Koefisien Kontingensi Metode Analisa

Cara memberikan interpretasi terhadap Chi-Kuadrat adalah dengan menentukan df degree of freedom atau derajat kebebasan, setelah itu berkonsultasi dengan tabel harga kritik Chi-Kuadrat dari hasil penghitungan dengan harga kritik Chi-Kuadrat, akhirnya mengambil kesimpulan dengan ketentuan: 1. Bila harga Chi-Kuadrat 2 X sama atau lebih besar dari tabel Chi-Kuadrat maka hipotesa nol H o ditolak dan hipotesa alternatif H 1 diterima 2. Bila harga Chi-Kuadrat 2 X lebih kecil dari tabel Chi-Kuadrat maka hipotesa nol H o diterima dan hipotesa alternatif H 1 ditolak. Dengan taraf nyata = 0,05 dan derajat kebebasan dk untuk distribusi Chi- Kuadrat adalah baris-1kolom-1.

2.3.2 Koefisien Kontingensi

Kegunaan tehnik koefisien kontingensi yang diberi simbol C adalah untuk mencari dan menghitung keeratan hubungan antara dua variabel yang mempunyai gejala ordinal kategori, paling tidak berjenis nominal. Cara kerja atau penghitungan koefisien kontingensi sangatlah mudah jika nilai Chi-Kuadrat sudah diketahui. Oleh karena itu biasanya para peneliti menghitung harga koefisien kontingensi setelah menemukan harga Chi-Kuadrat. Rumus untuk menghitung koefisien kontingensi adalah : N X X C h i t u n g h i t u n g + = 2 2 Keterangan: C = koefisien kontingensi 2 hitung X = hasil perhitungan Chi-Kuadrat N = banyak data

2.3.3 Metode Analisa

Dalam penelitian ini dilakukan metode analisis kualitatif dengan langkah-langkah sebagai berikut: Langkah 1: Pengumpulan data yang dilakukan penulis dengan mengadakan penelitian di kantor Poltabes Medan sekitarnya. Langkah 2: Dari data yang dianalisis, lalu disusun dalam distribusi frekuensi. Langkah 3: Dari data yang dianalisis maka dapat dibentuk daftar kontingensi frekuensi yang diamati seperti di bawah ini: Tabel 2.1 Daftar Kontingensi FAKTOR II K TARAF JUMLAH FAKTOR I B TARAF 1 2 K 1 O 11 O 12 .…. O 1K n 10 2 O 21 O 22 .…. O 2K n 20 ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. B O B1 O B2 ….. O BK n BO JUMLAH N 01 n 02 ….2. n OK n Dengan faktor I dan faktor II adalah faktor-faktor yang membentuk daftar kontingensi dengan b baris dan k kolom ij n adalah frekuensi yang diamati. ∑ = = = b i i j i b i E N 1 , . . 3 , 2 , 1 : ∑ = = = k j i j j k j E N 1 , . . 3 , 2 , 1 : Langkah 4: Tentukan frekuensi yang diharapkan dari frekuensi yang diamati. Kemudian susun tabel kontingensi dari frekuensi yang diharapkan sebagai berikut: Tabel 2.2 Daftar Kontingensi dari Frekuensi yang Diharapkan FAKTOR II K TARAF JUMLAH FAKTOR I B TARAF 1 2 K 1 E 11 E 12 .…. E 1K n 10 2 E 21 E 22 .…. E 2K n 20 ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. B E B1 E B2 ….. E BK n BO JUMLAH N 01 n 02 ….2. n OK n Dengan terbentuknya daftar frekuensi yang diamati dan daftar frekuensi yang diharapkan maka dapat ditentukan harga X 2 . Langkah 5: Untuk menghitung harga Chi-Kuadrat, perlu diperhatikan kriteria sebagai berikut: 1. Tidak boleh menggunakan data kurang dari 20 2. Frekuensi teoritis ij E minimum harus 5 setiap kotak, sebab 2 X hanya berlaku apabila ij E ≥ 5 dengan kata lain apabila 5 maka ij E tidak dapat dipertanggung jawabkan. Untuk tabel kontingensi 2x2 atau lebih dari 2x2 maka sebelum menghitung 2 X perlu diperhatikan dahulu ij E pada setiap kotak dalam tabel. Jika syarat tidak dipenuhi maka beberapa kolom atau baris perlu digabung. 3. Uji chi-kuadrat dapat digunakan jika kurang dari 20 diantara sel-sel nilai harapan mempunyai frekuensi kurang dari 5 dan tidak satu pun sel memiliki frekuensi kurang dari 1. Setelah kriteria-kriteria di atas dipenuhi maka uji 2 X dapat diterapkan. Untuk menguji apakah harga 2 X dianggap berarti pada suatu level of signifikan tertentu harus diketahui nilai kritis dari 2 X dengan menggunakan daftar pencarian harga Chi- Kuadrat yang dibandingkan dengan nilai yang diperoleh dari hasil perhitungan. Dengan membaca nilai Chi-Kuadrat yang tepat harus terlebih dahulu dipilih confidence coefficient yang akan dipakai dan degree of freedom-nya. Untuk hal yang umum derajat kebebasan ini adalah sama dengan perkalian k-1 dan b-1 atau baris dikalikan kolom. df degree of freedom= k-1b-1 Langkah 6: Hipotesa yang diajukan adalah sebagai berikut ini: O H : Tidak ada hubungan antara banyaknya tingkat lakalantas berdasarkan usia dan jenis kelamin pelaku kecelakaan lalu lintas. 1 H : Terdapat hubungan antara banyaknya tingkat lakalantas berdasarkan usia dan jenis kelamin pelaku kecelakaan lalu lintas. Maka kriteria penerimaan dan penolakan hipotesa adalah sebagai berikut: Tolak O H jika 2 hitung X ≥ 2 tabel X Terima O H jika 2 hitung X 2 tabel X Langkah 7: Selanjutnya akan ditentukan koefisien kontingensi C dengan menggunakan rumus sebagai berikut: N X X C h i t u n g h i t u n g + = 2 2 Harga C dipakai untuk nilai derajat assosiasi antar faktor-faktornya adalah dengan membandingkan harga C dengan koefisien kontingensi maksimum. Adapun harga koefisien kontingensi maksimum dihitung dengan rumus sebagai berikut: m m C m a k s 1 − = dengan m harga minimum antara b dan k atau antara jumlah baris dan kolom. Langkah 8: Dengan membandingkan C dengan maks C maka keeratan hubungan variabel I dan variabel II ditentukan oleh persentasenya. Hubungan kedua variabel ini disimbolkan dengan Q dan mempunyai nilai antara -1 dan 1. Bilamana harga Q mendekati 1 maka hubungan tambah erat dan bila Q menjauhi 1 maka hubungan kedua variabel itu semakin kurang erat. 1 0 0 x C C Q m a k s = dengan: Q : untuk menyatakan persentase derajat hubungan antara variabel I dan variabel II. C : koefisien kontingensi maks C : koefisien kontingensi maksimum Dengan ketentuan-ketentuan Davis 1971 sebagai berikut: 1. sangat erat jika Q ≥ 0,70 2. erat jika Q antara 0,50 dan 0,49 3. cukup erat jika Q antara 0,30 dan 0,49 4. kurang erat jika Q antara 0,10 dan 0,29 5. dapat diabaikan jika Q antara 0,01 dan 0,29 6. tidak ada jika Q=0,00 BAB 3 GAMBARAN UMUM LOKASI RISET

3.1 Visi dan Misi POLRI