40 secara berlebihan maka dapat mengurangi yield yang dihasilkan sebab enzim lebih
larut dalam air dibandingkan dengan minyak. Selain itu, dapat dijelaskan bahwa aktivitas enzim setelah pemakaian IV jauh
menurun dibandingkan sebelum pemakaian dengan persen hidrolisis memperoleh total penurunan yield sebesar 78,015 dapat dilihat pada Lampiran 2.
Aktivitas enzim mengalami penurunan secara signifikan pada setiap pengulangan enzim hingga pengulangan enzim ke IV. Hal ini disebabkan oleh
inhibitor sehingga tertutupnya pori - pori pada Lipozyme yang berperan sebagai sisi aktif enzim. Yang menjadi salah satu inhibitor yaitu berupa terakumulasinya
minyak sawit yang tidak terkonversi pada pori-pori Lipozyme. Akumulasi minyak sawit pada lipozyme berupa asam oleat. Hal ini didasari oleh sifat asam oleat yang
dapat teradsorp pada pori-pori enzim terimobilisasi [52].
4.5 SIFAT FISIK DARI BIODIESEL
Adapun kualitas biodiesel menurut SNI yang diperoleh dari tabel 2.4 Tabel 4.3 Persyaratan Kualitas Biodiesel [22]
Parameter dan Satuannya Batas Nilai
Massa jenis pada 40 °C, kgm
3
850 – 890 Viskositas kinematik pada 40 °C, mm
2
s cSt 2,3 – 6,0
Gliserol bebas, berat Maks. 0,02
Gliserol total, berat Maks. 0,24
Kadar ester alkil, berat Min. 96,5
4.5.1 Analisis Kemurnian Metil Ester
Hasil kemurnian dari biodiesel yang telah dihasilkan dari penelitian ini dengan kondisi terbaik dan nilai tertinggi dikarakterisasikan untuk
membandingkan komposisi biodiesel dan sifat-sifat biodiesel yang sesuai dengan SNI untuk melihat apakah biodiesel yang diproduksi telah sesuai dengan syarat
SNI. Berdasarkan hasil analisis GC Gas Chromatography yang dilakukan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit PPKS Jl. Brigjen Katamso 51, Medan, kemurnian
metil ester yang terbaik sebesar 83,14 pada kondisi suhu reaksi 45 C, jumlah biokatalis lipozyme 30 , waktu reaksi 15 jam dan perbandingan rasio mol
41 metanol dengan minyak 3:1. Hasil analisis GC untuk setiap run ditunjukkan pada
Lampiran 5. Persentase kemurnian metil ester menggambarkan berapa banyak
trigliserida yang telah berhasil diubah menjadi metil ester melalui reaksi transesterifikasi. Selain itu, faktor yang menyebabkan rendahnya hasil kemurnian
yaitu adanya campuran produk dengan metanol, gliserol bebas dan trigliserida TG yang masih banyak sehingga belum terkonversi menjasi metil ester. Gliserol
merupakan produk samping yang dihasilkan dari reaksi transesterikasi, sehingga gliserol harus dipisahkan dari metil ester agar kemurnian metil ester yang
diperoleh cukup baik. Pada penelitian ini tidak dilakukan purifikasi atau pemisahan terhadap produk, sehingga rendahnya hasil kemurnian kemungkinan
dapat dipengaruhi oleh gliserol dan zat pengotor seperti trigliserida TG, digliserida DG, monogliserida MG dan kehilangan reaktan [53].
4.5.2 Analisis Densitas
Densitas dapat menjadi parameter keberhasilan reaksi transesterifikasi. Biodiesel dengan densitas lebih dari 0,900 gcm
3
pada 60 °F, kemungkinan merupakan hasil dari reaksi yang tidak sempurna. Densitas biodiesel seharusnya
berkisar 0.860-0.900 gcm
3
[54]. Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, diperoleh densitas biodiesel
seperti yang telah disajikan pada tabel 4.4 berikut: Tabel 4.4 Hasil Analisis Densitas Biodiesel
Jumlah Biokatalis
bb Rasio
Molar Reaktan
Suhu Percobaan
o
C Densitas Biodiesel
kgm
3
Standar SNI kgm
3
Suhu
o
C
30 1 : 3
45 866,77
840-890 40
Densitas yang diperoleh dari penelitian telah sesuai Standar Nasional Indonesia SNI. Selanjutnya densitas yang diperoleh digunakan untuk
perhitungan viskositas kinematik biodiesel.
4.5.3 Analisis Viskositas Kinematik