BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Paving block yang telah dibuat adalah campuran dari pasir, air, semen dengan limbah las karbit dan fly ash sebagai perekat. Dalam penelitian ini
dilakukan dua tahap, yaitu: •
Tahap pertama
paving block dibuat dengan komposisi semen, fly ash, pasir dan air. Tujuannya untuk menemukan komposisi optimum fly ash sebagai perekat pada paving
block. Dalam tahap I ini prosentase volume semen yang diganti dengan fly ash masing-masing sebesar 10 , 20 , 30 , 40 dan 50 tabel 3.1
•
Tahap kedua
Paving block dibuat dengan komposisisi semen, air, pasir dan limbah las karbit dengan komposisi optimum fly ash dari sampel tahap I. Tujuannya untuk
melihat komposisi optimum limbah karbit sebagai bahan tambahan paving block. Pada dalam tahap ini menggunakan fly ash 10 dan 20 dari volume
semen dan ditambahakan 10 , 20 , 30 , 40 dan 50 limbah karbit tabel 3.2.
Paving block yang telah dicetak dikeringkan secara alami selama 28 hari, kemudian diuji karakteristiknya. Karakteristik paving block sangat ditentukan oleh
komposisi semen, pasir dan limbah yang digunakan dan pengujian yang meliputi pengujian fisis , pengujian mekanis, dan pengujian komposisi dengan AAS
sangat berperan penting dalam menentukan karakteristiknya.
4.1 Pemanfaatan Limbah Abu Terbang Batubara fly ash untuk Pembuatan Paving Block.
Universitas Sumatera Utara
Pemanfaatan limbah abu terbang batubara fly ash untuk pembuatan paving block dapat dilihat pada pengujian sampel pada tahap I yang memiliki komposisi
semen, pasir, dan fly ash setelah dikeringkan selama 28 hari ditunjukkan pada gambar 4.1 dengan komposisi seperti tabel 3.1
14.70 14.50
13.76 11.80
9.60 6.90
6.5 7
7.5 8
8.5 9
9.5 10
10.5 11
11.5 12
12.5 13
13.5 14
14.5 15
1. 00
0. 90
0. 80
0. 70
0. 60
0. 50
Se m e n K
u a
t T
e k
a n
M P
a
Gambar 4.1 Grafik hubungan persentase semen dengan kuat tekan untuk penggunaan
fly ash 0,10, 20, 30, 30 dan 50 dari Volume Semen
Berdasarkan grafik 4.1, fly ash dapat digunakan untuk mengurangi penggunaan semen pada pembuatan paving block pada komposisisi 10 - 40
sedangkan pada komposisi 50 tidak bisa digunakan karena kuat tekan yang dihasilkan hanya 6,90 Mpa.
Berdasarkan gambar 4.1 semakin banayk fly ash yang digunakan maka kuat tekan cenderung turun hal ini disebabkan karena fly ash yang banyak
mengandung SiO
2
61,02 dan alumina 14,94 . Dalam hal ini alumina yang memiliki sifat keras tapi rapuh dan tidak daktil liat menyebabkan kuat tekan
sampel turun secara liniar.
Selanjutnya dari hasil pengujian penyerapan air sampel paving block pada tahap I yang memiliki komposisi semen, pasir, dan fly ash setelah dikeringkan
selama 28 hari ditunjukkan pada gambar 4.2 dengan komposisi seperti tabel 3.1
Universitas Sumatera Utara
8.04 8.16
8.95 9.29
9.89 9.94
8 8.5
9 9.5
10
1. 00
0. 90
0. 80
0. 70
0. 60
0. 50
Se m e n S
e ra
p a
n a
ir
Gambar 4.2 Grafik hubungan persentase semen dengan serapan air untuk penggunaan
fly ash 0,10, 20, 30, 30 dan 50 dari Volume Semen
Berdasarkan gambar 4.2, untuk variasi komposisi 10 - 50 fly ash terhadap berat semen terlihat penyerapan airnya adalah 8,16, 8,95, 9,29 , 9,89 dan
9,94. Semakin besarnya serapan air pada sampel diakibatkan karena kandungan CaO sebesar 12,15 pada fly ash dan 64,40 pada semen. Hal ini dikarenakan
CaO yang bersifat higroskopis menyerap air.
Dari hasil pengujian kuat tekan dan serapan air, berdasarkan SNI 03-0691- 1996 kuat tekan paving block pada tabel 2.3 dengan menggunakan menggunakan
fly ash 30 - 40 memenuhi standar paving kelas D dan komposisi fly ash 10 dan 20 memenuhi standar paving block kelas C. Hal ini dapat disebabkan
karena komposisi kimia dari fly ash memiliki kesamaan dengan bahan kimia penyusun semen batu kapur gamping dan lempung dan pasir.silika.
Universitas Sumatera Utara
4.2 Besar Pengaruh Abu Terbang Batubara fly ash dan Limbah las karbit terhadap Karakteristik Paving Block
4.2.1 Hasil Pengujian Fisis 4.2.1.1 Densitas
Nilai densitas sangat ditentukan oleh jumlah persentase dari material yang digunakan. Hasil pengukuran densitas paving block yang memiliki komposisi
semen, pasir, dan fly ash setelah dikeringkan selama 28 hari ditunjukkan pada gambar 4.3 dengan komposisi seperti tabel 3.1
2.34 2.25
2.29 2.15
2.12 2.03
2 2.05
2.1 2.15
2.2 2.25
2.3 2.35
2.4
1 .0
.9 .8
.7 .6
.5
s e m e n D
e n
s ity
g r
d m
3
Gambar 4.3 Grafik hubungan persentase semen dengan Densitas untuk penggunaan
fly ash 0,10, 20, 30, 30 dan 50 dari Volume Semen
Berdasarkan gambar 4.3 Dari hasil pengukuran menunjukkan bahwa densitas paving block diperoleh berkisar antara 2,03 gcm
3
– 2,25 gcm
3
. Dari hasil yang diperoleh dengan penambahan fly ash 10-50 maka nilai densitas
cenderung turun. Sebagai perbandingan densitas beton konvensional 2,4 gcm
3
Van Vlack, 2004 dan densitas dari normal Portland cement NPC adalah 3,17 gcm
3
Hanehara, 2005. Paving Block yang diproduksi P.T marelan Jaya Traso – Medan memiliki nilai densitas 2,2 gcm
3
.
Dari gambar 4.3 menunjukkan semakin banyak fly ash ditambahkan pada sampel paving block mengakibatkan densitas sampel semakin kecil, artinya akibat
pori-pori pada sampel semakin besar mengakibatkan kerapatan semakin berkurang. Hal ini dapat disebabkan karena fly ash yang mengandung CaO
12,15 yang bersifat higroskofis.
Universitas Sumatera Utara
Hasil pengukuran densitas paving block yang berbasis semen, pasir, fly ash dan limbah las karbit ditunjukkan pada gambar 4.4
2.39 2.33
2.20 2.11
1.94 2.24
2.22 2.18
2.11 1.89
1.8 1.9
2 2.1
2.2 2.3
2.4 2.5
0. 10
0. 20
0. 30
0. 40
0. 50
Las Karbit
D e
n s
it y
g r
d m
3
Matrik 1 Semen 90 ; Flash 10
Matrik 2 Semen 80 ; Flash 20
Gambar 4.4 Grafik hubungan persentase Las karbit dengan Densitas Untuk Penggunaan Fly
ash 10 dan 20 dari volume Semen dan komposisi Las karbit 10, 20, 30, 40 dan 50
Dari gambar 4.4 terlihat densitas paving block pada komposisi fly ash 10 dan 20 dari volume semen dengan penambahan limbah karbit 10-50 nilai
densitas cendrung mengalami peningkatan menjadi 1,94 gcm
3
– 2,39 gcm
3
dan 1,89 gcm
3
– 2,24 gcm
3
jika dibandingkan dengan densitas sampel paving block sebelum ditambah las karbit. Hal ini disebabkan karena berat jenis fly ash = 0,66
gcm
3
lebih kecil dari berat jenis semen = 1,04 gcm
3
dan berat jenis las karbit =0,79 gcm
3
juga lebih kecil dari berat jenis pasir = 1,41 gcm
3
.
Berdasarkan gambar 4.3 dan 4.4 disimpulkan bahwa penyebab turunnya nilai densitas dari sampel paving block dengan berbagai variasi campuran dapat
diakibatkan karena pengaruh dari limbah las karbit yang memiliki densitas lebih besar dibandingkan densitas dari fly ash maupun semen.
Universitas Sumatera Utara
4.2.1.2 Serapan air Water Absorption
Serapan air sangat dipengaruhi oleh rongga-rongga udara yang terdapat dalam sampel paving block, sedangkan rongga-rongga udara tergantung pada kualitas
pemadatan. Semakin banyak rongga berarti semakin banyak mengandung udara yang berarti semakin besar resapan air yang dialami sampel paving block dan
akhirnya sangat mempengaruhi kuat tekan paving block. Pengukuran serapan air pada sampel paving block menggunakan prinsip Archimedes. Hasil pengukuran
serapan air pada sampel paving Block yang menggunakan fly ash 10, 20, 30, 30 dan 50 dari volume semen dengan komposisi campuran seperti tabel 3.1
ditunjukkan oleh gambar 4.5
8.04 8.16
8.95 9.29
9.89 9.94
8 8.5
9 9.5
10
1. 00
0. 90
0. 80
0. 70
0. 60
0. 50
Se m e n S
e ra
p a
n a
ir
Gambar 4.5 Grafik hubungan persentase semen dengan serapan air untuk penggunaan
fly ash 0,10, 20, 30, 30 dan 50 dari Volume Semen
Berdasarkan gambar 4.5 hasil pengukuran menunjukkan bahwa penyerapan air paving block diperoleh berkisar antara 8,16 – 9,94 . Dari hasil
yang diperoleh dengan penambahan fly ash 10-50 maka nilai penyerapan air cenderung naik.
Dari grafik 4.5 menunjukkan bahwa semakin banyak kandungan fly ash maka nilai serapan air yang dihasilkan cenderung meningkat. Penyebab naiknya
serapan air karena semakin banyak ruang diantara partikel-partikel penyusunnya. Hal ini disebabkan karena kandungan CaO 12,15 pada fly ash . CaO yang
Universitas Sumatera Utara
bersifat higroskopis menyebabkan semakin banyak menggunakan fly ash maka semakin besar serapan air pada sampel
Nilai serapan air untuk sampel paving block yang menggunakan fly ash 10 dan 20 dengan komposisi campuran seperti tabel 3.2 ditunjukkan oleh
gambar 4.6
7.33 7.52
8.09 9.04
9.66 8.42
8.75 9.33
9.76 10.11
7 8
9 10
11
0. 10
0. 20
0. 30
0. 40
0. 50
las karbit Se
ra p
a n
A ir
Matrik 1 Semen 90 ; Flash 10
Matrik 2 Semen 80 ; Flash 20
Gambar 4.6 Grafik hubungan persentase Las karbit dengan Serapan air Untuk Penggunaan
Fly ash 10 dan 20 dari volume Semen dan komposisi Las karbit 10, 20, 30, 40 dan 50
Dengan penambahan limbah las karbit pada campuran semen, pasir, air dan fly ash ternyata dapat meningkatkan serapan air pada sampel paving block,
karena kandungan air pada sampel lebih diserap dengan adanya penambahan limbah las karbit. Nilai serapan air pada penggunaan fly ash 10 dan 20
dengan penambahan limbah las karbit 10-50 adalah 7,33-9,66 dan 8,42 - 10,11
Kesimpulan dari hasil pengukuran serapan air pada sampel paving block dapat dinyatakan bahwa penyebab naiknya serapan air disebabkan karena
perbedaan bentuk partikel, besarnya ukuran rata-rata ataupun luas permukaan dari limbah las karbit dibandingkan limbah fly ash dan semen, sehingga
mengakibatkan timbulnya rongga-rongga yang lebih banyak pada sampel paving
Universitas Sumatera Utara
block. Hal ini juga diakibatkan karena kandungan CaO 61.57 yang bersifat higroskofis pada limbah karbit sehingga lebih banyak menyerap air.
Dari data yang diperoleh dapat dinyatakan bahwa penambahan las karbit optimum 10 untuk fly ash 10 dan 20.
Berdasarkan SNI 03-0691-1996 pada tabel 2.3 paving block pada pencampuran fly ash 10-50 dengan penyerapan air 8,16 – 9,94 termasuk
paving block kelas C dan D. paving block dengan penambahan limbah karbit 10-50 dengan penyerapan air 7,33-10,11 termasuk dalam paving block
kelas C dan D, hanya sampel X dengan komposisi fly ash 20 dan las karbit 50 tidak memenuhi standar paving block. Artinya pada komposisi limbah karbit 50
tidak dapat digunakan sebagai pengisi pada paving block.
4.2.2 Hasil Pengujian Mekanik 4.2.2.1 Pengujian Kuat Tekan
Untuk menguji kuat tekan dari sampel paving block digunakan alat Universal Testing Mechine UTM yang mengacu pada standar SNI 03-0691-1996.
Pengujian kuat tekan dilakukan untuk menentukan kuat tekan sampel uji berbentuk kubus setelah berumur 28 hari. Hasil pengujian kuat tekan untuk
penggunaan fly ash 0, 10, 20, 30, 40 dan 50 dengan komposisi campuran seperti tabel 3.1 ditunjukkan pada gambar 4.7
14.70 14.50
13.76 11.80
9.60 6.90
6.5 7
7.5 8
8.5 9
9.5 10
10.5 11
11.5 12
12.5 13
13.5 14
14.5 15
1 .0
.9 .8
.7 .6
.5
Se m e n K
u a
t T
e k
a n
M P
a
Gambar 4.7 Grafik hubungan persentase semen dengan kuat tekan untuk penggunaan
fly ash 0,10, 20, 30, 30 dan 50 dari Volume Semen
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan gambar 4.7 hasil pengujian kuat tekan sampel paving block yang mengggunakan fly ash 10, 20, 30, 40 dan 50 menunjukkan adanya
penurunan kuat tekan yang signifikan pada prosentase semen 50. Penyebab penurunan kuat tekan disebabkan fly ash yang mengandung silika 61.02 dan
alumina 14,94. Dalam hal ini silika bila bercampur dengan air dapat meningkatkan kuat tekan beton dan alumina yang memiliki sifat keras tapi rapuh
dan tidak daktil liat menyebakan dengan penggunaan fly ash semakin banyak maka kuat tekan menurun.
Nilai maksimum untuk komposisi seperti tabel 3.1 terjadi pada prosentase semen 80 dan 90, nilai inilah yang dijadikan dasar oleh peneliti untuk
mengkombinasikan campuran semen, pasir, air dan fly ash dengan limbah las karbit untuk melihat apakah komposisi tersebut dapat menghasilkan paving block
yang baik. Nilai kuat tekan pada gambar 4.7 berkisar antara 6,90 Mpa – 14,50 M.Pa.
Hasil pengujian kuat tekan sampel paving block yang menggunakan fly ash 10 dan 20 dari volume semen dan komposisi campuran limbah las karbit
10, 20, 30, 40 dan 50 dari volume pasir seperti pada tabel 3.2 ditunjukkan pada gambar 4.8
15.48 15.09
11.60 10.47
6.98 14.5
13.96 11.64
9.37 6.7
6.5 7
7.5 8
8.5 9
9.5 10
10.5 11
11.5 12
12.5 13
13.5 14
14.5 15
15.5 16
0. 10
0. 20
0. 30
0. 40
0. 50
lim bah k arbit K
u a
t T
e k
a n
M p
a
Matrik 1 Semen 90 ; Flash 10
Matrik 2 Semen 80 ; Flash 20
Gambar 4.8 Grafik hubungan persentase Las karbit dengan kuat tekan Untuk Penggunaan Fly
ash 10 dan 20 dari volume Semen dan komposisi Las karbit 10, 20, 30, 40 dan 50
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan gambar 4.8 menunjukkan adanya peningkatan kuat tekan dari sampel paving block yang menggunakan fly ash 10 dari volume semen
dengan komposisi limbah las karbit 10 - 40 dari volume pasir, terutama pada prosentase limbah las karbit 10 dan 20. Hal ini disebabkan karena rongga-
rongga antara pasir, semen dan fly ash diisi oleh butiran-butiran limbah las karbit yang banyak mengandung CaO 61,50. Nilai kuat tekan pada penggunaan fly
ash 10 dan 20 dengan penambahan limbah las karbit 10 - 50 adalah 6,7 Mpa – 14,50 Mpa dan 6,98 Mpa - 15,48 MPa
Dari hasil pengujian kuat tekan pada sampel paving block dapat disimpulkan bahwa penurunan kuat tekan secara umum terjadi akibat adanya
penggunaan fly ash yang banyak mengandung SiO
2
61,02 dan alumina 12,15 serta limbah las karbit yang banyak mengandung CaO 61,50. Sifat silika
SiO
2
yang jika dicampur dengan air dapat meningkatkan kuat tekan pada beton, alumina Al
2
O
3
yang bersifat keras tapi rapuh dan tidak liat serta kapur CaO yang bersifat higroskofis yang menyebabkan kuat tekan semakin menurun
Berdasarkan SNI 03-0691-1996 kuat tekan paving block pada tabel 2.3 dengan menggunakan menggunakan fly ash 30 - 40 memenuhi standar paving
kelas D dan komposisi fly ash 10 dan 20 memenuhi standar paving block kelas C. sedangkan komposisi fly ash 50 kuat tekan tidak memenuhi standar
paving Block.
4.2.2.2 Pengujian Kuat Patah
Pengujian kuat patah dilakukan pada sampel paving block dalam bentuk balok berukuran 12cm x 3 cm x 3 cm. Untuk sampel yang menggunakan fly ash 0 -
50 dari volume semen dengan komposisi campuran seperti tabel 3.1 hasil pengujiannya ditunjukkan oleh gambar 4.9
Universitas Sumatera Utara
3.75 3.25
2.9 2.75
2.45 2.3
2.4 2.5
2.6 2.7
2.8 2.9
3 3.1
3.2 3.3
3.4 3.5
3.6 3.7
3.8 3.9
4
1. 0.
9 0.
8 0.
7 0.
6 0.
5
Se m e n K
u a
t P
a ta
h M
P a
Gambar 4.9 Grafik hubungan persentase semen dengan kuat Patah untuk penggunaan
fly ash 0,10, 20, 30, 30 dan 50 dari Volume Semen
Hasil pengukuran kuat patah pada sampel paving Block berbentuk balok yang menggunakan fly ash 0 - 50 dari volume semen, tampak bahwa kuat patah
tertinggi terjadi pada prosentase semen 100 dan terendah pada prosentase semen 50. Dengan penambahan fly ash kuat patah cendrung menurun karena fly
ash yang mengandung silika 61.02 dan alumina 14,94. Dalam hal ini silika bila bercampur dengan air dapat meningkatkan kuat tekan beton dan alumina yang
memiliki sifat keras tapi rapuh dan tidak daktil liat menyebakan dengan penggunaan fly ash semakin banyak maka kuat tekan menurun.
Sedangkan nilai optimum kuat patah ketika campuran menggunakan fly ash terjadi pada prosentase semen 10 dan 20. Nilai kuat patah pada gambar
4.9 berkisar antara 2,45 Mpa – 3,75 MPa.
Pada pengujian sampel paving block yang mengandung fly ash 10 dan 20 dari volume semen dan komposisi limbah las karbit 10 - 50 dari seperti
pada tabel 3.2 hasilnya ditunjukkan oleh gambar 4.10
Universitas Sumatera Utara
4.15 3.75
3.50 3.30
3.00 3.8
3.6 3.45
3.25 2.95
2.5 2.7
2.9 3.1
3.3 3.5
3.7 3.9
4.1 4.3
4.5
0. 10
0. 20
0. 30
0. 40
0. 50
limbah karbit K
u a
t P
a ta
h M
p a
Matrik 1 Semen 90 ; Flash 20
Matrik 2 Semen 80 ; Flash 20
Gambar 4.10 Grafik hubungan persentase limbah karbit dengan kuat patah Untuk Penggunaan
Fly ash 10 dan 20 dari volume Semen dan komposisi Las karbit 10, 20, 30, 40 dan 50
Dari gambar 4.10 tampak bahwa dengan penambahan limbah las karbit pada campuran semen, pasir, air dan fly ash kuat patah pada sampel paving block
mengalami peningkatan jika dibandingkan pada gambar 4.9. Nilai kuat patah pada penggunaan fly ash 10 dan 20 dengan penambahan limbah las karbit 10 -
50 adalah 2,95 Mpa – 3,80 Mpa dan 3,00 Mpa – 4,15 Mpa. Sebagai perbandingan bahwa kuat patah beton konvensional adalah 4,9 Mpa Sebayang,
2009. Paving Block yang diproduksi P.T Marelan jaya Traso Medan memiliki kuat patah 3,65 Mpa
Dari hasil pengujian kuat patah pada sampel paving block dapat disimpulkan bahwa penurunan kuat patah secara umum terjadi akibat adanya
penggunaan fly ash yang banyak mengandung SiO
2
61,02 dan alumina 12,15 serta limbah las karbit yang banyak mengandung CaO 61,50. Sifat silika
SiO
2
yang jika dicampur dengan air dapat meningkatkan kuat patah pada beton, alumina Al
2
O
3
yang bersifat keras tapi rapuh dan tidak liat serta kapur CaO yang bersifat higroskofis yang menyebabkan kuat patah semakin menurun
Universitas Sumatera Utara
4.2.2.3 Pengujian kekerasan Hardness
Hasil pengukuran kekerasan paving Block yang berbentuk kubus diperoleh data dalam bentuk grafik seperti pada gambar 4.11 dan 4.12 berikut
91 82
72.5 67.6
64.7 62.8
62 67
72 77
82 87
92
1. 00
0. 90
0. 80
0. 70
0. 60
0. 50
Se m e n K
e k
e ra
s a
n R
H N
Gambar 4.11 Grafik hubungan persentase semen dengan kekerasan untuk penggunaan
fly ash 0,10, 20, 30, 30 dan 50 dari Volume Semen
Grafik Kekerasan VS komposisi limbah karbit
67.2 69.4
71.6 75
81 79.4
81 83.7
78.7 75
67 69
71 73
75 77
79 81
83
0.1 0.2
0.3 0.4
0.5
limbah karbit K
e k
e ra
s a
n R
H N
Matrik 1 Semen 90; Flash10
Matrik 2 Semen 80 ; Flash 20
Gambar 4.12 Grafik hubungan persentase limbak karbit karbit dengan kekerasan Untuk
Penggunaan Fly ash 10 dan 20 dari volume Semen dan komposisi limbah Las karbit 10, 20, 30, 40 dan 50
Hasil pengujian kekerasan pada sampel paving block gambar 4.11 menunjukkan nilai kekerasan pada prosentase semen 80 adalah 127 BHN =
72,5 RHN dan nilai kekerasan pada prosentase semen 90 adalah 153 BHN = 82 RHN. Ketika komposisi semen, pasir, air dan fly ash dengan prosentase
10 dari volume semen ditambahkan limbah karbit pada prosentase 10, 20,
Universitas Sumatera Utara
30 dan 40 dari volume pasir gambar 4.12 kekerasan sampel tidak menunjukkan adanya kenaikan ataupun penurunan nilai kekerasan yang
signifikan, kecuali pada prosentase Limbah karbit 50 dari volume pasir nilai kekerasan meningkat menjadi 150 BHN = 82 RHN.
Kemudian pada sampel paving block pada gambar 4.12 ditambahkan lagi fly ash dengan prosentase 20 dari volume pasir sehingga penggunaan semen menjadi
80 maka tampak grafik pada prosentase limbah karbit 30 dari volume pasir kekerasan 158 BHN = 83,7 RHN nilai kekerasan mengalami peningkatan jika
dibandingkan dengan nilai kekerasan pada prosentase limbah karbit 50 dari volume pasir pada grafik 4.12. lampiran A tabel A.9. Hal ini dapat terjadi
karena dengan penambahan limbah fly ash dan limbah karbit pada adukan mortar menyebabkan pori-pori dari semen dan pasir terisi padat oleh butir-butir limbah
tersebut. Hal ini juga disebabkan karena kandungan alumina pada fly ash yang bersifat keras.
4.2.3 Uji Komposisi
Uji komposisi dilakukan untuk melihat komposisi kimia yang dikandung bahan limbah dan paving block yang paling baik komposisi optimum. Uji komposisi
dalam penelitian ini hanya pada limbah karbit, fly ash dan paving Block dengan kualitas yang paling baik . Komposisi kimia fly ash dan limbah karbit ada pada
tabel 2.2 dan 2.3. Komposisi kimia paving block yang paling baik adalah paving block dengan campuran semen 90 dan fly ash 10 dan tambahan limbah
karbit 10 . Komposisi kimia paving block tersebut adalah : •
SiO
2
71,95 •
CaO 10,89
• Al
2
O
3
3,48 •
Fe
2
O
3
6,51 Dari komposisi tersebut terlihat kandungan silika 71,95, hal inilah yang
menyebabkan paving block memiliki kuat tekan yang optimum.
Universitas Sumatera Utara
4.3 Komposisi Optimum untuk menghasilkan Paving Block yang Baik.