Anemia Defisiensi Besi pada Ibu Hamil

Tabel 5.5. Analisis Hubungan Status Anemia Defisiensi Besi dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Anemia Def. Besi Berat Lahir p Value BBLR 2500 g BBLN ≥2500 g Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Ya 22 73,3 8 26,7 0,001 Tidak 4 14,3 24 85,7 Total 26 100 32 100 2 = , , p = 0,001, df = 1 RP = a a + b : c c + d = 5,16 Dari tabel 5.4. dapat dilihat bahwa ibu hamil dengan anemia defisiensi besi merupakan frekuensi terbanyak melahirkan bayi berat lahir rendah yaitu sebanyak 22 bayi 73,3 dan melahirkan bayi dengan berat badan lahir normal sebanyak 8 bayi 26,7. Sedangkan ibu hamil yang tidak menderita anemia defisiensi besi melahirkan bayi dengan berat lahir rendah sebanyak 4 bayi 14,3 dan 24 bayi 85,7 dengan berat lahir normal. Nilai RP Rasio Prevalen pada penelitian ini adalah 5,16 dengan Confident Interval 95 . Berdasarkan hasil analisa data dengan uji statistik Chi-Square terdapat probabilitas dengan nilai p = 0.001 yang berarti H0 ditolak. Hal ini berarti terdapat hubungan antara anemia defisiensi besi pada ibu hamil dengan kejadian bayi berat lahir rendah di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2014.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Anemia Defisiensi Besi pada Ibu Hamil

Dari data yang diperoleh, jumlah ibu hamil yang menderita anemia merupakan frekuensi terbanyak yaitu dari 58 orang ibu hamil yang menjadi sampel terdapat 38 65,5 orang ibu yang menderita anemia dan 30 51,7 diantaranya menderita anemia defisiensi besi, serta 8 orang ibu hamil 13,8 menderita anemia lain yaitu anemia defisiensi asam folat dan vitamin B12 makrositik hipokromik, sedangkan 20 34,5 orang ibu hamil mempunyai Universitas Sumatera Utara kadar hemoglobin yang normal. Hal ini mendukung data Depkes RI yang mengatakan bahwa lebih dari 50 ibu hamil mengalami anemia Depkes RI, 2002. Di India penelitian Thanglela et al. 1994 dari 1040 wanita hamil 70,4 menderita anemia, 23 anemia ringan, 38,2 anemia sedang dan 9,2 anemia berat, Di Malaysia Rosline et al. 2001 dalam Riswan 2003 melaporkan anemia defisiensi besi pada wanita hami l sekitar 7 orang 13,5. Di Indonesia Prevalensi anemia defisiensi besi pada wanita hamil adalah sekitar 63.5 Riswan, 2003. Lautan et al. 2001 dalam Riswan 2003, melaporkan dari 31 orang wanita hamil pada trimester II didapati anemia defisiensi besi sekitar 23 orang 74 . Data Survei Kesehatan Rumah Tangga SKRT tahun 2001 menunjukkan prevalensi anemia pada ibu hamil masih cukup tinggi yaitu sebesar 40,1. Keadaan ini mengindikasikan anemia gizi besi pada ibu hamil masih menjadi masalah kesehatan masyarakat Kementerian Kesehatan RI, 2013. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Pariaman didapatkan bahwa ibu hamil yang kadar Hb 11 grdl dan dikategorikan sebagai anemia sebanyak 31,25. Hal ini mendukung data Laporan Bulanan Kesehatan Ibu dan Anak Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat 2011 yang menemukan bahwa insiden anemia di Pariaman lebih tinggi dari rata-rata kejadian anemia di propinsi Sumatera Barat yang hanya sebesar 24,73 Setiawan, 2013. Anemia sering terjadi akibat defisiensi zat besi karena pada ibu hamil terjadi peningkatan kebutuhan zat besi dua kali lipat akibat peningkatan volume darah tanpa ekspansi volume plasma, untuk memenuhi kebutuhan ibu mencegah kehilangan darah pada saat melahirkan dan pertumbuhan janin. Hal ini telah dibuktikan oleh Hinderaker yang melakukan penelitian pada tahun 2002 di Thailand bahwa penyebab utama anemia pada ibu hamil adalah karena defisiensi besi 43,1. Demikian pula dengan studi di Tanzania memperlihatkan bahwa anemia ibu hamil berhubungan dengan defisiensi zat besi p = 0,03, vitamin A p =0,004 dan status gizi LILA p = 0,003 Susiloningtyas, 2012. Universitas Sumatera Utara

5.2.2 Berat Badan Bayi