Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Sibling Rivalry Di klinik Bersalin Hanafi Kel. Tanjung Gusta Kec. Medan-Helvetia Tahun 2012

(1)

Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Sibling Rivalry Di klinik

Bersalin Hanafi kel. Tanjung Gusta Kec. Medan-Helvetia

Tahun 2012

Dedi Kurnia Siregar

101121082

Skripsi

Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara


(2)

(3)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Sibling Rivalry Di Klinik Bersalin Hanafi Kel. Tanjung Gusta, Kec. Medan Helvetia Tahun 2012”.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dan dukungan dalam proses penyelesaian kripsi ini, sebagai berikut:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan waktu untuk membimbing dan memberikan masukan yang sangat berharga dalam penulisan skripsi ini.

3. Ibu Yesi Ariani, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen penguji I. dan Ibu Farida Linda Sari Siregar S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen penguji II.

4. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.

5. Terima kasih kepada ayahanda dan ibunda tercinta H. Imom Gozali Siregar (Alm) dan Hj. Seriawan Nasution yang selalu memberikan kasih sayang yang luar biasa kepada penulis serta memberikan dukungan yang


(4)

mendalam baik moril maupun materil, dan senantiasa memberikan yang terbaik untuk penulis.

6. Buat seseorang yang terkasih dan tersayang Fira Sukma Habibie Lubis yang selalu memberikan semangat, dukungan dalam penyusunan skripsi, semoga Allah SWT selalu melindunginya.

7. Kepada sahabat-sahabat terbaikku Tamimi, Bang Amiril, Bang Zuhri, Dedi Masrul, Yaser, Yogi, Anas, Mean, Huda, Ilwan, Wahyu, Darlis, Ardian, dan Ali telah menjadi teman seperjuangan selalu membantu dan mendukung dalam perkuliahanku, terima kasih atas kritik, saran, dan segala canda tawa kalian semua.

8. Teman-teman D III Keperawatan stambuk 2007 dan ekstensi pagi dan sore stambuk 2010 Fakultas Keperawatan USU yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.

9. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu per satu yang telah mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini belum sempurna, pengetikan maupun percetakan. Karena itu mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Medan, Februari 2012 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

PRAKATA ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR SKEMA ... vi

ABSTRAK ... BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Rumusan Masalah ... 3

3. Tujuan Penelitian... 3

4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

1. Pengetahuan ... 4

1.1. Definisi Pengetahuan ... 5

1.2. Tingkat Pengetahuan... 7

2. Sikap 2.1. Definisi Sikap ... 6

2.2. Tingkatan Sikap ... 7

2.3. Fungsi Sikap ... 8

2.4. Komponen Pokok Sikap... 9

2.5. Pembentukan Sikap ... 9

2.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap ... 10

2.7. Ciri-Ciri Sikap ... 12

3. Ibu ... 12

3.1. Definisi Ibu ... 12

4. Sibling Rivalry ... 13

4.1. Definisi Sibling Rivalry ... 13

4.2. Etiologi ... 19

4.3. Akibat yang Ditimbulkan Sibling Rivalry Pada Sikap dan Prilaku ... 15

4.4. Cara Mengantisipasi Perubahan Sikap dan Prilaku Anak... 16

4.5. Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan Orang Tua Untuk Mengatasi Sibling Rivalry, Sehingga Anak Dapat Bersikap dan Berprilaku Baik ... 16

4.6. Segi Positif Sibling Rivalry ... 17

4.7. Peran Medis ... 17

BAB 3. KERANGKA KONSEP ... 18


(6)

2. Definisi Operasional ... 20

BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN ... 21

1. Desain Penelitian ... 21

2. Lokasi dan Waktu ... 21

3. Populasi dan Sampel... 21

3.1. Populasi ... 21

3.2. Sampel ... 21

4. Pertimbangan Etik. ... 22

5. Uji Validitas dan Uji Realibilitas ... 23

6. Pengumpulan Data ... 23

7. Pengolahan Data ... 24

8. Aspek Pengukuran Data ... 25

9. Analisa Data ... 26

BAB 5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 27

1. Hasil Penelitian ... 27

1.1. Karakterisitk Responden ... 27

1.2. Pengetahuan Ibu Tantang Sibling Rivalry ... 28

1.3. Sikap Ibu Tentang Sibling Rivalry ... 29

2. Pembahasan... 29

2.1. Berdasarkan Pengetahuan Responden ... 30

2.2. Berdasarkan Sikap Responden ... 31

BAB 6. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 33

1. Kesimpulan ... 33

2. Rekomendasi ... 34

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Surat izin penelitian dari Fakultas keperawatan

Surat izin dan selesai pengambilan data dari klinik bersalin Hanafi Medan Informedconcent

Instrumen penelitian Jadwal tentatif penelitian Rincian biaya penelitian Reabilitas

Master tabel

Hasil pengolahan data Daftar riwayat hidup


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Distribusi Frekuensi Dan Persentase Karakteristik Data Demografi Ibu di Klinik Bersalin Hanafi Kel. Tanjung Gusta Kec. Medan

Helvetia Tahun 2012... 28 Tabel 1.2. Distribusi Frekuensi Dan Persentase berdasarkan pengetahuan Ibu

tentang Sibling Rivalry di Klinik Bersalin Hanafi Kel. Tanjung

Gusta Kec. Medan Helvetia Tahun 2012 ... 28 Tabel 1.3. Distribusi Frekuensi Dan Persentase berdasarkan sikap Ibu tentang

Sibling Rivalry di Klinik Bersalin Hanafi Kel. Tanjung Gusta Kec.


(8)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Kerangka konsep Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Sibling Rivalry Di Klinik Bersalin Hanafi Kel. Tanjung Gusta, Kec. Medan Helvetia Tahun 2012...26


(9)

Judul : Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Sibling Rivalry di klinik bersalin Hanafi kel. Tanjung gusta kec. Medan-Helvetia tahun 2012

Penulis : Dedi Kurnia Siregar Fakultas : Keperawatan

Tahun : 2011 - 2012

Abstrak

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah orang melakukan suatu tindakan, sedangkan sikap merupakan suatu reaksi atau respons setelah orang melakukan suatu tindakan atau aktivitas. Sibling rivalry merupakan adanya rasa persaingan saudara kandung terhadap kelahiran adiknya untuk memperebutkan kasih sayang. berdasarkan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti kepada beberapa ibu – ibu di kelurahan Tanjung Gusta ternyata masih banyak ibu-ibu di daerah ini yang memperlakukan anak-anaknya belum sesuai dengan kaidah asuhan anak. Ibu-ibu tersebut sering kali mencubit, memukul, bahkan memarahi anaknya dengan emosi, hal ini disebabkan karena anak mereka berperilaku tidak sesuai dengan keinginannya dan mengganggu adiknya atau anggota keluarga lainnya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu tentang sibling rivalry. penelitian yang digunakan adalah desain deskriptif. Besar sampel sebanyak 30. Teknik pengambila sampel penelitian ini adalah teknik purposive Sampling. Kuesioner penelitian ini terdiri dari kuesioner data demograpi, kuesioner tentang pengetahuan dan sikap ibu tentang sibling rivalry. Hasil penelitian di analisa dengan teknik komputerisasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil penelitian tentang pengetahuan ibu tantang sibling rivalry mayoritas berpengetahuan kurang sebanyak 20 responden (66%), dan sikap ibu tantang sibling rivalry mayoritas berpengetahuan cukup sebanyak 17 responden (57%). Untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan judul ini direkomendasikan untuk meneliti tentang tentang pengetahuan dan sikap ibu tentang sibling rivalry ditempat yang berbeda dengan jumlah populasi yang lebih besar supaya dapat melengkapi penelitian ini.


(10)

Judul : Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Sibling Rivalry di klinik bersalin Hanafi kel. Tanjung gusta kec. Medan-Helvetia tahun 2012

Penulis : Dedi Kurnia Siregar Fakultas : Keperawatan

Tahun : 2011 - 2012

Abstrak

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah orang melakukan suatu tindakan, sedangkan sikap merupakan suatu reaksi atau respons setelah orang melakukan suatu tindakan atau aktivitas. Sibling rivalry merupakan adanya rasa persaingan saudara kandung terhadap kelahiran adiknya untuk memperebutkan kasih sayang. berdasarkan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti kepada beberapa ibu – ibu di kelurahan Tanjung Gusta ternyata masih banyak ibu-ibu di daerah ini yang memperlakukan anak-anaknya belum sesuai dengan kaidah asuhan anak. Ibu-ibu tersebut sering kali mencubit, memukul, bahkan memarahi anaknya dengan emosi, hal ini disebabkan karena anak mereka berperilaku tidak sesuai dengan keinginannya dan mengganggu adiknya atau anggota keluarga lainnya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu tentang sibling rivalry. penelitian yang digunakan adalah desain deskriptif. Besar sampel sebanyak 30. Teknik pengambila sampel penelitian ini adalah teknik purposive Sampling. Kuesioner penelitian ini terdiri dari kuesioner data demograpi, kuesioner tentang pengetahuan dan sikap ibu tentang sibling rivalry. Hasil penelitian di analisa dengan teknik komputerisasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil penelitian tentang pengetahuan ibu tantang sibling rivalry mayoritas berpengetahuan kurang sebanyak 20 responden (66%), dan sikap ibu tantang sibling rivalry mayoritas berpengetahuan cukup sebanyak 17 responden (57%). Untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan judul ini direkomendasikan untuk meneliti tentang tentang pengetahuan dan sikap ibu tentang sibling rivalry ditempat yang berbeda dengan jumlah populasi yang lebih besar supaya dapat melengkapi penelitian ini.


(11)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan berkembang. Pertama kalinya seorang anak mengembangkan dirinya secara sosial adalah kepada keluarganya sendiri. Anak berhubungan secara emosional ke ayah, ibu, dan saudara – saudaranya. Berdasarkan fakta keluarga adalah faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan anak apabila hubungan antar saudara baik, maka hubungan keluarga pun akan cenderung baik pula. Sebaliknya bila hubungan antar saudara kurang baik, itu akan mengganggu hubungan sosial dan pribadi anggota keluarga lainnya (Hurlock, 2009).

Sibling rivalry adalah kecemburuan, persaingan, dan pertengkaran antara saudara laki – laki dan saudara perempuan (Lusa,2011). Ciri khas yang sering muncul pada sibling rivalry, yaitu: egois, suka berkelahi, memilki kedekatan yang khusus dengan salah satu orang tua,mengalami gangguan tidur, kebiasaan menggigit kuku, hiperaktif, suka merusak, dan menuntut perhatian lebih banyak. Oleh karena itu, seorang ibu harus mempersiapkan diri akan kehadiran seorang bayi yang dimulai sejak sebelum ibu itu hamil. Kehadiran seorang bayi berdampak pada semua area kehidupan (Kyla, B. 2009).


(12)

Sampai awal tahun 1940, minat psikologis pada periode pranatal dipusatkan pada kondisi – kondisi fisik dalam tubuh ibu. Sekarang para ahli psikologi berminat untuk mengetahui mengapa timbul sikap - sikap tertentu dari ibu dan anggota keluarga lain terhadap anak yang sedang berkembang. Banyak faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap terhadap anak ( Hurlock, 2009 ). Sebenarnya sifat anak – anak itu unik, jadi orang tua harus selalu menunjukkan bahwa anak harus mendapat kasih sayang yang sama. Akan tetapi masih banyak ibu dan keluarga yang belum mengetahui cara memperlakukan anak secara adil, sehingga dapat menimbulkan siblingrivalry. Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Medan Helvetia merupakan salah satu pemukiman penduduk di kota Medan yang akan di teliti oleh peneliti, berdasarkan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti kepada beberapa ibu – ibu di kelurahan tersebut ternyata masih banyak ibu – ibu di daerah ini yang memperlakukan anak – anaknya belum sesuai dengan kaidah asuhan anak. Ibu - ibu tersebut sering kali mencubit, memukul, bahkan memarahi anaknya dengan emosi, hal ini disebabkan karena anak mereka berperilaku tidak sesuai dengan keinginannya dan mengganggu adiknya atau anggota keluarga lainnya.

Ternyata sikap ibu seperti ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan mereka tentang cara yang baik dan benar untuk mengasuh anak, serta pendidikan mereka yang relative rendah yakni kebanyakan hanya tamat Sekolah Menengah Pertama.


(13)

Berdasarkan pemaparan tersebut, dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Sibling Rivalry Di Klinik Bersalin Hanafi Kel. Tanjung Gusta, Kec. Medan Helvetia Tahun 2012.

2. Rumusan Masalah

Bagaimana Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Sibling Rivalry Di Klinik Bersalin Hanafi Kel. Tanjung Gusta, Kec. Medan Helvetia Tahun 2012.

3. Tujuan Penelitian

3.1 Untuk mengetahui bagaimana Pengetahuan Ibu Tentang Sibling Rivalry Di Klinik Bersalin Hanafi Kel. Tanjung Gusta, Kec. Medan Helvetia Tahun 2012.

3.2 Untuk mengetahui bagaimana Sikap Ibu Tentang Sibling Rivalry Di Klinik Bersalin Hanafi Kel. Tanjung Gusta, Kec. Medan Helvetia Tahun 2012.

4. Manfaat Penelitian

4.1 Bagi Ibu dapat menjadi masukan serta menambah pengetahuan dan sikap ibu tentang sibling rivalry.

4.2 Bagi Keluarga dapat menjadi informasi serta menambah pengetahuan keluarga dan peneliti mengharapkan dapatmengubah sikap dan prilaku keluarga yang belum mengetahui sibling rivalry.

4.3 Bagi peneliti sebagai sumber bagi peneliti yang sejenis pada masa yang akan datang, sebagai bahan masukan bagi penelitian tentang sibling


(14)

rivalry, dan menambah wawasan penulis dalam melakukan penulisan skripsi sesuai dengan bidang ilmu.


(15)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengetahuan

1.1. Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengideraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni : indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

( Notoatmojo, 2007 ).

Berdasarkan pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan, dalam diri seseorang terjadi proses perilaku yakni :

Awareness (kesadaran) merupakan dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus atau objek sedangkan

interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul, evaluation (menimbang–nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.Terial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.


(16)

Menurut Depkes (1991), pengetahuan juga diperoleh melalui kenyataan (fakta) dengan melihat, mendengar sendiri melalui alat-alat komunikasi seperti surat kabar, televisi, radio, film, dan lain-lain. Hal-hal demikian diterima panca indera dan diolah otak secara sistematis sehingga akan menghasilkan pengetahuan.Beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah hasil dari proses pendidikan yang didapat oleh seseorang melalui penggunaan panca indera. Proses transformasi pengetahuan itu sendiri bisa berlangsung melalui penyuluhan.

Menurut pendekatan kontruktivistis, pengetahuan bukanlah fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap obyek, pengalaman, maupun lingkungannya. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru (Sunaryo, 2004 ).

1.2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni :

Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Untuk mengukur bahwa orang tahu tentang yang dipelajari


(17)

antara lain : menyebutkan, menguraikan, menyatakan dan sebagainya.

Memahami (comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar dan harus dapat menjelaskan, menyebutkan, contoh : menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari.Aplikasi (application) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang real (sebenarnya).Aplikasi disini diartikan aplikasi atau hukum – hukum, rumus, metode, dan prinsip.Analisis (analisys) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen – komponen, tetapi masalah – masalah di dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisi ini dapat dilihat dari menggambarkan, memisahkan dan mengelompokkan.Sintesis (synthesis) itu merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi – formulasi yang ada.Evaluasi adalah kemampuan untuk penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penelitian – penelitian itu didasarkan pada suatu kriteria - kriteria yang telah ada pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi diukur dari subjek penelitian atau responden kedalam pengetahuanyang ingin kita ketahui atau kita ukur ( Notoatmojo, 2007 ).


(18)

2. Sikap (Attitude)

2.1. Defenisi Sikap

Azwar (2000) menyatakan bahwa sikap adalah perasaan memihak (favourable) ataupun perasaan tidak memihak (unfavourable) suatu objek psikologis. Pembentukan sikap dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga tertentu serta faktor emosi dalam diri individu yang bersangkutan

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulasi atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan suatu reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. (Notoatmodjo, 2003).

2.2. Tingkatan Sikap

Sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni :

Menerima (receiving) diartikan bahwa seorang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian itu terhadap ceramah – ceramah.

Merespon (responding) merupakan memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Menghargai (valuing) merupakanmengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Bertanggungjawab (responsible) diartikan


(19)

bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

2.3. Fungsi Sikap

Menurut( Widayatun, TR1999) ada 8 fungsi sikap yaitu: sebagai instrumental; pertahanan diri; penerima objek, ilmu, serta memberi arti; nilai ekspresif; social adjustment; eksternalisasi; aktifitas adaptif dalam memperoleh informasi; reflek kehidupan.

Menurut Katz (1960) dikutip dalam (Maramis, Willy F. 2006) sikap mempunyai 4 fungsi yaitu:

Fungsi penyesuaian suatu sikap dapat dipertahankan karena mempunyai nilai menolong yang berguna; memungkinkan individu untuk mengurangi hukuman dan menambah ganjaran bila berhadapan dengan orang-orang di sekitarnya. Fungsi ini berhubungan dengan teori proses belajar. Fungsi pembelaan ego

fungsi ini berhubungan dengan teori Sigmund Freud, yang menjelaskan bahwa sikap itu “membela” individu terhadap informasi yang tidak menyenangkan atau yang mengancam, kalau tidak ia harus menghadapinya. Fungsi ekspresi nilai

beberapa sikap dipegang seseorang karena mewujudkan nilai-nilai pokok dan konsep dirinya. Kita semua mengganggap diri kita sebagai orang yang seperti ini atau itu (apakah sesungguhnya demikian atau tidak adalah soal lain); dengan mempunyai sikap tertentu anggapan itu ditunjang. Fungsi pengetahuan kita harus dapat memahami dan mengatur dunia sekitar kita. Suatu sikap yang dapat


(20)

membantu fungsi ini memungkinkan individu untuk mengatur dan membentuk beberapa aspek pengalamannya.

2..4. Komponen Pokok Sikap

Benyamin Bloom (1908) dikutip dalam (Notoadmodjo 2007) membagi perilaku manusia itu ke dalam 3 domain, ranah atau kawasan yakni: kognitif (cognitive), afektif (affective), psikomotor (psychomotor).

Menurut (Saiffudin, Azwar 2003) sikap terbentuk dari 3 komponen yaitu:

Komponen kognitif (cognitive) komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku bagi objek sikap. Komponen afektif (affective)

komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Komponen perilaku (behaviour/conative) Dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Dalam bagian lain Allport (1954) dikutip dalam (Notoadmodjo,2007) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yaitu: kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek, kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. (Notoatmodjo, 2007).


(21)

2.5. Pembentukan sikap

Menurut (Saiffudin, Azwar, 2003), sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Interaksi sosial mengandung arti lebih daripada sekedar adanya kontak sosial dan hubungan antar individu sebagai anggota kelompok sosial. Dalam interkasi sosial, terjadi hubungan saling mempengaruhi di antara individu yang satu dengan yang lain, terjadi hubung,an timbal balik yang turut mempengaruhi pola perilaku masing-masing individu sebagai anggota masyarakat. Lebih lanjut, interaksi sosial ini meliputi hubungan antara individu dengan lingkungan fisik maupun lingkungan psikologis di sekelilingnya.

2.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

Menurut (Saiffudin, Azwar, 2003) faktor-faktor yang mempengaruhi sikap adalah:

Pengalaman Pribadi, apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap, untuk dapat mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis. Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting, orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting, atau seseorang yang berarti khusus bagi kita, akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Pengaruh Kebudayaan, kebudayaan di


(22)

mana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Tanpa kita sadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah. Media Massa, sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Pesan-pesan sugestif yang dibawa informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama, lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu, pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.

Pengaruh Faktor Emosional, tidak semua bentuk sikap yang ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

Menurut (Widayatun, TR, 1999) faktor-faktor yang mempengaruhi sikap individu adalah: Faktor Intrinsik, meliputi: kepribadian, intelegensi, bakat, minat, perasaan serta kebutuhan dan motivasi seseorang. Faktor Ekstrinsik, meliputi: factor lingkungan, pendidikan, ideologi, ekonomi, politik dan hankam.


(23)

Sedangkan menurut (Gerungan, W.A, 2002), faktor-faktor yang memegang peranan dalam pembentukan dan perubahan sikap adalah: Faktor Intern,di dalam diri pribadi manusia itu, yakni selektivitasnya sendiri, daya pilihnya sendiri, atau minat perhatiaannya untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar dirinya itu. Dan faktor-faktor intern itu turut ditentukan pula oleh motif-motif dan sikap lainnya yang sudah terdapat dalam diri pribadi orang itu.

Faktor ekstern, antara lain: sifat, isi pandangan baru yang ingin diberikan itu, siapa yang mengemukakannya dan siapa yang menyokong pandangan baru tersebut, dengan cara bagaimana pandangan itu diterangkan, dan dalam situasi bagaimana sikap baru itu diperbincangkan (situasi interaksi kelompokkah, situasi orang sendiriankah, dll).

2.7. Ciri- ciri Sikap

Sikap merupakan faktor yang ada dalam diri manusia yang dapat mendorong atau menimbulkan perilaku yang tertentu. Walaupun demikian sikap mempunyai segi-segi perbedaan dengan pendorong-pendorong lain yang ada dalam diri manusia itu.

Menurut (Gerungan, W.A, 2002) ciri-ciri sikap adalah: Sikap bukan dibawa orang sejak ia dilahirkan, sikap itu dapat berubah-ubah, sikap itu tidak berdiri sendiri, objek sikap itu dapat merupakan satu hal tertentu, sikap mempuny ai segi - segi motivasi dan segi segi perasaan.


(24)

objek tertentu (orang, perilaku, konsep, situasi, benda, dsbnya), mengandung penilaian (suka-tidak suka; setuju-tidak setuju).

3. Ibu

3.1. Defenisi Ibu

Ibu adalah seorang wanita yang telah menyelesaikan tugasnya yang tidak dapat dilakukan oleh kaum pria dan ibu tersebut membesarkan seorang manusia baru didalam rahim selama +40 minggu hingga bayi itu lahir selamat ( Llewellyn – Jones, 2005).Sedangkan ibu usia 18 - 25 tahun merupakan masa dewasa awal seorang wanita muda yang masih usia reproduktif tinggi ( Al-Mighwar, 2006 ).

4. Sibling Rivalry

4.1. Defenisi Sibling Rivalry

seperti itu bersifat ambivalent dengan love hate relationship. Kamus kedokteran Dorland yang sama, seorang saudara laki-laki atu perempuan. Disebut juga sib.

keadaan kompetisi atau antagonisme.

saudara kandung untuk mendapatkan cinta kasih, afeksi dan perhatian dari satu kedua orang tuanya, atau untuk mendapatkan pengakuan atau suatu yang lebih.

Sibling Rivalry adalah kecemburuan, persaingan dan pertengkaran antara saudara laki-laki dan saudara perempuan. Hal ini terjadi pada semua orang tua


(25)

yang mempunyai dua anak atau lebih (Lusa, 2011). Menurut Suherni (2009) Sibling Rivalry adalah kompetisi antara saudara kandung untuk mendapatkan cinta kasih, afeksi dan perhatian dari satu atau kedua orang tuanya, atau untuk mendapatkan pengakuan atau suatu yang lebih.

Sibling Rivalry atau perselisihan yang terjadi pada anak merupakan hal yang biasa bagi anak – anak usia antara 5 – 11 tahun. Bahkan kurang dari 5 tahun pun sudah sangat mudah terjadi sibling rivalry itu.Serta sibling rivalry juga merupakan kecemburuan dan kemarahan yang lazim terjadi pada anak karena kehadiran anggota keluarga baru dalam keluarga, yang dalam hal ini adalah saudara kandungnya (Bahiyatun, 2009).

Sedangkan menurut Sulystiawati (2009) Sibling Rivalry merupakan adanya rasa persaingan saudara kandung terhadap kelahiran adiknya. Biasanya hal tersebut terjadi pada anak dengan usia toodler ( 2 – 3 tahun ), yang juga dikenal dengan “usia nakal”.

4.2. Etiologi

Sebab – sebab terjadinya sibling rivalry adalah : Kompetensi (kemampuan) kaitannya dengan kecemburuan, ciri emosional yakni temperamen (tidak bosan, tidak mudah frustasi, tidak mudah marah atau sebaliknya, mudah bosan, mudah frustasi, dll), sifat perasaan anak seusia sampai dengan dua – tiga yakni apa yang disenangi adalah miliknya, harus dibenarkan oleh orang tua, kelemahan perkembangan seperti halnya lemahnya dan lambatnya kemampuan


(26)

bahasa, kurang bisanya dalam interaksi sosial, sehingga mudah terjadi friksi (Suherni, 2009 ).

Menurut Lusa (2011) banyak antara lain: Masing-masing anak bersaing untuk menentukan pribadi mereka, sehingga ingin menunjukkan pada saudara mereka, anak merasa kurang mendapatkan perhatian, disiplin dan mau mendengarkan dari anak-anak merasa hubungan denga anggot yang dapat mempengaruhi lain, anak frustasi karena merasa lapar, bosan atau letih sehingga memulai pertengkaran, kemungkinan anak tidak tahu cara untuk mendapatkan perhatian atau memulai permainan dengan saudara mereka dinamika memainkan peran, pemikiran berlebihan dalam berkumpul bersama dengan anggota menjalani kehidupannya, anak-anak mengalami

4.3. Akibat yang Ditimbulkan Sibling Rivalry Pada Sikap dan Prilaku

Memukul bayi (adiknya), mendorong bayi (adiknya) dari pangkuan ibu, menjauhkan puting susu ibu dari mulut bayi, secara verbal menginginkan bayi


(27)

kembali ke perut ibu, ngompol lagi, kembali bergantung pada susu botol, bertingkah agresif (Bahiyatun, 2009).

Menurut Sulystiawati (2009) akibat yang ditimbulkan Sibling Rivalry pada sikap dan prilaku adalah : Anak bersikap temperamental yakni menangis tanpa sebab, berprilaku ekstrim untuk menarik perhatian orang tuanya atau dengan melakukan kekerasan terhadap adiknya.

Sedangkan menurut Lusa (2011) akibat yang di timbulkan Sibling Rivalry pada sikap dan prilaku adalah :Masalah tidur, peningkatan upaya menarik perhatia kekanak-kanakan seperti: ngompol dan menghisap jempol.

4.4. Cara Mengantisipasi Perubahan Sikap dan Prilaku Anak

Ibu dan keluarga dapat mengantisipasi perubahan dan sikap anak adalah dengan menyiapkan mereka untuk kelahiran adiknya, yaitu : mulai memperkenalkan pada organ reproduksi dan seksual, beri penjelasan yang konkret tentang pertumbuhan bayi dalam rahim dengan menunjukkan gambar sederhana tentang uterus (rahim) dan perkembangan janin, beri kesempatan anak untuk ikut gerakan janin, libatkan anak dalam perawatan bayi, beri pengertian mendasar tentang perubahan suasana rumah, seperti alasan pindah kamar, lakukan aktivitas seperti biasa dan lakukan bersama anak, seperti mendongeng sebelum tidur atau piknik bersama (Bahiyatun, 2009).


(28)

4.5. Beberapa hal yang perlu diperhatika lain:

Tidak membandingkan antara anak satu sama lain, membiarkan anak menjadi diri sendiri, menyukai bakat dan keberhasilan anak anda, membuat anak mampu bekerjasama daripada bersaing antara satu sama lain, memberikan perhatian setiap waktu mengajarkan anak cara-cara positif untuk mendapatkan perhatian dari satu sama lain, meyakinkan setiap anak mendapatkan waktu yang cukup dan kebebasan mereka sendiri, bersikap adil yait langsung campur tangan kecuali saat tanda-tanda akan kekerasa tidak menyalahkan satu sama lain, jangan memberi tuduhan tentang negatifnya sifat anak, ( Lusa, 2011 ).

4.6. Segi Positif

Meskipun segi positifnya, antara lain: Mendorong anak untuk mengatasi perbedaan dengan mengembangkan beberapa keterampilan penting, cara cepat untuk berkompromi dan bernegosiasi, mengontrol dorongan untuk bertindak agresif, oleh karena itu agar segi positif tersebut dapat dicapai, maka (Suherni, 2009).


(29)

Peran menciptakan terjadinya positif tentang bayinya, baik melalui sikap maupun ucapan dan tindakan (Ambarwati, 2008 ).


(30)

BAB 3

KERANGKA KONSEP

1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kegiatan konsep– konsep atau variabel – variabel yang akan diamati dan diukur melalui penelitian yang dimaksud (Notoatmojo, 2007).

Sebenarnya sifat anak – anak itu unik, jadi orang tua harus selalu menunjukkan bahwa anak harus mendapat kasih sayang yang sama. Akan tetapi masih banyak ibu dan keluarga yang belum mengetahui cara memperlakukan anak secara adil, sehingga dapat menimbulkan sibling rivalry. Karenanya orang tua perlu memahami bagaimana memperlakukan anak dengan baik.


(31)

Pengetahuan • Baik • Cukup • Kurang Ibu Pengetahuan :

 Defenisi Sibling Rivalry

 Tanda-tanda Sibling Rivalry

 Penyebab Sibling Rivalry

 Perubahan sikap pada anak terhadap Sibling Rivalry

Skema 3.1. Kerangka Konsep

Sikap

• Baik

• Cukup

• Kurang

Sikap:

 Bersikap adil dan tidak membeda-bedakan kasih saying terhadap anak

 Tidak memberikan respon emosi terhadap anak  Memperhatikan dan

menghargai yang dilakukan anak  Memberikan kasih

sayang yang sama pada anak


(32)

2. Defenisi Operasional

2.1. Sibling Rivalry

Adalah merupakan persaingan antar saudara kandung untuk memperebutkan kasih sayang orang tua.

2.2. Pengetahuan

Adalah merupakan kemampuan seorang individu untuk menjawab pernyataan – pernyataan yang di ajukan dalam bentuk koesioner serta seberapa jauh kemampuan ibu untuk mengetahui dan mengatasi sibling rivalry yang meliputi defenisi sibling rivalry, tanda-tanda sibling rivalry, penyebab sibling rivalry, dan perubahan anak yang mengalami sibling rivalry.

2.3. Sikap

Adalah merupakan cara seorang ibu dalam mengatasi suatu masalah yang sedang dihadapi dan kemampuan ibu dalam menyikapi sibling rivalry diantaranya bersikap adil dan tidak membeda-bedakan kasih sayang terhadap anak, tidak memarahi atau member respon yang emosional, memperhatikan dan menghargai apa yang dilakukan oleh anak, serta memberikan kasih sayang yang sama pada semua anak.


(33)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif eksploratif yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu tentang sibling rivalry di klinik bersalin Hanafi kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Klinik Bersalin Hanafi, Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan-Helvetia yang dilaksanakan mulai tanggal 15 Desember 2011 sampai dengan 03 Januari 2012.

3. Populasi dan Sampel

3.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu yang datang berkunjung ke klinik bersalin Hanafi kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Medan Helvetia.

3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan teknik Purposive sampling. Dimana pengambilan sampel dengan cara semua populasi


(34)

menjadi sampel, yaitu sebanyak 30 orang, adapun kriteria sampel yang diambil yaitu ibu – ibu yang memiliki dua anak atau lebih.

4. Pertimbangan Etik

Adapun pertimbangan etik dari penelitian adalah, antara lain :

4.1.Dalam melakukan penelitian ini peneliti mengajukan permohonan izin kepada Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Peneliti meminta izin kepada Klinik Hanafi dan memberikan rekomendasi dari Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Peneliti meminta izin kepada ibu – ibu di Klinik Hanafi.

4.2. Lembar persetujuan peneliti diberikan kepada responden yang akan diteliti, tujuan untuk memberikan kebebasan kepada responden untuk menentukan sendiri keikutsertaannya dalam penelitian serta mengetahui maksud dan tujuan peneliti.

4.3.Kuesioner yang digunakan oleh peneliti diberikan kepada responden yang akan diteliti setelah responden menandatangani lembar persetujuan menjadi responden.

4.4.Rahasia responden juga sangat diperhatikan dengan tidak mencantumkan nama, nomor kode responden pada lembar kuesioner serta hanya peneliti yang mempunyai akses dalam informasi tersebut.


(35)

5. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat – tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Uji validitas instrument dalam penelitian ini dilakukan oleh seorang yang yang professional dibidangnya.

Test reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti sejauh mana alat tersebut tetap konsisten bila dilakukan beberapa kali dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoadmojo, 2005). Peneliti mencari reliabilitas dengan rumus KR-21. Uji reliabilitas dilakukan dengan mengajukan kuesioner terhadap 30 responden dengan kriteria subjek penelitian. Dan selanjutnya dinilai reabilitasnya dengan menggunakan komputerisasi. Hasil penilaian uji reabilitasnya adalah 0,70 atau lebih.

6. Pengumpulan Data

Pengumpulan data di mulai setelah peneliti menerima surat izin pelaksanaan penelitian dari institusi pendidikan yaitu program studi ilmu keperawatan Fakultas keperawatan Universitas Sumatera utara dan kepala klinik


(36)

Hanafi kelurahan Tanjung Gusta. Setelah mendapatkan responden peneliti melakukan pengambilan data langsung dari responden yang dilakukan selama 18 hari. Kemudian peneliti menjelaskan kepada responden tentang tujuan, manfaat dan proses pengisian kuesioner. Bagi responden yang bersedia diminta untuk menandatangani Inform consent. Responden diminta untuk menjjawab pertanyaan dengan mengisi sendiri dan memberikan kesempatan bertanya kepada responden bila ada pertanyaan yang tidak dimengerti. Selanjutnya data yang terkumpul dianalisa.

7. Pengolahan Data

Setelah data dikumpul untuk dilakukan pengolahan data secara manual dengan langkah – langkah sebagai berikut :

7.1. Entry

Data jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode (angka/huruf) dimasukkan ke dalam program”software” computer.

7.2. Editing

Untuk pengecekan kelengkapan data yang terkumpul, bila terdapat kesalahan atau kekurangan dalam pengumpulan data dapat diperbaiki seperlunya dengan menanyakan langsung kepada yang bersangkutan.

7.3. Coding

Proses untuk memberikan kode pada jawaban responden atau ukuran – ukuran yang diperoleh dari unit analisa sesuai dengan rencana awalnya peneliti 7.4. Tabulating


(37)

Proses yang akan dilakukan untuk menghitung setiap variable berdasarkan kategori – kategori yang ditetapkan sebelumnya sesuai dengan tujuan penelitian. Tabulasi dilakukan dengan tiga tahapan yaitu memberi skor pada item-item pernyataan yang perlu diberi skor misalnya tes, angket bentuk pilihan ganda,

rating scale dan sebagainya. Memberi kode terhadap item-item yang tidak perlu diberi skor dan mentabulasi data untuk memperoleh hasil dalam bentuk angka. Penyusunan data meliputi kegiatan pengorganisasian data ke dalam master table (tabel induk) supaya mudah dijumlah, disusun, dan ditata untuk disajikan dan dianalisa.

Hasil pengolahan data akan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase dengan menggunakan teknik komputerisasi untuk menampilkan hasil dari data yang telah terkumpul.

8. Aspek Pengukuran Data

Sikap ibu tentang sibling rivalry dapat dilihat dari kemampuan ibu dalam menjawab pernyataan yang diberikan dan nilai dari jawaban yang benar terhadap pernyataan yang diajukan. Jenis dari kuesioner yang diberikan kepada responden untuk mengetahui gambaran pengetahuan adalah pernyataan yang bersifat positif (+). Dimana setiap jawaban ya dari masing-masing pernyataan diberi nilai “1” dan jika tidak diberi nilai “0”.


(38)

Sedangkan untuk mengetahui sikap adalah pernyataan yang bersifat positif ( + ). Dimana setiap jawaban ya dari masing-masing pernyataan diberi nilai “1” dan jika tidak diberi nilai “0” (Sudijono, Anas, 2006).

Dengan tekhnik pengukuran data berdasarkan pengetahuan dan sikap dibuat menurut Guttman.

Hasil ukur pengetahuan dan sikap ( Kategori Nursalam, 2006 ). Baik : Apabila 76 – 100% jawaban benar Cukup : Apabila 56 - 75% jawaban benar Kurang : Apabila <55% jawaban benar

Perhitungan persentase data

Jumlah skor yang diperoleh dari penelitian

P = x 100% Jumlah skor seluruh pernyataan.

9. Analisa Data

Setelah data terkumpul maka analisa data dilakukan melalui pengolahan data secara komputerisasi. Data demografi disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi dan persentase, untuk melihat Pengetahuan dan sikap ibu tentang Sibling rivalry yang digambarkan dalam kategori baik, cukup, kurang.


(39)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian serta pembahasan tentang pengetahuan dan sikap ibu tentang sibling rivalry di Klinik Bersalin Hanafi Kel. Tanjung Gusta, Kec. Medan Helvetia.

1. Hasil Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Desember 2011 di Klinik Bersalin Hanafi Kel. Tanjung Gusta, Kec. Medan Helvetia dengan jumlah responden 30 orang yang tergambar dalam uraian berikut ini.

1.1. Karakteristik Responden

Dari 30 orang ibu yang menjadi responden penelitian di Klinik Bersalin Hanafi Kel. Tanjung Gusta, Kec. Medan Helvetia, didapatkan karakteristik responden yang mencakup usia, pendidikan terakhir, agama, suku. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa usia responden paling banyak adalah antara 16 – 20 tahun yaitu 17 orang (57%). Berdasarkan pendidikan terakhir ditemukan mayoritas responden 14 orang (47%) sekolah menengah pertama ( SMP ). Berdasarkan agama mayoritas responden beragama Islam yaitu 24 orang (80%). Berdasarkan suku mayoritas responden yaitu suku jawa sebanyak 12 orang (40%).


(40)

Tabel 1.1 Distribusi frekuensi karakteristik data demografi ibu di klinik bersalin Hanafi Kel. Tanjung Gusta,Kec. Medann Helvetia (n=30).

Karakteristik Demografi Frekuensi Persentase (%)

Umur

a. 16 – 20 tahun 17 57

b. 21 – 25 tahun 6 20

c. 26 – 30 tahun 7 23

Pendidikan

a. SD 5 17

b. SMP 14

47

c. SMA 8

26

d. Perguruan Tinggi 3 10

Agama

a. Islam 24

80

b. Khatolik 2

7

c. Protestan 4

13 Suku

a. Jawa 12

40

b. Batak 10

34

c. Padang 1

3

d. Melayu 3

10

e. Lain – lain 4

13


(41)

Tabel 1.2. Distribusi frekuensi berdasarkan Pengetahuan Ibu tentang Sibling Rivalry di klinik bersalin Hanafi Kel. Tanjung Gusta, Kec. Medan Helvetia (n=30).

Kriteria Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

Baik 2 7

Cukup 8 27

Kurang 20 66

Dari tabel .1.2.diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar ibu memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 2 responden (7%), diikuti dengan tingkat cukup baik sebanyak 8 responden (27%), dan kurang baik sebanyak 20 responden (66%).

1.3. Sikap Ibu Tentang Sibling Rivalry

Tabel 1.3. Distribusi frekuensi berdasarkan Sikap Ibu Tentang Sibling Rivalry di klinik Bersalin Hanafi Kel. Tanjung Gusta, Kec. Medan Helvetia (n=30).

Kriteria Sikap Frekuensi Persentase (%)

Baik 6 20

Cukup 17 57

Kurang 7 23

Dari tabel 5.1.3.diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar ibu memiliki sikap baik sebanyak 6 responden (20%), diikuti dengan sikap cukup baik


(42)

sebanyak 17 responden (57%), dan sikap kurang baik sebanyak 7 responden (23%).

2. Pembahasan

Dalam pembahasan ini penelitian menunjukkan gambaran tentang pengetahuan dan sikap ibu terhadap sibling rivalry di Klinik Bersalin Hanafi Kel. Tanjung Gusta, Kec. Medan Helvetia.

2.1. Berdasarkan Pengetahuan Responden

Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan ibu tentang sibling rivalry pada umumnya pengetahuan ibu kurang baik. Hal ini mengindikasikan bahwa kemungkinan para ibu belum pernah memperoleh informasi tentang sibling rivalry. Bila hal ini dikaitkan dengan pendapat Notoadmojo (2007), bahwa pengetahuan adalah hasil dari tahu setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, yaitu melalui penginderaan manusia, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, maka gambaran pengetahuan ibu yang kurang baik menunjukkan kelompok ibu – ibu tersebut belum terpapar dengan kondisi sibling rivalry pada anaknya. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman diri sendiri, maupun pengalaman orang lain, media masa dan lingkungan. Bila hal tersebut dikaitkan lagi dengan pengetahuan ibu, dapat bervariasi dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, hal ini sesuai dengan pendapat Notoadmojo (1993) bahwa


(43)

pengetahuan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain meliputi pendidikan, persepsi, motivasi, dan pengalaman. Faktor eksternal antara lain meliputi lingkungan informasi, ekonomi ,dan kebudayaan. Menurut Green (1980) dikutip dari Notoadmojo (1993) lingkungan baik fisik maupun sosial termasuk faktor pendukung (enabling factors) yang menentukan pengetahuan. Dan juga bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, pengetahuan diperlukan sebagai dorongan psikis dalam memberikan rasa percaya diri maupun dorongan sikap prilaku setiap orang, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimulus terhadap tindakan seseorang.

2.2. Berdasarkan Sikap Responden

Pengetahuan mengenai suatu obyek tidak sama dengan sikap terhadap obyek itu. Pengetahuan saja belum menjadi penggerak, seperti halnya sikap.Pengetahuan mengenai suatu obyek baru menjadi sikap apabila pengetahuan itu disertai kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan terhadap obyek itu. Sikap mempunyai segi motivasi, berarti segi dinamis untuk menuju suatu tujuan, berusaha mencapai suatu tujuan. Sikap dapat merupakan suatu pengetahuan, tetapi pengetahuan yang disertai kesediaan kecenderungan bertindak sesuai dengan pengetahuan itu (Purwanto, 1999). Sikap seseorang relatif konstan, dengan sikap yang berbeda seseorang mengevaluasi apakah individu, obyek atau ide baik atau buruk. Sikap juga dapat mempengaruhi perilaku, bagaimanapun nilai merupakan keyakinan dan standar seseorang untuk bertindak, pembentukan dan


(44)

pemeliharaan sikap terhadap obyek yang sesuai, mengkritik dan membandingkan diri dan orang lain ( Rokeach, 1973, dikutip oleh Potter, 1993).

Berdasarkan hasil penelitian tentang sikap ibu tentang sibling rivalry pada umumnya cukup baik. Hal ini dapat kita lihat dari bagaimana cara ibu memperlakuakan anaknya serta cara mengasuh dan mendidik anaknya. Dari hasil penelitian tersebut responden yang mempunyai sikap cukup baik merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek, secara manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan “predis posisi” tindakan atau perilaku. Bila dikaitkan dengan pendapat Notoadmojo bahwa sikap yang baik disesuaikan dengan beberapa tingkatan hanya menerima, merespons, dan menghargai, tidak dapat bertanggung jawab. Akan tetapi menurut WHO (1984) dikutip dari Notoadmojo (1993) sikap positif terhadap nilai – nilai kesehatan tidak selalu terwujuddalam tindakan nyata. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain yaitu sikap akan terwujud dalam suatu tindakan tergantung saat situasi itu. Selain itu sikap akan diikuti oleh tindakan mengacu pada pengalaman orang lain.


(45)

BAB 6

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Kesimpulan

Dari hasil yang diperoleh pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibutentang sibling rivalry di Klinik Bersalin Hanafi Kel. Tanjung Gusta, Kec. Medan Helvetia diperoleh mayoritas responden berpengetahuan kurang sebanyak 20 orang (66%), berpengetahuan baik sebanyak 2 orang (7%), dan yang berpengetahuan cukup sebanyak (27%). Sedangkan sikap ibu tentang sibling rivalry di Klinik Bersalin Hanafi Kel. Tanjung Gusta, Kec. Medan Helvetia diperoleh mayoritas responden mempunyai sikap cukup baik sebanyak 17 responden (57%), sedangkan responden yang mempunyai sikap baik sebanyak 6 responden (20%), dan sikap kurang baik sebanyak 7 responden (23%).

Penelitian ini hanya menggambarkan pengetahuan dan sikap ibu tentang sibling rivalry, oleh karena itu diharapkan bagi penelitian selanjutnya agar dapat meneliti hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan ibu terhadap anak yang mengalami sibling rivalry serta faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan, sikap dan tindakan ibu tentang sibling rivalry.

Karena keterbatasan waktu sehingga Jumlah sampel yang didapat terlalu sedikit dan kurang representative untuk digeneralisasikan bagi wilayah Sumatera Utara, jadi sebaiknya dilakukan penelitian dengan populasi yang lebih luas dan sampel yang lebih banyak.


(46)

2. Rekomendasi

2.1. Rekomendasi terhadap keluarga

Diharapkan kepada keluarga yang memiliki anak harus lebih aktif memperhatikan tingkah laku dan sikap anak serta kebutuhan anak seperti kasih sayang dari orang tua.

2.2. Rekomendasi terhadap ibu

Diharapkan kepada ibu agar lebih memperhatikan hubungan antara anak-anaknya dan sedini mungkin mencegah terjadinya persaingan diantara mereka 2.3. Rekomendasi terhadap peneliti selanjutnya.

Diharapkan untuk melakukan penelitian tentang pengetahuan dan sikap ibu tentang sibling rivalry ditempat yang berbeda dengan jumlah populasi yang lebih besar supaya dapat melengkapi penelitian ini.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, 2008. Yogyakarta: Mitra Cendikia. Al-Mighwar,M.2006.Psikologi Remaja. Pustaka Setia : Bandung.

Arikunto, S.1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi revisi IV. PT Rhineka Cipta : Jakarta.

Bahiyatun. 2009. Buku Ajar

Gerungan, W.A. 2002. Psikologi Sosial. Refika Aditama : Bandung.

Hidayat,A.A.A. 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Tekhnik Analisis Data. Salemba Medika : Jakarta.

Hurlock, E.B. 2009. Psikologi Perkembangan. Erlangga : Jakarta. Llewellyn, J.D. 2005. Setiap Wanita. Delapratasa Publishing : Jakarta.

Kyla, B. 2009.

med.umich.edu/yourchild/topics/sibriv.htm

Maramis, Willy. F. 2006. Ilmu Perilaku Dalam Pelayanan Kesehatan. Universitas Airlangga: Surabaya.

Notoatmodjo,Soekidjo 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT. Rineka Cipta: Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Cetakan I. PT. Rineka Cipta: Jakarta.

Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta.

Potter, A.P.1993. Fundamentals of nursing :concepts, process, practice. Mosby Year Book.

Purwanto, H. 1999. Pengantar Perilaku Manusia. EGC : Jakarta.

Taufik, M, 2007. Prinsip–Prinsip Promosi Kesehatan Dalam Bidang Keperawatan. CV. Infomedika: Jakarta.

Saiffudin, Azwar. (2003). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya Edisi Ke 2. Pustaka Pelajar : Yogyakarta.

Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum. Pustaka Setia: Bandung.

Sudijono, Anas. 2006. Pengantar Statistik Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.


(48)

Suherni, 2007. Perawat

Sulistyawati, A. 2009.Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas.Ani : Yogyakarta. Sunaryo, 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. EGC : Jakarta.

Widayatun, Tri Rukmi. (1999). Ilmu Prilaku. M.A. 104. Fajar Interpratama.


(49)

LEMBARAN PERSETUJUAN RESPONDEN

Kepada Yth

Ibu Usia 18-25 Tahun Di –Tempat

Dengan hormat,

Sehubungan dengan penyusunan Skripsi yang akan saya lakukan dengan judul Pengetahuan dan Sikap Ibu Usia 18 – 25 Tahun Tentang Sibling Rivalry Pada Anak Pra – Sekolah Di Klinik Bersalin Hanafi Kel. Tanjung Gusta, Kec. Medan Helvetia Tahun 2011.

Saya mengharapkan bantuan dari ibu usia 18-25 tahun untuk bersedia menjadi responden dalam penelitian ini sesuai dengan pengetahuan dan sikap ibu usia 18-25 tahun itu sendiri, selain itu identitas ibu usia 18-25 tahun itu akan dirahasiakan.

Atas kesediaan dan kerjasama ibu usia 18-25 tahun saya ucapkan terima kasih.

Medan, April 2011

Responden, Peneliti


(50)

KUESIONER

“Pengetahuan Responden Tentang Sibling RivalryDi Klinik Bersalin Hanafi Kel. Tanjung Gusta, Kec. Medan Helvetia Tahun 2012”

I. Petunjuk :

1. Pilihlah salah satu jawaban dengan cara memberi tanda checklist (√ ) pada kotak jawaban yang sesuai dengan jawaban anda.

2. Setelah selesai kembalikan kuesioner ini kepada petugas yang memberikan kepada anda.

II. Identitas Responden

Inisial/kode editing :

Umur :

Pendidikan :

Agama :

Suku :

No Pernyataan Pengetahuan Benar Salah

1 Sibling Rivalry itu merupakan persaingan kasih sayang yang dilakukan antar saudara kandung

2 Bagi seorang ibu sibling rivalry merupakan hal yang tidak pantas dilakukan oleh ibu kepada anak-anaknya 3 Ciri-ciri anak yang mengalami sibling rivalry adalah


(51)

adiknya

4 Pada anak usia 2-3 tahun akan mengalami sibling rivalry yakni dengan ciri-ciri menyuruh adiknya agar masuk kedalam perut ibunya

5 Bosan, mudah marah, suka menyendiri, selalu berprasangka buruk kepada orang tuanya. Hal ini merupakan ciri-ciri sibling rivalry

6 Seorang anak akan merasa tersaingi dengan kelahiran adiknya

7 Ketika anak dimarahi ibunya anak tersebut akan melampiaskannya pada adiknya

8 Anak akan bersikap lebih agresif setelah kelahiran adiknya

9 Ibu - ibu tersebut sering kali mencubit, memukul,

bahkan memarahi anaknya dengan emosi, hal ini

disebabkan karena anak mereka berperilaku

tidak sesuai dengan keinginannya

10 Sifat anak usia 2-3 tahun yakni apa yang disenangi adalah miliknya, dan harus dibenarkan oleh orang tuanya


(52)

“Sikap Responden Tentang Sibling Rivalry Di Klinik Bersalin Hanafi Kel. Tanjung Gusta, Kec. Medan Helvetia Tahun 2012”

I. Petunjuk :

1. Pilihlah salah satu jawaban dengan cara memberi tanda checklist (√ ) pada kotak jawaban yang sesuai dengan jawaban anda.

2. Setelah selesai kembalikan kuesioner ini kepada petugas yang memberikan kepada anda.

II. Identitas Responden

Inisial/kode editing :

Umur :

Pendidikan :

Agama :

Suku :

No Pernyataan Sikap Benar Salah

1 Saya harus memperlakukan hal yang sama kepada semua anak-anak saya baik yang berbuat salah ataupun benar

2 Sibling rivalry tidak akan pernah terjadi jika saya bersifat adil kepada semua anak saya


(53)

3 Anak akan menjadi nakal apabila saya atau keluarga saya selalu memarahi dan selalu menyalahkannya

4. Apabila anak mengompol, hal yang harus saya lakukan adalah tidak memukul dan memarahi anak saya

5 Jika anak melakukan kesalahan saya harus menasehatinya dan bukan memarahi atau memukulnya

6 Saya akan memberikan penghargaan pada anak – anak saya yang berprestasi

7 Saya dan keluarga lebih senang dan suka melihat anak – anak sayasaling menyayangi

8 Ibu yang bijaksana akan memberikan pengertian kepada anaknya bahwasanya ia akan mempunyai adik dan dia harus menyayangi dan menjaga adiknya

9 Seorang anak sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang orang tuanya tanpa pilih kasih 10 Seorang anak akan merasa bahagia apabila

orang tuanya memperhatikan dan memberikan kasih sayang padanya


(54)

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Dedi Kurnia Siregar

Tempat Tanggal Lahir : Pasar Binanga, 26 September 1988 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat Rumah : Jln Jend. A. Yani No. 7 Pasar Binanga, Kec. Barumun Tengah, Kab. Padang Lawas Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri No 142886 Binanga : 2001

2. SMP Swasta Nurul ‘Ilmi Padangsidempun : 2004

3. SMA Swasta Nurul ‘Ilmu Padangsidempuan : 2007


(55)

(56)

(57)

(58)

(59)

(60)

(61)

(62)

(63)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)