tentang adiponektin khususnya pada pasien SH belum banyak di Indonesia dan belum pernah dilakukan di Medan. Karena itulah penulis berminat melakukan
penelitian mengenai kadar adiponektin plasma pada penderita Sirosis Hati sesuai dengan tingkat keparahan menurut kriteria Child Pugh A, B dan C di kota
Medan.
3.2 PERUMUSAN MASALAH
a Apakah kadar adiponektin plasma meningkat pada penderita Sirosis Hati b Apakah kadar adiponektin plasma semakin meningkat sesuai dengan
tingkat keparahan Sirosis Hati
3.3 HIPOTESA
a Terdapat peninggian kadar adiponektin plasma pada penderita Sirosis Hati b Semakin berat tingkat keparahan Sirosis Hati berdasarkan kriteria Child
Pugh semakin tinggi kadar adiponektin plasma.
3.4 TUJUAN PENELITIAN
c Untuk mengetahui perbedaan kadar adiponektin plasma pada penderita Sirosis Hati sesuai dengan tingkat keparahan menurut kriteria Child Pugh
d Apakah kadar adiponektin plasma pada penderita Sirosis Hati dapat dipakai
sebagai salah satu marker untuk menilai tingkat keparahan Sirosis Hati.
Universitas Sumatera Utara
3.5 MANFAAT PENELITIAN
Dengan mengetahui kadar adiponektin plasma pada penderita Sirosis Hati sesuai tingkat keparahan menurut kriteria Child Pugh maka diharapkan
adiponektin dapat digunakan sebagai salah satu marker untuk menilai tingkat keparahan Sirosis Hati.
3.6. KERANGKA KONSEPSIONAL
SIROSIS HATI
Child Pugh A
Child Pugh B
Child Pugh C
Kadar Adiponektin?
3.7 METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Penelitian dilakukan dengan observasi klinik dengan pendekatan metode potong lintang
cross sectional study .
Universitas Sumatera Utara
2. Waktu dan tempat penelitian
Penelitian direncanakan dilakukan mulai bulan Februari 2010 sampai dengan Juli 2010 di RS Haji Adam Malik Medan, RSUD Pirngadi, rumah
sakit swasta dan praktek dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Gastroentero Hepatologi.
3. Subjek penelitian
Penderita Sirosis Hati yang rawat jalan poliklinik ataupun rawat inap di Divisi Gastroentero Hepatologi Departemen Penyakit Dalam RS H Adam
MalikRS Pirngadi Medan, serta pasien praktek Spesialis Penyakit Dalam-Konsultan Gastroentero Hepatologi di Medan.
4. Kriteria inklusi
- Penderita Sirosis Hati yang berobat jalan di poliklinik dan rawat inap Divisi Gastroentero Hepatologi Departemen Penyakit Dalam RS H
Adam Malik dan RS Pirngadi Medan, serta pasien praktek Spesialis Penyakit Dalam-Konsultan Gastroentero Hepatologi di Medan.
- Bersedia turut serta dalam penelitian dan menandatangani persetujuan tindakan medis
5. Kriteria eksklusi
a. Penderita DM b. Penderita PJK
c. Obesitas d. Penderita Penyakit Ginjal Kronis stadium
≥ 3 e. Tidak bersedia mengikuti penelitian
Universitas Sumatera Utara
6. Besar sampel
Perkiraan besar sampel : Z
α+ Zβ S
d
d 2
n =
Z α = nilai baku normal dari tabel Z yang besarnya tergantung nilai α
yang ditentukan, untuk α=0,05 maka Zα = 1,96
Z β = untuk β=0,10 maka Zβ = 1,282
S
d
= Standart deviasi perkiraan = 1,7 d = Selisih rerata kedua kelompok yang bermakna
clinical judgment =
1,0
2 n = 1,96 + 1,282 1,7
≥ 30,34 ≥ 30 1,0
Jadi jumlah sampel minimal adalah 30 orang.
7. Cara penelitian
a. Setiap pasien sirosis hati yang datang berobat jalan di poliklinik Gastroentero Hepatologi Penyakit Dalam, maupun yang dirawat inap,
dianamnese serta dilakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan ultrasonografi abdomen. Setelah memenuhi kriteria
penelitian dan diberi penjelasan, pasien ataupun keluarga dekat yang
Universitas Sumatera Utara
mewakilinya mengisi formulir persetujuan, kemudian dilakukan pemeriksaan darah rutin, albumin, bilirubin, waktu protrombin, KGD
puasa, adiponektin plasma, viral marker dan ditentukan kriteria Child Pugh.
b. Kadar adiponektin plasma diperiksa di laboratorium Prodia dengan metode ELISA dengan kit imunosorbent komersial.
8. Analisa Data
Untuk menilai adakah hubungan antara data dilakukan dengan uji Anova. Untuk menilai korelasi diantara variabel data dilakukan
dengan uji korelasi pearson jika data terdistribusi normal dan korelasi spearman jika data tidak terdistribusi normal. Nilai p0,05 dianggap
bermakna secara statistik.
9. Defenisi operasional
• Sirosis hati : penyakit hati kronik yang ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik, laboratorium dan USG Abdomen.
• Skor Child Pugh Skor ini untuk menilai cadangan fungsi hati pada pasien sirosis
hepatis yang dipublikasikan oleh Child 1964. Variabel yang digunakan adalah kadar bilirubin serum, albumin serum, asites,
gangguan neurologis dan status nutrisi. Kemudian Pugh dkk 1973 memodifikasi kriteria Child dimana variabel status nutrisi
diganti dengan waktu protrombin. Kelima variabel dibagi 3 kelompok yaitu A,B dan C yang diberi skor 1,2 dan 3 secara
Universitas Sumatera Utara
berturut-turut, sehingga total dari kriteria ini dibagi 3 tingkatan yaitu A: skor 5-6, B: skor 7-9, dan C: skor 10-15
Tabel 2. Skor Child Pugh .
dikutip dari 1
Skor 1
2 3
Serum bilirubin mgdL 2
2 – 3 3
Serum albumin mgdL 3,5
2,8 – 3,5 2,8
Ascites tidak ada
mudah sulit
dikontrol dikontrol
Gangguan neurologi tidak ada
minimal koma
lanjut Waktu protrombin detik
4 4 – 6
6 ≠ : selisih waktu protrombin dengan kontrol detik
≠
• Obesitas : Perhitungan berat badan berdasarkan Indeks Massa Tubuh IMT = BBkgTB
2
m
2
, dikatakan obesitas jika IMT ≥ 25,0
kgm
2
• Penyakit Ginjal Kronik : suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal
yang progresif, dimana klasifikasi atas dasar derajat penyakit dibuat atas dasar Laju Filtrasi Glomerulus LFG yang dihitung
berdasarkan rumus Kockroft-Gault sebagai berikut : LFG mlmnt = 140-umur x BB
72 x kreatinin Penyakit Ginjal Kronis stadium
≥ 3 jika LFG 60 mlmnt
Universitas Sumatera Utara
3.8. KERANGKA OPERASIONAL