Rezim Internasional Teori dan Konsep

15 Indonesia dapat meningkatkan powernya sehingga Indonesia dapat menjadi sebuah rezim keamanan dengan misi perdamaian dunia.

1.5.2 Teori dan Konsep

Untuk menganalisa suatu fenomena terkait “Rasionalitas Tawaran Mediasi oleh Indonesia terhadap Konflik di Semenanjung Korea tahun 2011-2014”, dibutuhkan sebuah tatanan teori atau konsep agar penelitian mengenai fenomena tersebut lebih bersifat ilmiah. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori Rezim Internasional, konsep Diplomasi Preventif dan konsep International Responsibility.

1.5.2.1 Rezim Internasional

Rezim internasional atau juga dikenal sebagai International Regime merupakan sebuah teori yang dicetuskan oleh Stephen D. Krasner pada tahun 1982. Krasner mendefenisikan Rezim Internasional sebagai asas, norma, aturan dan prosedur pengambilan keputusan oleh aktor, baik implisit ataupun eksplisit. 21 Krasner menyatakan definisi teori ini secara realis adalah asas, norma, aturan dan prosedur pengambilan keputusan yang mencerminkan 21 Eric Brahm, 2005, International Regimes dalam http:www.beyondintractability.orgessayinternational-regimes diakses pada 23 Juni 2014 pukul 10.20 WIB 16 kepentingan dari negara yang sangat kuat dalam sistem. 22 Selain Krasner, terdapat beberapa ahli dalam bidang hubungan internasional yang memberikan defenisi terhadap teori ini. Keohane dan Nye mendefenisikan teori rezim internasional sebagai seperangkat peraturan yang memiliki jaringan aturan-aturan, norma, dan prosedur yang mengatur secara tetap perilaku warga negaranya dan mengontrol efek-efeknya. Hedley Bull berpendapat bahwa rezim selalu melihat pada sebuah aturan dan lembaga- lembaga dalam suatu masyarakat internasional dimana aturan-aturan tersebut selalu mengacu pada prinsip-prinsip penting umum yang mewajibkan negara dan warga negaranya berperilaku seperti yang telah ditentukan. 23 Krasner menyatakan bahwa dalam proses pembuatan rezim internasional, dibutuhkan lima aspek yang menjadi patokan dalam pelaksanaan dan perkembangan rezim ini. Aspek pertama yakni egoistic self-interest, yaitu keinginan untuk memaksimalkan fungsi kegunaan milik sendiri, dimana fungsi kegunaan milik pihak lain tidak termasuk. Kedua adalah political power, dimana kekuatan ini dijadikan oleh suatu kelompok untuk melayani kebaikan bersama. Tetapi tidak jarang kekuatan ini digunakan untuk mendahulukan 22 Peer Schouten. 2012. Theory Talks Perbincangan Pakar Sedunia Tentang Teori Hubungan Internasional Abad ke-21. Yogyakarta: LP3M UMY PPSK, hal. 145 23 Nanda P. Putri, Universitas Airlangga, 2013, Whats International Regimes? dalam http:nandaprasetya-p--fisip12.web.unair.ac.idartikel_detail-73766- Rezim20Internasional-Whats20International20Regimes.html diakses pada 04 Juni 2014 pukul 12.46 WIB 17 kepentingan pribadi atau kelompok dibanding dengan kepentingan umum. Ketiga adalah norms and principles, dimana dengan kehadiran norma dan prinsip, maka sebuah rezim dapat terbentuk karena memiliki landasan dasar yakni norma itu sendiri. Keempat adalah usage and costum yakni pola perilaku yang berdasar pada praktek nyata dan kebiasaan jangka panjang, dan kelima adalah knowledge, karena jika semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki oleh sebuah kelompok, maka akan semakin besar kesempatan yang dimiliki oleh kelompok tersebut untuk mencampuri urusan kelompok lain. 24 Dari pemaparan di atas, dapat diasumsikan bahwa motivasi Indonesia untuk menjadi mediator konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan selain untuk alasan kemanusiaan tetapi juga agar Indonesia bisa meningkatkan power yang dimiliki oleh Indonesia sehingga Indonesia bisa mempengaruhi negara lain. Meningkatnya power yang dimiliki oleh Indonesia berasal dari apresiasi bangsa lain terhadap apa yang dilakukan oleh Indonesia yakni berperan dalam menyelesaikan konflik dalam skala internasional. Apresiasi ini secara tidak langsung akan melahirkan kepercayaan kepada Indonesia dan akan memberikan dampak yakni meningkatnya kekuatan yang dimiliki oleh Indonesia, yang kemudian digunakan untuk mempengaruhi negara lain. 24 Ibid 18 Adanya rezim internasional dianggap mempunyai kekuatan untuk mengkoordinasikan atau mengatur bagaimana sebuah negara dalam bertindak dan berperilaku. Rezim internasional harus dipahami sebagai sesuatu yang bahkan lebih dari sekedar “perjanjian sementara” temporary agreement yang setiap kali terjadi pergerseran dalam kekuatan ataupun kepentingan juga mengalami hal yang serupa yakni perubahan. 25 Dalam mewujudkan sebuah perdamaian dunia, bukan hanya perjanjian perdamaian saja yang diperlukan untuk dapat menjamin bahwa konflik dalam skala internasional tidak akan terjadi lagi. Untuk menjaga agar dunia benar-benar terbebas dari konflik internasional, maka diperlukan sebuah sistem yang dapat menjaga perdamaian dunia di atas dari perjanjian perdamaian itu sendiri. Terbentuknya sebuah rezim internasional dapat membantu menjaga perdamaian tersebut, karena kekuatan dari rezim internasional dapat mengatur serta mengontrol perilaku negara-negara dalam kancah internasional. Hal ini merupakan pencerminan dari keinginan Indonesia dalam membentuk rezim internasional itu sendiri. Indonesia menginginkan agar dunia internasional terlepas dari belenggu konflik yang dapat membahayakan masyarakat. Oleh karena itu, Indonesia ingin membentuk rezim internasional guna menjaga perdamaian dunia. 25 International Regimes Rezim Internasional , dalam http:elib.unikom.ac.idfilesdisk1465jbptunikompp-gdl-dewitriwah-23213-10-babxi- .pdf diakses pada 04 Juni 2014 pukul 12.55 WIB 19 Selain itu, dari beberapa aspek yang telah dijelaskan, penulis mengambil dua aspek yang membantu penulis dalam menganalisa tindakan yang dilakukan oleh Indonesia. Kedua aspek tersebut yakni aspek political power serta aspek norms and principles. Pertama, penulis melihat bahwa apa yang dilakukan Indonesia untuk menjadi mediator konflik di Semenanjung Korea merupakan langkah untuk meningkatkan political power yang dimiliki Indonesia. Peningkatan aspek ini ditujukan agar Indonesia dapat memiliki kekuatan yang besar sehingga Indonesia bisa memberikan pengaruh kepada negara lain dalam rangka untuk melayani kebaikan bersama. Kedua, tindakan Indonesia ini juga untuk memenuhi norms and principles, dimana Indonesia ingin menegaskan kepada bangsa lain tentang norma keadilan serta prinsip-prinsip kemanusiaan yang menjadi landasan Indonesia untuk melaksanakan perdamaian dunia. Secara singkat dapat dijelaskan bahwa teori rezim internasional merupakan asas, norma, aturan serta prosedur pengambilan keputusan suatu negara yang berfungsi untuk mengatur dan mengontrol perilaku negara serta masyarakat sesuai dengan aturan yang telah ditentukan. Hasil akhir dari sekumpulan asas, norma, aturan dan prosedur ini kemudian mencerminkan kepentingan dari sebuah negara yang membentuk sistem tersebut. Peneliti menggunakan teori ini untuk menjelaskan motivasi atau 20 alasan dari Indonesia dalam kepeduliannya terhadap konflik yang terjadi di Semenanjung Korea.

1.5.2.2 Diplomasi Preventif