8
2.2 PROSES DEGUMMING PADA CPO
Proses pemurnian minyak nabati pada umumnya terdiri dari 4 tahap, yaitu: a
proses pemisahan gum degumming, b
proses pemisahan asam lemak bebas netralisasi dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa atau pereaksi lainnya sehingga terbentuk
sabun, c
proses pemucatan bleaching yang merupakan proses penghilangan komponen warna coklat seperti karotenoid tokoferol, dan
d proses penghilangan bau deodorisasi yang merupakan proses
penghilangan asam lemak bebas dan komponen penyebab bau tidak sedap seperti peroksida, keton dan senyawa hasil oksidasi lemak lainnya [18].
Degumming adalah proses pemisahan gum, yaitu proses pemisahan getah atau lendir yang terdiri dari fosfolipid, protein, residu, karbohidrat, air dan resin.
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk proses pemisahan gum antara lain adalah pemanasan, penambahan asam H
3
PO
4
, H
2
SO
4
dan HCl atau basa NaOH, pemisahan gum dengan cara hidrasi dan pemisahan gum dengan
menggunakan garam seperti natrium khlorida dan natrium fosfat. Degumming biasanya dilakukan dengan cara dehidrasi gum agar bahan
nontrigliserida tersebut lebih mudah terpisah dari minyak, kemudian disusul dengan proses pemisahan yang dapat dilakukan dengan cara sentrifusi. Sedangkan
fosfatida dipisahkan dengan cara menyalurkan uap panas ke dalam CPO sehingga terpisah dari minyak, sedangkan fosfatida yang tidak larut air dapat dipisahkan
dengan penambahan asam fosfat. Asam fosfat ini dapat menginisiasi terbentuknya gumpalan sehingga mempermudah pengendapan kotoran, selain itu
penggunaannya dapat menurunkan bilangan peroksida minyak yang telah dipucatkan dan dapat meningkatkan kestabilan warna, akan tetapi semakin tinggi
kadar asam fosfat yang digunakan maka bilangan peroksida dari minyak yang telah dipucatkan akan semakin meningkat. Degumming yang menggunakan uap
panas disamping asam fosfat disebut sebagai wet degumming, sedangkan bila dilakukan tanpa menggunakan air dinamakan dry degumming [19].
9
2.3 BIODIESEL
2.3.1 Pengertian Biodiesel
Biodiesel merupakan nama yang diberikan untuk bahan bakar yang terdiri dari monoalkil ester yang dapat terbakar dengan bersih. Biodisel sebagai
bahan alternatif, mulai diteliti sebagai akibat semakin sadarnya manusia akan pencemaran yang ditimbulkan bahan bakar konvensional bahan bakar fosil
serta persediaan minyak bumi yang terus menipis. Sebagai bahan bakar yang dapat diperbaharui, biodisel mempunyai keuntungan antara lain karena mudah
digunakan memerlukan hanya sedikit atau bahkan tidak memerlukan samasekali modifikasi dari mesin diesel yang telah ada, dapat diurai alam
secara alamiah, dan dapat diproduksi secara domestik dari hasil pertanian. Dibandingkan dengan minyak solar, biodisel dapat menghasilkan jumlah
power, dan torsi yang sama dengan minyak solar dalam jumlah yang sama. Hal ini dikarenakan umumnya biodisel mempunyai nilai setana yang lebih tinggi
dari minyak solar. Selain itu, biodiesel juga mempunyai efek pelumasan yang lebih baik daripada minyak solar. Biodiesel juga sesuai dengan komponen
mesin disel emisi gas buang yang dihasilkan ternyata juga lebih baik dalam beberapa hal bila dibandingkan dengan menggunakan bahan bakar fosil [20].
Biodiesel merupakan mono alkil ester dari asam lemak rantai panjang bebas yang telah menjadi semakin menarik di seluruh dunia, karena
diperoleh dari sumber daya terbarukan, dikombinasikan dengan kinerja tinggi dan manfaat lingkungan. Dalam beberapa kali, karena kegiatan
manusia dan teknologi, dunia telah menghadapi banyak tantangan seperti pemanasan global. Tantangan-tantangan ini telah menyebabkan untuk
mencari bahan bakar alternatif yang telah mendapatkan signifikan perhatian dalam beberapa kali.
Biodiesel berasal dari trigliserida minyak nabati dan lemak hewan telah menunjukkan potensi sebagai pengganti bahan bakar diesel berbasis
minyak bumi. Bahan bakar biodiesel berasal dari tanaman, memiliki keuntungan lebih dalam emisi pembakaran, seperti rendah emisi CO,
partikulat, SOx terbakar hidrokarbon selama proses, dan sifat sebanding dengan bahan bakar berbasis minyak bumi. Biodiesel bersifat terbarukan,
biodegradable dan tidak mengandung sulfur, hidrokarbon aromatik, logam dan residu minyak mentah karena seluruhnya terbuat dari minyak nabati atau
10 lemak hewan.Emisi siklus hidup keseluruhan CO
2
dari 100 biodiesel adalah 78,45 lebih rendah daripetrodiesel. Biodiesel memiliki titik nyala
yang relatif tinggi sekitar 150
o
C yang membuatnya lebih stabil dan aman untuk transportasi dibandingkan minyak solar
[21]
. Berikut ini merupakan persyaratan kualitas biodiesel menurut SNI
tahun 2006 dapat disajikan pada tabel 2.4: Tabel 2.4 Persyaratan Kualitas Biodiesel [22]
Parameter dan Satuannya Batas Nilai
Massa jenis pada 40 °C, kgm
3
850 – 890 Viskositas kinematik pada 40 °C, mm
2
s cSt 2,3 – 6,0
Angka setana Min. 51
Titik nyala mangkok tertutup, °C Min. 100
Titik kabut, °C Maks. 18
Kororsi bilah tambaga, 3 jam, 50 °C Maks. No 3
Residu karbon, berat Maks. 0,05
- Dalam contoh asli
maks. 0,03 -
Dalam 10 ampas distilasi Air dan sedimen volume
Maks. 0,05 Temperatur distilasi 90, °C
Maks. 360 Abu tersulfatkan, berat
Maks. 0,02 Belerang, ppm-b mgkg
Maks. 100 Fosfor, ppm-b mgkg
Maks. 10 Angka asam, mg-KOHg
Maks. 0,8 Gliserol bebas, berat
Maks. 0,02 Gliserol total, berat
Maks. 0,24 Kadar ester alkil, berat
Min. 96,5 Angka iodium, g-12100 g
Maks. 115 Uji Halphen
Negatif
2.3.2 Proses Pembuatan Biodiesel
a. Secara Kimiawi Transesterifikasi secara kimia menggunakan proses katalis alkali
cukup sukses dalam mengkonversi trigleserida ke minyak biodiesel metil
11 ester. Meskipun reaksi transesterifikasi dengan katalis alkali menghasilkan
tingkat konversi yang tinggi dan waktu reaksi yang cepat namun reaksi tersebut mempunyai kekurangan yakni energi besar intensive, gliserin sulit
dipulihkan recovery, katalis dibuang dan perlu pengolahan, asam lemak bebas dan air bercampur dengan reaksi [23].
Secara umum produksi biodieselyang sekarang ini menggunakan proses transesterifikasi trigliserida. Transesterifikasi disebut juga alkoholis
atau metanolis yaitu proses penggantian alkohol ester gliserol dengan alkohol lain. Alkoholis lemak umumnya menggunakan alkohol rantai
pendek dengan katalis kimia asam atau basa atau biokatalis enzimatik. Penggunaan katalis kimia dalam proses produksi biodiesel memiliki
beberapa kelemahan, yaitu 1 memerlukan kemurnian bahan baku yang tinggi kadar asam lemak bebas kurang dari 2, 2 dapat menimbulkan
limbah cair dan biaya pemurnian produk yang tinggi dan 3 penggunaan katalis kimia dapat mengakibatkan sulitnya dilakukan proses pemisahan
katalis setelah proses. Kelemahan dari katalis kimia ini, dapat diperkecil dengan penggunaan
katalis enzim khususnya lipase. Katalis enzim memiliki beberapa kelebihan antara lain : 1 bersifat spesifik sehingga pembuatan produk samping dapat
dihindari, 2 temperatur dan tekanan rendah untuk rendah untuk proses reaksi sehingga akan berpengaruh untuk pengurangan biaya produksi
terutama utilitas, 3 katalis enzim lebih ramah lingkungan dan 4 proses pemisahan gliserol dapat dilakukan tanpa perlu dilakukan proses pemurnian
[1].
b. Secara Enzimatis Proses transesterifikasi dengan enzim cenderung mempunyai
kelebihan dalam peningkatan kuantitas dan kualitas hasil konversi minyak nabati menjadi minyak biofuelbiodiesel. Keuntungan aplikasi katalis enzim
lipase dibandingkan dengan katalis alkali dalam peningkatan kuantitas dan kualitas konversi minyak nabati ke biodiesel meliputi temperatur kerja lebih
rendah 30
o
C – 40
o
C, tanpa busa, hasil konversi metil ester tinggi, bersifat murni mudahtanpa pemurnian, gliserol mudah dipulihkan
12 recovery dan tidak terpengaruh kandungan air. Namun proses
transesterifikasi secara enzimatik masih terfokus pada kajian ekonomis sehubungan pengadaan enzim lipase yang masih relatif mahal. Produksi
enzimlipase secara mandiri asli indigenous menjadi faktor penting untuk mendukung proses transesterifikasi secara enzimatik. Beberapa enzim lipase
indigenous telah dibuat dan diaplikasikan untuk proses hidrolisis, esterifikasi dan tranesterifikasi secara enzimatik meliputi enzim ekstrak kecambah biji
wijen, dedak padi, bromelin, protease, ragi tempe [23].
2.4 ENZIM LIPASE SEBAGAI BIOKATALIS
2.4.1 Pengertian Lipase
Lipase merupakan enzim yang dapat diproduksi oleh beberapa mikroorganisme diantaranya yaitu bakteri dan jamur. Meningkatnya
ketertarikan terhadap lipase karena enzim ini dapat digunakan sebagai katalis dalam hidrolisis untuk mensintesis ester asam lemak. Aktifasi lipase
terjadi di permukaan air-lemak, yang merupakan karakteristik struktural yang unik dari kelas enzim ini. Lipase menjadi unit olgopeptida heliks yang
melindungi active site sehingga disebut pada interaksi dengan permukaan hidrofobik seperti droplet lemak, memungkinkan pergerakan seperti dalam
jalan untuk membuka active site untuk substrat [24]. Lipase merupakan kelompok enzim yang berfungsi sebagai biokatalis
hidrolisis lemak. Lipase banyak digunakan untuk konversi triasilgliserol TAG menjadi diasilgliserol DAG. Penggunaan lipase penting untuk
produksi minyak sehat healthy oil. Indonesia dengan keanekaragaman hayati tinggi berpeluang besar mengembangkan produksi lipase dari
mikroba lokal, salah satunya adalah kapang. Indonesia dengan keanekaragaman hayatinya berpeluang besar
untuk mengembangkan produksi lipase dari mikroba lokal. Eksplorasi mikroba lipolitik lokal telah banyak dilakukan, namun hingga saat ini
lipase komersial belum terdapat di pasaran. Kondisi kultur optimum untuk mikroba sumber belum ditemukan, sehingga penggunaan isolat alami
sebagai sumber lipase memiliki daya hasil yang relatif rendah. Kapang merupakan mikroba yang 80 kebutuhan substratnya dipenuhi oleh
13 makromolekul yang memiliki rantai karbon. Beberapa jenis kapang
diketahui tumbuh pada habitat yang mengandung minyak, misalnya tandan kelapa sawit. Beberapa kapang penghasil lipase antara lain adalah
Aspergillus niger, Mucor miehei, Monilia sitophila, Rhizopus delemar, dan R. javanicus [25].
2.4.2 Penggunaan Enzim Lipase sebagai Biokatalis
a. Lipase Bebas Lipase merupakan enzim yang memiliki peran yang penting dalam
bioteknologi modern. Banyak industri yang telah mengaplikasikan penggunaan enzim sebagai biokatalis. Lipase terkenal memiliki aktivitas
yang tinggi dalam reaksi hidrolisis dan dalam kimia sintesis. Lipase dapat berperan sebagai biokatalis untuk reaksi reaksi hidrolisis, esterifikasi,
alkoholisis, asidolisis and aminolisis. Candida dan Rhizopus yang merupakan organisme yang paling sering dipakai sebagai sumber sintesis
penghasil lipase [2]. Penggunaan enzim sebagai biokatalis telah memegang peranan yang
sangat penting pada industri kimia dan farmasi. Salah satu biokatalis yang potensial digunakan pada berbagai industri detergen, pangan, tekstil, pulp,
kertas dan farmasi adalah lipase.Beberapa tahun terakhir ini, lipase banyak digunakan sebagai biokatalis untuk reaksi hidrolisis atau sintesis minyak dan
lemak. Alasan utamanya adalah proses yang digunakan lebih efisien dengan selektivitas yang tinggi, kualitas yang dihasilkan lebih baik, serta ramah
terhadap lingkungan [3]. b.
Amobilisasi Lipase Sebagai biokatalis enzim lipase hanya dapat dilakukan dalam satu kali
reaksi. Salah satu cara untuk mengatasi kelemahan ini adalah dengan dilakukannya teknik immobilisasi pada enzim yang akan digunakan.
Immobilisasi enzim bertujuan untuk meningkatkan stabilitas dan produktivitas enzim tersebut sehingga lipase dapat digunakan kembali [3].
Amobilisasi lipase secara luas digunakan untuk aplikasi industri terutama untuk sintesis biodiesel. Banyak studi tentang metode amobilisasi
lipase yang telah dilakukan, diantaranya yaitu adsorpsi dalam support padat
14 dan entrapment dalam matriks polimer support. Tetapi metode adsorpsi dan
entrapment memiliki beberapa kekurangan, diantaranya yaitu enzim amobil mudah dipengaruhi oleh kondisi lingkungan karena interaksi antara enzim
dengan support sangat lemah sehingga enzim mudah lepas. Pada metode entrapment, preparasi yang dilakukan agar enzim menempel pada matriks
polimer sangat sulit dan aktifitas enzimnya cenderung rendah.Sehingga alternatif yang digunakan untuk amobilisasi enzim yaitu dengan
menggunakan metode kovalen. Metode ikatan kovalen ini memiliki beberapa keuntungan yaitu ikatan antara enzim dan support stabil sehingga
enzim tidak mudah lepas ke dalam larutan dan substrat dapat dengan mudah berinteraksi karena enzim berada pada permukaan support [3].
2.4.3 Lipozyme sebagai Biokatalis
Lipozyme adalah produk yang dihasilkan secara biologis, sangat efisien pada lemak organik. Hal ini dapat digunakan pada semua permukaan.
Lipozyme adalah produk yang sangat aman bagi pengguna [26]. Reaksi transesterifikasi dikatalisasi oleh lipase amobil di bawah suhu
tinggi cenderung mengekspos Lipozyme TL IM dengan risiko perubahan konformasi [27]. Tingkat denaturasi ireversibel untuk Lipozyme TL IM
ketika berada di bawah perlakuan panas yang berbeda dipelajari untuk menentukan waktu paruh serta kekuatan tahan panas. Inaktivasi termal
Lipozyme TL IM mungkin karena efek interaksi yang bertentangan antara molekul pelarut dengan membran-lipase sistem yang reversibel
menghasilkan perubahan konformasi pada struktur aktif lipase. Dalam transesterifikasi enzimatik dengan berbagai jenis alkohol asil seperti
metanol, 1-propanol, 2-propanol, katalis kegiatan Lipozyme TL IM sebagian besar disebarkan pada 40 ° C [28, 29]. Dengan demikian, Lipozyme TL IM
paling mendukung untuk menghasilkan FAME pada 40 ° C terlepas dari sumber minyak dan aseptor asil [30].
15
2.5 MEKANISME KERJA ENZIM
Mekanisme kerja enzim terdiri dari tahap-tahap yang ditunjukkan pada gambar 2.2 :
Gambar 2.2. Mekanisme Produksi Enzimatik FAME [31]
16 Mekanisme alkoholisis katalis esterase terdiri dari langkah-langkah berikut
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.2: a
Penambahan nukleofilik untuk membentuk enzim-substrat yang kompleks, di mana Nukleofil adalah oksigen dalam kelompok O-H pada enzim.
b Proton ditransfer dari asam konjugat dari amina ke atom oksigen alkil
substrat, dan bagian gliserol terbentuk. Jika triasilgliserida yang merupakan substrat awal, maka yang akan terbentuk adalah diasilgliserida,
sedangkan jika diasilgliserida adalah substrat, maka akan membentuk monoasilgliserida dan sebagainya.
c Atom oksigen dari molekul metanol ditambahkan ke atom karbon dari CO
dari asil enzim menengah untuk membentuk enzim-alkohol kompleks yang terasilasi.
d Atom oksigen enzim kompleks tersebut tereliminasi dan proton ditransfer
dari asam konjugat dari amina, menghasilkan metil ester asam lemak, yaitu, biodiesel. Langkah-langkah ini merupakan mekanisme Ping-Pong Bi
Bi, yang sependapat dengan sebagian besar studi kinetik sebelumnya pada reaksi esterifikasi katalis lipase asam lemak rantai panjang [31].
Mekanisme Ping Pong Bi-Bi
Gambaran tentang kinetika enzim sederhana terdiri dari satu langkah reaksi. Namun, sebagian besar reaksi enzimatik lebih rumit, seperti halnya
reaksi dalam produksi biodiesel. Reaksi-reaksi ini meliputi pengikatan substrat kedua untuk enzim serta beberapa langkah dalam mekanisme. Hal ini disebut
sebagai mekanisme ping pong bi-bi dan digambarkan pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3. Mekanisme ping pong bi-bi [32]
Gambar 2.3 menjelaskan reaksi transfer kelompok di mana satu atau lebih produk yang dibebaskan sebelum semua substrat ditambahkan di mana E=enzim,
17 A=substrat pertama, P=produk pertama, F=enzim yang stabil, B=substrat kedua,
Q=produk kedua [32]. Dalam jenis reaksi, satu atau lebih produk dibebaskan sebelum semua
substrat terikat. Sekelompok fungsional substrat pertama A terikat ke enzim untuk menghasilkan produk pertama P dan enzim kompleks yang stabil terikat erat
dengan kelompok fungsional. Pada tahap kedua reaksi, kelompok fungsional dipindahkan dari enzim oleh kedua substrat B untuk menghasilkan produk kedua
Q sehingga melepaskan bentuk asli dari enzim [32].
2.6 POTENSI EKONOMI