Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Cara Kerja Penelitian

commit to user 11 III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan bulan Januari sampai Mei 2011, bertempat di Dukuh Tunggul Kalang , Jantiharjo, Karanganyar dengan ketinggian tempat ± 350 mdpl.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah : 1. Batang bawah tanaman jeruk Japanese Citroen JC yang didapat dari tempat pembibitan buah, Purworejo. 2. Batang atas mata tempel varietas Siem yang didapat dari BPMT Kebun Benih Hortikultura Salaman 3. Alumunium foil, berfungsi untuk menahan penurunan daya tumbuh entres. 4. Pelepah pisang, mengandung banyak air dan rongga udara sehingga dapat menghambat masuknya panas dari luar ke dalam entres. 5. Irisan temulawak, berfungsi sebagai fungisida nabati sehingga dapat mencegah adanya hama atau cendawan pada entres agar tidak menyebabkan busuk. 6. Pupuk kandang kotoran kambing 7. Pestisida, berupa insektisida Decis 2,5 EC dan fungisida Dithane M-45 yang berfungsi untuk mengendalikan hama dan penyakit. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Pisau okulasi, untuk menyayat kulit kayu dan mengambil mata tunas 2. Gunting pangkas, untuk memotong cabang dari pohon induk untuk batang atas dan untuk memangkas. 3. Plastik, untuk mengikat batang atas mata tunas dengan kayu batang bawah agar menempel, tidak kekeringan dan tidak terkena air agar tidak busuk. 4. Polybag commit to user 12

C. Cara Kerja Penelitian

1. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan percobaan faktorial dalam rancangan dasar Rancangan Acak Lengkap RAL dengan 2 faktor perlakuan. Faktor pertama adalah masa simpan entres S yang terdiri dari 4 taraf yaitu 0 hari S , 1 hari S 1 , 2 hari S 2 dan 3 hari S 3 . Faktor kedua adalah bahan pembungkus entres P yang terdiri dari 3 taraf yaitu aluminium foil P 1 , pelepah pisang P 2 dan irisan temulawak P 3 . Dengan demikian terdapat 12 kombinasi perlakuan, masing-masing diulang 3 kali. Kombinasi perlakuan tersebut adalah : S P 1 : entres tanpa disimpan dibungkus alumunium foil S P 2 : entres tanpa disimpan dibungkus pelepah pisang S P 3 : entres tanpa disimpan dibungkus dengan irisan temulawak S 1 P 1 : entres disimpan 1 hari dibungkus alumunium foil S 1 P 2 : entres disimpan 1 hari dibungkus pelepah pisang S 1 P 3 : entres disimpan 1 hari dibungkus dengan irisan temulawak S 2 P 1 : entres disimpan 2 hari dibungkus alumunium foil S 2 P 2 : entres disimpan 2 hari dibungkus pelepah pisang S 2 P 3 : entres disimpan 2 hari dibungkus dengan irisan temulawak S 3 P 1 : entres disimpan 3 hari dibungkus alumunium foil S 3 P 2 : entres disimpan 3 hari dibungkus pelepah pisang S 3 P 3 : entres disimpan 3 hari dibungkus dengan irisan temulawak 2. Tata Laksana Penelitian a. Penyiapan Batang Bawah Batang bawah yang digunakan adalah jeruk Japanese citroen yang telah berumur ± 6 bulan. Batang bawah ini ditanam pada polybag dengan ukuran 20 cm x 15 cm yang berisi media tanam campuran dari tanah dan pupuk kandang kambing dengan perbandingan 1:1. commit to user 13 b. Penyiapan Batang Atas Untuk batang atas dalam penelitian ini digunakan jeruk varietas Siem yang telah berumur ± 5 tahun. Batang atas ini harus sehat serta bebas dari penyakit. Entres batang atas ini dipotong 30 cm dari pucuk tanaman yang terkena sinar matahari, kemudian daunnya dirompes dan dibungkus sesuai perlakuan. Penyimpanan dengan aluminium foil dan pelepah pisang dilakukan dengan membungkus batang secara langsung, sedangkan penyimpanan dengan irisan temulawak dilakukan dengan mengiris-iris temulawak terlebih dahulu selanjutnya dimasukkan ke dalam plastik beserta dengan entres. Untuk lama penyimpanan disesuaikan dengan perlakuan yang telah ditentukan dan kemudian ditempatkan pada tempat yang agak lembab dan terbuka. Setelah itu, entres yang sudah diperlakukan tersebut siap untuk ditempelkan pada batang bawah. c. Pelaksanaan Okulasi Okulasi dilakukan pada pagi hari antara jam 07.00-11.00, karena saat tersebut tanaman sedang aktif berfotosintesis sehingga kambium tanaman juga dalam kondisi aktif dan optimum. Sedangkan jika dilaksanakan diatas jam 12.00 siang daun sudah mulai layu. Tetapi hal ini bisa diatasi dengan menempel di tempat yang teduh, terhindar sinar matahari secara langsung. Metode okulasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan metode Forkert, yaitu batang bawah yang telah tersedia diiris melintang lebar 6-12 mm. Kemudian diiris ke bawah pada kedua ujungnya, kulit diangkat sedikit saja, lalu ditarik ke bawah sepanjang 20-30 mm, sehingga akan berbentuk lidah kemudian dipotong dan disisakan seperempat bagian. Mata tempel dari entres yang telah tersedia, dengan ukuran lebar 5-11 mm dan panjang 20-25 mm. Kemudian disisipkan di antara lidah dan kayu batang pokok. Selanjutnya diikat dengan tali plastik yang telah disiapkan. Pengikatan ini dimulai dari bagian bawah ke atas agar pada saat commit to user 14 hujan ataupun penyiraman, air tidak masuk kedalam okulasian. Ikatan plastik pada okulasian ini dibuka 3 minggu setelah okulasi. Mata tunas yang berwarna hijau menandakan bahwa okulasi berhasil jadi. Setelah itu, untuk mempercepat tumbuhnya tunas pada mata tempel dilakukan pemotongan ujung batang bibit. Setengah bagian batang bawah sejauh 3-5 cm diatas tempat okulasi dikerat secara hati-hati kemudian dilengkungkan lopping. Lopping ini dilakukan ketika tunas okulasi sudah membentuk 4 daun. d. Pemeliharaan Tanaman Pemeliharaan yang dilakukan agar bibit okulasi dapat tumbuh dengan baik yaitu: · Penyiraman Bibit tanaman jeruk pada dasarnya membutuhkan cukup air. Penyiraman dilakukan secara kontinyu 2-3 hari sekali, dengan disiram tanahnya disekitar bibit hingga cukup basah. Menurut Supriyanto et al 2000 cit. Santoso et al. 2009 bahwa tanaman yang ditempel, cangkok ataupun sambung mengalami pelukaan sehingga memerlukan makanan, air dan perawatan yang lebih untuk pertumbuhannya. · Penyiangan Penyiangan dengan menghilangkan gulma disekitar tanaman. Gulma dapat menjadi vektor bagi hama dan penyakit. Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan tangan. Penyiangan dilakukan pagi hari, dimana tanah masih dalam kondisi yang lembab sehingga dapat memudahkan penyiangan. · Pemupukan Pemupukan dilakukan dengan urea sebanyak 15 gtanaman. Pemupukan pertama dilakukan pada waktu tanaman berumur 1 bulan setelah okulasi, dengan cara menaburkan secara commit to user 15 merata disekitar tanaman. Untuk selanjutnya kegiatan pemupukan ini dilakukan setiap dua minggu sekali. · Wiwilan Wiwilan dilakukan setiap dua minggu sekali. Wiwilan dilakukan untuk memacu pertumbuhan mata entres. · Pengendalian Hama dan Penyakit Hama yang menyerang yaitu ulat. Hama tersebut dapat dikendalikan dengan cara disemprot dengan insektisida atau secara manual dengan mengambil hama tersebut kemudian dimusnahkan. Insektisida yang digunakan untuk mengendalikan hama pada penelitian ini yaitu Decis 2,5 EC dengan dosis 3 cc3 ml. Salah satu kelemahan dari batang bawah jenis Japanese citroen yaitu daunnya mudah terserang penyakit scab kudis yang ditandai dengan adanya bintil-bintil kuning menonjol pada daun. Pada penelitian ini diduga terdapat indikasi penyakit tersebut. Oleh karena itu, untuk mencegah penularan penyakit ini dilakukan penyemprotan dengan fungisida jenis Dithane M-45 konsentrasi 0,1-0,2. 3. Variabel Pengamatan Variabel pengamatan yang diamati dalam penelitian ini adalah : a. Persentase keberhasilan okulasi jadi Pengamatan keberhasilan okulasi jadi ini diamati saat membuka plastik okulasi dari mata tempel yaitu 3 minggu setelah okulasi. Bibit jadi ditandai dengan tunas okulasi yang berwarna hijau ketika dilukai. Persentase okulasi jadi = jumlah okulasi jadi jumlah seluruh bibit b. Waktu pecah tunas Saat pecah mata entres dihitung dari hari saat pelaksanaan okulasi sampai pecah mata entres. Kriteria pecah mata entres x 100 commit to user 16 dilihat dari saat kuncup mata entres okulasi yang tadinya ditutupi oleh dua kelopak berwarna kecokelatan telah membuka. c. Panjang tunas Panjang tunas okulasi diukur dari pangkal tunas okulasi sampai pangkal daun terakhir. Pengukuran dilakukan pada umur 3 bulan setelah okulasi. d. Jumlah daun Dilakukan dengan menghitung jumlah daun pada mata tempel yaitu pada umur 3 bulan setelah okulasi. e. Persentase okulasi tumbuh Dilakukan dengan menghitung persentase okulasi tumbuh diakhir penelitian. Persentase okulasi tumbuh = jumlah okulasi tumbuh jumlah seluruh bibit 4. Analisis Data Data hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam pada taraf 5, kemudian jika terdapat beda nyata dilanjutkan dengan uji jarak Duncan DMRT pada taraf 5. Sebelum dianalisis dengan sidik ragam, data yang diperoleh terlebih dahulu ditransformasi tujuannya agar hasil analisis lebih tepat. Untuk data-data yang banyak nilai 0 maka dilakukan transformasi akar kuadrat sedangkan untuk data-data dengan nilai-nilai yang kecil seperti 0, dilakukan transformasi logaritma. x 100 commit to user IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan sidik ragam pada semua variabel pengamatan Tabel 1 diketahui bahwa perlakuan masa penyimpanan dan bahan pembungkus entres tidak berbeda nyata terhadap semua variabel pengamatan yaitu persentase okulasi jadi, waktu pecah tunas, panjang tunas, jumlah daun serta persentase okulasi tumbuh. Perlakuan masa penyimpanan dan bahan pembungkus entres ini juga tidak terdapat adanya interaksi pada semua variabel. Tabel 1. Sidik ragam pengaruh masa penyimpanan dan bahan pembungkus entres terhadap pertumbuhan okulasi jeruk Sumber jadi Waktu pecah Panjang tunas Jumlah daun tumbuh S ns ns ns ns ns P ns ns ns ns ns SP ns ns ns ns ns Keterangan : S = Masa simpan, P = Pembungkus, SP = interaksi, ns = tidak berbeda nyata pada uji F 5.

A. Persentase Okulasi Jadi