RASIONALITAS TAWARAN MEDIASI OLEH INDONESIA TERHADAP KONFLIK DI SEMENANJUNG KOREA TAHUN 2011-2014

(1)

xii SKRIPSI

RASIONALITAS TAWARAN MEDIASI OLEH INDONESIA TERHADAP KONFLIK DI SEMENANJUNG KOREA TAHUN 2011-2014

Disusun Dan Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1)

Jurusan Ilmu Hubungan Internasional

Oleh :

TRI HARYATI MAYANSARI 201010360311038

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil alamin, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya dan shalawat serta salam tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Rasionalitas Tawaran Mediasi oleh Indonesia terhadap Konflik di Semenanjung Korea tahun 2011-2014”.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan arahan serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya yang senantiasa memberikan penulis kesehatan dan kesabaran yang luar biasa.

2. Papa dan Almh. Mama yang selalu memberikan dukungan moril maupun materil. Dan tak pernah lelah memberikan doa dan dorongan, semangat, serta motivasi kepada penulis, sehingga penulis memiliki semangat dan motivasi dalam menyelesaikan tugas akhir.

3. Adik-adikku tersayang Ayu dan Eman yang selalu menemani dalam proses penulisan, kak Tami yang merupakan kembaran yang selalu bersedia menampung semua curahan hati, serta keluarga Maduratna yang selalu memberikan dukungannya kepada penulis.


(7)

ix

4. Bapak Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si, selaku Kepala Lab HI dan Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu untuk memberikan ide-ide, saran, dukungan dan semangat serta dengan penuh kesabaran telah membimbing penulis selama proses bimbingan hingga terselesaikannya tugas akhir ini.

5. Bapak Hafid Adim Pradana, MA, selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan arahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

6. Dosen-dosen Hubungan Internasional (Bapak Victory Pradithama, Bapak Tonny Dian Effendy, Bapak Gonda Yumitro, Bapak M. Syaprin Zahidi, Ibu Ayusia Sabhita Kusuma, Ibu Helmia Asyathri, Ibu Dyah Estu, Ibu Peggy Puspa, Ibu Demeiati Nur Kusumaningrum, Ibu Linda Hindasah, Bapak Havidz Ageng, Bapak Dion Maulana, Bapak Ery Mega Herlambang, dan Mbak Fitri).

7. KeKeG (Ahya, Chotitah, Dedep, Anas, Kanang, Angga, Ekky, Risky) serta sahabat seperjuangan Dimas, Afif, Bintang, Zahra, Nahid, Mimi, Ani, Fafa, Sarif, Okky, Lismayanti, yang selalu siap memberikan dukungan serta memberi cerita selama kuliah.

8. Mahasiswa Hubungan Internasional angkatan 2010 yang telah berbagi ilmu bersama.

9. Sepupu kesayangan Ce’Indy, bebeb Rissa Delong, neng seksi Nona Astry, kesayangan Rey, Eky, Iky, Ody, Aldo, Ando. Terimakasih untuk doa serta dukungan dari jauh yang kalian berikan.


(8)

x

10.Keluarga baru Habibi, So, Opan, Sinta dan Dyah yang selalu mengembalikan mood disetiap harinya.

11.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang mana telah memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Penulis menyadari tiada satupun karya manusia didunia ini yang sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan demi perbaikan karya tulisan ini. Harapan terbesar penulis, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.

Malang, 08 Februari 2015 Penulis


(9)

xi DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Sampul Depan...i

Lembar Persetujuan Skripsi...ii

Lembar Pengesahan ...iii

Lembar Pernyataan Orisinalitas...iv

Berita Acara Bimbingan ...v

Abstraksi ...vi

Abstract...vii

Kata Pengantar...viii

Daftar Isi ...xi

BAB I: PENDAHULUAN ...1

1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Rumusan Masalah ...6

1.3. Tujuan Masalah ...7

1.4. Manfaat Penelitian ...7

1.4.1. Manfaat Akademis ...7

1.4.2. Manfaat Praktis ...7

1.5. Kajian Pustaka ...8

1.5.1.Penelitian Terdahulu ...8

1.5.2.Teori dan Konsep ...15

1.5.2.1 Rezim Internasional ...15

1.5.2.2 Diplomasi Preventif ...20

1.5.2.3 International Responsibility ...23

1.6. Metodologi Penelitian ...26

1.6.1.Variabel Penelitian dan Level Analisa ...26

1.6.2.Jenis Penelitian ...26

1.6.3.Metode Pengumpulan Data ...27

1.6.4.Analisa Data ...27


(10)

xii

1.6.5.1 Batasan Materi Penelitian ...27

1.6.5.2 Batasan Waktu Penelitian ...28

1.7. Hipotesa ...28

1.8. Struktur Penulisan ...29

BAB II: KONFLIK SEMENANJUNG KOREA DAN DAMPAKNYA TERHADAP STABILITAS POLITIK INTERNASIONAL ...30

2.1. Konflik Semenanjung Korea dan Isu Nuklir ...30

2.1.1. Konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan ...31

2.1.2. Isu Nuklir Korea Utara ...37

2.2. Dampak Konflik Semenanjung Korea terhadap Stabilitas Politik dan Keamanan Internasional ...43

2.2.1. Dampak Konflik Korea Utara dan Korea Selatan di Kawasan Asia ....44

2.2.2. Dampak Konflik Korea Utara dan Korea Selatan dalam Lingkungan Internasional ...48

2.3. Tawaran Mediasi Indonesia terhadap Konflik di Semenanjung Korea ...53

2.3.1. Konflik Semenanjung Korea dalam Perspektif Indonesia ...55

2.3.2. Pengalaman Indonesia dalam Mediasi dan Resolusi Konflik di Dunia ...60

BAB III: RASIONALITAS TAWARAN MEDIASI OLEH INDONESIA TERHADAP KONFLIK DI SEMENANJUNG KOREA TAHUN 2011- 2014...66

3.1. Partisipasi Indonesia sebagai Bagian dari Rezim Perdamaian Internasional .66 3.1.1. Rezim Perdamaian dan Keamanan Internasional ...67

3.1.2. Posisi Indonesia sebagai Bagian dari Rezim Perdamaian Internasional ...72

3.2. Tanggungjawab Internasional Indonesia dan Penerapan Diplomasi Preventif Indonesia ...82

BAB IV: PENUTUP ...90

4.1. Kesimpulan ...90

4.2. Saran ...92


(11)

93

DAFTAR PUSTAKA BUKU

Djafar, Zainuddin dan Fadila, Robby Aulia.2013.Menuju Peran Strategis Indonesia di Lingkungan Regional dan Global, Bandung: Pustaka Jaya Emilia, Ranny.2013.Praktek Diplomasi, Jakarta: Badouse Media

Ikbar, Yanuar.2014.Metodologi & Teori Hubungan Internasional, Bandung: Refika Aditama

Jackson, Robert dan Sorensen, Georg.1999.Introduction to International Relations, New York: Oxford University Press

Jeon, Seong Je dan Yuwanto.2014.Era Emas Hubungan Indonesia-Korea, Jakarta: Kompas

Rachmawati, Iva.2012.Memahami Perkembangan Studi Hubungan Internasional, Yogyakarta: Aswaja Pressindo

Schouten, Peer.2012.Theory Talks Perbincangan Pakar Sedunia Tentang Teori Hubungan Internasional Abad ke-21, Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan, Penelitian, dan Masyarakat (LP3M) & Pusat Pengkajian Strategi dan Kebijakan (PPSK)

INTERNET

Adi Rio Arianto, 2014, Peluang dan Tantangan Kebijakan SBY dalam Pengiriman Pasukan Perdamaian Indonesia (TNI) di PBB, dalam

http://hankam.kompasiana.com/2014/08/31/peluang-dan-tantangan-kebijakan-sby-dalam-pengiriman-pasukan-perdamaian-indonesia-tni-di-pbb-684378.html diakses

pada 23 September 2014 pada 16.48 WIB

Airin Aisyah, Diplomasi Konflik Semenanjung Korea, dalam

http://www.academia.edu/3743253/Diplomasi_konflik_Semenanjung_Korea diakses

pada 29 Pebruari 2014 pukul 17.57 WIB

Amelia Fitriani, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2013, Penerapan The Policy of Peace and Prosperity Korea Selatan terhadap Korea Utara di Bawah Pemerintahan Roh Moo-hyun, dalam

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24012/3/AMELIA%20FIT

RIANI.pdf diakses pada 04 September 2014 pukul 15.05 WIB

Andi Purwono dan Ahmad Saifuddin Zuhri, Peran Nuklir Korea Utara sebagai Instrumen Diplomasi Politik Internasional , dalam

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=134498&val=5640 diakses pada 26 September 2014 pukul 14.05 WIB

Angga Aditama P., dkk, Universitas Gadjah Mada, 2012, Konflik di Semenanjung Korea dan Pengaruhnya Terhadap Keamanan Internasional dalam


(12)

94

http://rachmat.staff.ugm.ac.id/kuliah/POLINT/Kelompok5.pdf diakses pada 30

Maret 2014 pukul 21.23 WIB

Anwar Khumaini, Bertemu Presiden Korsel, SBY Akan Tanya Update Krisis Semenanjung Korea, dalam

http://news.detik.com/read/2010/12/07/002219/1510442/10/bertemu-presiden-korsel-sby-akan-tanya-update--krisis-semenanjung-korea (07/12/2010, 00.22 WIB)

diakses pada 17 September 2014 pukul 17.25 WIB

Dampak Pengembangan Nuklir Korea Utara terhadap Kompleksitas Keamanan Regional Asia Timur, dalam

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/132725-T%2027803-Dampak%20pengembangan-Analisis.pdf diakses pada 15 September 2014 pukul

20.51 WIB

Diatche Gunungtua Harahap, Krisis di Semenanjung Korea dalam Perspektif Indonesia, dalam

http://waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=285611:krisi s-di-semenanjung-korea-dalam-perspektif-indonesia&catid=25:artikel&Itemid=44 (09/04/2013, 13.13 WIB) diakses pada 17 September 2014 pukul 14.44 WIB Dion Maulana Prasetya, Universitas Muhammadiyah Malang, 2012, Indonesia di Era

Asia dalam http://www.umm.ac.id/opini/en-file-opini-umm-14.html diakses pada 17 Juni 2014 pukul 13.48 WIB

Dista Kurniawan, 2013, Provokasi Korea Utara di Semenanjung Korea dalam

Pandangan Realisme, dalam

http://politik.kompasiana.com/2013/12/07/provokasi-korea-utara-di-semenanjung-korea-dalam-pandangan-realisme-617147.html diaskses

pada 18 September 2014 pukul 19.41 WIB

Ergy Ghulam Habibie, Universitas Airlangga, 2012, Perkembangan Semenanjung Korea, dalam

http://ergy-g-h-fisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-45009-MBP%20Asia%20Timur-%20Perkembangan%20Semenanjung%20Korea%20.html diakses pada 02 September 2014 pukul 20.00 WIB

Eric Brahm, 2005, International Regimes dalam

http://www.beyondintractability.org/essay/international-regimes diakses pada 23 Juni 2014 pukul 10.20 WIB

Evelyn Adisa, Universitas Indonesia, 2012, Rezim Non-Proliferasi Nuklir Internasional dan Program Nuklir Iran, dalam

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20299750-T30453-Evelyn%20Adisa.pdf diakses 15 September 2014 pukul 20.36 WIB

Fachri, 2009, Quo Vadis Six Party Talks, dalam

http://politik.kompasiana.com/2009/11/17/quo-vadis-six-party-talks-26228.html diakses pada 18 September 2014 pukul 20.55 WIB

Hadza Min Fadhli R., Peluang Indonesia dalam Resolusi Konflik di Semenanjung Korea, dalam

http://www.academia.edu/6067825/Peluang_Indonesia_dalam_Resolusi_Konflik_di

_Semenanjung_Korea diakses pada 28 Maret 2014 pukul 21.34 WIB

Hindra Liu, SBY Prihatin Konflik di Semenanjung Korea , dalam


(13)

95

nanjung.Korea (25/11/2010, 15.50 WIB) diakses pada 17 September 2014 pukul

14.53 WIB

Ica Wulansari, Pengaruh Kepemilikian Nuklir Korea Utara terhadap Hubungan dengan Jepang, dalam

http://www.academia.edu/4964279/Pengaruh_Kepemilikan_Nuklir_Korea_Utara_Te

rhadap_Hubungan_Dengan_Jepang diakses pada 22 September 2014 pukul 19.09

WIB

Ilyas Istianur Praditya, 2014, Presiden SBY Resmikan 3 Simbol Perdamaian Dunia di Sentul, dalam

http://news.liputan6.com/read/2093231/presiden-sby-resmikan-3-simbol-perdamaian-dunia-di-sentul (19/08/2014,15.40 WIB) diakses pada 23

September 2014 pukul 22.47 WIB

Indonesia Berbagi Cerita Sukses Mediasi Konflik di PBB, dalam

www.antaranews.com/berita/118250/indonesia-berbagi-cerita-sukses-mediasi-konflik-di-pbb (24/09/2008, 12.27 WIB) diakses pada 18 September 2014 pukul

11.03 WIB

Indonesia dan Perdamaian Dunia, dalam

http://www.slideshare.net/yudhairawan3705/makalah-indonesia-dan-perdamaian-dunia diakses pada 23 September 2014 pukul 22.27 WIB

Indonesia dipercaya sebagai Mediator Karena Netral, dalam

http://www.tempo.co/read/news/2013/09/24/118516294/Indonesia-Dipercaya-Sebagai-Mediator-karena-Netral (24/09/2013, 23.12 WIB) diakses pada 18

September 2014 pukul 10.24 WIB

Indonesia Siap Jembatani Penyelesaian Konflik Korea, dalam

http://news.liputan6.com/read/310260/indonesia-siap-jembatani-penyelesaian-konflik-korea (07/12/2010, 17.16 WIB) diakses pada 16 Mei 2014 pukul 21.12 WIB

Indonesia Termasuk Paling Aktif Menjaga Perdamaian Dunia, dalam

http://nasional.kompas.com/read/2012/05/17/05155750/Indonesia.Termasuk.Paling.

Aktif.Menjaga.Perdamaian.Dunia (17/05/2012) diakses pada 23 September 2014

pukul15.25 WIB

Indonesia Terus Pantau Perkembangan Semenanjung Korea , dalam

http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/04/04/mkqfih-indonesia-terus-pantau-perkembangan-semenanjung-korea (04/04/2013, 20.20 WIB) diakses pada 17

September 2014 pukul 16.25 WIB

International Regimes (Rezim Internasional) , dalam

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/465/jbptunikompp-gdl-dewitriwah-23213-10-babx(i-).pdf diakses pada 04 Juni 2014 pukul 12.55 WIB

Isu Nuklir Korea Utara, dalam

http://world.kbs.co.kr/indonesian/event/nkorea_nuclear/faq_01.htm diakses pada 17 September 2014 pukul 11.35 WIB

Jessica Claudia M, Unversitas Airlangga, 2013, Teori Rezim Internasional, dalam

http://jessica-claudia-fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-75213-Rezim%20Internasional-Teori%20Rezim%20Internasional.html diakses pada 19


(14)

96

Joe Lauria, 2013, PBB Perberat Sanksi Korea Utara, dalam

http://indo.wsj.com/posts/2013/01/23/pbb-perberat-sanksi-korea-utara/ diakses pada 22 September 2014 pukul 21.20 WIB

Jurnal Diplomasi : Refleksi Politik Luar Negeri Republik Indonesia,dalam

http://www.kemlu.go.id/Tabloids/Jurnal%20Diplomasi%20Maret%202012.pdf diakses pada 06 September 2014 pukul 23.10 WIB

Kholifatus Saadah, Universitas Airlangga, 2013, Penyebab Perbedaan Perekonomian Dua Korea : Faktor Warisan Perang Dingin, dalam

http://ifagenthong-

fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-84458-MBP%20Astim-Penyebab%20Perbedaan%20Perekonomian%20Dua%20Korea%20:%20Faktor%20

Warisan%20Perang%20Dingin.html diakses pada 26 September 2014 pukul 12.37

WIB

Komitmen Besar Indonesia pada Perdamaian Dunia, dalam

http://www.carikabar.com/politik/175-eksekutif/872-komitmen-besar-indonesia-pada-perdamaian-dunia diakses pada 23 September 2014 pukul 16.04 WIB

Kondisi Semenanjung Korea Pengaruh Kawasan, dalam

http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/04/04/mkqd7o-kondisi-semenanjung-korea-pengaruhi-kawasan (04/04/2013, 19.26 WIB) diakses pada 17

September 2014 pukul 16.37 WIB Korea: Dulu & Sekarang, dalam

http://www.korea.net/koreanet/fileDownload?fileUrl=/content/PDF/general/2012_fa

cts_indonesian.pdf hal. 113, diakses pada 02 September 2014 pukul 13.01 WIB

Korea Terbagi Dua: Siapa Biang Keroknya?, dalam

http://sejarah.kompasiana.com/2013/04/07/korea-terbagi-dua-siapa-biang-keroknya-549025.html (07/04/2013) diakses pada 01 September 2014 pukul 18.14 WIB

Korea Utara Langgar Sanksi PBB, dalam

http://www.dw.de/korea-utara-langgar-sanksi-pbb/a-17062105 diakses pada 22 September 2014 pukul 21.20 WIB

Korut Ancam Serang AS dengan Nuklir, Ini Reaksi Gedung Putih, dalam

http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/04/04/mkpxr1-korut-ancam-serang-as-dengan-nuklir-ini-reaksi-gedung-putih (04/04/2013, 13.52 WIB)

diakses pada 22 September 2014 pukul 21.53 WIB

Lilis Widyasari, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2012, Dinamika Hubungan Korea Selatan-Korea Utara dalam Mewujudkan Reunifikasi di Semenanjung Korea periode 2003-2008, dalam

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24166/1/LILIS.pdf diakses pada 15 September 2014 pukul 21.05 WIB

Linda Dewi Sekar, Universitas Airlangga, 2013, Teori Rezim Internasional, dalam

http://linda-ds-fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-75591-INTERNATIONAL%20REGIME-TEORI%20REZIM%20INTERNASIONAL.html diakses pada 19 September 2014 18.41 WIB

Martin Stief, 2013, China dan ASEAN desak Korea Utara untuk selesaikan perselisihan nuklir, dalam


(15)

97

http://apdforum.com/id/article/rmiap/articles/online/features/2013/07/05/northkorea-asean-nukes diakses pada 22 September 2014 pukul 20.42 WIB

Mayor Laut (p) Endra Hartono, 2012, Kiprah TNI dalam Memelihara Perdamaian Dunia: Roadmap Menuju Peacekeeper Kelas Dunia, dalam

http://www.tandef.net/kiprah-tni-dalam-memelihara-perdamaian-dunia-roadmap-menuju-peacekeeper-kelas-dunia diakses pada 23 September 2014 pukul 15.34 WIB

Mayor Pnb Taufik Nur Cahyanto, ST, Pengaruh Konflik di Semenanjung Korea Terhadap Kondisi Perekonomian, Pertahanan dan Keamanan, dalam

http://lembagakeris.net/pengaruh-konflik-di-semenanjung-korea-terhadap-kondisi-perekonomian-pertahanan-dan-keamanan-nkri/ diakses pada 28 Maret 2014 pukul

20.12 WIB

Muhammad Nabil, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2014, Diplomasi Multilateral Six Party Talks dalam Proses Denuklirisasi Korea Utara Periode 2003-2009 , dalam

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24247/1/Skripsi%20Muha

mmad%20Nabil.pdf diakses pada 18 September 2014 pukul 21.04 WIB

Muthiah Alhasany, 2011, Awas, Gaya Hidup Tak Beragama, dalam

http://m.kompasiana.com/post/read/417138/1/awas-gaya-hidup-tak-beragama.html diakses pada 30 Juni 2014 pukul 20.29 WIB

Najiyah Rizqi Maulidiyah, Universitas Airlangga, 2014, Korea Selatan: Ekonomi, Masyarakat, dan Politik, dalam

http://najiyah-rizqi-maulidiyah-

fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-97843- MASYARAKAT%20BUDAYA%20POLITIK%20ASIA%20TIMUR-Korea%20Selatan%20:%20Ekonomi,%20Masyarakat,%20dan%20Politik.html diakses pada 25 September 2014 pukul 21.28 WIB

Nanda P. Putri, Universitas Airlangga, 2013, Whats International Regimes? dalam

http://nandaprasetya-p--fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-73766-Rezim%20Internasional-Whats%20International%20Regimes.html diakses pada 04

Juni 2014 pukul 12.46 WIB

Nograhany Widhi K, SBY Perlu Manfaatkan Pertemuan dengan Presiden Lee untuk Cegah Perang Korea, dalam

http://news.detik.com/read/2010/12/05/173707/1509427/10/sby-perlu-manfaatkan-pertemuan-dengan-presiden-lee-untuk-cegah-perang-korea?9911022 (05/12/2010,

17.37 WIB) diakses pada 17 September 2014 pukul 17.31 WIB

Nurul Aini Hijriah, Universitas Airlangga, 2012, Diplomasi Preventif, dalam

http://nurul-a-h-fisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-49501-NEGOSIAS%10DAN%20DIPLOMASI-DIPLOMASI%20PREVENTIF.html diakses pada 01 April 2014 pukul 10.09 WIB

Panji Pratama, Marty Kunjungi Korut Bahas Stabilitas Semenanjung Korea , dalam

http://www.antaranews.com/berita/401614/marty-kunjungi-korut-bahas-stabilitas-semenanjung-korea (22/10/2013, 22.05 WIB) diakses pada 17 September 2014


(16)

98

Partisipasi Indonesia dalam Pasukan Misi Perdamaian PBB, dalam

http://www.kemlu.go.id/Pages/IIssueDisplay.aspx?IDP=10&l=id (04 Februari 2014) diakses pada 19 September 2014 pukul 17.04 WIB

Pemerintah Indonesia diminta Jembatani Konflik Semenanjung Korea , dalam

http://news.liputan6.com/read/558910/pemerintah-indonesia-diminta-jembatani-konflik-semenanjung-korea (11/04/2013, 12.52 WIB) diakses pada 17 September

2014 pukul 17.00 WIB

Pendudukan Jepang dan Gerakan Kemerdekaan, dalam

http://idn.mofa.go.kr/worldlanguage/asia/idn/about/sejarah/pen/index.jsp diakses pada 27 Pebruari 2014 pukul 15.35 WIB

Perjalanan Konflik Korea Utara (DPRK)-Korea Selatan (Republic of Korea): Dari Perang Korea Hingga Diplomasi, dalam

http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/123060-T%2026224-Peredaan%20ketegangan-Literatur.pdf diakses pada 02 September 2014 pukul 21.13 WIB

Presiden Ingin Indonesia Jadi Jembatan Perdamaian Dunia, dalam

http://nasional.kompas.com/read/2014/08/19/17151231/Presiden.Ingin.Indonesia.Jad

i.Jembatan.Perdamaian.Dunia (19/08/2014, 17.15 WIB) diakses pada 23 September

2014 pukul 22.53 WIB

Putrinya Perwira, Universitas Airlangga, 2012, Rezim Keamanan Internasional, dalam

http://putrinyaperwira-fisip09.web.unair.ac.id/artikel_detail-64097-Rezim%20Internasional-Rezim%20Keamanan%20Internasional.html diakses pada

19 September 2014 pukul 16.39 WIB

Reaksi Masyarakat Cina Terhadap Uji Coba Misil Korea Utara, dalam

http://id.globalvoicesonline.org/2009/06/05/reaksi-masyarakat-cina-terhadap-uji-coba-misil-korea-utara/ diakses pada 27 September 2014 pukul 12.48 WIB

Saling Tembak di Semenanjung Korea, dalam

http://www.dw.de/saling-tembak-di-semenanjung-korea/a-17532190 diakses pada 18 September 2014 pukul 13.34 WIB

SBY Ingin Tentara Perdamaian Indonesia Terkenal, dalam

http://www.tempo.co/read/news/2014/04/07/078568693/SBY-Ingin-Tentara-Perdamaian-Indonesia-Terkenal (07/04/2014, 21.02 WIB) diakses pada 23

September 2014 pukul 17.14 WIB

Sebab-sebab Terjadinya Perang Korea, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2011, dalam http://komahi.umy.ac.id/2011/03/sebab-sebab-terjadinya-perang-korea.html diakses pada 02 September 2014 pukul 20.26 WIB

Sejarah, dalam http://world.kbs.co.kr/indonesian/korea/korea_abouthistory.htm diakses pada 27 Pebruari 2014 pukul 13.25 WIB

Sejarah di Balik Ketegangan Korea Utara dan Korea Selatan: Kilas Balik, dalam

http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/2013-04-05/sejarah-di-balik-ketegangan-korea-utara-dan-korea-selatan-kilas-balik/1112046 (05/04/2013, 18.14 WIB) diakses pada 27 Pebruari 2014 pukul 16.13 WIB

Sejarah Korea, dalam


(17)

99

e=yes&t=417&postdays=0&postorder=desc&start=0 diakses pada 01 September 2014 pukul 16.04 WIB

Sejarah Korea Selatan : Macan Asia Timur, dalam

http://www.anneahira.com/sejarah.htm diakses pada 27 Pebruari 2014 pukul 15.23

WIB

Simela Victor Muhamad, 2013, Ancaman Korea Utara dan Stabilitas Kawasan, dalam

http://berkas.dpr.go.id/pengkajian/files/info_singkat/Info%20Singkat-V-2-II-P3DI-Januari-2013-7.pdf diakses pada 18 September 2014 pukul 13.46 WIB

Tentang Korea Selatan, dalam http://kbriseoul.kr/kbriseoul/index.php/id/2013-01-21-22-49-05/berita-terkini/26-indonesian/tentang-korea/54-tentang-korea-selatan diakses pada 27 Pebruari 2014 pukul 16.39 WIB

TNI dihormati Dunia, dalam

http://hankam.kompasiana.com/2014/05/13/tni-dihormati-di-dunia-652657.html (13/05/2014, 08.10 WIB) diakses pada 23 September 2014

pukul 15.46 WIB

Unjuk Kekuatan Korea Utara dan Pengaruhnya Terhadap Kawasan Regional serta Pengaruhnya bagi Indonesia, dalam

http://pusjianmar-seskoal.tnial.mil.id/Portals/0/Kajian%20Banglingstra_Korea_Utara_2013.pdf diakses pada 30 September 2014 pukul 12.34 WIB

Wisnu Mardiasnyah, Aliansi Militer Amerika Serikat-Korea Selatan Dalam Menghadapi Ancaman Nuklir Korea Utara, dalam

http://www.academia.edu/4802902/Whisnu_Mardiansyah_1110113000076_Aliansi_

Militer_Amerika_Serikat diakses pada 26 September 2014 pukul 13.22 WIB

Yanyan Mochamad Yani, Universitas Padjajaran, Ketegangan di Semenanjung Korea, dalam

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/01/ketegangan_di_semenanjung_korea.pdf diakses pada 17

September 2014 pukul 14.13 WIB

Yeni Handayani, Pengiriman Pasukan Pemeliharaan Perdamaian Indonesia di Dunia Internasional, dalam

http://rechtsvinding.bphn.go.id/jurnal_online/PENGIRIMAN%20PASUKAN%20PE

MELIHARAAN%20PERDAMAIAN%20INDONESIA.pdf diakses pada 23

September 2014 pukul 16.35 WIB

Ziyad Falahi, Universitas Indonesia, 2012, Kebijakan Luar Negeri Dalam Era Liberalisasi Informasi : Studi Kasus Semboyan Million Friends Zero Enemy Era Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, dalam

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20302939-T30658%20-%20Kebijakan%20luar.pdf diakses pada 06 September 2014 pukul 23.24 WIB


(18)

1 Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Sejarah Semenanjung Korea berawal dari mitologi yang menjelaskan tentang penghuni pertama di Semenanjung Korea, kemudian dilanjutkan dengan muncul dan berkembangnya masa 3 kerajaan, masa penjajahan yang dilakukan oleh Jepang serta terjadi pemisahan semenanjung ini menjadi dua bagian yakni Korea Utara dan Korea Selatan.1 Perkembangan peradaban di Semenanjung Korea mengalami pasang surut. Hal ini disebabkan karena ketidaksiapan masyarakat di Semenanjung Korea dalam menghadapi perubahan jaman. Keruntuhan peradaban di Semenanjung Korea inilah yang memberikan jalan masuk bagi Jepang.

Pada tahun 1910, Jepang masuk ke Semenanjung Korea dan membentuk sebuah pemerintah kolonial yang dikhususkan untuk melakukan penjajahan di sana. Jepang mengeluarkan kebijakan resmi asimilasi yang melarang pendidikan bahasa Korea di sekolah-sekolah yang ada di Korea.2 Jepang bahkan melarang orang Korea untuk menggunakan bahasa Korea asli yakni Hangeul3 dalam melakukan komunikasi mereka

1

Sejarah, dalam http://world.kbs.co.kr/indonesian/korea/korea_abouthistory.htm diakses pada 27 Pebruari 2014 pukul 13.25 WIB

2

Pendudukan Jepang dan Gerakan Kemerdekaan, dalam

http://idn.mofa.go.kr/worldlanguage/asia/idn/about/sejarah/pen/index.jsp diakses pada 27 Pebruari 2014 pukul 15.35 WIB

3

Hangeul merupakan bahasa atau huruf asli Korea yang diciptakan oleh raja Sejong pada tahun 1443 pada masa Dinasti Joseon


(19)

2

sehari-hari.4 Hal ini dilakukan Jepang untuk mendoktrin masyarakat Korea agar mereka mengikuti kebudayaan Jepang. Namun, masyarakat Korea tidak tinggal diam. Mereka akhirnya melawan penjajah Jepang. Perlawanan tersebut dikenal dengan Pergerakan 1 Maret yang dilaksanakan pada tahun 1919.5 Pergerakan 1 Maret ini merupakan puncak dari kemarahan masyarakat Korea, terutama para kaum-kaum terdidiknya.6 Namun, pergerakan ini gagal dan pemerintah Jepang masih menjajah Korea. Kegagalan ini disebabkan tentara Jepang yang bertindak sangat tidak manusiawi pada para masyarakat Korea yang melakukan demonstrasi, sampai membunuh ribuan jiwa. Namun, pada tahun 1945 Korea pun terlepas dari masa penjajahan dan meraih kemerdekaan.7

Pasca kemerdekaan yang diraih oleh Korea Selatan, Amerika dan Uni Soviet mulai melebarkan sayap ke semenanjung ini. Amerika dan Uni Soviet kemudian membelah semenanjung ini menjadi dua bagian, yakni dengan cara menduduki semenanjung ini di daerah Selatan dan di daerah Utara.8 Tidak hanya itu, setelah membelah semenanjung ini menjadi dua bagian, pada tahun 1948 Amerika dan Uni Soviet juga melahirkan ideologi pemerintahan yang dianut masing-masing oleh kedua negara yang terbelah

4

Sejarah, Op.Cit

5

Sejarah Korea Selatan : Macan Asia Timur, dalam

http://www.anneahira.com/sejarah.htm diakses pada 27 Pebruari 2014 pukul 15.23 WIB

6

Pendudukan Jepang dan Gerakan Kemerdekaan, Loc.Cit

7

Ibid

8

Sejarah di Balik Ketegangan Korea Utara dan Korea Selatan: Kilas Balik, dalam http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/2013-04-05/sejarah-di-balik-ketegangan-korea-utara-dan-korea-selatan-kilas-balik/1112046 (05/04/2013, 18.14 WIB) diakses pada 27 Pebruari 2014 pukul 16.13 WIB


(20)

3

ini.9 Amerika melahirkan ideologi pemerintahan demokratik bagi Korea Selatan dan Uni Soviet melahirkan ideologi pemerintahan komunis bagi Korea Utara.

Pembelahan yang terjadi di Semenanjung ini menyulut api ketegangan yang terjadi antar kedua negara. Hingga dua tahun berikutnya, ketegangan yang terjadi semakin meningkat.10 Pada tanggal 25 Juni 1950, militer dari Korea Utara menyeberangi perbatasan dan melakukan invasi atas Korea Selatan. Tindakan ini merupakan awal terjadinya perang antara Korea Utara dan Korea Selatan. Perang ini berlangsung selama tiga tahun dan memakan korban sekitar dua juta nyawa. Gencatan senjata baru terjadi pada tahun 1953.11

Setelah melewati masa tegang, kedua negara ini kemudian mulai menata kembali kehidupan politik serta perekonomiannya. Pada proses penataan kembali kehidupan politik serta ekonominya, kedua negara ini saling terkait satu dan lainnya.12 Namun, meskipun kedua negara ini saling terkait satu sama lain dalam bidang politik dan bidang ekonomi, mereka juga masih terkait perang secara “resmi”.13 Seperti yang telah dijelaskan bahwa hal ini disebabkan karena dari kedua pihak masih belum mau menandatangani perjanjian perdamaian antara kedua negara ini.

9

Sejarah Korea Selatan : Macan Asia Timur, Loc.Cit

10

Sejarah di Balik Ketegangan Korea Utara dan Korea Selatan: Kilas Balik, Loc.Cit

11

Ibid

12

Tentang Korea Selatan, dalam http://kbriseoul.kr/kbriseoul/index.php/id/2013-01-21-22-49-05/berita-terkini/26-indonesian/tentang-korea/54-tentang-korea-selatan diakses pada 27 Pebruari 2014 pukul 16.39 WIB

13


(21)

4

Meskipun begitu, usaha untuk mendamaikan kedua negara ini terus berlanjut. Hal ini bukan hanya untuk kelangsungan kehidupan kedua negara ini, tetapi juga untuk menjaga keamanan negara-negara di sekitar mereka. Karena jika konflik terus berlanjut dan Korea Utara tetap melakukan poliferasi nuklir, maka stabilitas dan keamanan regional akan terganggu dan bisa membahayakan.14 Tidak hanya pada tatanan regional saja yang diancam kedamaiannya, namun juga pada tatanan internasional.15 Hal ini dikarenakan nuklir yang dimiliki oleh Korea Utara telah menjadi isu internasional yang sangat menarik perhatian. Hal lainnya berupa keadaan Korea Selatan yang telah di dukung secara penuh oleh Amerika Serikat dengan kekuatan militer yang sudah tidak diragukan lagi di mata dunia. Ini menyebabkan mudah sekali untuk meledakkan bom peperangan yang terjadi di antara kedua negara ini.

Indonesia yang merupakan salah satu negara yang berada dalam kawasan regional benua Asia juga merasa khawatir terhadap keadaan ini. Meskipun jika dilihat secara geografis bahwa letak antara Indonesia dan Semenanjung Korea berada pada jarak yang lumayan jauh dan tidak akan memberikan dampak signifikan bagi stabilitas keamanan Indonesia sendiri.

14

Airin Aisyah, Diplomasi Konflik Semenanjung Korea, dalam

http://www.academia.edu/3743253/Diplomasi_konflik_Semenanjung_Korea diakses pada 29 Pebruari 2014 pukul 17.57 WIB

15

Mayor Pnb Taufik Nur Cahyanto, ST, Pengaruh Konflik di Semenanjung Korea Terhadap Kondisi Perekonomian, Pertahanan dan Keamanan, dalam

http://lembagakeris.net/pengaruh-konflik-di-semenanjung-korea-terhadap-kondisi-perekonomian-pertahanan-dan-keamanan-nkri/ diakses pada 28 Maret 2014 pukul 20.12 WIB


(22)

5

Sehingga jika saja perang benar terjadi antara kedua Korea ini, Indonesia tidak akan mengalami kerusakan bagi wilayahnya sendiri.

Selain itu, dari segi kultural atau kebudayaan pun Indonesia memiliki perbedaan yang cukup terlihat. Meskipun Indonesia dan Korea Selatan serta Korea Utara merupakan negara yang tergabung dalam benua Asia, namun terdapat perbedaan budaya antara negara-negara ini. Berbeda halnya dengan budaya Indonesia dan negara tetangga seperti Malaysia atau Singapura. Indonesia jelas memiliki kesamaan budaya dengan negara tetangga ini, yakni kebudayaan Melayu. Sehingga dapat dikatakan bahwa Indonesia dan negara tetangganya seperti Malaysia dan Singapura masih memiliki hubungan kekeluargaan berdasarkan kesamaan budaya tersebut. Lain halnya dengan negara di Semenanjung Korea ini. Indonesia memiliki perbedaan yang cukup terlihat, seperti halnya gaya hidup dari masing-masing masyarakat Indonesia dan negara Korea pada umumnya.16Ini membutikan bahwa dari segi kebudayaan pun tidak memberikan alasan bagi Indonesia dalam aksinya untuk menjadi mediator konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan. Maka dapat dikatakan bahwa jika saja Indonesia berhasil menyelesaikan konflik ini, tidak memberikan dampak apapun terhadap kelangsungan perkembangan budaya yang terjadi Indonesia.

Hal ini kemudian menjadi hal yang menarik untuk diteliti. Karena jika melihat secara kebudayaan dan letak geografis, Indonesia tidak

16

Muthiah Alhasany, 2011, Awas, Gaya Hidup Tak Beragama, dalam

http://m.kompasiana.com/post/read/417138/1/awas-gaya-hidup-tak-beragama.html diakses pada 30 Juni 2014 pukul 20.29 WIB


(23)

6

memiliki kepentingan untuk melakukan proses mediasi pada konflik yang terjadi ini. Jika dikaji secara realis, sebuah negara akan melakukan bantuan kepada negara lain jika dari bantuan yang diberikan tersebut akan memberikan keuntungan bagi negara itu sendiri. Tetapi pada kenyataannya, Indonesia tetap memutuskan untuk menjadi mediator konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan.17 Meskipun pada dasarnya konflik ini tidak berdampak langsung pada Indonesia.Oleh karena itu, dengan atau tidak adanya peran yang dilakukan oleh Indonesia dalam menyelesaikan konflik ini, Indonesia pun tidak mendapatkan keuntungan apa-apa.

Dari fakta yang ada inilah akhirnya penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang alasan apa yang menyebabkan Indonesia berniat untuk menjadi mediator dalam konflik yang terjadi di Semenanjung Korea. Tujuan akhir dari Indonesia dalam memediasi konflik yang terjadi antara Korea Selatan dan Korea Utara merupakan fokus utama penelitian ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merujukkan rumusan masalah yakni, “Mengapa Indonesia menawarkan untuk memediasi

konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan di Semenanjung Korea

pada tahun 2011-2014?”

17

Indonesia Siap Jembatani Penyelesaian Konflik Korea, dalam

http://news.liputan6.com/read/310260/indonesia-siap-jembatani-penyelesaian-konflik-korea (07/12/2010, 17.16 WIB) diakses pada 16 Mei 2014 pukul 21.12 WIB


(24)

7 1.3 Tujuan Penelitian

Dari penelitian ini, penelitian bertujuan untuk menjelaskan alasan atau motivasi dari Indonesia dalam penawarannya untuk memediasi konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan di Semenanjung Korea pada tahun 2011-2014.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada para akademisi untuk mengetahui sejauh mana upaya yang dilakukan oleh sebuah negara untuk membentuk sebuah tatanan dengan tujuan untuk menerapkan aturan ataupun norma-norma yang sesuai dengan keinginan negara tersebut. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi lebih bagi para pembaca tentang bagaimana kebijakan luar negeri suatu Negara dapat memberikan timbal balik yang positif maupun negatif kepada Negara tersebut. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang dapat membantu atau menjadi salah satu referensi bagi penelitian serupa di masa mendatang.

1.4.2 Manfaat Praktis

Selain dari pada itu, penelitian ini secara pribadi bagi penulis merupakan sebuah langkah untuk mengetahui motivasi apa bagi Indonesia dalam perannya untuk menjadi mediator konflik di Semenanjung Korea pada tahun 2011-2014.


(25)

8 1.5 Kajian Pustaka

1.5.1 Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini, penulis pertama-tama mempelajari penelitian-penelitian yang sudah ada, guna menghindari terjadinya kesamaan dari segi penulisan atau dari sisi penglihatan sebuah fenomena.

Penelitian pertama adalah penelitian yang diangkat oleh Angga Aditama dkk, sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada, 2012.18 Penelitian ini berjudul Konflik di Semenanjung Korea dan Pengaruhnya Terhadap Keamanan

Internasional. Penelitian ini menjelaskan tentang konflik yang terjadi di

Semenanjung Korea antara Korea Utara dan Korea Selatan memiliki dampak yang buruk bagi stabilitas keamanan baik di segi domestik maupun di dunia internasional. Konflik tersebut mempengaruhi keamanan internasional karena dalam konflik tersebut terdapat beberapa aktor yang berperan bukan hanya Korea Selatan dan Korea Utara namun Amerika Serikat sebagai pendukung Korea Selatan dan USSR-Cina sebagai pendukung Korea Utara, dimana kedua belah negara pendukung merupakan negara besar dan memiliki kepentingan tertentu terhadap masing-masing pihak. Hasil dari penelitian ini bahwa konflik Semenanjung Korea memiliki pengaruh yang cukup masif dan

18

Angga Aditama P., dkk, Universitas Gadjah Mada, 2012, Konflik di Semenanjung Korea dan Pengaruhnya Terhadap Keamanan Internasional dalam

http://rachmat.staff.ugm.ac.id/kuliah/POLINT/Kelompok5.pdf diakses pada 30 Maret 2014 pukul 21.23 WIB


(26)

9

esensial terhadap dinamika keamanan internasional. Hal ini dibuktikan dengan semakin runcingnya konflik yang melibatkan Korea Selatan dengan Korea Utara, sejak perang Semenanjung Korea tahun 1950-1953 hingga yang termutakhir ketika insiden penembakan artileri di Pulau Yeonpyeong sebagai simbol perbatasan kedua negara. Ketika usaha perdamaian yang belum menemukan titik terang, konflik kemudian kembali diperuncing dengan pengembangan proyek nuklir oleh Korea Utara yang kemudian diperkirakan menjadi perlombaan senjata antara Korea Selatan yang disokong oleh AS dengan Korea Utara yang ditengarai didukung oleh China.

Penelitian kedua yang penulis pelajari adalah penelitian yang diangkat oleh saudara Hadza Min Fadhli R. Penelitian ini berjudul Peluang Indonesia dalam Resolusi Konflik di Semenanjung Korea.19

Penelitian ini menjelaskan tentang awal mula terjadinya perang Korea secara garis besar dan upaya-upaya apa saja yang seharusnya dilakukan untuk menyelesaikan konflik di Semenanjung Korea ini. Hasil dari penelitian ini adalah dalam upaya mewujudkan Indonesia sebagai aktor yang dapat menyelesaikan kemelut di Semenanjung Korea, pemerintah Indonesia perlu mengobservasi permasalahan Korea secara komprehensif. Kemudian, setelah melakukan observasi dan menginventarisasi masalah, pemerintah Indonesia perlu menggerakkan

19

Hadza Min Fadhli R., Peluang Indonesia dalam Resolusi Konflik di Semenanjung Korea, dalam

http://www.academia.edu/6067825/Peluang_Indonesia_dalam_Resolusi_Konflik_di_Se menanjung_Korea diakses pada 28 Maret 2014 pukul 21.34 WIB


(27)

10

elemen-elemen yang berada di legislatif dan eksekutif untuk menyusun sebuah taktik diplomasi yang total dan komprehensif. Meskipun taktik tersebut akan menempuh waktu yang panjang, secara perlahan pihak-pihak yang berseteru akan menemukan kesepakatan untuk menciptakan Semenanjung Korea yang aman dan stabil.

Penelitian ketiga yang penulis pelajari adalah penelitian yang diangkat oleh saudara Airin Aisyah. Penelitian ini berjudul Diplomasi

Konflik Semenanjung Korea.20 Penelitian ini menjelaskan bahwa dalam

kasus Semenanjung Korea, diplomasi berperan penting dalam proses perdamaian dan sebagai penentu masa depan hubungan bilateral antara kedua Negara. Konflik Semenanjung Korea diawali dengan klaim kedua belah pihak atas kedaulatan diseluruh wilayah semenanjung Korea setelah kemerdekaan yang kemudian berujung kepada perng pada tahun 1950. Perang tersebut berlangsung selama tiga tahun dan diakhiri dengan pembagian semenanjung Korea, namun tidak sepenuhnya berakhir kerena perang berhenti akibat gencatan senjata dan kedua negara tidak pernah secara resmi menandatangani persetujuan perdamaian. Konflik berlanjut ketika Korea Utara melakukan poliferasi nuklir di kawasan semenanjung Korea yang mengancam stabilitas regional dan negara-negara yang berkepentingn di kawasan Asia Timur.Berbagai diplomasi dilakukan dalam kerangka six party talks yang merupakan upaya untuk menghentikan poliferasi nuklir Korea

20


(28)

11

Utara melalui negosiasi secara damai. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa solusi yang tepat dalam proses penyelesaian konflik ini adalah dengan kembali menyelenggarakan six party talks kerena

merupakan salah satu opsi negosiasi secara damai. Efektivitas perlu ditingkatkan seperti peningkatan kepercayaan antar negara anggota agar tidak ada kecurangan yang terjadi dalam kesepakatan ini. Selain itu, AS dan negara-negara lainnya harus menjamin keamanan nasional Korea Utara sehingga Korea Utara tidak merasa terancam dan merasa tidak perlu lagi melakukan poliferasi nuklir selain untuk tujuan perdamaian.

Dalam penelitian-penelitian terdahulu di atas, terdapat perbedaan serta persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Persamaan antara penelitian penulis dengan penelitian terdahulu yang tercantum di atas adalah penelitian penulis dan penelitian terdahulu yang tercantum mengangkat tema yang sama yakni tentang konflik yang terjadi antara Korea Utara dan Korea Selatan di Semenanjung Korea. Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian terdahulu yang tercantum adalah penelitian terdahulu pertama menjelaskan tentang konflik yang terjadi antara Korea Utara dan Korea Selatan yang dapat memberikan dampak ancaman bagi kawasan domestik maupun kawasan internasional.

Penelitian terdahulu kedua menjelaskan tentang peluang bagi Indonesia dan upaya apa yang harus dilakukan oleh Indonesia dalam menyelesaikan konflik di Semenanjung Korea. Penelitian terdahulu


(29)

12

ketiga menjelaskan upaya penyelesaian konflik di Semenanjung Korea adalah dengan menyelenggarakan kembali six party talks yang di

dalamnya berisi berbagai diplomasi yang di diskusikan demi menyelesaikan konflik di Semenanjung Korea ini.

Dari penjelasan tersebut sudah jelas bahwa penelitian yang dilakukan peneliti berbeda dengan penelitian-penelitian terdahulu yang telah tercantum. Penelitian ini membahas atau mengkaji tentang motivasi dibalik langkah Indonesia dalam perannya untuk menjadi mediator konflik yang terjadi antara Korea Utara dan Korea Selatan. Tabel di bawah akan menjelaskan beberapa penelitian terdahulu : Judul dan Penulis Teori dan Konsep Hasil Penelitian “Konflik di Semenanjung Korea dan Pengaruhnya Terhadap Keamanan Internasional” oleh Angga Aditama P dkk

Securtiy Dilemma-Interdependensi

Konflik Semenanjung Korea memiliki pengaruh yang cukup masif dan esensial terhadap dinamika keamanan internasional. Hal ini dibuktikan dengan semakin runcingnya konflik yang melibatkan Korea Selatan dengan Korea Utara, sejak perang Semenanjung Korea tahun 1950-1953 hingga yang termutakhir ketika insiden penembakan artileri di Pulau Yeonpyeong sebagai simbol

perbatasan kedua negara. Ketika usaha perdamaian yang belum menemukan titik terang, konflik kemudian kembali diperuncing


(30)

13

dengan pengembangan proyek nuklir oleh Korea Utara yang kemudian diperkirakan menjadi perlombaan senjata antara Korea Selatan yang disokong oleh AS dengan Korea Utara yang ditengarai didukung oleh China. “Peluang Indonesia dalam Resolusi Konflik di Semenanjung Korea” oleh Hadza Min Fadhli R

- Dalam upaya mewujudkan Indonesia sebagai aktor yang dapat

menyelesaikan kemelut di Semenanjung Korea, pemerintah Indonesia perlu mengobservasi permasalahan Korea secara komprehensif. Kemudian, setelah melakukan observasi dan

menginventarisasi masalah, pemerintah Indonesia perlu

menggerakkan elemen-elemen yang berada di legislatif dan eksekutif untuk menyusun sebuah taktik diplomasi yang total dan komprehensif. Meskipun taktik tersebut akan menempuh waktu yang panjang, secara perlahan pihak-pihak yang berseteru akan menemukan kesepakatan untuk menciptakan Semenanjung Korea yang aman dan stabil.

“Diplomasi Konflik Semenanjung

- Solusi yang tepat dalam proses penyelesaian konflik ini adalah dengan kembali menyelenggarakan


(31)

14 Korea” oleh

Airin Aisyah

six party talks kerena merupakan salah satu opsi negosiasi secara damai. Efektivitas perlu ditingkatkan seperti peningkatan kepercayaan antar negara anggota agar tidak ada

kecurangan yang terjadi dalam kesepakatan ini. Selain itu, AS dan negara-negara lainnya harus

menjamin keamanan nasional Korut sehingga Korut tidak merasa terancam dan merasa tidak perlu lagi melakukan poliferasi nuklir selain untuk tujuan perdamaian.

“Rasionalitas Tawaran Mediasi oleh Indonesia terhadap Konflik di Semenanjung Korea tahun 2011-2014” Rezim Internasional- Diplomasi Preventif- International Responsibility

Keputusan Indonesia yang bersedia untuk menjadi mediator konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan merupakan pencerminan dari konstitusi yang dimiliki oleh

Indonesia tentang perdamaian dunia. Untuk menjadi sebuah negara dengan misi perdamaian dunia bukanlah sebuah hal yang mudah. Menjadi mediator konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan merupakan salah satu langkah yang diambil oleh Indonesia, guna meningkatkan kepercayaan dari negara lain bahwa Indonesia mampu berperan dalam menyelesaikan konflik antarnegara. Hal ini memberikan dampak positif bagi Indonesia sendiri, karena


(32)

15

Indonesia dapat meningkatkan powernya sehingga Indonesia dapat menjadi sebuah rezim keamanan dengan misi perdamaian dunia.

1.5.2 Teori dan Konsep

Untuk menganalisa suatu fenomena terkait “Rasionalitas Tawaran Mediasi oleh Indonesia terhadap Konflik di Semenanjung Korea tahun 2011-2014”, dibutuhkan sebuah tatanan teori atau konsep agar penelitian mengenai fenomena tersebut lebih bersifat ilmiah. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori Rezim Internasional,

konsep Diplomasi Preventif dan konsep International Responsibility.

1.5.2.1Rezim Internasional

Rezim internasional atau juga dikenal sebagai International

Regime merupakan sebuah teori yang dicetuskan oleh Stephen D.

Krasner pada tahun 1982. Krasner mendefenisikan Rezim Internasional sebagai asas, norma, aturan dan prosedur pengambilan keputusan oleh aktor, baik implisit ataupun eksplisit.21 Krasner menyatakan definisi teori ini secara realis adalah asas, norma, aturan dan prosedur pengambilan keputusan yang mencerminkan

21

Eric Brahm, 2005, International Regimes dalam

http://www.beyondintractability.org/essay/international-regimes diakses pada 23 Juni 2014 pukul 10.20 WIB


(33)

16

kepentingan dari negara yang sangat kuat dalam sistem.22 Selain Krasner, terdapat beberapa ahli dalam bidang hubungan internasional yang memberikan defenisi terhadap teori ini.

Keohane dan Nye mendefenisikan teori rezim internasional sebagai seperangkat peraturan yang memiliki jaringan aturan-aturan, norma, dan prosedur yang mengatur secara tetap perilaku warga negaranya dan mengontrol efek-efeknya. Hedley Bull berpendapat bahwa rezim selalu melihat pada sebuah aturan dan lembaga-lembaga dalam suatu masyarakat internasional dimana aturan-aturan tersebut selalu mengacu pada prinsip-prinsip penting umum yang mewajibkan negara dan warga negaranya berperilaku seperti yang telah ditentukan.23

Krasner menyatakan bahwa dalam proses pembuatan rezim internasional, dibutuhkan lima aspek yang menjadi patokan dalam pelaksanaan dan perkembangan rezim ini. Aspek pertama yakni egoistic self-interest, yaitu keinginan untuk memaksimalkan fungsi

kegunaan milik sendiri, dimana fungsi kegunaan milik pihak lain tidak termasuk. Kedua adalah political power, dimana kekuatan ini dijadikan oleh suatu kelompok untuk melayani kebaikan bersama. Tetapi tidak jarang kekuatan ini digunakan untuk mendahulukan

22

Peer Schouten. 2012. Theory Talks Perbincangan Pakar Sedunia Tentang Teori Hubungan Internasional Abad ke-21. Yogyakarta: LP3M UMY & PPSK, hal. 145

23

Nanda P. Putri, Universitas Airlangga, 2013, Whats International Regimes? dalam

http://nandaprasetya-p--fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-73766-Rezim%20Internasional-Whats%20International%20Regimes.html diakses pada 04 Juni 2014 pukul 12.46 WIB


(34)

17

kepentingan pribadi atau kelompok dibanding dengan kepentingan umum. Ketiga adalah norms and principles, dimana dengan

kehadiran norma dan prinsip, maka sebuah rezim dapat terbentuk karena memiliki landasan dasar yakni norma itu sendiri. Keempat adalah usage and costum yakni pola perilaku yang berdasar pada

praktek nyata dan kebiasaan jangka panjang, dan kelima adalah knowledge, karena jika semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki

oleh sebuah kelompok, maka akan semakin besar kesempatan yang dimiliki oleh kelompok tersebut untuk mencampuri urusan kelompok lain.24

Dari pemaparan di atas, dapat diasumsikan bahwa motivasi Indonesia untuk menjadi mediator konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan selain untuk alasan kemanusiaan tetapi juga agar Indonesia bisa meningkatkan power yang dimiliki oleh Indonesia

sehingga Indonesia bisa mempengaruhi negara lain. Meningkatnya power yang dimiliki oleh Indonesia berasal dari apresiasi bangsa lain

terhadap apa yang dilakukan oleh Indonesia yakni berperan dalam menyelesaikan konflik dalam skala internasional. Apresiasi ini secara tidak langsung akan melahirkan kepercayaan kepada Indonesia dan akan memberikan dampak yakni meningkatnya kekuatan yang dimiliki oleh Indonesia, yang kemudian digunakan untuk mempengaruhi negara lain.

24


(35)

18

Adanya rezim internasional dianggap mempunyai kekuatan untuk mengkoordinasikan atau mengatur bagaimana sebuah negara dalam bertindak dan berperilaku. Rezim internasional harus dipahami sebagai sesuatu yang bahkan lebih dari sekedar “perjanjian sementara” (temporary agreement) yang setiap kali terjadi pergerseran dalam kekuatan ataupun kepentingan juga mengalami hal yang serupa yakni perubahan.25 Dalam mewujudkan sebuah perdamaian dunia, bukan hanya perjanjian perdamaian saja yang diperlukan untuk dapat menjamin bahwa konflik dalam skala internasional tidak akan terjadi lagi. Untuk menjaga agar dunia benar-benar terbebas dari konflik internasional, maka diperlukan sebuah sistem yang dapat menjaga perdamaian dunia di atas dari perjanjian perdamaian itu sendiri. Terbentuknya sebuah rezim internasional dapat membantu menjaga perdamaian tersebut, karena kekuatan dari rezim internasional dapat mengatur serta mengontrol perilaku negara-negara dalam kancah internasional. Hal ini merupakan pencerminan dari keinginan Indonesia dalam membentuk rezim internasional itu sendiri. Indonesia menginginkan agar dunia internasional terlepas dari belenggu konflik yang dapat membahayakan masyarakat. Oleh karena itu, Indonesia ingin membentuk rezim internasional guna menjaga perdamaian dunia.

25

International Regimes (Rezim Internasional) , dalam

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/465/jbptunikompp-gdl-dewitriwah-23213-10-babx(i-).pdf diakses pada 04 Juni 2014 pukul 12.55 WIB


(36)

19

Selain itu, dari beberapa aspek yang telah dijelaskan, penulis mengambil dua aspek yang membantu penulis dalam menganalisa tindakan yang dilakukan oleh Indonesia. Kedua aspek tersebut yakni aspek political power serta aspek norms and principles. Pertama,

penulis melihat bahwa apa yang dilakukan Indonesia untuk menjadi mediator konflik di Semenanjung Korea merupakan langkah untuk meningkatkan political power yang dimiliki Indonesia. Peningkatan aspek ini ditujukan agar Indonesia dapat memiliki kekuatan yang besar sehingga Indonesia bisa memberikan pengaruh kepada negara lain dalam rangka untuk melayani kebaikan bersama. Kedua, tindakan Indonesia ini juga untuk memenuhi norms and principles, dimana Indonesia ingin menegaskan kepada bangsa lain tentang norma keadilan serta prinsip-prinsip kemanusiaan yang menjadi landasan Indonesia untuk melaksanakan perdamaian dunia.

Secara singkat dapat dijelaskan bahwa teori rezim internasional merupakan asas, norma, aturan serta prosedur pengambilan keputusan suatu negara yang berfungsi untuk mengatur dan mengontrol perilaku negara serta masyarakat sesuai dengan aturan yang telah ditentukan. Hasil akhir dari sekumpulan asas, norma, aturan dan prosedur ini kemudian mencerminkan kepentingan dari sebuah negara yang membentuk sistem tersebut. Peneliti menggunakan teori ini untuk menjelaskan motivasi atau


(37)

20

alasan dari Indonesia dalam kepeduliannya terhadap konflik yang terjadi di Semenanjung Korea.

1.5.2.2Diplomasi Preventif

Perdamaian dunia merupakan tujuan seluruh negara di dunia agar tidak terjadi perang atau konflik yang dapat mengganggu stabilitas dan keamanan internasional. Keinginan untuk hidup berdamai dan mengubur dalam-dalam tentang menyelesaikan konflik tanpa harus melakukan kekerasan sudah menjadi tujuan utama seluruh negara dalam sistem internasional. Itulah mengapa tiga bentuk perdamaian atau yang dikenal dengan istilah peace making,

peace keeping dan peace building sangat diperlukan dunia demi

kelangsungan hidup masyarakat dunia. Hal ini berdasar pada agenda yang dikemukakan oleh sekretaris jenderal PBB, yakni Boutros Ghali.26

Agenda yang disebut sebagai “An Agenda for Peace” tersebut menjelaskan bahwa untuk menjaga perdamaian dibutuhkan adanya diplomasi preventif. Diplomasi preventif menjelaskan tentang upaya-upaya diplomatik yang dilakukan oleh pihak ketiga, guna meredam amarah dari pihak yang berkonflik agar perang dapat dihindari. Diplomasi preventif ini merujuk kepada negara-negara

26

Nurul Aini Hijriah, Universitas Airlangga, 2012, Diplomasi Preventif, dalam

http://nurul-a-h-fisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-49501-NEGOSIAS%10DAN%20DIPLOMASI-DIPLOMASI%20PREVENTIF.html diakses pada 01 April 2014 pukul 10.09 WIB


(38)

21

yang berupaya mengambil proses diplomatik untuk sedikit menjauhkan negara yang memiliki kekuasaan besar, agar negara yang terlibat dalam konflik dapat menyelesaikan masalah mereka sendiri. Aktor atau pihak ketiga yang dimaksud berupa Negara (state) dan Organisasi Internasional juga termasuk National

Government Organization (NGO).27

Diplomasi preventif memiliki dua instrumen dalam pelaksanaannya.28 Instrumen ini lebih kepada tindakan apa yang lebih cocok diambil untuk melakukan upaya penyelesaian konflik. Instrumen tersebut meliputi dua kategori, yakni :

1. Membuat langkah-langkah pencegahan pada masa damai, yang meliputi :

Early Warning, pencarian fakta konflik. Bertujuan untuk menganalisis informasi yang didapatkan untuk menjadi acuan pengambilan keputusan pada masing-masing pihak yang berkonflik.

Confidence Building, teknik pencegahan konflik dengan cara membangun hubungan baik dari kedua belah pihak. Pelaksanaan ini dapat berjalan jika kedua belah pihak menunjukan iktikad atau niat baik untuk mengurangi terjadinya konflik.

27

Ibid

28

Dra. Ranny Emilia, Mphil. 2013. Praktek Diplomasi. Jakarta: Baduose Media, hal. 84-85


(39)

22

Institutional Building, pembangunan sistem kerjasama antarnegara yang menjadi wadah untuk membicarakan persoalan yang terjadi. 2. Membuat langkah-langkah pada masa krisis, yang meliputi :

Fact Finding, pencarian fakta konflik. Bertujuan selain untuk mencari informasi yang menjadi dasar pengambilan keputusan, juga untuk mengerem terjadinya konflik. Ketika ketegangan telah memuncak, dengan mengambil waktu selama pencarian fakta konflik maka akan menahan konflik agar tidak pecah.

Good Offices, merupakan pengadaan pihak ketiga yang berfungsi sebagai mediator. Mediator disini berfungsi sebagai penengah dan fasilitator konflik yang mempersiapkan perundingan.

Crisis Management, ketika konflik sudah benar-benar tidak bisa dielakkan, maka krisis manajemmen berfungsi untuk mengurangi aksi-aksi kekerasan yang terjadi pada saar terjadinya konflik dengan cara menempatkan satuan-satuan tugas perdamaian pada setiap kawasan konflik dengan tujuan untuk mencegah bentrokan langsung antar pihak yang berkonflik atau mengatasi situasi yag bisa menaikan konflik.

Melihat dari penjelasan singkat mengenai diplomasi preventif, penulis mengambil langkah kedua dalam penyelesaian konflik yang terjadi di Semenanjung Korea ini. Hal ini didasarkan oleh dinamika yang terjadi di kawasan konflik tersebut, dimana agresi-agresi sudah sering dilakukan, sehingga dapat dikatakan


(40)

23

bahwa konflik yang terjadi di Semenanjung tersebut sudah memasuki masa krisis. Langkah tersebut yakni yang lebih merujuk kepada pihak ketiga sebagai mediator dalam sebuah konflik.

Kembali lagi ke penjelasan awal bahwa negara yang menjadi mediator adalah negara yang belum memiliki kekuasaan secara internasional serta negara yang bersikap netral dan tidak memihak. Indonesia merupakan sebuah negara yang belum memiliki kekuasaan dalam skala besar serta bersikap netral dan tidak memihak. Peneliti mengangkat konsep ini untuk membantu peneliti dalam menjelaskan tindakan-tindakan yang diambil oleh pemerintah Indonesia.

1.5.2.3International Responsibility

Konsep International Responsibility merupakan sebuah

konsep yang menjelaskan tentang masyarakat internasional yang Penyelesaian Konflik Upaya yang dilakukan :

Fact Finding

Good Offices

Crisis M anagement

Diplomasi Prevent if

Tiga aspek dalam Diplomasi Prevent if yang dapat menjaga

perdamaian :  Peace Keeping

Peace M aking


(41)

24

memiliki kewajiban berskala internasional sebagai bentuk dari perwujudan mereka sebagai bagian dari masyarakat internasional, yang mana melibatkan hak-hak serta kewajiban-kewajiban seperti yang tertera dalam hukum internasional. Standar antarnegara ini menghasilkan ajaran Grotian dalam mengevaluasi kebijakan luar negerinya yakni, menjadi warga negara yang baik dalam masyarakat internasional, menyadari bahwa negara lain memiliki hak internasional dan kepentingan yang bersifat sah yang patut dihormati, bertindak dengan itikad yang baik, patuh terhadap hukum internasional dan mematuhi hukum-hukum perang.29

Presiden Franklin Roosevelt menyatakan bahwa Nothing is more essential to the future peace of the world than continued cooperation of the nations which had to muster the force necessary to defeat the conspiracy of the Axis powers to dominate the world. While the great states have a special responsibility to enforce the peace, their responsibility is based upon the obligations resting upon all states, large and small, not to use force in international relations except in defense of law.

Pendapat tersebut menjelaskan bahwa tidak hal yang penting bagi perdamaian dunia di masa depan selain kerjasama antarnegara yang berkelanjutan yang kemudian mengerahkan kekuatan yang dibutuhkan untuk mengalahkan kekuatan Poros Tengah untuk menguasai dunia. Selain itu, saat negara-negara besar memiliki tanggungjawab untuk menghadirkan perdamaian

29

Robert Jackson and Georg Sorensen, Introduction to International Relations, 1999, OXFORD University Press, hal. 159


(42)

25

dunia, tanggungjawab tersebut berdasarkan pada kewajiban setiap negara besar maupun kecil untuk tidak menggunakan kekerasan dalam menjalani hubungan internasional kecuali untuk membela hukum.30

Konsep ini juga menjelaskan bahwa negara tidak seharusnya terisolasi atau bersifat politik otonom dan hanya bertanggungjawab atas diri mereka sendiri. Melainkan, negara harus bersifat saling terkait satu sama lain dan memiliki kedaulatan eksternal satu sama lain dengan cara pengakuan, praktek diplomasi, perdagangan dan lainnya. Pada dasarnya, negara memiliki kewajiban internasional terhadap negara lain di dunia serta masyarakat internasional yang berada di dalamnya sebagai bentuk dari hak dan kewajiban keberadaan mereka di dunia. Hal ini menjadi menjadi kewajiban setiap negara, karena hal ini juga merupakan bagian dari kewajiban domestik dalam negeri.31

Konflik yang terjadi antara Korea Utara dan Korea Selatan yang masih belum menemui titik temu dan terus meningkat mengharuskan Indonesia sebagai salah satu bagian dari dunia internasional untuk turut campur dalam menczri solusi penyelesaian konflik tersebut. Penulis menggunakan konsep ini untuk menjelaskan bentuk dari kewajiban luar negeri yang dimiliki oleh Indonesia.

30

Ibid

31


(43)

26 1.6 Metodologi Penelitian

1.6.1 Variabel Penelitian dan Level Analisa

Penelitian ini meliputi dua variabel, yakni variabel dependen (unit analisa) yang meliputi tawaran mediasi oleh Indonesia serta variabel yang kedua yakni variabel independen (unit eksplanasi) yang meliputi penjelasan tentang konflik di Semenanjung Korea.

Selanjutnya, setelah mendapatkan variabel penelitian penulis menentukan level analisa untuk memudahkan penelitian mengenai fenomena yang diangkat. Penelitian ini berada pada level analisa korelasionis. Hal ini karena unit analisa dan unit eksplanasi berada pada posisi yang sama, yakni negara dan negara.32 Unit analisa adalah tawaran mediasi oleh Indonesia yang merupakan tindakan yang diambil oleh pemerintah serta unit eksplanasi adalah konflik yang terjadi antara Korea Utara dan Korea Selatan yang merupakan dua negara yang sedang berkonflik di Semenanjung Korea.

1.6.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian eksplanatif, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Yang mana didalam prosesnya meliputi pengumpulan data, yang kemudian data tersebut disusun dan dianalisa yang bertujuan untuk menjeaskan fenomena yang diangkat dengan jalan yang sistematis.

32

Iva Rachmawati, Memahami Perkembangan Studi Hubungan Internasional (Aswaja Pressindo, 2012), hal. 12


(44)

27 1.6.3 Metode Pengumpulan Data

Melihat dari jenis penelitian yang dibuat penulis, maka penulis menggunakan cara pengumpulan data melalui teknik pengumpulan study pustaka. Yaitu melalui studi kepustakaan, dimana pengumpulan data dilakukan dengan cara memahami, mempelajari bahkan sampai mengutip teori dan konsep yang berasal dari buku, jurnal, serta internet.

1.6.4 Analisa Data

Dalam menganalisis data yang diperoleh, peneliti akan menggunakan teknik analisis secara kualitatif yakni data yang diperoleh akan dianalisis dan disajikan dalam bentuk kata-kata lisan maupun tertulis. Teknik ini bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis fakta-fakta dan data-data yang diperoleh, serta hasil-hasil penelitian baik dari hasil studi lapang maupun studi literatur untuk kemudian memperjelas gambaran hasil penelitian.

1.6.5 Ruang Lingkup Penelitian 1.6.4.1 Batasan Materi Penelitian

Agar penelitian ini berfokus pada topik penelitian, penulis membatasi materi yang akan diangkat hanya pada apa yang menjadi alasan atau motivasi bagi Indonesia dalam tawarannya untuk


(45)

28

memediasi konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan di Semenanjung Korea.

1.6.4.2 Batasan Waktu Penelitian

Pada penulisan ini, penulis memberikan batasan waktu yakni dari tahun 2011 sampai pada tahun 2014 dimana pada tahun tersebut Indonesia mulai memberikan perhatian lebih pada konflik yang terjadi di Semenanjung Korea tersebut.

1.7 Hipotesa

Keputusan Indonesia yang bersedia untuk menjadi mediator konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan merupakan pencerminan dari konstitusi yang dimiliki oleh Indonesia tentang perdamaian dunia. Untuk menjadi sebuah negara dengan misi perdamaian dunia bukanlah sebuah hal yang mudah. Menjadi mediator konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan merupakan salah satu langkah yang diambil oleh Indonesia, guna meningkatkan kepercayaan dari negara lain bahwa Indonesia mampu berperan dalam menyelesaikan konflik antarnegara. Hal ini memberikan dampak positif bagi Indonesia sendiri, karena Indonesia dapat meningkatkan powernya sehingga Indonesia dapat membentuk sebuah


(46)

29 1.8 Struktur Penulisan

BAB I Pendahuluan. Komposisi dari bab ini terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka yang terdiri atas penelitian terdahulu dan teori, metodologi penelitian yang terdiri atas variabel penelitian dan level analisa, jenis penelitian, metode pengumpulan data, analisa data, ruang lingkup penelitian, hipotesa dan sistematika penelitian.

BAB II Konflik Semenanjung Korea dan Dampaknya terhadap Stabilitas Politik Intermasional. Dalam bab ini akan dijelaskan terkait konflik yang terjadi antara Korea Utara dan Korea Selatan serta dampak yang diberikan terhadap stabilitas kawasan regional serta lingkungan internasional.

BAB III Rasionalitas Tawaran Mediasi oleh Indonesia terhadap Konflik di Semenanjung Korea tahun 2011-2014. Dalam bab ini penulis akan menganalisa kebijakan Indonesia dalam penawarannya untuk memediasi konflik yang terjadi di Semenanjung Korea.

BAB IV Penutup. Bab ini berisi kesimpulan dan saran terhadap tulisan yang telah dibuat. Kesimpulan membuktikan konsistensi atas pemaparan kasus awal pada bab I.


(1)

24

memiliki kewajiban berskala internasional sebagai bentuk dari perwujudan mereka sebagai bagian dari masyarakat internasional, yang mana melibatkan hak-hak serta kewajiban-kewajiban seperti yang tertera dalam hukum internasional. Standar antarnegara ini menghasilkan ajaran Grotian dalam mengevaluasi kebijakan luar negerinya yakni, menjadi warga negara yang baik dalam masyarakat internasional, menyadari bahwa negara lain memiliki hak internasional dan kepentingan yang bersifat sah yang patut dihormati, bertindak dengan itikad yang baik, patuh terhadap hukum internasional dan mematuhi hukum-hukum perang.29

Presiden Franklin Roosevelt menyatakan bahwa

Nothing is more essential to the future peace of the world than continued cooperation of the nations which had to muster the force necessary to defeat the conspiracy of the Axis powers to dominate the world. While the great states have a special responsibility to enforce the peace, their responsibility is based upon the obligations resting upon all states, large and small, not to use force in international relations except in defense of law.

Pendapat tersebut menjelaskan bahwa tidak hal yang penting bagi perdamaian dunia di masa depan selain kerjasama antarnegara yang berkelanjutan yang kemudian mengerahkan kekuatan yang dibutuhkan untuk mengalahkan kekuatan Poros Tengah untuk menguasai dunia. Selain itu, saat negara-negara besar memiliki tanggungjawab untuk menghadirkan perdamaian

29

Robert Jackson and Georg Sorensen, Introduction to International Relations, 1999, OXFORD University Press, hal. 159


(2)

25

dunia, tanggungjawab tersebut berdasarkan pada kewajiban setiap negara besar maupun kecil untuk tidak menggunakan kekerasan dalam menjalani hubungan internasional kecuali untuk membela hukum.30

Konsep ini juga menjelaskan bahwa negara tidak seharusnya terisolasi atau bersifat politik otonom dan hanya bertanggungjawab atas diri mereka sendiri. Melainkan, negara harus bersifat saling terkait satu sama lain dan memiliki kedaulatan eksternal satu sama lain dengan cara pengakuan, praktek diplomasi, perdagangan dan lainnya. Pada dasarnya, negara memiliki kewajiban internasional terhadap negara lain di dunia serta masyarakat internasional yang berada di dalamnya sebagai bentuk dari hak dan kewajiban keberadaan mereka di dunia. Hal ini menjadi menjadi kewajiban setiap negara, karena hal ini juga merupakan bagian dari kewajiban domestik dalam negeri.31

Konflik yang terjadi antara Korea Utara dan Korea Selatan yang masih belum menemui titik temu dan terus meningkat mengharuskan Indonesia sebagai salah satu bagian dari dunia internasional untuk turut campur dalam menczri solusi penyelesaian konflik tersebut. Penulis menggunakan konsep ini untuk menjelaskan bentuk dari kewajiban luar negeri yang dimiliki oleh Indonesia.

30

Ibid

31


(3)

26

1.6 Metodologi Penelitian

1.6.1 Variabel Penelitian dan Level Analisa

Penelitian ini meliputi dua variabel, yakni variabel dependen (unit analisa) yang meliputi tawaran mediasi oleh Indonesia serta variabel yang kedua yakni variabel independen (unit eksplanasi) yang meliputi penjelasan tentang konflik di Semenanjung Korea.

Selanjutnya, setelah mendapatkan variabel penelitian penulis menentukan level analisa untuk memudahkan penelitian mengenai fenomena yang diangkat. Penelitian ini berada pada level analisa korelasionis. Hal ini karena unit analisa dan unit eksplanasi berada pada posisi yang sama, yakni negara dan negara.32 Unit analisa adalah tawaran mediasi oleh Indonesia yang merupakan tindakan yang diambil oleh pemerintah serta unit eksplanasi adalah konflik yang terjadi antara Korea Utara dan Korea Selatan yang merupakan dua negara yang sedang berkonflik di Semenanjung Korea.

1.6.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian eksplanatif, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Yang mana didalam prosesnya meliputi pengumpulan data, yang kemudian data tersebut disusun dan dianalisa yang bertujuan untuk menjeaskan fenomena yang diangkat dengan jalan yang sistematis.

32

Iva Rachmawati, Memahami Perkembangan Studi Hubungan Internasional (Aswaja Pressindo, 2012), hal. 12


(4)

27

1.6.3 Metode Pengumpulan Data

Melihat dari jenis penelitian yang dibuat penulis, maka penulis menggunakan cara pengumpulan data melalui teknik pengumpulan study pustaka. Yaitu melalui studi kepustakaan, dimana pengumpulan data dilakukan dengan cara memahami, mempelajari bahkan sampai mengutip teori dan konsep yang berasal dari buku, jurnal, serta internet.

1.6.4 Analisa Data

Dalam menganalisis data yang diperoleh, peneliti akan menggunakan teknik analisis secara kualitatif yakni data yang diperoleh akan dianalisis dan disajikan dalam bentuk kata-kata lisan maupun tertulis. Teknik ini bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis fakta-fakta dan data-data yang diperoleh, serta hasil-hasil penelitian baik dari hasil studi lapang maupun studi literatur untuk kemudian memperjelas gambaran hasil penelitian.

1.6.5 Ruang Lingkup Penelitian

1.6.4.1 Batasan Materi Penelitian

Agar penelitian ini berfokus pada topik penelitian, penulis membatasi materi yang akan diangkat hanya pada apa yang menjadi alasan atau motivasi bagi Indonesia dalam tawarannya untuk


(5)

28

memediasi konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan di Semenanjung Korea.

1.6.4.2 Batasan Waktu Penelitian

Pada penulisan ini, penulis memberikan batasan waktu yakni dari tahun 2011 sampai pada tahun 2014 dimana pada tahun tersebut Indonesia mulai memberikan perhatian lebih pada konflik yang terjadi di Semenanjung Korea tersebut.

1.7 Hipotesa

Keputusan Indonesia yang bersedia untuk menjadi mediator konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan merupakan pencerminan dari konstitusi yang dimiliki oleh Indonesia tentang perdamaian dunia. Untuk menjadi sebuah negara dengan misi perdamaian dunia bukanlah sebuah hal yang mudah. Menjadi mediator konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan merupakan salah satu langkah yang diambil oleh Indonesia, guna meningkatkan kepercayaan dari negara lain bahwa Indonesia mampu berperan dalam menyelesaikan konflik antarnegara. Hal ini memberikan dampak positif bagi Indonesia sendiri, karena Indonesia dapat meningkatkan powernya sehingga Indonesia dapat membentuk sebuah rezim keamanan dengan misi perdamaian dunia.


(6)

29

1.8 Struktur Penulisan

BAB I Pendahuluan. Komposisi dari bab ini terdiri atas latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka yang terdiri atas penelitian terdahulu dan teori, metodologi penelitian yang terdiri atas variabel penelitian dan level analisa, jenis penelitian, metode pengumpulan data, analisa data, ruang lingkup penelitian, hipotesa dan sistematika penelitian.

BAB II Konflik Semenanjung Korea dan Dampaknya terhadap Stabilitas Politik Intermasional. Dalam bab ini akan dijelaskan terkait konflik yang terjadi antara Korea Utara dan Korea Selatan serta dampak yang diberikan terhadap stabilitas kawasan regional serta lingkungan internasional.

BAB III Rasionalitas Tawaran Mediasi oleh Indonesia terhadap

Konflik di Semenanjung Korea tahun 2011-2014. Dalam bab ini penulis

akan menganalisa kebijakan Indonesia dalam penawarannya untuk memediasi konflik yang terjadi di Semenanjung Korea.

BAB IV Penutup. Bab ini berisi kesimpulan dan saran terhadap tulisan yang telah dibuat. Kesimpulan membuktikan konsistensi atas pemaparan kasus awal pada bab I.