Diplomasi Preventif Teori dan Konsep

20 alasan dari Indonesia dalam kepeduliannya terhadap konflik yang terjadi di Semenanjung Korea.

1.5.2.2 Diplomasi Preventif

Perdamaian dunia merupakan tujuan seluruh negara di dunia agar tidak terjadi perang atau konflik yang dapat mengganggu stabilitas dan keamanan internasional. Keinginan untuk hidup berdamai dan mengubur dalam-dalam tentang menyelesaikan konflik tanpa harus melakukan kekerasan sudah menjadi tujuan utama seluruh negara dalam sistem internasional. Itulah mengapa tiga bentuk perdamaian atau yang dikenal dengan istilah peace making, peace keeping dan peace building sangat diperlukan dunia demi kelangsungan hidup masyarakat dunia. Hal ini berdasar pada agenda yang dikemukakan oleh sekretaris jenderal PBB, yakni Boutros Ghali. 26 Agenda yang disebut sebagai “An Agenda for Peace” tersebut menjelaskan bahwa untuk menjaga perdamaian dibutuhkan adanya diplomasi preventif. Diplomasi preventif menjelaskan tentang upaya-upaya diplomatik yang dilakukan oleh pihak ketiga, guna meredam amarah dari pihak yang berkonflik agar perang dapat dihindari. Diplomasi preventif ini merujuk kepada negara-negara 26 Nurul Aini Hijriah, Universitas Airlangga, 2012, Diplomasi Preventif, dalam http:nurul-a-h-fisip10.web.unair.ac.idartikel_detail-49501- NEGOSIAS10DAN20DIPLOMASI-DIPLOMASI20PREVENTIF.html diakses pada 01 April 2014 pukul 10.09 WIB 21 yang berupaya mengambil proses diplomatik untuk sedikit menjauhkan negara yang memiliki kekuasaan besar, agar negara yang terlibat dalam konflik dapat menyelesaikan masalah mereka sendiri. Aktor atau pihak ketiga yang dimaksud berupa Negara state dan Organisasi Internasional juga termasuk National Government Organization NGO. 27 Diplomasi preventif memiliki dua instrumen dalam pelaksanaannya. 28 Instrumen ini lebih kepada tindakan apa yang lebih cocok diambil untuk melakukan upaya penyelesaian konflik. Instrumen tersebut meliputi dua kategori, yakni : 1. Membuat langkah-langkah pencegahan pada masa damai, yang meliputi :  Early Warning, pencarian fakta konflik. Bertujuan untuk menganalisis informasi yang didapatkan untuk menjadi acuan pengambilan keputusan pada masing-masing pihak yang berkonflik.  Confidence Building, teknik pencegahan konflik dengan cara membangun hubungan baik dari kedua belah pihak. Pelaksanaan ini dapat berjalan jika kedua belah pihak menunjukan iktikad atau niat baik untuk mengurangi terjadinya konflik. 27 Ibid 28 Dra. Ranny Emilia, Mphil. 2013. Praktek Diplomasi. Jakarta: Baduose Media, hal. 84- 85 22  Institutional Building, pembangunan sistem kerjasama antarnegara yang menjadi wadah untuk membicarakan persoalan yang terjadi. 2. Membuat langkah-langkah pada masa krisis, yang meliputi :  Fact Finding, pencarian fakta konflik. Bertujuan selain untuk mencari informasi yang menjadi dasar pengambilan keputusan, juga untuk mengerem terjadinya konflik. Ketika ketegangan telah memuncak, dengan mengambil waktu selama pencarian fakta konflik maka akan menahan konflik agar tidak pecah.  Good Offices, merupakan pengadaan pihak ketiga yang berfungsi sebagai mediator. Mediator disini berfungsi sebagai penengah dan fasilitator konflik yang mempersiapkan perundingan.  Crisis Management, ketika konflik sudah benar-benar tidak bisa dielakkan, maka krisis manajemmen berfungsi untuk mengurangi aksi-aksi kekerasan yang terjadi pada saar terjadinya konflik dengan cara menempatkan satuan-satuan tugas perdamaian pada setiap kawasan konflik dengan tujuan untuk mencegah bentrokan langsung antar pihak yang berkonflik atau mengatasi situasi yag bisa menaikan konflik. Melihat dari penjelasan singkat mengenai diplomasi preventif, penulis mengambil langkah kedua dalam penyelesaian konflik yang terjadi di Semenanjung Korea ini. Hal ini didasarkan oleh dinamika yang terjadi di kawasan konflik tersebut, dimana agresi-agresi sudah sering dilakukan, sehingga dapat dikatakan 23 bahwa konflik yang terjadi di Semenanjung tersebut sudah memasuki masa krisis. Langkah tersebut yakni yang lebih merujuk kepada pihak ketiga sebagai mediator dalam sebuah konflik. Kembali lagi ke penjelasan awal bahwa negara yang menjadi mediator adalah negara yang belum memiliki kekuasaan secara internasional serta negara yang bersikap netral dan tidak memihak. Indonesia merupakan sebuah negara yang belum memiliki kekuasaan dalam skala besar serta bersikap netral dan tidak memihak. Peneliti mengangkat konsep ini untuk membantu peneliti dalam menjelaskan tindakan-tindakan yang diambil oleh pemerintah Indonesia.

1.5.2.3 International Responsibility