diobati
dengan pedofilin topical Bachsinar, tahun 1993.
4. Karsinoma penis
Karsinoma penis Ada dua tipe, yaitu papiliformis bentuk papil, dan ulseratif bentuk ulcus Bachsinar, tahun 1993.
2.7 Kontraindikasi 2.7.1 Kontraindikasi mutlak
1. Hipospadi
Kelainan ini merupakan kelainan muara uretra eksterna.pada hipospadi berada di ventral penis mulai dari glans penis sampai perineum.hipospadi terjadi
karena kegagalan atau kelambatan penyatuan lipatan uretra digaris tengah. Insiden dari hipospadi 1 per 300 anak.Ikatan Dokter Anak Indonesia,tahun
2008
Universitas Sumatera Utara
2. Kelainan Hemostasis
Adalah kelainan yang berhubungan dengan jumlah dan fungsi trombosit, faktor-faktor pembekuan, dan vaskuler. Jika salah satu terdapat kelainan
dikhawatirkan akan terjadi perdarahan yang sulit diatasi selama atau setelah sirkumsisi. Kelinan tersebut adalah hemophilia, trombositopenia dan penyakit
kelainan hemostasis lainnya Herman ,tahun 2000.
2.7.2 Kontraindikasi relatif
a. Infeksi lokal pada penis dan sekitarnya
b. Infeksi umum
c. Diabetes mellitus Bachsinar, tahun 1993.
2.8 Prinsip dasar dalam melakukan sirkumsisi
Dalam melakukan sirkumsisi harus diingat beberapa prinsip dasar, yaitu 1 asepsis, 2 pengangkatan kulit prepusium secara adekuat, 3 hemostasis yang baik,
dan 4 kosmetik. Sirkumsisi yang dikerjakan pada umur neonatus 1 bulan dapat
dikerjakan tanpa memakai anastesi, sedangakan anak yang lebih besar harus dengan memakai anestesi umum guna menghindari terjadinya trauma psikologis
Purnomo, tahun 2003.
2.8.1 Persiapan operator
1. Operator memakai pakaian yang bersih, jika mungkin baju kamar bedah
2. Mengenakan topi dan masker
3. Mencuci tangan dengan antiseptik
4. Mengenakan sarung tangan steril
5. Operator datang dari sebelah kiri pasien, sesuai dengan posisi operator
pada operasi urologi
2.8.2 Persiapan pasien
1. Rambut di sekitar penis pubes dicukur
2. Penis dan sekitarnya dibersihkan dengan air sabun
3. Pada pasien anak-anak, sebelum tindakan, perlu diadakan pendekatan agar
tidak cemas dan gelisah
Universitas Sumatera Utara
4. Periksa apakah pasien mempunyai riwayat alergi terhadap obat, penyakit
terdahulu dan hal Bachsinar, tahun 1993.
2.8.3 Alat-alat yang diperlukan dalam sirkumsisi adalah
1. Kain kasa yang steril
2. Cairan disinfekstans, seperti povidon yodium
3. Kain steril untuk mempersempit daerah operasi
4. Tabung suntik beserta jarumnya serta obat anastesi lokal
5. Satu set peralatan bedah minor Purnomo, tahun 2003.
2.9 Evaluasi Kelayakan
Untuk menghindari untuk diteliti dengan seksama karena dapat mengakibatkan resiko selama ataupun setelah sirkumsisi.
Hal-hal yang perlu di perhatikan :
1. Hipospadi
Hal-hal yang ditanyakan dan diperhatikan: •
Kelainan bentuk penis •
Arah pancaran air kencing •
Apakah penis melengkung bila ereksi? Pada pemeriksaan fisik dilihat bentuk penis, meatus uretra eksterna, dan adanya
korda Hermana ,tahun 2000.
2. Kelainan Hemostasis
Hal-hal yang perlu ditanyakan : •
Riwayat perdarahan yang lama setelah luka •
Riwayat kulit mudah membiru jika terkena benturan ringan •
Riwayat gosok gigi sering berdarah Herman,tahun 2000.
2.10 Teknik dalam sirkumsisi
Adapun beberapa carateknik dalam melakukan tindakan sirkumsisi yaitu:
1 Metode Klasik, 2 Metode Dorsumsisi, 3 Metode Lonceng, 4 Metode Klamp,
5 Metode Laser, 6 Metode Flashcutter.Dan yang paling sering digunakan dalam
Universitas Sumatera Utara
melakukan tindakan sirkumsisi pada sunatan masal adalah dorsumsisi dan klasik. dr, Abu Hana,tahun 2008
Pertama sekali yang di lakukan adalah sebagai berikut: 1
Disinfeksi lapangan operasi dengan povidon yodium 2
Daerah operasi ditutup dengan kain steril 3
Pada anak yang lebih besar atau dewasa ,pembiusan dilakukan dengan memaki anasteri local dengan menyuntikkan obat pada basis penis . obat
anastesi disuntikkan dengan cara di bawah kulit dan melingakar basis ilfiltrasi di bawah kulit dan melingkari bawah kulit. Kemudian ditunggu beberapa saat
dan dinyakinkan bahwa batang penis sudah terbius. 4
Jika terjadi fimosis, dilakukan dilatasi dulu dengan klem sehinggga prepusium dapat ditarik ke proksimal. Selanjutnya prepusium dibebaskan dari
perekatannya dengan glands penis dan dibersihkan dari smegma atau kotoran lain.
5 Pemotongan prepusium B Purnomo, tahun 2003.
2.10.1 Teknik dorsumsisi
Dorsumsisi adalah teknik sirkumsisi dengan cara memotong prepusium pada jam 12, sejajar dengan sumbu panjang penis kearah proksimal, kemudian
dilakukan petongan melingkar ke kiri dan ke kanan sepanjang sulkus koronarius glandis.
Cara ini lebih dianjurkan, karena dianggap lebih etis dibanding cara guilotin. Dengan sering berlatih melakukan cara ini, maka akan semakin terampil,
sehingga hasil yang didapat juga lebih baik Bachsinar, tahun 1993. Keuntungan dengan menggunakan teknik dorsumsisi adalah:
1 Kelebihan mukosa-kulit bisa diatur.
2 Tidak terdapat insisi mukosa yang berlebihan seperti cara guilotin.
3 Kemungkinan melukai glands penis dan merusak frenulum prepusium lebih
kecil. 4
Pendarahan mudah dilatasi, karena insisi dilakukan bertahap Kerugian dengan menggunakan teknik dorsumsisi adalah:
1 Tekniknya lebih rumit dibandingakan cara guilotin
2 Bila tidak terbiasa, insisi tidak rata
Universitas Sumatera Utara
3 Memerlukan waktu relatif lebih lama dibandingkan gulotin Bachsinar, tahun
1993 Cara kerja dalam melakukan teknik dorsumsisi adalah:
1 Prepsium dijepit pada jam 11, 1 dan 6
2 Prepusium diinsisi di antara jam 11 dan 1 ke arah sulkus koronarius glandis,
sisakan mukosa-kulit 2-3 mm dari bagian distal sulkus; pasanglah tali kendali 3
Insisi melingkar ke kiri dan ke kanan sejajar sulkus 4
Pada frenulum prepusim insisi dibuat agak runcingmembentuk segitiga 5
Perdarahan dirawat 6
Buatlah tali kendali pada jam 3 dan 9 7
Lakukan penjahitan frenlum-kulit dengan jahitan berbetuk angka 8. 8
Lakukan penjahitan mukosa-kulit di sekeliling penis Purnomo, tahun 2003 Pada dorsumsisi perlu diperhatikan:
1 Ukurlah mukosa-kulit pada pemotongan antara jam 11 dan 1 sebagai patokan
pada insisi ke lateral. 2
Pada insisi ke lateral, kulit-mukosa tak boleh terlalu ditarik karena sisa mukosa dapat menjadi terlalu sedikit, yang mempersulit penjahitan
3 Ikatan plain cat-gut pada perwatan perdarahaan dilakukan minimal tiga kali,
untuk mencegah terlepasnya benang dari simpul 4
Pada penjahitan keliling, jahitan harus serapat mungkin, tidak boleh terdapat tumpang tindih Purnomo, tahun 2003.
Gambar 2.1. Dorsumsisi Purnomo, tahun 2003
Universitas Sumatera Utara
2.10.2 Teknik klasik
Teknik klasik adalah teknik sirkumsisi dengan cara menjepit prepusium secara melintang pada sumbu panjang penis, kemudian memotongnya. Insisi dapat
dilakukan di bagian proksimal atau distal dari klem tersebut. Cara ini lebih cepat dari cara dorsumsisi, tapi membutuhkan kemahiran
tersendiri. Bila operator belum terbiasa, hasilnya akan lambat, karena harus menggunting mukosa atau kulit yang berlebihan. Pendarahan yang terjadi dengan
cara ini biasanya lebih banyak, karena insisi prepusium dilakukan sekaligus Bachsinar, tahun 1993.
Keuntungan dalam menggunakan teknik klasik ini adalah: 1
Tekniknya relatif lebih sederhana 2
Hasil insisi lebih rata 3
Waktu pelaksanaan lebih cepat Kerugian dalam menggunaka teknik klasik ini adalah
1 Pada operator yang tidak terbiasa, mukosa dapat berlebihan, sehingga
memerlukan insisi ulang 2
Ukuran mkosa-kulit tidak dapat dipastikan 3
Kemungkinan melukai glans penis dan insisi frenulum yang berlebihan lebih besat di bandingkan teknik dorsumsisi
4 Perdarahan biasanya lebih banyak Bachsinar, tahun 1993
Cara kerja dalam melakukan teknik klasik adalah: 1
Prepusium dijepit pada jam 6 dan 12 2
Klem melintang dipasang pada prepusium, secara melintang dari sumbu panjang penis. Arah klem miring dengan melebihkan bagian
yang sejajar frenulum 3
Prepusium di bagian proksimal atau distal dari klem melintang diinsisi 4
Perdarahan dirawat 5
Penjahitan mukosa-kulit di sekeliling penis. Purnomo, tahun 2003 Pada metode klasik perlu diperhatikan:
1 Jepitan pada prepusium harus mengerah ke mukosa untuk mencegah
mukosa yang berlebihan.
Universitas Sumatera Utara
2 Klem melintang dipasang sedemikian rupa sehingga masih terdapat
jarak longgar antara bagian proksimal klem dengan glans penis. 3
Klem melintang dalam posisi miring dengan melebihkan bagian sejajar frenulum, untuk mencegah frenulum terpotong secara berlebihan.
4 Ikatalah perdarahan dan jahitan mukosa-kulit Purnomo, tahun 2003
Gambar 2.2. Teknik Klasik Purnomo, tahun 2003
2.10.3 Perawatan terdapat dalam sirkumsisi
Obat-obatan yang terdapat dalam tindakaan sirkumsisi 1.
Antibiotik Pemberian antibiotik hanya bersifat pencegahandan pada keadaan tertentu
bersifat penyembuhan. Obat yang digunakan tetrasiklin adalah ampisilin, amoksilin dan sebagainya.
2. Analgetik
Karna sirkumsisi merupakan daerah sensitif, maka pada sirkumsisi penderita akan merasakan nyeri.
Pemberian analgetik diberikan hari pertama dan kedua, terutama pagi hari. Obat yang digunakan adalah antalgin, asam mefenamat, asam
asetilsalisilat. 3.
Anti inflamasi Bila ada terjadi radang maka bisa diberikan obat anti inflamasi
serapeptase dan sebagainya. Dikatakan obat ini meningkatkan daya kerja antibiotik
4. Roboransia
Dapat diberikan vitamin seperti vitamin B kompleks ditambah vitamin C dosis tinggi untuk membantuk penyembuhan. Bachsinar, tahun 1993
Universitas Sumatera Utara
2.11 Perawatan Pasca Sirkumsisi
Sirkumsisi sekarang umumnya menggunakan benang modern yang tak perlu dilepas karena sifatnya melebur di kulit. Obat dan peralatannya pun kini ada
yang bisa membuat luka bekas sunat lebih cepat disembuhkan. Walau demikian, Setelah seseorang disirkumsisi, biasanya akan membutuhkan waktu sekitar satu
minggu sampai sepuluh hari agar bekas lukanya kering dan dapat menutup dengan sempurna. Sedangkan untuk dapat melakukan fungsi seksual dengan normal lagi
butuh sekitar satu setengah bulan. Ada beberapa perawatan yang harus dilakukan pasca operasi yaitu:
1. Segeralah minum obat Analgesik
segera setelah disirkumsisi sebaiknya minumlah obat analgesik penghilang nyeri yang diberikan dokter untuk menghindarkan rasa sakit setelah obat
anestesi lokal yang disuntikkan habis diserap tubuh. Umumnya obat anestesi mampu bertahan antara satu jam sampai satu setengah jam setelah
disuntikkan. Diharapkan setelah obat bius tersebut habis masa kerjanya maka dapat tergantikan dengan obat Analgesik.
Minumlah obat antibiotik secara teratur umumnya diberikan untuk 5-10 hari agar tidak terjadi infeksi yang pada akhirnya akan menghambat penyembuhan
luka khitan.
2. Jagalah daerah alat kelamin tetap bersih dan kering
Usahakan celana yang digunakan anak lebih longgar untuk menghindari gesekan. Apabila sudah kencing, bersihkan ujung lubang kencing secukupnya
secara perlahan, usahakan jangan mengenai luka sirkumsisi. Biasanya bercak- bercak darah bekas sirkumsisi juga akan menumpuk dan tampak seperti
“borok” yang dapat mengganggu kesehatan. Jadi, sering-seringlah membersihkan penis setelah disirkumsisi. Caranya adalah dengan
mengoleskan minyak habbatussauda jinten hitam dua kali sehari sehabis mandi. Penggunaan iodine atau rivanol untuk membersihkan luka memuaskan
hasilnya. Jika sudah lebih dari 3 hari maka bekas luka sirkumsisi boleh dibersihkan
dengan air hangat. Caranya masukkan kassa steril ke dalam air hangat lalu
Universitas Sumatera Utara
peraslah dan bersihkan secara perlahan “bekas darah” tersebut sampai terlepas.
3. Bengkak pada alat kelamin merupakan kejadian normal
Bekas suntikan obat anestesibius di pangkal penis terutama bagian atas terkadang dapat menimbulkan bengkak yang sebenarnya akan diserap sendiri
oleh tubuh dan kempes dalam waktu 1-2 minggu. Jika dirasakan mengganggu boleh dibantu dengan cara mengkompresnya selama 5-10 menit dengan kassa
yang dicelupkan air hangat, dapat dilakukan 2 kali dalam sehari. Perlakuan ini bisa dilakukan mulai 2 hari setelah sirkumsisi dan usahakan air tersebut tidak
mengenai lukanya
. 4. Mengatur Makanan
Sebenarnya tidak ada pantangan makanan tertentu yang khusus untuk pasien sirkumsisi. Ikan, telur dan daging bukan suatu “larangan untuk dimakan”
karena hal tersebut hanyalah “mitos” yang salah dan banyak berkembang di masyarakat. Sebaliknya kandungan vitamin dan protein yang terkandung
dalam makanan tersebut diperlukan tubuh untuk membantu proses penyembuhan luka agar lebih cepat kering.
Ikan, telur dan daging hanyalah pantangan bagi mereka yang memang “alergi” terhadap makanan tersebut. Cirinya adalah setiap kali orang tersebut
mengkonsumsi makanan tersebut maka menyebabkan reaksi alergi gatal, bentol, dan lain-lain dan hal tersebut sudah berlangsung lama semenjak
lahirkecil dan bukan pada saat proses khitan saja. Adapun pedas, mie dan minuman bersoda atau softdrink sebaiknya memang
dihindari karena dapat mengganggu kesehatan secara umum, misalnya menimbulkan gangguan pencernaan atau radang tenggorokan yang dapat
menurunkan kesehatan pasien secara umum. Hal tersebut akan menghambat proses penyembuhan luka sirkumsisi karena konsentrasi kekebalan tubuh jadi
terpecah untuk menyembuhkan luka sekaligus mengobati masalah kesehatan yang lain.
Universitas Sumatera Utara
5. Tidak Perlu berlebihan
Biasanya orang yang terlalu khawatir akan penyembuhan luka pasca sirkumsisi menggunakan berbagai obat ataupun salep secara berlebihan. Hal
ini justru sangat tidak dianjurkan karena bisa menjadi kotoran yang berdampak pada infeksi bila tidak rajin dibersihkan. Selama 4-5 hari setelah
sirkumsisi sebaiknya mandi dengan cara dilap tubuhnya. Setelah waktu itu jika luka khitan sudah kering maka diperbolehkan mandi dengan air seperti
biasanya.Gunakanlah sabun secukupnya dan tidak berlebihan agar tidak menyebabkan perih apabila mengenai bekas luka khitan.
Berbagai cara modern yang dilakukan sekarang untuk proses sirkumsisi seperti laser ternyata bisa berakibat pada luka yang tidak menutup sempurna.
Sampai sekarang proses sirkumsisi metode konvensional yang klasik cukup baik disamping juga metode klamp.
6. Usahakan tidak bergerak terlalu aktif
Istirahat untuk beberapa hari sangat diperlukan untuk menghindari bengkak oedem yang berlebihan. Kalau memang harus berjalan, tidak apa-apa
seperlunya. Yang penting jangan melakukan aktifitas yang berlebihan seperti melompat-lompat atau berlari-lari. Hubungan seksual juga sebaiknya ditahan
sampai penisnya sembuh total. Jadi, buat orang dewasa yang melakukan sirkumsisi di usia dewasa maka harus puasa dulu selama satu setengah bulan
7. Kontrol dan Melepas Perban
Penggantian perban dapat dilakukan setiap 2-3 hari tergantung perkembangan luka khitan. Jika anda sudah mahir hal tersebut dapat dilakukan sendiri di
rumah. Jika merasa kesulitan sebaiknya dibawa ke dokter. Lakukan kontrol rutin ke dokter yang mengkhitan pada hari ketiga dan pada
hari kelima-ketujuh apabila luka sirkumsisi sudah betul-betul kering maka perban bisa dilepaskan secara total. Sebelumnya lakukan pemberian air
hangat, baby oil atau minyak kelapa pada perban dengan cara meneteskan secukupnya. Kulit luka dan perban akan melunak, sehingga mudah dilepaskan.
Jika diperlukan, pelepasan perban dapat dibantu dengan penggunaan anastesi spray untuk mengurangi nyeri Hana,tahun 2008.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN dan DEFENISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
3.2 Defenisi Operasional 3.2.1 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga Notoatmodjo, 2007, hal 143. Pengetahuan adalah salah satu tingkat di mana kita yang tadinya tidak tahu menjadi tahu.
Pengetahuan sendiri memiliki beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu : 1 Pendidikan, 2 Media Massa, 3 Sosial Budaya
dan Ekonomi, 4 Lingkungan, 5 Pengalaman. Data responden dikategorikan menjadi 3 kategori, yaitu: baik, sedang,
kurang. Dengan perincian nilai sebagai berikut : a. Baik : apabila nilai yang diperoleh responden 75 atau nilai total 31-
38. b. Sedang : apabila nilai yang diperoleh responden 50 atau nilai total 21-
30. Gambaran Pengetahuan
Orang Tua Faktor yang mempengaruhi :
• Sumber informasi
• Tingkat pendidikan
• Lingkungan
• Budaya
Sirkumsisi Pada Anak
Universitas Sumatera Utara