28
Total Hutang Tital Debt to Asset Ratio =
x 100 Total Aktiva
2. Macro Economy
Ilmu ekonomi makro mempelajari variabel-variabel ekonomi secara agregat keseluruhan. Ilmu ekonomi makro mempelajari masalah-masalah
ekonomi utama sebagai berikut :
a.
Sejauh mana berbagai sumber daya telah dimanfaatkan di dalam kegiatan ekonomi. Apabila seluruh sumber daya telah dimanfaatkan
keadaan ini disebut full employment, sebaliknya bila masih ada sumber daya yang belum dimanfaatkan berarti perekonomian dalam
keadaan under employment atau terdapat pengangguranbelum berada pada posisi kesempatan kerja penuh.
b.
Sejauh mana perekonomian dalam keadaan stabil khususnya stabilitas di bidang moneter. Apabila nilai uang cenderung menurun dalam
jangka panjang berarti terjadi inflasi, sebaliknya terjadi deflasi.
c.
Sejauh mana
perekonomian mengalami
pertumbuhan dan
pertumbuhan tersebut disertai dengan distribusi pendapatan yang membaik antara pertumbuhan ekonomi dan pemerataan dalam
distribusi pendapatan terdapat trade off maksudnya bila yang satu membaik yang lainnya cenderung memburuk.
Variabel-variabel yang dipelajari dalam makro ekonomi antara lain adalah pendapatan nasional, kesempatan kerja dan atau pengangguran,
29
jumlah uang beredar, laju inflasi, pertumbuhan ekonomi, maupun neraca pembayaran internasional.
a. Inflasi Rahardja dan Manurung 2004:155 mengemukakan inflasi sebagai
suatu kenaiakan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus menerus. Terdapat tiga komponen yang harus diperhatikan agar dapat
dikatakan telah terjadi inflasi, antara lain kenaikan harga, bersifat umum dan berlangsung terus menerus. Inflasi menurut Sukirno
2008:27 adalah kenaikan harga-harga umum yang berlaku dalam suatu perekonomian dari satu period eke periode lainnya. Dan tingkat
inflasi adalah persentase kenaikan harga-harga pada suatu tahun disbanding dengan tahun sebelumnya. Sedangkan menurut Madura
2007:128 inflasi adalah kenaikan dalam tingkat harga barang dan jasa secara umum selama periode waktu tertentu. Tingkat inflasi dapat
diestimasikan dengan mengukur presentase perubahan dalam indeks harga konsumen, yang mengindikasikan harga dari sejumlah besar
produk konsumen. Jadi inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana harga
barang-barang secara umum mengalami kenaikan dan berlangsung dalam waktu yang terus-menerus. Harga barang yang ada mengalami
kenaikan nilai dari waktu-waktu sebelumnya dan berlaku di mana-mana dalam rentang waktu yang cukup lama. Dalam model Keynesian, inflasi
terjadi karena masyarakat ingin hidup diluar batas kemampuan
30
ekonomisnya, sehingga menyebabkan permintaan efektif masyarakat terhadap barang-barang yang tersedia penawaran agregat, akibatnya
akan terjadi inflstionary gap. Menurut penyebabnya, inflasi dapat dijabarkan sebagai berikut.
Demand Pull Inflation, yaitu inflasi yang disebabkan oleh terlalu kuatnya peningkatan aggregate demand masyarakat terhadap komoditi-
komoditi hasil produksi di pasar barang. Akibatnya akan menarik pull kurva permintaan agregat kearah kanan atas, sehingga terjadi excess
demand, yang merupakan inflationary gap. Pengertian peningkatan aggregate demand seringkali diartikan berbeda oleh para ahli ekonomi.
Golongan monetarist menganggap aggregate demand mengalami kenaikan akibat dari ekspansi jumlah uang yang beredar di masyarakat.
Sedangkan menurut golongan Keynesian, seperti yang telah di terangkan di atas bahwa kenaikan aggregate demand dapat disebabkan
oleh meningkatnya pengeluaran konsumsi; investasi; government expenditures; atau net export, walaupun tidak terjadi ekspansi jumlah
uang beredar. Cost Push Inflation, yaitu inflasi yang dikarenakan bergesernya aggregate supply curve kearah kiri atas, hal ini disebabkan
oleh meningkatnya harga faktor-faktor produksi baik yang berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri di pasar faktor
produksi, sehingga menyebabkan kenaikan harga komoditi di pasar komoditi. Dalam kasus Cost Push Inflation kenaikan harga seringkali
diikuti oleh kelesuan usaha.
31
Inflasi juga berbeda menurut tingkatannya, inflasi ringan berada pada tingkat dibawah 10 single digit, sedangkan untuk 10 - 30
merupakan tingkat inflasi bertaraf sedang, dan inflasi memasuki tingkatan yang tinggi apabila mencapai 30 - 100, namun pada saat
terjadi instabilitas politik maka inflasi dapat mencapai tingkat yang sangat tinggi, bahkan dapat mencapai beberapa ratus persen diatas
100, inflasi jenis ini disebut dengan hyper inflation. Tingkat inflasi yang tinggi akan mengakibatkan harga barang baku produksi naik
sehingga biaya produksi meningkat, akibatnya keuntungan yang diperoleh perusahaan akan menurun. Sementara inflasi juga
menyebabkan kemampuan masyarakat untuk membeli barang dan jasa melemah karena memerlukan pengeluaran uang yang lebih besar,
sehingga masyarakat akan lebih berfokus hanya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya saja. Karena permintaan akan barang dan jasa
berkurang maka perusahaan harus mengurangi produksinya dan akhirnya akan menyebabkan menurunnya keuntungan perusahaan,
dengan penurunan keuntungan perusahaan, hal ini akan mengakibatkan berkurangnya pula jumlah deviden yang akan dibagikan kepada para
pemegang saham perusahaan tersebut, sehingga emiten kurang menarik minat pembeli. Hal tersebut akan berdampak pada menurunnya harga
saham perusahaan. Namun sebaliknya, jika laju inflasi stabil maka harga barang-barang cenderung ikut stabil pula. Tidak hanya harga
barang saja yang mengalami kestabilan, tetapi biaya operasi dan
32
produksipun akan mengalami kestabilan. Dengan kestabilan tersebut akan berdampak pada membaiknya kinerja keuangan perusahaan dan
meningkatkan return saham perusahaan. Rumus untuk menghitung inflasi menurut Rahardja dan Manurung
2004:165 adalah:
IHK – IHK-1 Inflasi =
IHK-1 Keterangan : IHK
= Indeks Harga Konsumen IHK-1 = Indeks Harga Konsumen tahun
sebelumnya. b. Produk Domestik Bruto PDB
Pruduk Domestik Bruto merupakan nilai barang dan jasa akhir berdasarkan harga pasar, yang diproduksi oleh sebuah perekonomian
dalam satu periode dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang berada beralokasi dalam perekonomian tersebut Rahardja dan
Manurung 2004:12. Sedangkan menurut Sukirno 2008:17 Produk Domestik Bruto PDB adalah produk dan jasa nasional yang
diwujudkan oleh faktor-faktor produksi milik warga Negara dalam negeri dan warga Negara asing dalam suatu Negara. Dan menurut
Mankiw 2007:44 PDB adalah nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian selama kurun waktu tertentu, atau
pendapatan total yang diperoleh secara domestik termasuk pendapatan
33
yang diperoleh faktor-faktor produksi yang dimiliki asing atau pengeluaran total atas barang dan jasa yang diproduksi secara domestik.
Jadi secara sederhana pendapatan nasional dapat diartikan sebagai jumlah barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara pada periode
tertentu dan biasanya dalam satu tahun. Adapun istilah-istilah yang terkait dengan pendapatan nasional antara lain: Produk Domestik Bruto
Gross Domestic Product GDP, Produk Nasional Bruto Gross National Product GNP, dan Produk Nasional Neto Net National
Product NNP. Rumus untuk menghitung PDB menurut Rahardja dan Manurung
2004:25 yaitu: PDB = C + I +G + X – M
Keterangan : PDB
= Produk Domestik Bruto C
= Konsumsi I
= Investasi G
= Pengeluaran Pemerintah X
= Jumlah barang yang di-ekspor M
= Jumlah barang yang di-impor
34
c. Nilai Tukar Kurs Rupiah Terhadap Dollar Pengertian valuta asing menurut Rahardja dan Manurung 2004:84
adalah pertukaran dengan mata uang negara lain foreign currency dari suatu perekonomian. Sedangkan menurut Judokusumo 2007:2 valuta
asing adalah merupakan mata uang yang dimiliki oleh suatu negara atau penduduknya, tetapi mata uang tersebut bukan dikeluarkan oleh negara
itu sendiri. Valuta asing ini baru akan mempunyai arti yang sebenarnya apabila suatu valuta dapat ditukarkan terhadap valuta lainnya tanpa
pembatasan. Pasar valuta asing menurut Joesoef 2008:9 adalah suatu mekanisme dimana mata uang satu diukur terhadap mata uang lainnya.
Sedangkan pasar valuta asing foreign exchange market menurut Judokusumo 2007:3 adalah kerangka organisasi yang didalamnya
terdapat perseorangan, perusahaan-perusahaan, dan bank yang membeli maupun menjual valas atau devisa. Kurs exchange rate antara dua
negara menurut Mankiw 2007:546 adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk melakukan perdagangan atau
pertukaran mata uang di pasar dunia. Sedangkan kurs menurut Sukirno 2008:21 adalah perbandingan yang menunjukan banyaknya uang
dalam negeri yang diperlukan untuk membeli 1 unit valas tertentu. Nilai tukar rupiah terhadap dolar termasuk makro ekonomi yang bisa
mempengaruhi return yang didapat oleh investor. Risiko pertukaran ditinjau sebagai kemungkinan bahwa fluktuasi mata uang dapat
merubah jumlah yang diharapkan atau perubahan kas dimasa yang akan
35
datang. Pertumbuhan dalam kas mempengaruhi return yang didapat oleh investor.
Menurut Joesoef 2008:9 pasar valuta asing dapat digolongkan menjadi 2 dua macam transaksi dilihat dari jangka waktu perpindahan
dananya, yaitu: 1 Transaksi spot
Transaksi spot adalah jual beli valuta asing yang disertai kewajiban bagi pihak pembeli dan penjual untuk saling menyerahkan mata
uangnya dalam kurun waktu maksimum dua hari kerja setelah terjadinya kontrak.
2 Transaksi forward Transaksi forward adalah jual beli valuta asing yang disertai
kewajiban bagi pihak pembeli dan penjual untuk saling menyerahkan mata uangnya dalam kurun waktu lebih dari dua hari
kerja setelah tanggal kontrak. Kata “lebih dari dua hari kerja” bias jadi serah terima forward dituntaskan dalam kurun waktu satu hari,
satu minggu, satu bulan, tiga bulan, atau satu tahun setelah value spot.
Valuta asing dapat pula digunakan sebagai salah satu alternatif bagi masyarakat yang memiliki kelebihan dana. Dengan melakukan investasi
dalam bentuk valuta asing dapat diperoleh keuntungan karena terjadi kenaikan kurs. Investasi menggunakan valuta asing sering dilakukan
dengan maksud untuk berjaga-jaga dari kemungkinan terjadinya suatu
36
tindakan devaluasi yang diambil oleh pemerintah. Apabila masyarakat menduga akan terjadi devaluasi, kepercayaan masyarakat terhadap mata
uang rupiah akan menurun. Dalam keadaan demikian maka pemilik modal cenderung mengalihkan investasinya kedalam bentuk valuta
asing. Apabila para investor yang telah melakukan investasi dalam saham banyak yang bertindak demikian, maka dapat berpengaruh pada
turunya harga saham di pasar modal yang nantinya pula akan berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas pada perusahaan tersebut.
3. Profitabilitas