Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Hipotesis Tanaman Jeruk

commit to user diokulasikan karena terhambat waktu dan jarak dengan lokasi pembibitan. Penundaan ini dapat diatasi dengan menyimpan entres dalam media pembungkus agar kelembaban dan kesegaran entres dapat terjaga dengan baik Abdurahman et al., 2007.

B. Perumusan Masalah

Dalam melakukan okulasi mata tempel yang digunakan hendaknya dalam kondisi yang segar. Namun pada kenyataanya hal ini tidak dapat direalisasikan karena sering terhambat oleh jarak maupun waktu. Hal ini dapat diatasi dengan penyimpanan mata tempel pada bahan yang sesuai, agar kelembaban maupun kesegaran mata tempel tetap terjaga. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa masalah diantaranya : 1. Bagaimana pengaruh masa penyimpanan mata tempel entres terhadap pertumbuhan awal bibit jeruk secara okulasi ? 2. Bagaimana pengaruh bahan pembungkus entres terhadap pertumbuhan awal bibit jeruk secara okulasi ? 3. Bagaimana interaksi antara masa penyimpanan dan bahan pembungkus mata tempel terhadap pertumbuhan awal bibit jeruk secara okulasi ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mendapatkan masa penyimpanan mata tempel entres yang baik terhadap pertumbuhan awal bibit jeruk secara okulasi. 2. Mendapatkan bahan pembungkus mata tempel entres yang baik terhadap pertumbuhan awal bibit jeruk secara okulasi. 3. Mengetahui interaksi antara masa penyimpanan dan bahan pembungkus mata tempel terhadap pertumbuhan awal bibit jeruk secara okulasi. commit to user

D. Hipotesis

Pada penelitian ini diduga terdapat interaksi antara masa penyimpanan dan bahan pembungkus entres terhadap pertumbuhan awal bibit jeruk secara okulasi. commit to user II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Jeruk

Citrus sp. Menurut Soelarso 1996, tanaman jeruk Citrus sp. mempunyai sistematika sebagai berikut: Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Class : Dicotyledoneae Ordo : Rutales Famili : Rutaceae Genus : Citrus Spesies : Citrus sp. Tanaman jeruk dapat tumbuh dan mampu berproduksi pada lahan yang ketinggiannya kurang dari 1400 m diatas permukaan laut dengan suhu udara rata- rata tahunan antara 16-35 C dan curah hujan tahunan 800-4000 mm. Tanah yang ideal adalah yang berdrainase agak baik sampai baik. Tanaman jeruk pada umumnya toleran terhadap tanah masam pH rendah dan masih tumbuh cukup baik pada tanah yang sangat masam sampai alkalis Jayanto et al ., 2001. Ujung akar selalu terdiri dari sel-sel muda yang senantiasa membelah dan merupakan titik tumbuh akar jeruk. Keadaan sel akar ini sangat lembut, sehingga mudah sekali rusak kalau menembus tanah yang keras dan padat. Ujung akar terlindungi oleh tudung akar calyptra , yang bagian luarnya berlendir, sehingga ujung akar mudah menembus tanah. Bagian luar tudung akar ini cepat rusak aus , tetapi di dalamnya selalu ditumbuhi oleh sel-sel baru lagi. Di belakang titik tumbuh, sel-sel terbagi-bagi di bagian luarnya yang akan menjadi kulit luar. Tepat dibawah kulit luar ada kulit pertama dan ditengah-tengahnya merupakan pusat yang disebut empulur. Epidermis kulit luar terdiri dari susunan sel-sel dan di antara sel-sel itu tidak terdapat celah-celah, sebab sel-sel ini saling berhimpit AAK, 2004. commit to user Pohon jeruk yang sekarang ditanam di Indonesia berbentuk bulat dan tingginya dapat mencapai 5-15 meter. Bentuk daun bulat telur elips, panjangnya lebih kurang 5-15 cm dan lebar 2-8 cm. Ujungnya runcing sedikit tumpul dan biasanya sedikit berlekuk. Bagian tepi daun kadang-kadang bergerigi halus, tidak berbulu pada kedua permukaannya. Permukaan atas berwarna hijau tua mengilat dengan titik-titik kuning muda, permukaan bawah berwarna hijau muda sampai hijau kekuningan kusam dengan titik-titik hijau tua. Bila daun dimemarkan akan timbul bau harum khas jeruk. Tulang daun bagian bawah bila dilihat dari permukaan bawah berwarna hijau muda, mempunyai cabang berjumlah 7-15 pasang. Setelah sampai di tepi, melengkung dan bertemu menjadi satu dengan tulang daun tepi. Tangkai daun pendek, setengah bulat, bagian bawah berwarna hijau muda hijau kekuningan, bagian atas datar dengan alur, berwarna hijau tua, mempunyai sayap daun yang bentuknya bulat telur terbalik memanjang obovate- oblong , panjang 0,5-3,5 cm dan lebar 0,2-1,5 cm Pracaya, 2009. Tanaman jeruk berbunga majemuk yang keluar dari ketiak daun di ujung cabang. Bunga kecil dan bertangkai pendek dengan daun pelindung kecil serta berbau harum. Kelopak bunga bentuknya cawan bulat telur, dan tajuk bunga ada lima lembar dengan bentuk bulat telur panjang kearah pangkal disertai ujung menyempit. Putik berwarna putih bintik-bintik dan berkelenjar serta umumnya berbunga diakhir musim kering. Bakal buah bentuknya seperti bola dengan garis tengahnya 0,15-0,20 cm. Buah yang sudah jadi bentuknya agak besar, beruang antara 9-19 ruangan dengan pangkal buah adalah pendek. Buah yang sudah tua warna kulitnya ada hijau tua, hijau muda, kuning, orange dengan kulit mengkilap, licin dan penuh pori-pori Barus et al. , 2008. Buah jeruk ada yang berbentuk bulat, oval hampir bulat, atau lonjong sedikit memanjang. Tangkai buah rata-rata besar dan pendek. Kulit buah ada yang tebal dan ulet, tetapi ada juga yang tipis tidak ulet, sehingga kulit mudah dilepas. Dinding kulit buah jeruk berpori-pori. Terdapat kelenjar-kelenjar yang berisi pectin. Kadar pectin yang paling tinggi terdapat pada jeruk garut, yakni 3-3,5, lebih tinggi jika dibandingkan dengan jeruk siem dan jeruk bali. Kandungan commit to user pectin terbanyak ada di lapisan dalam kulit jeruk yang sering disebut albedo AAK, 2004. Biji jeruk harus segera disemaikan dalam keadaan masih segar. Biji jeruk tidak mengalami masa dormansi, bila kekeringanakan rusak. Temperatur optimal lebih kurang 32 o C. Dalam beberapa hari setelah disemai, biji jeruk kelihatan menggembung karena mengabsorpsi air Pracaya, 2009. Perbanyakan tanaman jeruk secara generatif dapat dilakukan dengan biji, sedangkan perbanyakan secara vegetatif dapat menggunakan cabang, batang, akar, dan daun. Cara perbanyakan yang sering dilakukan petani adalah dengan cangkok dan okulasi Sukarmin et al. , 2008. B. Perbanyakan Secara Okulasi Okulasi sering juga disebut dengan menempel, oculatie Belanda atau budding Inggris. Cara memperbanyak tanaman dengan okulasi mempunyai kelebihan jika dibandingkan dengan stek dan cangkok. Kelebihannya adalah hasil okulasi mempunyai mutu lebih baik dari pada induknya. Bisa dikatakan demikian karena okulasi dilakukan pada tanaman yang mempunyai perakartan yang baik dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit dipadukan dengan tanaman yang mempunyai rasa buah yang lezat, tetapi mempunyai perakaran kurang baik. Tanaman yang mempunyai perakaran baik digunakan sebagai batang bawah. Sedangkan tanaman yang mempunyai buah lezat diambil mata tunasnya untuk ditempelkan pada batang bawah dikenal dengan sebutan batang atas Anonim, 2010. Okulasi merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan memadukan bibit yang baik dari batang atas dan batang bawah. Pelaksanaannya akan terjadi pertautan batang atas dan batang bawah melalui proses empat tahap, yaitu pembesaran dan pembelahan sel kambium baru yang menghubungkan kambium batang atas dan batang bawah, pembentukan jaringan vaskuler yang mengalirkan nutrisi dan air dari batang bawah ke batang atas, sel kambium baru dan vaskuler baru kedalam membentuk xilem dan keluar membentuk floem Utari, 2005. commit to user Pemilihan batang atas pada okulasi ditunjukkan pada pemilihan mata tempel yang akan dipasang pada batang bawah. Penentuan cabang sebagai entres merupakan syarat pengambilan mata tempel pada tanaman yang memiliki sifat yang unggul. Mata tempel yang terletak diketiak daun yang mempunyai daun besar lebih baik dari pada yang berasal dari ketiak daun yang daunnya berukuran lebih kecil. Mata tempel yang berasal dari ranting yang terlalu muda akan memerlukan waktu yang relatif lama untuk tumbuh. Mata tempel yang baik digunakan sebagai okulasi adalah yang terletak di bagian tengah dan sedikit pangkal sedangkan bagian yang terletak di ujung tidak dapat dipakai karena masih berbentuk sudut sehingga kulit sukar dikupas Supriyanto dan Tono, 1994 cit. Nalia, 2009. Untuk memperoleh mata tempel yang mempunyai kualitas baik maka sebaiknya mata tempel ini diambil dari pohon induk yang benar-benar mempunyai kualitas yang baik pula. Syarat pohon induk yang baik yaitu bebas penyakit serta hasil dari micrografting yang berada pada pengawasan Blok Pengadaan Mata Tempel BPMT dan disertifikasi BPSB Prasetyo, 2009. Entres harus segera digunakan untuk okulasi atau untuk sambung, karena penundaan okulasi dan penyambungan yang lebih dari satu hari sejak pengambilan entres akan menurunkan persentase bibit jadi dan memperlambat pertumbuhan. Ukuran mata tempel diusahakan sama atau sedikit lebih kecil dari batang bawah. Pada saat penempelan, bagian bawah dan salah satu sisinya harus rapat dengan salah satu sisi jendela batang bawah. Mata tempel yang sudah diambil segera ditempelkan pada jendela okulasi batang bawah, kemudian diikat dengan menggunakan tali yang telah disiapkan Sumarsono et al ., 2002. Dalam okulasi, keberhasilan penempelan memerlukan kompatibilitas antara batang bawah dan mata tempel serta kemampuan mata tempel itu sendiri untuk pecah dan tumbuh. Adanya kelambatan pecah tunas pada mata tempel sering dikaitkan dengan kondisi dorman dari mata tempel di pohon induknya Evan dan Sharp, 1981 cit. Supriyanto, 1995. commit to user Masalah yang sering timbul dalam pelaksanaan teknik ini menurut Ashari 1995 adalah sukarnya kulit kayu batang bawah dibuka, terutama pada saat tanaman dalam kondisi pertumbuhan aktif, yakni pada saat berpupus atau daun- daunnya belum menua. Hal ini berkaitan dengan kondisi fisiologis tanaman. Sebaiknya okulasi dilakukan saat tanaman dalam kondisi dorman. Budding dapat menghasilkan sambungan yang lebih kuat, terutama pada tahun-tahun pertama daripada metode grafting lain karena mata tunas tidak mudah bergeser. Dalam perbanyakan secara okulasi, batang bawah jeruk yang sering digunakan adalah batang bawah Rough Lemon dan Japanese Citroen . Kedua kultivar ini dipilih karena berbagai macam keunggulan yang dimiliki. Selain itu ada juga varietas lain yang cukup menjanjikan dan telah banyak digunakan di luar negeri, diantaranya : Flying Dragon, Citumelo, Volkameriana dan Rangpur Lime Susanto et al. , 2004. Menurut Soegondo 1996 cit. Lukman 2004 bahwa keberhasilan penyambungan bibit ditentukan oleh kondisi tanaman umur, besar, kesegaran dan pertumbuhan batang bawah dan batang atas entres serta curah hujan dan kelembaban di sekitar pembibitan. Lama penyimpanan dan media penyimpanan batang atas sebelum dilakukan penyambungan juga berpengaruh dalam keberhasilan, selain itu tingkat ketrampilan dari teknisi juga menentukan tingkat keberhasilan. Penggunaan batang bawah yang beragam dapat mempengaruhi keserasian dengan batang atas sehingga kualitas buah yang dihasilkan beragam, dan akibatnya sulit bersaing di pasar internasional. Dari delapan sifat mutu jeruk yang diamati, hanya warna kulit buah dan kadar air buah yang tidak dipengaruhi oleh batang bawah. Batang bawah yang baik adalah batang bawah yang serasi dengan batang atas, terutama dari varietas komersial. Ketidakserasian antara batang atas dan batang bawah dapat terjadi dengan gejala antara lain pertumbuhan vegetatif terhambat, pertumbuhan batang bawah dan batang atas terlalu cepat, daun menguning pada akhir pertumbuhan dan tanaman mati sebelum waktunya Martias et al. , 1997. commit to user Menurut Hartman dan Davis, Jr 1990 cit. Mansyah 1998 menyatakan bahwa mekanisme kompatibilitas harus dilihat berdasarkan sifat fisiologi, biokimia dan sistem anatomi secara bersamaan. Cadangan nutrisi batang bawah lebih menentukan keberhasilan okulasi atau penyambungan daripada nutrisi yang dikandung oleh entres. Okulasi dua tanaman yang serasi akan menghasilkan tanaman yang kuat dan berumur panjang. Tingkat keberhasilan okulasi dapat mencapai 100 apabila pemeliharaan atau perawatan selama okulasi dan setelah pemangkasan batang bawah sangat diperhatikan. Selain perawatan atau pemeliharaan, keberhasilan okulasi juga dipengaruhi oleh keserasian batang atas dan bawah, umur, kemampuan mata tempel untuk pecah dan tumbuh, iklim, dan keterampilan teknis okulator itu sendiri Suryana, 2000.

C. Penyimpanan Entres