2.10.2 Teknik klasik
Teknik klasik adalah teknik sirkumsisi dengan cara menjepit prepusium secara melintang pada sumbu panjang penis, kemudian memotongnya. Insisi dapat
dilakukan di bagian proksimal atau distal dari klem tersebut. Cara ini lebih cepat dari cara dorsumsisi, tapi membutuhkan kemahiran
tersendiri. Bila operator belum terbiasa, hasilnya akan lambat, karena harus menggunting mukosa atau kulit yang berlebihan. Pendarahan yang terjadi dengan
cara ini biasanya lebih banyak, karena insisi prepusium dilakukan sekaligus Bachsinar, tahun 1993.
Keuntungan dalam menggunakan teknik klasik ini adalah: 1
Tekniknya relatif lebih sederhana 2
Hasil insisi lebih rata 3
Waktu pelaksanaan lebih cepat Kerugian dalam menggunaka teknik klasik ini adalah
1 Pada operator yang tidak terbiasa, mukosa dapat berlebihan, sehingga
memerlukan insisi ulang 2
Ukuran mkosa-kulit tidak dapat dipastikan 3
Kemungkinan melukai glans penis dan insisi frenulum yang berlebihan lebih besat di bandingkan teknik dorsumsisi
4 Perdarahan biasanya lebih banyak Bachsinar, tahun 1993
Cara kerja dalam melakukan teknik klasik adalah: 1
Prepusium dijepit pada jam 6 dan 12 2
Klem melintang dipasang pada prepusium, secara melintang dari sumbu panjang penis. Arah klem miring dengan melebihkan bagian
yang sejajar frenulum 3
Prepusium di bagian proksimal atau distal dari klem melintang diinsisi 4
Perdarahan dirawat 5
Penjahitan mukosa-kulit di sekeliling penis. Purnomo, tahun 2003 Pada metode klasik perlu diperhatikan:
1 Jepitan pada prepusium harus mengerah ke mukosa untuk mencegah
mukosa yang berlebihan.
Universitas Sumatera Utara
2 Klem melintang dipasang sedemikian rupa sehingga masih terdapat
jarak longgar antara bagian proksimal klem dengan glans penis. 3
Klem melintang dalam posisi miring dengan melebihkan bagian sejajar frenulum, untuk mencegah frenulum terpotong secara berlebihan.
4 Ikatalah perdarahan dan jahitan mukosa-kulit Purnomo, tahun 2003
Gambar 2.2. Teknik Klasik Purnomo, tahun 2003
2.10.3 Perawatan terdapat dalam sirkumsisi