Hubungan Anemia Defisiensi Besi pada Ibu Hamil dengan Berat Badan Bayi

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Pariaman bahwa ditemukan 3,1 bayi yang dilahirkan memiliki berat lahir 2.500 gram dan dikategorikan BBLR, sedangkan 96,9 bayi lagi dilahirkan dengan berat ≥2.500 gram Setiawan, 2013. BBLR pada kehamilan cukup bulan atau disebut juga Intra Uterine Growth Retardation IUGR atau Janin Tumbuh Lambat JTL ternyata cukup tinggi 78,8 dimana sebagian besar ada di daerah pedesaan. Kondisi ini tidak berbeda bila dibandingkan di Negara berkembang lainnya. Seperti yang di laporkan Villar dan Belizan dengan melakukan analisis data dari 11 Negara maju dan 25 Negara berkembang disimpulkan bahwa JTL merupakan ciri dari Negara berkembang. Sebaliknya di Negara maju didapatkan kasus prematur lebih dominan. Dua pertiga BBLR di Negara berkembang termasuk dalam katagori bayi JTL. Temuan lain yang serupa yaitu dari hasil analisis data Demographic Health Survey Republic Dominica tentang berat badan bayi baru lahir dan status prematuritas menunjukkan persentase BBLR cukup bulan cenderung lebih banyak dibandingkan BBLR kurang bulan masing –masing yaitu 70,7 dan 29,3, Setyowati, 1996.

5.2.3 Hubungan Anemia Defisiensi Besi pada Ibu Hamil dengan Berat Badan Bayi

Menurut Depkes RI 2002 bahwa anemia pada Ibu hamil akan menambah risiko mendapatkan bayi dengan berat lahir rendah BBLR, risiko perdarahan sebelum dan pada saat persalinan, dan bahkan dapat menyebabkan kematian Ibu dan bayinya jika ibu hamil tersebut menderita anemia berat. Besarnya prevalensi anemia pada Ibu hamil disebabkan karena pengenceran darah yang menjadi semakin nyata dengan lanjutnya umur kehamilan dan konsumsi makanan yang buruk terutama makanan yang mengandung zat besi. Menurut Thanglela et al. 1994, anemia defisiensi besi pada wanita hamil mempunyai dampak yang jelek, baik pada ibunya maupun terhadap janinnya. Ibu hamil dengan anemia berat lebih memungkinkan terjadinya Universitas Sumatera Utara partus prematur dan memiliki bayi dengan berat badan lahir rendah serta dapat meningkatkan kematian perinatal Riswan, 2003 Dari analisis data dengan menggunakan metode Chi-Square di peroleh hasil bahwa terdapat hubungan anatara ibu hamil yang menderita anemia defisiensi besi untuk melahirkan bayi berat lahir rendah dengan p=0,001. Ibu hamil dengan anemia defisiensi besi merupakan frekuensi terbanyak melahirkan bayi berat lahir rendah yaitu sebanyak 22 bayi 73.3 dan melahirkan bayi dengan berat badan lahir normal sebanyak 8 bayi 26.7. Sedangkan ibu hamil yang tidak menderita anemia defisiensi besi melahirkan bayi dengan berat lahir rendah sebanyak 4 bayi 14.3 dan 24 bayi 85.7 dengan berat lahir normal. Nilai RP Rasio Prevalen penelitian ini adalah 5,16, hal ini berarti ibu hamil yang menderita anemia defisiensi besi berisiko melahirkan bayi berat lahir rendah 5,16 kali lebih besar dari pada ibu yang tidak menderita anemia defisiensi besi. Berdasarkan penelitian di Kota Singkawang menunujukkan seluruh subyek yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah menderita anemia 100. Berat badan lahir normal cenderung terjadi pada subyek yang tidak menderita anemia dengan proporsi 59,3. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,002 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara status anemia dengan kejadian BBLR Trihardiani, 2011. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan di Belitung Timur menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara kejadian BBLR dengan kadar Hb ibu hamil. Nilai OR sebesar 4,397 dengan interval : 2,767 –6.989 yang artinya odds pada ibu hamil dengan kadar Hb 11 gdl berisiko melahirkan bayi BBLR 4,397 kali lebih besar dibandingkan den gan ibu hamil dengan kadar Hb ≥11 gdl Merzalia 2012. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Suryati 2014 di Puskesmas Air Dingin menunjukkan besarnya hubungan anemia pada ibu dengan kejadian BBLR ditemukan dengan nilai OR 8,179, artinya responden yang menderita anemia pada waktu hamil memiliki risiko 8,179 kali untuk melahirkan bayi BBLR dibanding dengan responden yang tidak menderita anemia pada waktu hamil. Hal ini sejalan dengan penelitian di Kab. Sumenep dimana dilaporkan Universitas Sumatera Utara bahwa 51,6 ibu-ibu hamil dengan anemia melahirkan bayi BBLR Pipit 2010 ; Suryati 2014. Kurangnya nutrisi pada trimester I terutama adanya anemia akan menyebabkan terjadinya kegagalan organogenesis sehingga akan mengganggu perkembangan janin pada tahap selanjutnya. Pada trimester II, terjadi kecepatan yang meningkat pada pertumbuhan dan pembentukan janin, sehingga membentuk manusia dengan organ –organ tubuh yang mulai berfungsi. Pada masa ini zat besi yang diperlukan paling besar karena mulai terjadi hemodilusi pada darah. Kebutuhan zat besi pada keadaan ini adalah 5 mghr dengan kebutuhan basal 0,8 mghari. Anemia berakibat menimbulkan hipoksia dan bekurangnya aliran darah ke uterus yang akan menyebabkan aliran oksigen dan nutrisi ke janin terganggu dan dapat menimbulkan asfiksia sehingga pertumbuhan dan perkembangan janin terhambat serta janin lahir dengan berat badan lahir rendah dan prematur Labir et al., 2013. Pendapat lain juga mendukung pernyataan sebelumnya bahwa dengan semakin tinggi kadar hemoglobin ibu berarti jumlah zat besi yang berfungsi untuk mengangkut oksigen dan pembentukan darah semakin banyak. Dengan semakin banyak darah yang dibentuk maka janin dan plasenta memperoleh kebutuhannya sesuai dengan kadar hemoglobin yang dimiliki oleh ibu Khomsan, 2003. Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Prevalensi ibu hamil yang menderita anemia defisiensi besi di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2014 adalah 51,7, dan prevalensi bayi berat lahir rendah yang dilahirkan adalah 44,8. 2. Kejadian bayi berat badan lahir rendah lebih banyak terjadi pada ibu hamil yang menderita anemia defisiensi besi yaitu sebanyak 22 bayi 73,33 dari 30 orang ibu yang menderita anemia defisiensi besi 3. Terdapat hubungan antara ibu hamil yang menderita anemia defisiensi besi dengan kejadian bayi berat lahir rendah, dengan nilai p = 0,001 p0,05. Dimana bayi berat lahir rendah pada ibu hamil yang menderita anemia defisiensi besi lebih tinggi dari pada ibu yang tidak menderita anemia.

6.2 Saran

Berikut merupakan beberapa saran untuk semua pihak dari hasil penelitian ini: 1. Bidang Pelayanan RSUP H. Adam Malik Medan diharapkan agar lebih meningkatkan kualitas Antenatal Care ANC bagi ibu hamil, sehingga kejadian anemia dapat diketahui sejak dini dan dapat diberi tatalaksana, sehingga dapat mencegah terjadinya BBLR 2. Angka kejadian BBLR di RSUP Haji Adam Malik cukup tinggi, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap BBLR. Diharapkan dengan mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi BBLR dapat ditindak lanjuti pencegahannya oleh pihak Dinas Kesehatan dan Tenaga Kesehatan. 3. Menganjurkan agar para wanita mengikuti konsultasikonseling pra-hamil Universitas Sumatera Utara