Implikasi Struktur Kepemilikan Dan Keputusan Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan:Metode Structural Equation Modeling(SEM) : Studi empiris perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia

(1)

IMPLIKASI STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN KEPUTUSAN

KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN :

METODE STRUCTURAL EQUATION MODELING (SEM)

(Studi empiris Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia)

Oleh : Nurfarhana NIM : 104081002544

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

ABSTRACT

Implication of Ownership Structure and Financial Decision to Firm Value with Structural Equation Modeling (SEM) Analysis Method (Empirical Study at

Indonesia Stock Exchange) By

Nurfarhana

The objective of this research is to analyze the influence of ownership structure to investment decision, dividend policy, debt policy, and firm value; to analyze influence of investment decision to dividend policy, debt policy, and firm value; to analyze influence of dividend policy to debt policy and firm value; and the last, to analyze influence of debt policy to firm.

This research use secondary data which is got from Jakarta Stock Exchange, using 30 samples on the period of 2004-2006 and sample taken with technique of purposive sampling. Those data have met normality test.

The analysis of data use the Structural Equation Modeling (SEM) for the hypothesis testing. This model will give more comprehensive analysis which is not only to analyze the influence of exogenous variable to endogenous variable, but also to analyze the influence of endogenous variable to other endogenous variable and to analyze the influence of indicator (manifest variable) to latent variable. After doing test such as t-test and goodness of fit index, the result of this research showed that ownership structure had positive and not significant to investment decisions, ownership structure had negative and significant to dividend policy and debt policy, ownership structure had positive and not significant to firm value. Investment decisions had negative and significant to dividend policy, investment decisions had negative and not significant to debt policy, investment decisions had positive and significant to firm value. Dividend policy had negative and not significant to debt policy and dividend policy had positive and not significant to firm value. Debt policy had positive and not significant to firm value.

Keyword : ownership structure, investment decisions, dividend policy, debt policy, firm value, and structural equation modeling (SEM).


(3)

ABSTRAK

Implikasi Struktur Kepemilikan dan Keputusan Keuangan terhadap Nilai Perusahaan: Metode Structural Equation Modeling (SEM)

(Studi Empiris Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia)

Oleh Nurfarhana

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh antara struktur kepemilikan terhadap keputusan investasi, kebijakan dividen, kebijakan hutang, dan nilai perusahaan; pengaruh antara keputusan investasi terhadap kebijakan dividen, kebijakan hutang, dan nilai perusahaan; pengaruh antara kebijakan dividen terhadap kebijakan hutang dan nilai perusahaan; serta pengaruh antara kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan pada perusahaan-perusahaan di Bursa Efek Indonesia periode 2004 – 2006.

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia, sebanyak 30 perusahaan dijadikan sampel dan menggunakan teknik

purposive sampling. Uji normalitas telah dilakukan terhadap data sampel tersebut.

Metode analisis data menggunakan SEM (Structural Equation Modeling)

untuk pengujian hipotesis. Model ini akan memperlihatkan analisa lebih komprehensif yang tidak hanya menganalisa pengaruh antara variabel eksogen terhadap variabel endogen saja, tetapi juga dapat menganalisa pengaruh antara variabel endogen terhadap endogen lainnya dan antara indikator terhadap variabel latennya. Setelah melakukan pengujian (test) seperti uji t dan uji kesesuaian model, maka hasil penelitian ini menunjukkan bahwa struktur kepemilikan berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan dividen dan kebijakan hutang, struktur kepemilikan tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan investasi tetapi menunjukkan arah positif, struktur kepemilikan tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan tetapi menunjukkan arah positif. Keputusan investasi berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan dividen, keputusan investasi berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang, dan keputusan investasi berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan Kebijakan dividen berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap kebijakan hutang dan kebijakan dividen berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Kebijakan hutang berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan

Kata kunci : struktur kepemilikan, keputusan investasi, kebijakan dividen, kebijakan


(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data pribadi :

Nama : Nurfarhana

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 3 Maret 1986

Agama : Islam

Alamat : Perum. Pondok Cabe Indah Blok R No. 3 RT. 04

RW. 06 Kel. Pondok Cabe Kec. Pamulang, Tangerang 15418

Telepon : (021) 95005679/ 0817720533

Riwayat Pendidikan :

1. MI Pembangunan IAIN Jakarta (1992-1998)

2. MTs. Al-Hikmah Mamp. Prapatan Jakarta (1998-2001)

3. SMUN 28 Ps. Minggu Jakarta Selatan (2001-2004)

4. UIN Jakarta (2004-2008)

Pelatihan-Pelatihan :

1. Seminar Pasar Modal yang diselenggarakan oleh BEM Jurusan FEIS UIN

Jakarta.

2. Seminar Perbankan yang diselenggarakan oleh BEM Fakultas Ekonomi dan

Ilmu Sosial UIN Jakarta.

3. Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada PT. Indosat Tbk. Divisi Account


(5)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam tak lupa kita sanjungkan keharibaan yang mulia baginda nabi Muhammad SAW yang telah memberikan tauladan kepada seluruh umat manusia menuju kepada jalan kebenaran.

Penulis ingin mengucapkan berjuta terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara moril maupun materil dalam penyelesaian skripsi ini, khususnya kepada :

1. Mama dan papa tercinta yang selalu memberikan do’a, semangat, dan

tentunya kasih sayang tiada henti.

2. Bapak Drs. Moh. Faisal Badroen, MBA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Pembantu Dekan Fakultas Ekonomi

dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Prof. Ahmad Rodoni, MM selaku Ketua Jurusan Manajemen FEIS UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta dan pembimbing I yang telah memberikan pengarahan, motivasi, dan juga waktu yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Indoyama Nasarudin, SE, MAB selaku pembimbing II yang telah

memberikan begitu banyak pengarahan, sumbangan pikiran, motivasi, juga waktu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Seluruh tenaga pengajar dan staf di lingkungan FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. MyLuvlySquid, loving u is the best time on my life..thank’s for ur pray, love, care, honest, and faithfull.


(6)

8. Kak Rani, Kak Rini, Fadli, Dini, Bana yang selalu memberikan doa dan dukungannya juga empat keponakan kecilku Faiz, Raka, Dzaki, dan Alifa yang selalu bisa membuatku tertawa lepas dengan tingkah mereka.

9. Sahabat-sahabatku Ima, Maya, Ari, Dira, dan Ika untuk kebersamaan dalam

tawa, canda, sedih, dan tempat berbagi cerita.

10.Anak-anak alumni Sos Tiga SMAN 28 untuk persahabatan yang tak pernah

putus, keceriaan dalam keributan, hehe, penghapus kesedihan, dan dorongan semangat.

11.Teman-teman alumni manajemen D untuk dukungan, kekompakan, dan

kebersamaan hingga saat ini. Ditunggu dadakan touringnya…

12.Semua pihak yang tidak bisa penulis uraikan satu persatu untuk bantuan moril dan materil sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Semoga Allah SWT membalas segalanya dengan pahala yang berlipat ganda. Amin…

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, September 2008

Nurfarhana

Penulis


(7)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan

Daftar Riwayat Hidup i

Abstract ii

Abstrak iii

Kata pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Tabel ix

Daftar Grafik x

Daftar Gambar xi

Daftar Lampiran xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian 1

B. Perumusan Masalah 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 10

1. Agency Theory 10

2. Struktur Kepemilikan 12


(8)

4. Keputusan Investasi 17

5. Kebijakan Dividen 18

6. Keputusan Pendanaan 23

B. Penelitian Terdahulu 25

C. Kerangka Pemikiran 34

1. Hubungan Struktur Kepemilikan

dan Keputusan Keuangan 34

2. Hubungan Struktur Kepemilikan

dan Nilai Perusahaan 38

3. Hubungan Keputusan Keuangan

dan Nilai Perusahaan 39

D. Hipotesis 47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian 48

B. Metode Penentuan Sampel 48

C. Metode Pengumpulan Data 49

D. Metode Analisis Data 50


(9)

BAB IV PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian 71

1. Perkembangan Pasar Modal Indonesia 71

B. Deskriptif Analisis 74

1. Deskriptif Data Sampel 74

2. Deskriptif Analisis Data 76

C. Pengujian dan Pembahasan 95

1. Pengujian Hipotesis 95

2. Pembahasan Hipotesis 113

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan 124

B. Implikasi 130

DAFTAR PUSTAKA 132


(10)

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

3.1 Kriteria Uji Kesesuaian Fit 62

4.1 Data Sampel Penelitian 75

4.2 Rasio Struktur Kepemilikan Saham 77

4.3 Rasio PPE, MVE/BVE, dan MVA/BVA 82

4.4 Dividend Payout Ratio dan Dividend Yield 86 4.5 Debt Ratio dan Debt to Equity Ratio 90 4.6 Price Earning Ratio dan Tobin’s Q 93

4.7 Uji Kesesuaian Fit 1 99

4.8 Uji Kesesuaian Fit 2 105


(11)

DAFTAR GRAFIK

No. Keterangan Halaman

4.1 Rata-Rata Struktur Kepemilikan 78

4.2 Rata-Rata Rasio Keputusan Investasi 83

4.3 Rata-Rata DPR dan Dividend Yield 87

4.4 Rata-Rata Debt Ratio dan DER 89


(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

2.1 Konseptualisasi Model 43

4.1 Path Diagram Hasil Pengujian I 96 4.2 Path Diagram Hasil Pengujian II 98 4.3 Path Diagram Modification Indices Variabel Manifest 102 4.4 Path Diagram Hasil Pengukuran 109 4.5 Path Diagram Model Struktural 114 4.6 Path Diagram Model Struktural Signifikan 116


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1 Output Awal 1 1

2 Output Awal 2 5

3 Output Modification Indices 1 9

4 Output Modification Indices 2 13

5 Output Akhir (Modification Indices 3) 17


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan perusahaan adalah untuk memaksimalkan kesejahteraan pemilik (shareholder) melalui keputusan keuangan yaitu keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen yang tercermin dalam harga saham di pasar modal. Tujuan ini sering diartikan sebagai suatu usaha untuk memaksimalkan nilai perusahaan (Fama, 1978; Wright & Ferris, 1997; Walker, 2000 dalam Sri Hasnawati, 2005:33). Tujuan perusahaan dalam memaksimalkan nilai perusahaan dapat dicapai melalui fungsi manajemen keuangan dengan hati-hati dan tepat, karena setiap keputusan keuangan yang diambil akan mempengaruhi keputusan keuangan lainnya yang berdampak terhadap nilai perusahaan.

Manajer keuangan perusahaan dituntut untuk dapat melakukan penyelesaian atas keputusan keuangan yang diambil perusahaan, antara lain keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen. Ketiga keputusan keuangan tersebut saling terkait antara satu dengan yang lainnya sehingga perusahaan harus dapat memperhatikan dampak bersamaan dari ketiga keputusan keuangan tersebut terhadap harga pasar perusahaan yang secara bersamaan akan menentukan nilai perusahaan. Suatu kombinasi yang optimal atas ketiganya akan memaksimalkan nilai perusahaan yang selanjutnya akan meningkatkan kemakmuran para pemegang saham.


(15)

Perusahaan dituntut untuk tumbuh agar dapat memaksimalkan kekayaan para investor dan meningkatkan nilai perusahaan. Pertumbuhan tersebut dapat diwujudkan apabila perusahaan menggunakan peluang investasi sebaik- baiknya. Investasi berhubungan dengan pendanaan perusahaan. Apabila investasi perusahaan tersebut sebagian besar didanai dari internal equity, maka hal tersebut akan mempengaruhi besarnya dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Semakin besar investasi, maka semakin berkurang dividen yang dibagikan. Sebaliknya bagi perusahaan yang cenderung menggunakan sumber dana eksternal untuk mendanai investasi, maka akan membagikan dividen yang lebih besar. (Yeye Susilowati, 2003:25)

Bird in the hand theory (Gordon, 1962 dalam Bahtiar Usman, 2006:28) menyatakan bahwa dividen yang ada di tangan mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada capital gain di masa yang akan datang. Dengan demikian, investor yang menghindari resiko menuntut dividen yang tinggi. Dengan makin tingginya dividen yang dibagikan, mengakibatkan pendapatan yang diperoleh perusahaan makin banyak yang dialokasikan ke dividen dibandingkan ke laba ditahan. Laba ditahan yang rendah mengakibatkan kesempatan investasi menjadi berkurang. Di sisi lain, perusahaan dituntut untuk terus tumbuh. Maka perusahaan harus dapat melaksanakan investasi yang ada. Untuk dapat melaksanakan investasi tersebut, maka kekurangan dana investasi dari laba ditahan dapat dipenuhi dari external finance dengan berhutang kepada para kreditor.


(16)

Keputusan pemegang saham untuk menyerahkan pengelolaan kepada para manajer menyebabkan terjadinya pemisahan kepemilikan dan pengendalian perusahaan antara pemilik sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen. Pemisahan kepemilikan dan pengendalian perusahaan seringkali menyebabkan manajer bertindak tidak sesuai dengan keinginan pemegang saham. Dalam artian, manajer bukan bertindak untuk mensejahterakan pemegang saham tetapi untuk mensejahterakan dirinya sendiri. Kondisi ini akan menyebabkan konflik

kepentingan antara external shareholder dengan manajer yang disebut dengan

konflik keagenan (agency problem) (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Luciana

Spica A., 2006:1-2).

Jensen (1993) dalam Faisal (2003) berpendapat bahwa kepemilikan manajerial dapat membantu penyatuan kepentingan antara pemegang saham dengan manajer. Dengan meningkatnya proporsi saham oleh manajer maka manajer akan lebih bersikap hati-hati dalam bertindak dan mengambil keputusan yang berkaitan dengan perusahaan karena mereka juga bertindak sebagai pemilik. Hal ini akan memotivasi para manajer untuk meningkatkan kinerja perusahaan yang akhirnya berdampak pada peningkatan nilai perusahaan. Selain itu, dengan hadirnya institusi dan publik dalam kepemilikan saham perusahaan maka kegiatan

monitoring terhadap perilaku manajer akan lebih efektif dan tentunya mengurangi biaya keagenan selain itu juga menyebabkan pemanfaatan aktiva perusahaan semakin lebih efisien, kinerja perusahaan membaik dan akhirnya meningkatkan nilai perusahaan.


(17)

Keputusan investasi, kebijakan dividen, dan kebijakan hutang merupakan usaha untuk meningkatkan nilai perusahaan tentunya tidak terlepas dari peran struktur kepemilikan khususnya manajer dalam pengelolaan perusahaan dan partisipasi institusi dan masyarakat dalam mengawasi perilaku manajer. Nilai perusahaan yang tinggi dalam suatu perusahaan dapat menjadi bahan pertimbangan penting bagi investor dalam berinvestasi. Oleh karena itu, baik pemilik maupun pemegang saham perusahaan harus memperhatikan hal-hal yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan diantaranya dalam menciptakan dan menggunakan keuntungan perusahaan.

Fenomena yang terjadi di Bursa Efek Indonesia menunjukkan bahwa nilai perusahaan yang diproksi melalui nilai pasar saham mengalami perubahan meskipun tidak ada kebijakan keuangan yang dilakukan perusahaan. Misalnya dividen pada umumnya dibagikan setiap satu tahun sekali, demikian juga dengan kegiatan investasi dan pendanaan tidak setiap saat dilakukan, namun nilai berubah setiap saat. Nilai perusahaan berubah lebih disebabkan oleh informasi lain seperti situasi politik dan sosial. Atas dasar fenomena tersebut maka menarik untuk diteliti sejauh mana keputusan keuangan mempengaruhi nilai perusahaan.

Penelitian mengenai pengaruh struktur kepemilikan terhadap keputusan investasi telah dilakukan oleh Eddy Suranta dan Pratana Puspa (2001), Untung W. dan Hartini (2006), Fuerst dan Kang (2000), dan Smith (1992) yang menemukan bahwa struktur kepemilikan berpengaruh negatif terhadap investasi perusahaan. Penelitian mengenai pengaruh struktur kepemilikan terhadap kebijakan dividen dilakukan oleh Rozeff (1982), Crutchley (1999), Sukmawati S. (2000), Imanda F.


(18)

dan Moh. Nasir (2006) yang menemukan bahwa struktur kepemilikan berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan dividen. Penelitian mengenai pengaruh struktur kepemilikan terhadap kebijakan hutang telah dilakukan oleh Jensen, et.al., Bathala (1994), Moh’d, et al. (1998), Faisal (2003), serta Sujoko dan Ugy S. (2007) yang menemukan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Sedangkan penelitian mengenai pengaruh struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan telah dilakukan oleh Smith (1996), Itturiaga dan Sanz (1998), Fuerst dan Kang (2000), dan Untung W. dan Hartini (2006) yang menemukan bahwa struktur kepemilikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap penciptaan nilai perusahaan.

Penelitian mengenai pengaruh investasi terhadap kebijakan dividen antara lain telah dilakukan oleh Brigham dan Gapenski (1996), Myers & Majluf (1984), Untung W. dan Hartini (2006), MG Kentris & Muh. Yusuf (2005), Bahtiar Usman (2006), Sukmawati S. (2000), Tettet Fitrijanti dan Jogiyanto (2002), serta Imanda F. dan Moh. Nasir (2006) yang menemukan bahwa keputusan investasi berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan dividen. Penelitian Smith & Watts (1992), Noronha, et.al (1996), Sekar Mayangsari (2001), serta Yeye Susilowati (2003) menyatakan bahwa keputusan investasi berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Penelitian mengenai pengaruh investasi terhadap nilai perusahaan dilakukan oleh Sri Hasnawati (2005), Hartini Prasetyaning (2005), serta Eddy Suranta & Pratana (2003). Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa keputusan investasi berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, yang


(19)

berarti bahwa investasi akan meningkatkan nilai perusahaan. Hasil ini konsisten dengan pendapat Fama dan French (1978).

Penelitian mengenai pengaruh kebijakan dividen terhadap kebijakan hutang telah dilakukan oleh Sekar Mayangsari (2001), Faisal (2003), Imanda F. dan Moh. Nasir (2006), Mahadwartha (2002), dan Endar Pituriningsih (2005) yang menemukan bahwa kebijakan dividen berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Penelitian yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan dilakukan oleh Ross (1978), Bhattacharya (1979), dan Rozeff (1982), Sri Hasnawati (2005) serta Sujoko dan Ugy S. (2007) yang menemukan bahwa kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

Penelitian mengenai pengaruh keputusan pendanaan terhadap nilai perusahaan dilakukan oleh Steiner (2004), Eddy S. dan Pratana (2003), Sri Hasnawati (2005), Hartini Prasetyaning (2005), Untung W. dan Hartini Prasetyaning (2006), serta Muslimin (2006) yang menemukan bahwa kebijakan hutang berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk menguji konsistensi dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Untung Wahyudi dan Hartini (2006), Sri Hasnawati (2005), Etty M. Fielyandi (2006), serta Muslimin (2006) dengan melihat pengaruh struktur kepemilikan dan keputusan keuangan terhadap nilai perusahaan. Adapun perbedaan dan pembatasan masalah dalam penelitian ini terletak pada :


(20)

1. Variabel eksogen yang digunakan adalah struktur kepemilikan dan variabel endogennya adalah keputusan investasi, kebijakan dividen, kebijakan hutang, dan nilai perusahaan.

2. Variabel manifest (indikator) yang digunakan adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusi, kepemilikan publik, rasio PPE, rasio MVE/BVE, rasio

MVA/BVA, DPR, dividend yield, DAR, DER, PER, dan rasio Tobin’s Q.

3. Periode observasi yang digunakan oleh peneliti adalah tahun 2004 sampai

tahun 2006. Objek penelitian tersebut dipilih karena perusahaan go publik telah menunjukkan kinerja yang baik pada periode tersebut ditambah lagi dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin membaik.

4. Alat pengujian analisis yang peneliti gunakan pada penelitian ini

menggunakan program LISREL 8.54 student version. Untung W. Dan Hartini

P (2006) menggunakan program SPSS, sedangkan Etty M. & Fielyandi (2006) menggunakan program AMOS.

Penelitian ini berjudul “Implikasi Struktur Kepemilikan dan

Keputusan Keuangan terhadap Nilai Perusahaan : Metode Structural Equation Modeling (SEM)”.


(21)

B. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh struktur kepemilikan terhadap keputusan investasi,

kebijakan dividen, kebijakan hutang, dan nilai perusahaan?

2. Bagaimana pengaruh keputusan investasi terhadap kebijakan dividen,

kebijakan hutang, dan nilai perusahaan?

3. Bagaimana pengaruh kebijakan dividen terhadap kebijakan hutang dan nilai

perusahaan?

4. Bagaimana pengaruh kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk menganalisis pengaruh struktur kepemilikan terhadap keputusan

investasi, kebijakan dividen, kebijakan hutang, dan nilai perusahaan.

b. Untuk menganalisis pengaruh keputusan investasi terhadap kebijakan dividen, kebijakan hutang, dan nilai perusahaan.

c. Untuk menganalisis pengaruh kebijakan dividen terhadap kebijakan hutang

dan nilai perusahaan.


(22)

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

a. Bagi Akademisi

Memberikan kontribusi ilmiah dan tambahan bukti empiris dalam bidang keuangan terutama yang berkaitan dengan struktur kepemilikan dan keputusan keuangan terhadap nilai perusahaan.

b. Bagi Perusahaan

Sebagai salah satu alat informasi dan bahan pertimbangan manajer keuangan dalam hal pengambilan keputusan keuangan sehubungan dengan tujuan perusahaan, yaitu memaksimalkan nilai perusahaan dan mensejahterakan pemegang saham.

c. Bagi investor

Bagi para investor yang tertarik untuk melakukan investasi di pasar modal, hasil penelitian ini diharapkan agar dapat digunakan sebagai tambahan referensi dalam mempertimbangkan suatu keputusan investasi yang berhubungan dengan teori keagenan, khususnya struktur kepemilikan yang

merupakan alat monitoring dalam meminimumkan biaya keagenan dan

aplikasinya terhadap keputusan investasi, dividen, dan hutang sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Agency Theory

Tujuan utama perusahaan adalah memaksimumkan kesejahteraan

pemegang saham yang merupakan principal dan pengelolaan perusahaan yang

diserahkan kepada manajemen selaku agent. Atau dengan kata lain, manajer yang diangkat oleh pemegang saham harus bertindak untuk kepentingan pemegang saham, tetapi ternyata sering ada konflik antara manajemen dengan pemegang saham. Konflik ini disebabkan karena adanya perbedaan kepentingan antara menajer dengan pemegang saham.

Manajemen selaku pengelola perusahaan memiliki kecenderungan berperilaku untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya, dan kecenderungan menyukai resiko. Jensen dan Meckling (1976) dalam Endar Pituriningsih (2005:190) menyatakan bahwa masalah keagenan akan terjadi jika proporsi kepemilikan manajer atas saham perusahaan kurang dari 100% sehingga manajer memiliki kecenderungan untuk mengejar kepentingan dirinya sendiri dan tidak memaksimalkan nilai perusahaan.

Konsep agency theory merupakan suatu hubungan atau kontrak antara

principal dengan agent. Principal mempekerjakan agent melakukan tugas untuk


(24)

agent. Asumsi agency theory bahwa masing-masing pihak hanya termotivasi untuk kepentingan masing-masing sehingga menimbulkan konflik kepentingan.

Konflik kepentingan antara manajemen dan pemilik menimbulkan agency cost.

(Jensen & Meckling, 1976 dalam Sukmawati S., 2000:54).

Peningkatan kepemilikan manajerial dapat digunakan sebagai cara untuk mengurangi konflik keagenan. Perusahaan meningkatkan kepemilikan manajerial untuk mensejajarkan kedudukan manajer dengan pemegang saham sehingga bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham. Pada kepemilikan menyebar, masalah keagenan terjadi antara pihak manajemen dengan pemegang saham. Hal ini menyebabkan kekuasaan pemegang saham dan menyerahkan kepada manajer. Sebagai konsekuensinya, manajer menuntut kompensasi yang tinggi sehingga meningkatkan biaya keagenan. Pada kondisi ini konflik keagenan diatasi dengan meningkatkan kepemilikan manajerial. (Jensen & Meckling, 1976 dalam Imanda F. & Moh. Nasir, 2006).

Peningkatan dividen diharapkan dapat mengurangi biaya keagenan. Hal ini disebabkan dimana dividen yang besar menyebabkan rasio laba ditahan kecil sehingga perusahaan membutuhkan tambahan dana dari sumber eksternal, seperti emisi saham baru. Penambahan dana menyebabkan kinerja manajer dimonitor oleh bursa dan penyedia dana baru. Pengawasan kinerja menyebabkan manajer bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham sehingga mengurangi biaya yang berkaitan dengan emisi saham baru (floating cost). (Crutchley & Hansen, 1989 dalam Luciana Spica, 2006:3)


(25)

Penggunaan hutang dapat mengurangi konflik keagenan. Penambahan hutang dalam struktur modal dapat mengurangi penggunaan saham sehingga mengurangi biaya keagenan ekuitas. Perusahaan memiliki kewajiban untuk mengembalikan pinjaman dan membayar beban bunga secara periodik. Kondisi ini menyebabkan manajer bekerja keras untuk meningkatkan laba sehingga dapat memenuhi kewajiban dari penggunaan hutang. Sebagai konsekuensi dari kebijakan ini, perusahaan mengahadapi biaya keagenan hutang dan risiko kebangkrutan. (Crutchley & Hansen, 1989 dalam Luciana Spica, 2006:3).

2. Struktur Kepemilikan

Teori keagenan berkaitan dengan masalah principal-agent dalam

pemisahan kepemilikan dan kontrol terhadap perusahan. Jensen dan Meckling (1976) dalam Endar Pituriningsih (2005:194) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai sebuah kontrak melalui satu atau lebih pemilik (principal) yang menyewa

orang lain (agent) untuk melakukan beberapa jasa atas nama pemilik dengan

mendelegasikan beberapa wewenang pembuatan keputusan kepada agen.

Itturiaga dan Sanz (1998) dalam Eddy S. dan Pratana (2003:55) menyatakan bahwa kepemilikan dan struktur pengendalian perusahaan dapat dijelaskan dengan dua titik pandang, yaitu : pendekatan keagenan dan pendekatan informasi asimetri. Pada satu sisi, penjelasan keagenan memahami struktur kepimilikan sebagai suatu instrumen yang dapat mengurangi konflik kepentingan di antara pemilik utama perusahaan. Di sisi lain, pendekatan informasi asimetri memahami struktur kepemilikan sebagai cara untuk mengurangi


(26)

ketidakseimbangan informasi antara insiders dengan outsiders, dengan melalui pengungkapan informasi di pasar modal.

a) Kepemilikan Manajerial

Wahidahwati (2002) dalam Eddy S. & Pratana P. (2003) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial adalah pemegang saham dari pihak manajemen (direktur dan komisaris) yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan.

Menurut Sujoko & Ugy S. (2007) kepemilikan saham manajerial merupakan kepemilikan saham terbesar oleh manajemen perusahaan yang diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki manajemen.

Moh’d, Penry dan Rimbey (1995) dalam Malla Bahagia (2007) menyatakan bahwa semakin besar kepemilikan manajerial, maka akan mensejajarkan kepentingan antara manajer dan pemilik perusahaan sehingga manajer akan lebih berhati-hati dalam tindakan dan pengambilan keputusan karena mereka akan ikut menanggung konsekuensi dari tindakan yang dilakukan. Secara matematis nilai kepemilikan manjerial dihitung dari persentase yang dimiliki oleh direksi dan komisaris.

b) Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional merupakan persentase saham perusahaan yang dimiliki oleh investor institusional baik LSM, asuransi, bank, pemerintah (BUMN), maupun perusahaan swasta. (Bathala & Rao, 1994 dalam Faisal, 2003).


(27)

Menurut Wahidahwati (2002) dalam Eddy S. & Pratana P. (2003) menyatakan bahwa kepemilikan institusional merupakan persentase saham yang dimiliki oleh pihak institusi perusahaan pada akhir tahun.

Menurut Faisal (2003) kepemilikan institusional umumnya bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan. Dengan kepemilikan institusi yang besar (lebih dari 5%) mengindikasikan kemampuannya untuk memonitor manajemen lebih besar. Artinya semakin besar kepemilikan insitusi maka semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan sehingga dapta mencegah tindakan pemborosan yang dilakukan manajemen dan pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan.

3. Nilai Perusahaan

Kondisi baik atau buruknya suatu perusahaan dapat dilihat melalui harga atau nilai sahamnya. Perusahaan yang memiliki kinerja baik, cenderung mempunyai harga saham yang lebih stabil atau bahkan mengalami peningkatan. Oleh karena itu, memaksimalkan nilai perusahaan yang tercermin dari harga sahamnya merupakan tujuan utama dari manajemen keuangan.(Weston dan Copeland, 1992:9).

Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang sahm juga tinggi. Kekayaan pemegang saham dan perusahaan direpresentasikan oleh harga pasar dari saham yang merupakan cerminan dari keputusan investasi, kebijakan dividen, dan keputusan pendanaan.


(28)

Menurut Fama (1978) dalam Hartini P., (2005) nilai perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya. Bagi perusahaan yang menjual sahamnya kepada

masyarakat (go public) indikator nilai perusahaan adalah harga saham yang

diperjualbelikan tersebut. Jika harga saham meningkat, maka kita dapat mengatakan bahwa keputusan manajer keuangan benar. Oleh karena itu, rahasia keberhasilan dalam manajemen keuangan adalah peningkatan nilai. Jika harga saham meningkat, maka kemakmuran pemegang saham akan meningkat pula.

Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Adanya peluang investasi dapat memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang, sehingga akan meningkatkan harga saham. Peningkatan harga saham mecerminkan nilai perusahaan yang meningkat.

Nilai perusahaan atau harga saham dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :

a. Proyeksi laba

Investor pada umumnya melakukan investasi pada perusahaan yang mempunyai profit atau laba cukup baik dan mempunyai prospek yang cukup cerah di masa datang, maka investor mau melakukan investasi pada perusahaan tersebut sehingga akan mempengaruhi harga saham perusahaan.

b. Earning per Share

Sebagai seorang investor yang melakukan investasi pada perusahaan, akan menerima laba atas saham yang dimiliki. Semakin tinggi laba per


(29)

saham yang diberikan oleh perusahaan, maka tingkat pengembalian pun akan cukup baik sehingga mendorong investor melakukan investasi yang lebih besar lagi, yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan.

c. Tingkat Resiko Pengembalian

Apabila tingkat resiko dan proyeksi laba yang diharapkan perusahaan tinggi, juga akan mempengaruhi harga saham perusahaan. Biasanya semakin tinggi resiko, maka tingkat pengembalian yang diharapkan investor pun akan semakin besar.

d. Kebijakan pembagian dividen

Perusahaan dalam mengalokasikan laba usahanya memiliki dua alternatif, yaitu apakah laba akan dibagikan dalam bentuk dividen pada para pemegang saham atau laba akan ditahan untuk membiayai investasi mendatang. Disinilah perusahaan dituntut untuk dapat membuat kebijakan dividen yang tepat.

Sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham, peningkatan pembagian dividen merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kepercayaan para pemegang saham. Pembayaran dividen yang meningkat akan memberikan sinyal membaiknya kinerja perusahaan dan menginformasikan kepada para pemegang saham bahwa perusahaan yakin akan arus kas yang cukup besar pada masa yang akan datang untuk menanggung tingkat dividen yang tinggi.


(30)

Karena itu informasi tentang kebijakan dividen dapat mempengaruhi harga saham.

4. Keputusan Investasi

Munculnya istilah investment opportunity dikemukakan oleh Myers (1977) dalam Tettet F. & Jogiyanto (2002:36) yang menjelaskan pengertian perusahaan sebagai satu kombinasi antara aktiva riil (assets in place) yang dan opsi investasi

di masa yang akan datang/growth option. Keduanya akan sangat menentukan

keputusan pendanaan dan nilai perusahaan di masa yang akan datang. Perusahaan dengan kesempatan investasi yang besar, memiliki alternatif-alternatif investasi dengan NPV positif. Nilai perusahaan akan sangat ditentukan oleh pemanfaatan peluang investasi tersebut atau tidak.

IOS merupakan variabel yang tidak dapat diobservasi (variabel laten), oleh karena itu diperlukan proksi (Hartono, 1999 dalam Tettet F. & Jogiyanto, 2002:36). Pernyataan ini didukung oleh Kallapur dan Trombley (2001) dalam MG. Kentris & Muh. Yusuf (2005:118) yang menyatakan kesempatan investasi perusahaan tidak dapat diobservasi oleh pihak-pihak luar perusahaan. Terdapat tiga bentuk proksi IOS yang digunakan dalam beberapa penelitian sebelumnya : 1) sebuah rasio, misalnya MVE/BVE, 2) skor faktor sebagai indeks umum IOS, dan variabel dami perusahaan bertumbuh dan tidak bertumbuh, dan 3) beberapa rasio individual dan variabel instrumental.


(31)

Dalam penelitian ini rasio yang diuji adalah 1) market to book value of asset (MVA/BVA), dengan dasar pemikiran bahwa prospek pertumbuhan perusahaan terefleksi dalam harga saham (Kallapur & Trombley, 1999 dalam Tettet F. & Jogiyanto, 2002: 37), pasar menilai perusahaan bertumbuh lebih besar dari nilai bukunya (Gaver & Gaver, 1993 dalam Hartini P., 2005:215) market to book value of equity (MVE/BVE), dengan dasar pemikiran bahwa MVE/BVE mencerminkan pasar menilai return dari investasi perusahaan di masa depan dari return yang diharapkan dari ekuitasnya (Smith & Watts, 1992 dalam Sih Widhi,

2006); 3) Ratio of property, plant, and equipment to firm value (PPE/BVA),

dengan dasar pemikiran bahwa rasio PPE mengindikasikan adanya investasi aktiva tetap yang produktif. Komposisi PPE yang besar pada struktur aktiva menunjukkan adanya pertumbuhan perusahaan di masa depan (Skinner, 1993 dalam MG Kentris & Muh. Yusuf, 2005:119).

5. Kebijakan Dividen

a. Pengertian Kebijakan Dividen

Kebijakan dividen merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan

pendanaan perusahaan. Rasio Pembayaran Dividen (Dividend Payout Ratio)

menentukan jumlah laba yang dapat ditahan sebagai sumber pendanaan. Semakin besar laba ditahan, maka semakin sedikit jumlah laba ynag dialokasikan untuk pembayaran dividen. Alokasi penentuan laba sebagai laba ditahan dan pembayaran dividen merupakan aspek utama dalam kebijakan dividen. (Van Horne, 1998:496)


(32)

Brigham (1994) dalam Sukmawati S. (2000:53) mengatakan bahwa yang

dinamakan kebijakan dividen yang optimal (Optimal Dividend Payout)

perusahaan adalah kebijakan yang menciptakan keseimbangan di antara dividen saat ini dan pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang yang memaksimalkan harga saham.

Fabozzi (2003:553) mengatakan bahwa kebijakan dividen merupakan keputusan perusahaan yang berkaitan dengan pembayaran dividen tunai kepada pemegang saham.

b. Pandangan Terhadap Dividen

1) Dividend Irrelevance Theory

Pandangan ini disampaikan oleh Merton Miller dan Franco Modigliani (1961) dalam Indah Kurniawati (2003:3). MM berpendapat bahwa kebijakan dividen adalah tidak relevan, karena dividen sama sekali tidak mempengaruhi nilai perusahaan atau biaya modal perusahaan. Nilai perusahaan tergantung pada kebijakan nilai investasi asetnya, bukan pada besarnya laba yang dibagikan sebagai dividen atau besarnya laba yang tidak dibagikan kepada pemegang saham. Oleh karena itu, tidak akan pernah ada kebijakan dividen yang optimal kerena setiap pemegang saham dapat menciptakan kebijakan dividennya sendiri.

2) Bird in the Hand Theory

Teori ini dikemukakan oleh Myron Gordon (1959) dan John Litner (1956) dalam Sukmawati S. (2000:53) yang justru mengatakan bahwa biaya modal


(33)

sendiri perusahaan akan naik bila dividen dikurangi, karena investor lebih yakin terhadap penerimaan dari pembagian dividen daripada capital gain yang akan dihasilkan dari laba ditahan. Investor lebih menyukai pendapatan saat ini yang diterima dari dividen karena bersifat pasti, sedangkan capital gain lebih berisiko dan bersifat ekspektasi. Jadi dalam teori ini perusahaan disarankan untuk

membagikan dividen yield yang tinggi untuk mengurangi biaya modal dan

implikasinya akan meningkatkan kekayaan pemegang saham.

3) Signalling Theory

Ross (1977), Bhattacharya (1979), Muller dan Rock (1985) dalam Bahtiar Usman (2006 : 26 – 27) memperkenalkan model persinyalan dalam kebijakan dividen perusahaan. Mereka menyatakan bahwa perusahaan akan meningkatkan dividen perusahaan bila manajemen yakin bahwa prospek perusahaan di masa yang akan datang menguntungkan. Teori sinyal menjelaskan dividen mengandung informasi tentang prospek perusahaan (information content of dividend). Artinya jika perusahaan membagikan dividen tinggi, maka ini merupakan sinyal positif akan prospek perusahaan yang baik sehingga investor akan tertarik untuk memiliki saham perusahaan, dan tentunya dengan pembagian dividen yang tinggi maka kemakmuran pemegang sahampun akan meningkat pula.

Teori persinyalan menganggap bahwa informasi dividen dapat berarti

good news bagi investor karena perusahaan mempunyai free cash flow dari hasil operasi usaha yang akan dibagikan dan dividen dapat digunakan sebagai


(34)

mekanisme kontrol masalah keagenan untuk mengurangi free cash flow yang digunakan oleh manajer.

4) Agency Theory

Hubungan keagenan adalah perjanjian antar parties (pihak- pihak yang saling berhubungan : principal dan agent). Principal menugaskan agent untuk melakukan jasa tertentu atas nama principal dengan memberikan kuasa

pengambilan keputusan kepada agent. Menurut Jensen dan Meckling (1976)

dalam Sukmawati S. (2000:54) agency cost timbul dari perilaku agent dan

principal yang ingin memaksimalkan kesejahteraannya masing- masing.

Agency cost merupakan teori yang sering digunakan untuk menjelaskan pembayaran dividen perusahaan. Megginson (1997) dalam Mahadwartha (2002 : 208 – 209) mengatakan bahwa agency cost terlalu sederhana dan kurang memiliki

konsistensi internal dibandingkan signalling theory. Namun agency cost

memberikan pemahaman yang rasional dan jelas mengenai mengapa dividen itu ada dan mempunyai pola cross sectional yang dapat diobservasi.

Agency cost akan muncul jika manajer sekaligus pemegang saham (owner manager) menjual sebagian sahamnya kepada investor luar atau outside equity owners. Kemungkinan dapat terjadi dimana owner manager berusaha

memaksimalkan kekayaanya dengan mengorbankan outside equity owner (seperti

menggunakan free cash flow perusahaan untuk investasi berlebihan). Sehingga

outside equty owners akan melakukan pengawasan ketat terhadap tindakan owner manager. Pembayaran dividen akan menjadi alat monitoring atau bonding


(35)

kemampuan manajemen (Copeland , 1992 dalam Mahadwartha , 2002 : 208 – 209).

5) Contracting Theory

Smith dan Watts (1992) dalam Sukmawati S. (2000:56) menyarankan

penggunaan contracting theory untuk menjelaskan hubungan antara teori

keuangan, dividen, dan kebijakan kompensasi daripada menggunakan pendekatan

pajak ataupun signalling theory. Alasannya, dalam melakukan investasi dan

keputusan pemberian balas jasa, perusahaan menginvestasikan pada physical dan

human capital. Ini berarti perusahaan melakukan pemilihan kebijakan investasi dalam suatu opportunity set (investment opportunity set).

Perusahaan yang mempunyai growth option yang lebih tinggi (misalnya

mempunyai akses ke proyek- proyek dengan net present value positif atau proyek menguntungkan), akan mempunyai leverage yang lebih rendah (Smith dan Watts, 1992 dalam Sukmawati S., 2000:56), dividend yield yang lebih rendah (Rozeff, 1982 dalam Sukmawati S., 2000:56). Selain itu, perusahaan yang besar akan

mempunyai dividen yield dan kompensasi untuk eksekutif yang lebih tinggi

(Murphy, 1985; Fox , 1986 dalam Sukmawati S., 2000:56).

Teori kontrak menganggap bahwa pembagian dividen yang tinggi

merupakan bad news bagi perusahaan karena menunjukkan ketidakmampuan


(36)

6. Keputusan Pendanaan

Modigliani dan Miller (1958) dalam Baldric Siregar (2004:23) menyatakan bahwa struktur modal tidak relevan dalam penentuan nilai perusahaan. Manajer tidak dapat mengubah nilai perusahaan melalui manipulasi struktur modal. Unsur yang relevan dalam penentuan nilai perusahaan adalah jumlah dan risiko arus kas investasi dan aktivitas operasi perusahaan. Teori struktur modal oleh MM ini dipandang kurang realistis kaena sesungguhnya manajer dapat mengubah nilai perusahaan melalui struktur modal, melalui pendanaan atau ekuitas.

Dua teori struktur modal modern, trade off hypothesis dan pecking order hypothesis, menyatakan bahwa struktur modal berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan trade off hypothesis, perusahaan tidak akan mencapai nilai yang optimal apabila semua pendanaan adalah utang atau tidak ada utang dalam struktur modal. Karena itu, perusahaan dapat menentukan target rasio utang (debt ratio) yang optimal dan berusaha melakukan substitusi utang ke ekuitas atau sebaliknya. Nilai perusahaan yang optimal adalah posisi struktur modal yang menunjukkan manfaat pajak atas tambahan setiap rupiah utang sama besarnya dengan kenaikan biaya kebangkrutan atas penambahan rupiah tersebut (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Sekar Mayangsari, 2001:4)

Myers dan majluf (1984) dalam Baldric Siregar (2004:23) menyatakan bahwa dengan adanya asimetri informasi, emisi saham baru merupakan berita buruk (bad news) karena manajer termotivasi mengeluarkan saham hanya apabila


(37)

saham perusahaan overpriced. Bukti empiris telah menunjukkan bahwa pengumuman emisi saham baru menyebabkan harga saham turun secara tajam (Asquith dan Mullins, 1986; Masulis dan Korwar, 1986;Mikkelson dan Partch, 1986 dalam Baldric Siregar, 2004:24)

Secara praktik, substitusi utang ke ekuitas atau sebaliknya tidaklah mudah dan melibatkan biaya transaksi yang mahal. Biaya transaksi dan pajak emisi saham baru bisa mencapai 50% dari dana yang baru diperoleh (Baskin, 1986

dalam Baldric Siregar, 2004:24). Karena adanya kelemahan trade off hypotesis

ini, Myers dan Majluf (1984) dalam Baldric Siregar (2004:24) mengenalkan proposisi tentang teori struktur modal yang sekarang dikenal dengan nama

pecking order hypothesis. Menurut hipotesis ini, hirarki pendanaan perusahaan mengutamakan dana internal daripada dana eksternal. Apabila dana internal tidak cukup, perusahaan lebih mengutamakan utang daripada saham emisi baru. Babu dan Jain (1998) dalam Baldric Siregar (2004:25) menguraikan ada empat alasan mengapa perusahaan lebih menyukai utang daripada saham baru, yaitu : (1) adanya manfaat pajak atas pembayaran bunga, (2) biaya transaksi emisi utang lebih murah daripada emisi saham baru, (3) lebih mudah mendapatkan pendanaan utang daripada pendanaan saham, dan (4) kontrol manajemen lebih besar dengan adanya utang baru daripada dengan adanya saham baru.


(38)

B. Penelitian Terdahulu

Untung Wahyudi dan Hartini (2006) melakukan penelitian untuk mengetahui implikasi struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan dengan

keputusan keuangan sebagai variabel intervening. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap keputusan investasi dan keputusan pendanaan, tetapi tidak terhadap kebijakan dividen. Menurut mereka hal ini membuktikan bahwa pemegang saham yang sekaligus sebagai pengelola perusahaan cenderung memilih kompensasi berupa gaji bonus atau insentif jangka panjang lainnya dibandingkan dengan dividen. Semntara itu, kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap seluruh keputusan keuangan. Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap keputusan investasi sebesar 0,325 tapi keputusan investasi bukan merupakan variabel

intervening atas pengaruh kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan. Sujoko dan Ugy S. (2007) meneliti tentang pengaruh struktur kepemilikan

saham, leverage (sebagai variabel antara), faktor intern, dan fakor ekstern

terhadap nilai perusahaan menemukan bahwa kepemilikan institusional, suku bunga, dan profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap leverage; kepemilikan manajerial, keadaan pasar modal, dan pangsa pasar relatif tidak berpengaruh signifikan terhadap leverage; pertumbuhan pasar, kebijakan dividen,

dan ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap leverage.

Sedangkan pengujian pengaruh terhadap nilai perusahaan diperoleh hasil bahwa kepemilikan institusional dan nilai perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan; pertumbuhan pasar, profitabilitas, dividen, ukuran


(39)

perusahaan, pangsa pasar relatif, dan leverage berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan; sedangkan kepemilikan manajerial dan keadaan pasar modal tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

Sri Hasnawati (2005) dalam penelitiannya yang membahas implikasi keputusan investasi, pendanaan, dan dividen terhadap nilai perusahaan publik di

BEJ. Penelitiannya yang menggunakan SEM dengan bantuan program LISREL 8

menunjukkan hasil keputusan investasi memiliki pengaruh langsung terhadap nilai perusahaan secara positif sebesar 12,25%. Keputusan pendanaan mempengaruhi nilai perusahaan secara positif sebesar 16,00%, artinya semakin banyak pendanaan ditingkatkan maka akan semakin meningkatkan nilai perusahaan. Variabel kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan sebesar 23,04%, artinya semakin besar dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham akan semakin tinggi nilai perusahaan. Ketiga keputusan keuangan tersebut secara bersama-sama mempengaruhi nilai perusahaan sebesar 78%, sedangkan sisanya 22% dipengaruhi oleh faktor lain. Keputusan investasi dapat berpengaruh secara tidak langsung terhadap nilai perusahaan melalui keputusan pendanaan dan kebijakan dividen, sedangkan kebijakan dividen berpengaruh secara secara tidak langsung terhadap nilai perusahaan melalui keputusan pendanaan dengan implikasi semakin besar dividen yang dibagikan akan semakin meningkatkan pendanaan yang digunakan baik dari sumber internal maupun eksternal. Kebijakan dividen memiliki pengaruh yang paling besar dibandingkan kedua keputusan keuangan lainnya terhadap nilai perusahaan.


(40)

Hartini Prasetyaning (2005) melakukan penelitian mengenai implikasi keputusan investasi, pendanaan, dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan pada perusahaan publik di BEJ menemukan hasil bahwa keputusan investasi yang diproksikan dengan IOS berpengaruh secara positif signifikan terhadap nilai perusahaan; keputusan pendanaan berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan; kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Selain itu ketiga keputusan keuangan tersebut secara bersama- sama mempengaruhi nilai perusahaan.

Etty M. Nasser dan Fielyandi F. (2006) meneliti tentang pengaruh kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan hutang sebagai variabel intervening terhadap nilai perusahaan. Pengujian hipotesis menggunakan path analysis (structural equation model) dengan bantuan software Amos 4.0. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Hasil ini memberikan bukti bahwa perusahaan- perusahaan besar cenderung memiliki level hutang yang tinggi karena perusahaan- perusahaan besar lebih mudah mengakses ke pasar modal untuk memperoleh dana. Kepemilikan institusional mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Hasil ini tidak mendukung penelitian Imanda F. dan Moh. Nasir (2006), Fitri dan Mamduh (2003), dan Crutchley et.al (1999) dimana kebijakan hutang menyebabkan perusahaan dimonitor oleh pihak debtholders. Monitoring dalam perusahaan yang ketat, mendorong institusi meningkatkan kepemilikan sahamnya pada perusahaan bersangkutan. Hasil analisa pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai


(41)

perusahaan ditemukan bahwa size mempunyai pengaruh yang positif signifikan terhadap nilai perusahaan, variabel profitabilitas juga memiliki pengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan.

Imanda F. Putri dan Moh. Nasir (2006) menganalisis persamaan simultan kepemilikan manajerial, kepemilikan insititusional, risiko, kebijakan hutang, dan kebijakan dividen dalam perspektif teori keagenan. Hasil pengujian dengan

metode two stage least square (2SLS) menunjukkan bahwa kepemilikan

manajerial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Hasil ini menjelaskan bahwa dengan tingginya kepemilikan manajerial akan semakin memungkinkan tindakan oprtunis manajer sehingga meresahkan shareholders. Penggunaan hutang dapat menjadi solusi atas permasalahan ini. Kerena

penggunaan hutang dapat meningkatkan monitoring dari bondholders dan

membuat shareholders lebih tenang karena pembiayaan investasi tidak

menggunakan dananya sehingga mengurangi resiko shareholders. Kepemilikan

institusional tidak berpengaruh signifikan dan memiliki hubungan positif dengan kebijakan hutang. Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Arah hubungan menunjukkan arah negatif. Pada tingkat profitabilitas rendah, perusahaan akan menggunakan hutang untuk membiayai operasionalnya sebagai mekanisme transfer kekayaan antara kreditur dengan prinsipal. Kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen, kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi kepemilikan institusional, maka semakin kuat kontrol eksternal terhadap perusahaan dan


(42)

mengurangi biaya keagenan, sehingga perusahaan cenderung akan membagikan dividen yang tinggi. Kebijakan hutang tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen, investment opportunity set (IOS) dan profitabilitas berpengaruh signifikan lemah terhadap kebijakan dividen. Arah hubungan keduanya menunjukkan arah yang negatif.

Sih Widhi Utami (2006) dalam penelitiannya tentang asosiasi IOS dengan kebijakan pendanaan, kebijakan dividen, dan implikasinya pada perubahan harga saham menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kebijakan dividen yang signifikan antara perusahaan tumbuh dan tidak tumbuh diukur dengan DPR. Pengukuran

dengan dividen yield menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan

antara kebijakan dividen perusahaan bertumbuh dan tidak bertumbuh. Kebijakan dividen yang rendah pada perusahaan tumbuh juga dapat mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki ketersediaan free cash flow yang terbatas untuk pembayaran dividen. Hal tersebut bisa terjadi disebabkan karena dana perusahaan lebih banyak digunakan untuk mendanai investasi dan proyek perusahaan. Hasil pengukuran kebijakan hutang dengan Book Debt Equity diduga terjadi measurement error, namun pengukuran dengan Market Debt Equity berhasil membuktikan bahwa

perusahaan yang tumbuh yang diproksikan dengan IOS, memiliki rasio Debt to

Equity yang lebih rendah daripada perusahaan yang tidak tumbuh. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang tumbuh cenderung lebih konservatif dalam menggunakan pendanaan yanng berasal dari hutang. Selain itu penelitian ini juga memberikan hasil bahwa bahwa MVE/BE berkorelasi positif dengan pertumbujhan aktiva namun berkorelasi negatif terhadap pertumbuhan ekuitas.


(43)

Rasio MVA/BVA berkorelasi negatif terhadap pertumbuhan aktiva dan ekuitas. Namun arah korelasi semuanya tidak menunjukkan signifikan. Penelitian ini berhasil membuktikan adanya korelasi positif antara rasio PER dengan realisasi pertumbuhan aktiva, dan rasio CAP/BVA dengan realisasi pertumbuhan aktiva, dan CAP/MVA dengan realisasi pertumbuhan aktiva. Adanya hubungan positif signifikan tersebut menunjukkan bahwa rasio- rasio tersebut memiliki akurasi yang tinggi dalam memprediksi pertumbuhan perusahaan.

Eddy Suranta dan Pratana Puspa (2003) menganalisis hubungan struktur kepemilikan manajerial, nilai perusahaan, dan investasi dengan model persamaan linier simultan. Hasil pengujiannya memperlihatkan hubungan linier negatif antara kepemilikan menajerial dengan nilai perusahaan, dimana semakin tinggi kepemilikan manajerial, akan semakin menurunkan nilai perusahaan dan variabel

kontrol leverage memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai

perusahaan, mepelihatkan bahwa perusahaan cenderung meningkatkan hutang untuk dapat meningkatkan nilai perusahaan dan menunjukkan adanya suatu

mekanisme corporate governance untuk melekukan kontrol terhadap manajerial

guna mengurangi masalah keagenan karena shareholders tidak dapat melakukan

kontrol secara langsung ke dalam perusahaan. Variabel size juga menunjukkan

estimasi positif walapun tidak signifikan, variabel ROA terhadap keputusan investasi menunjukkan estimasi positif meskipun tidak signifikan, nilai perusahaan dan investasi menunjukkan hubungan linier, dimana semakin tinggi investasi maka akan meningkatkan nilai perusahaan. Hasil pengujian dengan OLS dan 2SLS memberikan gambaran bahwa kepemilikan manajerial merupakan


(44)

variabel ekosogenus terhadap nilai dan investasi perusahaan, juga mengindikasikan bahwa kepemilikan saham oleh dewan direksi dan komisaris merupakan variabel eksogenus terhadap investasi dan nilai perusahaan.

Putu Anom Mahadwartha (2002) meneliti interdependensi antara kebijakan leverage dengan kebijakan dividen dalam perspektif teori keagenan

dengan metode Seemingly Unrelated Regression (SUR). R2 yang rendah

menunjukkan bahwa teori keagenan kurang mampu menjelaskan interdependensi

antara kebijakan leverage dengan kebijakan dividen khususnya untuk kasus di

Indonesia. Kebijakan leverage dengan kebijakan dividen berhubungan positif dan signifikan. Variabel kontrol size, hanya signifikan pada persamaan pertama dalam menjelaskan hubungan leverage dengan dividen. Semakin besar size perusahaan,

maka akan semakin besar leveragenya, demikian juga dengan dividen yang

diberikan kepada pemegang saham. Kepemilikan manajerial signifikan dalam menjelaskan leverage, dimana bila perusahaan mempunyai managerial ownership

program maka leverage akan berkurang. Penjelasan teori keagenan menagatakan

bahwa berkurangnya leverage disebabkan karena kekayaan pribadi manajer

semakin berkaitan erat dengan kekayaan perusahaan, sehingga manajer akan

berusaha mengurangi leverage untuk menjaga resiko perusahaan terkendali.

Dengan kata lain, resiko perusahaan juga merupakan resiko kekayaan pribadi manajer.

MG. Kentris Indarti dan Muh. Yusuf (2005) menganalisis kebijakan dividen, pendanaaan, dan asimetri informasi pada perusahaan tumbuh dan tidak


(45)

U-Test. IOS sebagai prediktor pertumbuhan suatu perusahaan tidak efektif jika diproksikan dengan satu variabel saja. Penelitian ini menggunakan tujuh proksi IOS. Korelasi proksi IOS berdasarkan harga (MVE/BE, Tobin’s Q, VPPE) dengan IONS dan VARRET, maupun IONS dengan VARRET menunjukkan hasil positif signifikan. Hal ini diperkirakan bahwa nilai aset pasar maupun nilai ekuitas pasar berhubungan erat dan positif dengan tingkat investasi dan variansi return dari perusahaan serta peningkatan nilai investasi berhubungan dengan peningkatan variansi keuntungan. Hasil pengujian hipotesis didapat bahwa perusahaan tumbuh memiliki kebijakan pendanaan melalui hutang dalam struktur modalnya (rasio Debt/Equity) lebih kecil daripada perusahaan yang tidak tumbuh. Ini mendukung teori biaya kontrak yang prinsipnya perusahaan dengan cara meyelaraskan

kepentingan agent (manajer) dan principal (pemegang saham). Manajer ingin

meningkatkan nilai perusahaan, sehingga keberhasilannya diketahui dan pemegang saham ingin laba yang diperoleh tidak berkurang karena adanya kewajiban membayar hutang. Hasil pengujian hipotesis lainnya menunjukkan bahwa perusahaan tumbuh membayar dividen lebih rendah daripada perusahaan tidak tumbuh baik dengan proksi DPR maupun dividend yield.

Luciana Spica A. dan Meliza Silvy (2006) dalam penelitiannya mengenai analisis kebijakan dividen dan kebijakan leverage terhadap prediksi kepemilikan manajerial dengan teknik analisis multinomial logit. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel DEBT (hutang), IOS, nilai pasar ekuitas, dan ROA mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap probabilitas perusahaan kepemilikan manajerial sedang dan tinggi. Sedangkan Tobin’s Q mempunyai


(46)

hubungan negatif signifikan terhadap probabilitas perusahaan kepemilikan manajerial sedang dan tinggi. Varaiabel yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan kelompok manajerial sedang dan tinggi adalah LNVAL (nilai ekuitas pasar) dan IOS.

Faisal (2003) meneliti tentang pengaruh struktur kepemilikan terhadap kebijakan hutang pada industri manufaktur di BEJ menemukan hasil bahwa variabel yang paling dominan mempengaruhi kebijakan hutang adalah kepemilikan saham oleh institusi. Sedangkan kepemilikan manajerial dan penyebaran kepemilikan tidak dominan, namun yang paling penting adalah variabel ini juga mempunyai arah hubungan yang terbalik dengan debt ratio. Hal ini mencerminkan adanya kecenderungan untuk meminimumkan biaya keagenan. Selain itu, lima variabel kontrol dalam penelitian ini, yaitu asset structure, firm

size, profitabilitas, pertumbuhan, dan tax rate mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap debt ratio. Artinya kelima variabel tersebut dapat digunakan sebagai instrumen pendukung kebijakan hutang untuk meminimumkan biaya keagenan.


(47)

C. Kerangka Pemikiran

1. Hubungan Struktur Kepemilikan dan Keputusan Keuangan

Penelitian mengenai pengaruh struktur kepemilikan manajerial terhadap keputusan investasi telah dilakukan oleh Eddy Suranta dan Pratana Puspa (2001) yang menemukan bahwa kepemilikan manajerial mempengaruhi investasi perusahaan meskipun hubungannya tidak dapat ditentukan dan juga menemukan bahwa kepemilikan manajerial merupakan variabel eksogen terhadap investasi dan nilai perusahaan. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Untung W. dan Hartini (2006).

Penelitian mengenai pengaruh struktur kepemilikan manajerial terhadap keputusan pendanaan telah dilakukan oleh banyak peneliti, diantaranya oleh Untung W. dan Hartini (2006), Mahadwartha (2002), Imanda F. Dan Moh. Nasir (2006). Hasil penelitian mereka menemukan bahwa kepemilikan manajerial memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap keputusan pendanaan (kebijakan hutang). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kepemilikan manajerial maka akan semakin menurunkan hutang perusahaan. Penjelasan teori keagenan

mengatakan bahwa berkurangnya leverage disebabkan karena kekayaan pribadi

manajemen berkaitan dengan kekayaan perusahaan sehubungan dengan kepemilikan saham mereka dalam perusahaan, sehingga manajemen akan berusaha mengurangi hutangnya., karena jumlah hutang yang semakin meningkat

akan menimbulkan financial distress. Terjadinya financial distress akan

mengakibatkan nilai perusahaan akan menagalami penurunan sehingga menguragi kemakmuran pemilik saham. Penelitian ini mendukung hasil Chen dan Steiner


(48)

(1999) dalam Imanda F. dan Moh. Nasir (2006:3). Hasil studi Faisal konsisten denagn hasil Moh’d et.al (1998), Jensen et.al (1992), Bathala et al (1994) serta Fried dan Lang (1988) dalam Faisal (2003:145) menunjukkan bahwa struktur modal mempunyai hubungan negatif dengan insider ownership.

Penelitian mengenai pengaruh kepemilikan manajerial dengan kebijakan dividen antara lain dilakukan oleh Sukmawati S. (2000) yang menemukan bahwa kepemilikan manajerial memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan dividen, dimana pada perusahaan yang memiliki kepemilikan manajerial yang rendah atau bahkan sama sekali tidak memiliki kepemilikan manajerial, maka akan cenderung membagikan dividen yang tinggi. Hal ini dilakukan untuk mengurangi konflik keagenan dan biaya keagenan yang tercipta. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Rozeff (1982) dalam Sukmawati S. (2000 : 55) yang

menyatakan bahwa pembagian dividen merupakan bagian dari firm’s optimum

monitoring atau bonding package dan akan menurunkan agency cost. Hasil penelitian Imanda F. dan Moh. Nasir menemukan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil ini konsisten dengan penelitian Wahidahwati (2002) dalam imanda F. dan Moh. Nasir (2006 : 7) yang menjelaskan bahwa bila manajer memiliki saham perusahaan yang tinggi, maka kekayaannya akan semakin tidak terdiversivikasi dengan baik, oleh karena itu manajer mengharapakan return atas opportunity cost lebih besar yaitu dari pembagian dividen yang tinggi.


(49)

Penelitian mengenai pengaruh kepemilikan institusional terhadap keputusan investasi dilakukan oleh Untung W. dan Hartini (2006), namun hasil penelitian mereka menemukan bahwa kepemilikan institusional tidak mempengaruhi semua keputusan keuangan. Hasil ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Fuerst dan Kang (2000) dan Smith (1992) dalam Untung W. dan

Hartini (2006:4) yang menemukan hubungan positif antara institusional

ownership dengan nilai pasar setelah mengendalikan kinerja perusahaan. Penelitian Crutchley (1999) dalam untung W. dan Hartini (2006 : 4)

Penelitian mengenai kepemilikan institusional terhadap kebijakan hutang dilakukan oleh Jensen, et.al., Bathala (1994), dan Moh’d, et al. (1998) serta konsisten dengan Shleifer dan Vishny (1986) dalam Faisal (2003:147) yang menemukan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Faisal (2003) serta Sujoko dan Ugy S. (2007). Semakin meningkat kepemilikan eksternal, maka akan semakin efektif kontrol perusahaan terhadap perilaku manajer, sehingga manajer menggunakan hutang pada tingkat yang rendah. Selain itu, meningkatnya kepemilikan institusional juga dapat mengimbangi kebutuhan terhadap hutang. Dengan demikian menyebabkan penggunaan hutang menurun, karena peranan hutang sebagai salah satu alat monitoring sudah diambil alih oleh

institutional investors. Dengan demikian dapat mengurangi agency cost of debt Penelitian mengenai kepemilikan institusional terhadap kebijakan dividen dilakukan oleh Imanda F. dan Moh. Nasir (2006) yang mendukung penelitian Crutchley (1999) dalam Imanda F. dan Moh. Nasir (2006:7) yang menemukan


(50)

bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan dividen. Semakin tinggi kepemilikan institusional, maka akan semakin

kuat kontrol eksternal terhadap perusahaan dalam mengurangi agency cost,

sehingga perusahaan cenderung memberikan dividen yang lebih rendah.

Hasil penelitian Eddy S. dan Pratana (2003) serta sukmawati S. (2000) menunjukkan estimasi positif meskipun tidak signifikan tetapi mendukung beberapa hasil penelitian sebelumnya (Wahidahwati, 2001; Jensen, et al., 1992; Chen dan steiner, 1999 dalam eddy S. dan Pratana, 2003:60) yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan, maka laba yang diperoleh juga akan semakin tinggi dan akan berdampak pada peluang investasi yang akan datang.

Myers dan Majluf (1984) dalam Faisal (2003:140) menyatakan bahwa

manajer mempunyai pecking order di dalam menahan laba sebagai pilihan

pertama, diikuti oleh pembiayaan dengan hutang (debt financing), kemudian

penerbitan saham baru. Profitabilitas yang semakin meningkat akan meningkatkan laba ditahan. Tersedianya dana intern yang meningkat tentunya akan menurunkan minat perusahaan untuk melakukan pembiayaan perusahaan melalui hutang sehingga hutang pun akan menurun. Dengan demikian terdapat hubungan negatif antara profitabilitas dan kebijakan hutang. Adanya hubungan negatif antara profitabilitas dan kebijakan hutang telah ditemukan oleh beberapa peneliti diantaranya Moh’d, et al. (1998);Jensen, et al. (1992); Myers (1984) dalam Faisal (2003 : 140), Faisal (2003), dan Sujoko dan Ugy S. (2007).


(51)

2. Hubungan Struktur Kepemilikan dan Nilai Perusahaan

Morck, et al. (1988) dan Mc. Connell dan Servaes (1990) dalam Mahadwartha (2003:56) menemukan hubungan yang non-monotonic antara struktur kepemilikan dan nilai perusahaan yang diproksi dengan nilai tobin’s Q. Hasil penelitian mereka didukung oleh Luciana Spica A. (2006) yang menyatakan bahwa hubungan positif terjadi antara nilai pasar ekuitas dengan persentase kepemilikan manajerial. Fuerst dan Kang (2000) dalam Untung W. dan Hartini (2006:4) serta Itturiaga dan Sanz (1998) dalam Mahadwartha (2003:56) menemukan hubungan yang positif antara struktur kepemilikan manajerial dan penciptaan nilai dalam perusahaan. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Untung W. dan Hartini (2006) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan baik secara langsung maupun melalui keputusan pendanaan.

Sujoko dan Ugy S. (2007) menemukan bahwa kepemilikan institusional mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Sudarma (2003) dalam Sujoko dan Ugy S. (2007:46). Penelitian Slovin dan Sushka (1993) dalam Fifi S. (2004:64) menunjukkan bahwa nilai perusahaan dapat meningkat jika institusi mampu

menjadi alat monitoring efektif. Smith (1996) dalam Fifi S. (2004:64)

menunjukkan bahwa aktifitas monitoring institusi mampu mengubah struktur pengelolaan perusahaan dan meningkatkan kemakmuran pemegang saham.


(52)

3. Hubungan Keputusan Keuangan dan Nilai Perusahaan

Perluasan aktiva dan peluang investasi baru yang menguntungkan menjadi faktor yang secara potensial akan mempengaruhi tingkat dividen yang dibagikan (Partington, 1989 dalam Bahtiar Usman, 2006:32). Hal ini konsisten dengan model residual dividend dari Brigham dan Gapenski (1996) dalam Bahtiar Usman (2006:32) yang menyatakan bahwa pendanaan terhadap peluang investasi yang menguntungkan harus dilakukan terlebih dahulu sebelum dividen dibayarkan. Myers & Majluf (1984) dalam Hartini Prasetyaning (2005:211) menyatakan bahwa perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi diharapkan memiliki kesempatan investasi yang tinggi. Untuk meningkatkan pertumbuhan yang tinggi, perusahaan memerlukan dana yang besar yang dibiayai dari sumber internal perusahaan. Jika terdapat penurunan pembayaran dividen artinya perusahaan memiliki sumber dana internal yang cukup untuk perluasan investasi. Namun di lain pihak, peningkatan dividen merupakan sinyal positif untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan. Manajemen memberikan sinyal positif kepada investor melalui pembagian dividen, sehingga investor mengetahui terdapat peluang investasi di masa yang akan datang yang menjanjikan bagi nilai perusahaan (Miller dan Rock, 1985 dalam Hartini Prasetyaning (2005:212).

Penelitian mengenai pengaruh investasi terhadap kebijakan dividen di Indonesia antara lain telah dilakukan oleh Untung W. dan Hartini (2006); MG Kentris & Muh. Yusuf (2005); Bahtiar Usman (2006); Sukmawati S. (2000); Sri Hasnawati (2005); Tettet Fitrijanti dan Jogiyanto (2002); Imanda F. dan Moh. Nasir (2006); serta Sih Widhi (2006).


(53)

Keputusan investasi secara positif mempengaruhi keputusan pendanaan ditemukan oleh Sri Hasnawati (2005). Temuan ini mendukung temuan terdahulu yang dilakukan oleh Myers (1984); Myers dan Majluf (1984) dalam Sri Hasnawati (2005:40). Secara tidak langsung keputusan investasi mempengaruhi keputusan pendanaan melalui kebijakan dividen. Namun temuan ini bertentangan dengan hasil studi Kaaro dan Hartono (2002) dalam Sri Hasnawati (2005:40) yang menyimpulkan bahwa investasi akan didanai oleh sumber internal terlebih dahulu sehingga keputusan investasi berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen.

Agency theory dapat menjelaskan hubungan dividen dengan kebijakan

hutang melalui free cash flow hypothesis (kas internal perusahaan digunakan

untuk membayar dividen sehingga diperlukan tambahan dana eksternal melalui hutang) yang memprediksi bahwa dividen mempengaruhi hutang dengan hubungan yang positif (Megginson, 1997 dalam Endar Pituriningsih, 2005:195). Sedangkan Jensen, et.al (1992) dalam Faisal (2003:139) menyatakan pembayaran dividen muncul sebagai pengganti hutang dalam struktur modal untuk mengawasi

perilaku manajer. Dalam hal ini, perusahaan yang mempunyai dividen payout

ratio yang tinggi menyukai pendanaan dengan modal sendiri, sehingga mengurangi biaya keagenan hutang. Penelitian mengenai pengaruh kebijakan dividen terhadap keputusan pendanaan dilakukan oleh Sekar Mayangsari (2001); Faisal (2003); Imanda F. dan Moh. Nasir (2006); Mahadwartha (2002); dan Endar Pituriningsih (2005).


(54)

Penelitian mengenai pengaruh investasi terhadap nilai perusahaan dilakukan oleh Sri Hasnawati (2005); Hartini Prasetyaning (2005); serta Eddy Suranta & Pratana (2003). Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa keputusan investasi berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, yang berarti bahwa investasi akan meningkatkan nilai perusahaan. Hasil ini konsisten dengan pendapat Fama (1978) dalam Hartini Prasetyaning (2005:219) bahwa nilai perusahaan semata-mata ditentukan oleh keputusan investasi. Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa untuk mencapai tujuan perusahaan, yaitu maksimalisasi nilai perusahaan dapat dicapai melalui kegiatan investasi perusahaan. Hasil penelitian mereka juga mendukung teori sinyal, dimana pengeluaran modal perusahaan (capital expenditure) sangat penting dalam upaya meningkatkan nilai perusahaan. Adanya kegiatan investasi akan memberikan sinyal tentang pertumbuhan pendapatan di masa yang akan datang dan mampu meningkatkan nilai pasar saham perusahaan. (Fama dan French, 1998 dalam Sri Hasnawati, 2005:38).

Dividen merupakan aliran kas masuk bagi pemegang saham, sehingga semakin tinggi dividen, maka akan semakin sejahtera pemegang saham. Pembayaran dividen yang semakin meningkat menunjukkan prospek perusahaan yang bagus sehingga investor akan tertarik untuk membeli saham dan nilai perusahaan akan meningkat (Rozeff, 1982 dalam Sri Hasnawati, 2005:39). Penelitian yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan dilakukan oleh Sri Hasnawati (2005) serta Sujoko dan Ugy S. (2007).


(55)

Salah satu instrumen yang sangat sensitif terhadap nilai perusahaan adalah kebijakan hutang. Perusahaan diharapkan menjaga hutang pada tingkat tertentu untuk meningkatkan nilai perusahaan. Walaupun tingkat hutang akan meningkatkan pula harga saham, tetapi jika telah mencapai titik tertentu maka akan menurunkan nilai perusahaan (Modigliani, Miller, dan Brigham, 1999 dalam Etty M. dan Fielyandi, 2006:106). Masulis (1980) dalam Sri Hasnawati (2005:38) menyatakan bahwa keputusan pendanaan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Apabila pendanaan didanai melalui hutang peningkatan tersebut terjadi akibat dari

efek tax deductible. Artinya perusahaan yang memiliki hutang akan membayar

bunga pinjaman yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak, yang dapat memberi manfaat bagi pemegang saham.

Penelitian mengenai pengaruh keputusan pendanaan terhadap nilai perusahaan dilakukan oleh Etty M. dan Fielyandi (2006), Sri Hasnawati (2005), Eddy S. dan Pratana (2003), Sujoko dan Ugy S. (2007), Hartini Prasetyaning (2005), dan Untung W. dan Hartini Prasetyaning (2006).

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang disesuaikan dengan teori, konsep jalur, dan hasil penelitian terdahulu maka skematis dapat dibuat kerangka pemikiran yang dapat dilihat dari path diagram berikut.


(56)

(57)

Dari gambar di atas juga dapat menunjukkan keterangan- keterangan sebagai berikut, yaitu :

• (gama) yaitu koefisien jalur yang menjelaskan pengaruh dari variabel

eksogen ke variabel endogen. Seperti dari X1 ke Y1 , X1 ke Y2 , dan X1 ke

Y3 .

• (beta) yaitu koefisien jalur yang menjelaskan pengaruh dari variabel

endogen ke variabel endogen lainnya. Seperti Y1 ke Y2 , Y1 ke Y3, Y1 ke Y4, Y2

ke Y3 , Y2 ke Y4 , dan Y3 ke Y4 .

• ε (residual variable) yang berkaitan dengan variabel endogen.

Paradigma penelitian yang dinyatakan dalam bentuk persamaan struktural adalah sebagai berikut :

Y1 = 1 X1 + ε ... Persamaan 1

Y2 = 2 X1 + 1 Y1 + ε ... Persamaan 2

Y3 = 3 X1 + 2 Y1 + 4 Y2 + ε ... Persamaan 3

Y4 = 4 X1 + 3 Y1 + 5 Y2 + 6 Y3 + ε ... Persamaan 4

Pada persamaan struktural pertama, X1 merupakan variabel eksogen, Y1

sebagai variabel endogen, ε merupakan residual variable yang berkaitan dengan variabel endogen dan 1 adalah koefisien jalur yang menjelaskan pengaruh dari

variabel eksogen X1 ke variabel endogen Y1.

Pada persamaan struktural kedua, X1 merupakan variabel eksogen, Y2

sebagai variabel endogen, ε merupakan residual variable yang berkaitan dengan


(58)

variabel eksogen X1 ke variabel endogen Y2, dan 1 yaitu koefisien jalur yang

menjelaskan pengaruh dari variabel endogen Y1 ke variabel endogen Y2 .

Pada persamaan struktural ketiga, X1 merupakan variabel eksogen, Y3

sebagai variabel endogen, ε merupakan residual variable yang berkaitan dengan

variabel endogen, 3 adalah koefisien jalur yang menjelaskan pengaruh dari

variabel eksogen X1 ke variabel endogen Y4, 2 yaitu koefisien jalur yang

menjelaskan pengaruh dari variabel endogen Y1 ke variabel endogen Y3, 4 yaitu

koefisien jalur yang menjelaskan pengaruh dari variabel endogen Y2 ke variabel

endogen Y3 .

Pada persamaan struktural keempat, X1 merupakan variabel eksogen, Y4

sebagai variabel endogen, ε merupakan residual variable yang berkaitan dengan

variabel endogen, 3 adalah koefisien jalur yang menjelaskan pengaruh dari

variabel eksogen X1 ke variabel endogen Y3, 3 yaitu koefisien jalur yang

menjelaskan pengaruh dari variabel endogen Y1 ke variabel endogen Y4, 5 yaitu

koefisien jalur yang menjelaskan pengaruh dari variabel endogen Y2 ke variabel

endogen Y4, 6 yaitu koefisien jalur yang menjelaskan pengaruh dari variabel

endogen Y3 ke variabel endogen Y4 .

Penelitian ini diawali dengan mengamati perusahaan-perusahaan yang terdaftar berturut-turut dalam Bursa Efek Indonesia periode tahun 2004, 2005, dan 2006. Selanjutnya dari perusahaan-perusahaan tersebut, peneliti mengambil data laporan keuangan yang berupa total aktiva, total hutang, total ekuitas, laba bersih tersedia bagi pemegang saham, earning per share (EPS), dividen per share (DPS), persentase kepemilikan saham, harga penutupan, kapitalisasi pasar, dan jumlah


(59)

saham beredar. Data tersebut selanjutnya diolah untuk mendapatkan variabel- variabel yang diperlukan dalam penelitian. Penelitian ini melibatkan variabel laten dan beberapa indikator sebagai variabel manifest. Variabel laten yaitu variabel yang tidak dapat diukur secara langsung dan memerlukan beberapa indikator sebagai proksi dan variabel manifest adalah variabel yang secara langsung dapat diukur.

Variabel laten terdiri dari variabel endogen dan variabel eksogen. Variabel endogen dalam penelitian ini adalah keputusan investasi (Y1), kebijakan dividen

(Y2), kebijakan hutang (Y3), dan nilai perusahaan (Y4). Sedangkan variabel

eksogennya adalah struktur kepemilikan (X1).

Setelah variabel manifest/ indikator tersebut diperoleh maka dilakukan

pengujian dengan menggunakan metode Structural Equation Modeling (SEM).


(60)

D. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori, penelitian terdahulu, dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut :

H1a : Struktur kepemilikan berpengaruh positif terhadap keputusan investasi. H1b : Struktur kepemilikan berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. H1c : Struktur kepemilikan berpengaruh negatif terhadap kebijakan

hutang.

H1d : Struktur kepemilikan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. H2a : Keputusan investasi berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. H2b : Keputusan investasi berpengaruh negatif terhadap kebijakan

hutang.

H2c : Keputusan investasi berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. H3a : Kebijakan dividen berpengaruh negatif terhadap kebijakan

hutang.

H3b : Kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. H4 : kebijakan hutang berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.


(1)

perusahaan. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Sri Hasnawati (2005), Muslimun (2006), serta Sujoko & Ugy S. (2007) yang menemukan bahwa kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Artinya bahwa pembayaran dividen berisi informasi/isyarat tentang prospek perusahaan di masa yang akan datang yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan. Penelitian ini juga sesuai dengan signalling theory yang dikembangkan oleh Ross (1978); Bhattacharya (1979); dan Rozeff (1982) dalam Sri Hasnawati (2005).

4. Kebijakan hutang memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi penggunaan hutang maka nilai perusahaan akan semakin meningkat. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sri Hasnawati (2005) menyatakan bahwa semakin banyak pendanaan ditingkatkan akan semakin meningkatkan nilai perusahaan. Peningkatan hutang dapat diartikan pihak luar tentang kemampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya di masa yang akan datang atau risiko bisnis yang rendah. (Brigham, et.al, 1999).


(2)

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, maka penulis mencoba mengemukakan implikasi yang mungkin bermanfaat diantaranya :

• Bagi perusahaan, adanya pengaruh-pengaruh yang terjadi antara struktur kepemilikan terhadap ketiga keputusan keuangan perusahaan yaitu keputusan investasi, kebijakan dividen, kebijakan hutang juga terhadap nilai perusahaan ataupun pengaruh keputusan investasi terhadap kebijakan dividen dan hutang, pengaruh kebijakan dividen terhadap kebijakan hutang maupun pengaruh ketiga keputusan keuangan tersebut terhadap nilai perusahaan, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat membantu pihak perusahaan dalam pengambilan keputusan keuangan perusahaan. Karena seperti yang kita ketahui bahwa keputusan keuangan perusahaan merupakan keputusan yang amat penting dalam menentukan kemajuan dan kelangsungan hidup perusahaan. Selain itu perusahaan juga harus benar-benar mempertimbangkan keputusan yang akan diambil, karena satu keputusan akan mempengaruhi keputusan keuangan lainnya.

• Bagi investor, khususnya dengan adanya kebijakan hutang dan dividen dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan dan memutuskan investasi yang akan dilakukan, karena setiap investor menginginkan prospek yang baik bagi perusahaannya di masa depan.

• Bagi akademisi, penelitian ini memiliki beberapa kelemahan yang dapat dijadikan bahan penelitian berikutnya. Pertama, periode penelitian hanya tiga tahun, selanjutnya dapat diteliti dengan periode lebih panjang atau situasi


(3)

ekonomi yang berbeda. Kedua,proksi keputusan investasi hanya menggunakan tiga rasio, perlu dilakukan penelitian dengan menambah proksi keputusan investasi yang lainnya begitu juga dengan indikator variabel endogen lainnya. Ketiga, penelitian selanjutnya diharapkan dapat memasukkan faktor eksternal perusahaan sebagai variabel yang juga dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Keempat, penelitian ini menggunakan analisis SEM (Structural Equation Modeling) dengan program LISREL 8.54 versi student sehingga hanya dapat memasukkan paling banyak 12 indikator, sehingga dapat dilakukan penelitian selanjutnya dengan menggunakan analisis SEM program LISREL full version ataupun analisis SEM dengan program AMOS.


(4)

Almilia, Luciana Spica, dan Silvy, Meliza, ‘Analisis Kebijakan Dividen dan Kebijakan Leverage Terhadap Prediksi Kepemilikan Manajerial Dengan Tehnik Analisis Multinomial logit’, Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol.6, No. 1, hal. 1 – 19, 2006.

Astuti, Dewi, ‘Manajemen Keuangan Perusahaan’, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2004.

Bahagia, Malla, ‘Analisis Struktur Kepemilikan, Kebijakan Dividen dan Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan dengan Pendekatan Structural Equation Modeling (SEM) : Studi Empiris Perusahaan Go Publik di BEI’, Skripsi, 2007.

Baruno, Agung dan Andriani, Yeni, ’Analisis Pengaruh Rasio-rasio Keuangan Terhadap Dividen Payout Ratio pada Industri Telekomunikasi di Bursa Efek Jakarta Periode 2000 – 2004’, Jurnal Ekonomi, Vol. XV, No. 39, 2005.

Fabozzi, Frank J., ‘Financial Management & Analysis’, Second edition, Wiley Inc., New Jersey, 2003.

Faisal, ‘Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta’, Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol. 5, No. 2, hal. 133 – 152, 2003.

Fitrijanti, Tettet dan Hartono, Jogiyanto, ‘Set Kesempatan Investasi : Konstruksi Proksi dan Analisis Hubungannya dengan Kebijakan Pendanaan dan Dividen’, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 5, No. 1, hal. 35 – 63, 2002.

Ghozali, Imam, dan Fuad, ‘Strutural Equation Modeling : Teori, Konsep, & Aplikasi dengan Program LISREL 8.54’, Badan Penerbit-Undip, 2005. Hasnawati, Sri, ‘Implikasi Keputusan Investasi, Pendanaan, dan Dividen

Terhadap Nilai Perusahaan Publik di BEJ’, Usahawan, No. 9, hal. 33 – 40, 2005.

Husnan, Suad, ‘Manajemen Keuangan Teori dan penerapan (Keputusan Jangka Panjang)’, jilid I, edisi keempat, BPEP, Yogyakarta, 1996.

Indarti, MG. Kentris, dan Yusuf, Muh., ’Analisis Kebijakan Dividen, Pendanaan, dan Asimetri Informasi Pada Perusahaan Tumbuh dan Tidak Tumbuh’, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol.12, No.1, hal. 115 – 133, 2005.


(5)

Iswahyuni, Yetty dan Suyanto, L. ’Analisis Perbedaan Perusahaan Tumbuh dan Tidak Tumbuh dengan Kebijakan Pendanaan, Dividen, Perubahan Harga Saham, dan Volume Perdagangan Pada Bursa Efek Jakarta dengan Pendekatan Asosiasi Proxi Invessment Opportunity Set (IOS)’, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol. 9, No. 2, Sept, 2002.

Kurniawati, Indah, ’Analisis Pengaruh Pengumuman Dividen Terhadap Abnormal return : Pengujian Signalling Hypothesis’,Jurnal Akuntansi & Manjemen STIE YKPN, hal.1 – 11, 2003.

Mahadwartha, Putu Anom, ’Interdependensi Antara Kebijakan Leverage dengan Kebijakan Dividen : Perspektif Teori Keagenan’, Simposium 2002, Jurnal Riset Akuntansi, Manajemen, dan Ekonomi, Vol.2, No.2, hal.201 – 220, 2002.

Mayangsari, Sekar, ’Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pendanaan Perusahaan : Pengujian Pecking Order Hypothesis’, Media Riset Akuntansi, Auditing, dan Informasi, Vol.1, No.3, hal.1 – 26, 2001. Muslimin, ’Analisis Struktur Kepemilikan, Kebijakan Dividen dan kebijakan

Hutang terhadap Nilai Perusahaan’, Jurnal Ekonomi dan Manajemen, Vol. 7, No. 2, 2006.

Nasser, Etty M., dan Fielyandi, ’Pengaruh Kepemilikan Institusional, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Hutang Sebagai Variabel Intervening Terhadap Nilai Perusahaan’, Jurnal Ekonomi STEI, No.2, 2006.

Pawestri, Hartini Prasetyaning, ’Keputusan Investasi, Pendanaan, dan Kebijakan Dividen : Implikasinya pada Nilai Perusahaan (Studi pada Bursa Efek Jakarta)’, Manajemen, Akuntansi, dan Bisnis, Vol. 3, No. 2, 2005.

Pituriningsih, Endar, ’Kebijakan Dividen dalam Perspektif Agency Theory’, Arthavidya, Vol. 6, No. 1, 2005.

Putri, Imanda, dan Nasir, Moh., ’Analisis Persamaan Simultan Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Risiko, Kebijakan Hutang, dan Kebijakan Dividen Dalam Perpektif Teori Keagenan’, Simposium Nasional Akuntansi, Ikatan Akuntansi Indonesia, 2006.

Ross, Stephen A., Westerfield, Randolph W., and Jordan, Bradford D., ‘Essentials of Corporate Finance’, Fourth Edition, Mc.Graw Hill Co, New York, 2004.

Siregar, Baldric, ‘Utang Atau Ekuitas : Pengujian Empiris Pecking Order Hypothesis’, Jurnal Akuntansi dan Manajemen STIE YKPN, hal. 23 – 33, 2004.


(6)

Sujoko, dan S., Ugy, ‘Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Leverage, Faktor Intern dan Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan’, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 9, No. 1, hal. 41 – 48, 2007.

Sukmawati S., ‘Optimal Dividend Payout’, Jurnal Bisnis dan Ekonomi Kinerja, Vol.4, No.1, hal. 53 – 64, 2000.

Suranta, Eddy, dan Midiastuti, Pratana P., ‘Analisis Hubungan Kepemilikan Manajerial, Nilai Perusahaan, dan Investasi dengan Model Persamaan Linier Simultan’, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.6, No.1, 2003. Susilowati, Yeye, ‘Hubungan Antara Peluang Investasi dengan Arus Kas,

Kebutuhan Pendanaan, dan Dividen’, Fokus Ekonomi, Vol.2, No.1, hal.24 – 31, 2003.

Usman, Bahtiar, ‘Variabel Penentu Keputusan Pembagian Dividen pada Perusahaan yang Go Publik di Indonesia’, Media Riset Bisnis & Manajemen, Vol.6, No.1,hal.23 – 46, 2006.

Utami, Sih Widhi, ‘Asosiasi IOS dengan Kebijakan Pendanaan, Kebijakan Dividen, dan Implikasinya Pada Perubahan Harga Saham’, Simposium Nasional Akuntansi, IAI, 2006.

Van Horne, James C. dan Machhowicz, John, ‘Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan’, Salemba Empat, Jakarta, 1998.

Wahyudi, Untung, dan Pawestri, Hartini P., ‘Implikasi Struktur Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan : Dengan Keputusan Keuangan Sebagai Variabel Intervening’, Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang, 2006. Weston, J. Fred,and Brigham, Eugene F., ‘Dasar-Dasar Manajemen Keuangan’,

Alih Bahasa Alfonsus Sirait, Erlangga, Jakarta, 1990.

Weston dan Thomas, E. Copeland, (Bahasa Indonesia), ‘Manajemen Keuangan’, jilid 2, edisi kesembilan, Binarupa Aksara, Jakarta, 1997.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Good Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 56 110

Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Return Saham Perusahaan Asuransi Go Public Di Bursa Efek Indonesia

5 64 95

Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Leverage Faktor Intern Dan Faktor Ekstern Terhadap Nilai Persahaan : studi empiris pada perusahaan GO publik di Bursa Efek Indonesia

0 5 151

Implikasi Struktur Kepemilikan Dan Keputusan Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan:Metode Structural Equation Modeling(SEM) : Studi empiris perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia

0 5 142

Analisis Pengaruh Profitabilitas Perusahaan Terhadap Konsistensi Penyajian Laporan Keuangan Pada Perusahaan Go Public Di Bursa Efek Indonesia

0 5 111

Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Keputusan Keuangan terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012

7 47 176

Pengaruh Kepemilikan Manajerial Dan Keputusan Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Pada Subsektor Perkebunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2001-2010

0 5 1

Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Pada Sektor Perbankan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Menggunakan Metode Structural Equation Modelling-Partial Least Square

0 0 6

Pada Perusahaan Non Keuangan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011 – 2014)

0 0 18

Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia

0 0 11