commit to user
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan sidik ragam pada semua variabel pengamatan Tabel 1 diketahui bahwa perlakuan masa penyimpanan dan bahan pembungkus entres
tidak berbeda nyata terhadap semua variabel pengamatan yaitu persentase okulasi jadi, waktu pecah tunas, panjang tunas, jumlah daun serta persentase okulasi
tumbuh. Perlakuan masa penyimpanan dan bahan pembungkus entres ini juga tidak terdapat adanya interaksi pada semua variabel.
Tabel 1. Sidik ragam pengaruh masa penyimpanan dan bahan pembungkus entres terhadap pertumbuhan okulasi jeruk
Sumber jadi
Waktu pecah
Panjang tunas
Jumlah daun
tumbuh S
ns ns
ns ns
ns P
ns ns
ns ns
ns SP
ns ns
ns ns
ns Keterangan : S = Masa simpan, P = Pembungkus, SP = interaksi, ns = tidak
berbeda nyata pada uji F 5.
A. Persentase Okulasi Jadi
Keberhasilan okulasi jadi dapat dilihat 3 minggu setelah pelaksanaan okulasi penempelan, yaitu dengan membuka plastik ikatan okulasi dan diamati
mata tempelnya. Jika mata tempel berwarna hijau dan tampak segar, tidak kering dan patah maka dapat dikatakan okulasi tersebut berhasil. Namun, jika pada mata
tempel berwarna cokelat dan kering okulasi tersebut gagal. Tabel 2. Rata-rata okulasi jadi pada kombinasi perlakuan masa penyimpanan dan
bahan pembungkus entres Masa
penyimpanan hari
Bahan pembungkus Rata-rata
Aluminium foil
Pelepah pisang
Irisan temulawak
100 33
100 77,67 a
1 100
67 100
89 a 2
67 100
67 78 a
3 100
67 100
89 a Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata pada uji jarak berganda Duncan 5
commit to user Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa perlakuan masa penyimpanan
dan bahan pembungkus entres tidak berpengaruh terhadap persentase keberhasilan okulasi jadi. Hal ini dikarenakan masing-masing pembungkus yang digunakan
mampu berfungsi dengan baik untuk tetap menjaga kelembaban entres sehingga entres tidak busuk. Aluminium foil disini dapat berfungsi untuk menahan
penurunan daya tumbuh entres. Pelepah pisang berfungsi menghambat masuknya panas dari luar ke dalam entres karena mengandung banyak air dan rongga udara,
sedangkan irisan temulawak mampu berfungsi sebagai fungisida nabati sehingga dapat mencegah adanya hama atau cendawan pada entres agar tidak busuk. Dalam
penelitian ini persentase okulasi jadi cukup tinggi. Tingginya persentase bibit jadi ini diduga karena keadaan mata entres yang digunakan dalam keadaan dorman
dan banyak mengandung karbohidrat sehingga keberhasilan lebih besar. Mata entres yang dorman adalah mata entres dalam keadaan istirahat, belum pecah dan
akan segera tumbuh karena masih mendapatkan makanan dari hasil fotosintesis tanaman induk.
Keberhasilan okulasi penempelan memerlukan kompatibilitas antara batang atas dan batang bawah serta kemampuan batang atas mata tempel itu
sendiri untuk pecah dan tumbuh Supriyanto et al., 1995. Selain itu menurut Hartman dan Davis 1990 cit. Mansyah et al. 1998 keberhasilan penempelan
juga sangat ditentukan oleh mekanisme kompatibilitas itu sendiri, misalnya sifat
fisiologi, biokimia dan sistem anatomi secara bersamaan. Dengan demikian dapat
diketahui bahwa adanya okulasi yang gagal tidak semata-mata disebabkan oleh perlakuan masa penyimpanan dan bahan pembungkus entres akan tetapi bisa
disebabkan karena faktor lingkungan seperti kelembaban, cahaya ataupun suhu selain itu juga bisa disebabkan dari faktor teknis saat pelaksanaan okulasi itu
sendiri.
commit to user Gambar 1. Okulasi Jadi
Gambar 2. Okulasi Gagal
B. Waktu Pecah Tunas