besi dan kehilangan besi yang berlebihan karena perdarahan Hoffbrand et al., 2005. Anemia ini jauh lebih banyak dijumpai di Negara berkembang akibat
kebiasaan makan yang buruk asupan diet dengan bioavailabilitas yang yang rendah, rendah besi dan protein, serta berlebihnya asupan zat penghambat
absorpsi besi seperti fitat, gangguan absorpsi besi karena infestasi cacing tambang dan cacing lainnya di usus Sharma, 2012.
2.2.1 Etiologi dan Faktor Risiko
A. Kekurangan asupan zat besi 1. Vegetarian kadar asupan zat besi yang rendah
2. Pemberian susu sapi daripada ASI pada bayi susu sapi mempunyai jumlah zat besi yang sama dengan ASI, tetapi bioavailabilitasnya
rendah. B. Gangguan pada absorpsi besi
1. Gastric bypass surgery 2. Gastric atrophy
3. Irritable bowel disease 4. Achlorhyda
5. Celiac disease 6. Obat-obatan yang mengganggu absorpsi zat besi antasida,
suplementasi kalsium dan enzim pankreas, tetrasiklin 7. Susu produk fosfat
8. Teh tanin 9. Fitat dan fosfonat di sayur-sayuran.
C. Peningkatan kebutuhan zat besi 1. Bayi prematur
2. Postnatal dan masa pertumbuhan remaja 3. Kehamilan
4. Menyusui. D. Peningkatan kehilangan zat besi
1. Perdarahan gastrointestinal
Universitas Sumatera Utara
2. Perdarahan urogenital 3. Proses melahirkan
4. Dan lain-lain Wall, 2008.
2.2.2 Tahapan Kekurangan Zat Besi
Kekurangan besi terjadi dalam tiga tahap yaitu : 1. Simpanan besi berkurang. Terlihat dari penurunan ferritin dalam
plasma hingga 12ugL. hal ni dapat dikompensai dengan peningkatan absorpsi besi yang terlihat dari peningkatan kemampuan mengikat besi
total total iron binding capacityTIBC. Pada tahap ini belum terlihat perubahan fungsional pada tubuh.
2. Habisnya simpanan besi, menurunnya jenuh transferrin hingga kurang dari 16 pada orang dewasa dan meningkatnya protoporfirin, yaitu
bentuk pendahulu precursor hem. Pada tahap ini nilai hemoglobin dalam darah masih berada pada 95 nilai normal. Hal ini dapat
mengganggu metabolisme energi, sehingga menyebabkan menurunnya kemampuan bekerja.
3. Terjadi anemia defisiensi besi, dimana kadar hemoglobin berada dibawah kadar normal. Anemia defisiensi besi berat ditandai oleh sel
darah merah yang kecil mikrositosis dan nilai hemoglobinnya rendah hipokromia Almatsier, 2009.
2.2.3 Manifestasi klinis
Semua anemia menyebabkan terjadinya gejala klasik dari penurunan Oxygen carrying capacity
yaitu lelah, kelemahan, sesak napas, terutama dyspnea saat beraktivitas. Penurunan oxygen carrying capacity akan memicu kekurangan
pengiriman oksigen ke jaringan aktif secara metabolik, yang seharusnya menerima cukup oksigen, hal ini yang menyebabkan terjadinya kelelahan
MacPhee et al.
, 2003. Defisiensi besi iron depletion akan menunjukkan kadar
feritin serum darah turun, hemosiderin sumsum tulang turun, parameter status besi
Universitas Sumatera Utara
normal dan resorbsi meningkat, sedangkan eritropoesis defisiensi besi iron deficient erythropoiesis
ditandai dengan cadangan besi kosong sangat kurang, transportasi besi menurun serum besi turun, saturasi transferin dan protoporfirin
meningkat, hemoglobin dan hematokrit normal serta gambaran klinis tidak dijumpai anemia Manuaba, 2001.
Menurut Wall 2008 manifestasi klinis anemia defisiensi besi berupa : A. Gejala
1. Sering asimtomatik 2. Lelah
3. Exercise intolerance 4. Susah menelan
5. Sakit kepala 6. Gangguan belajar dan perilaku pada anak
B. Tanda-tanda 1. Pucat
2. Glositis 3. Esophageal webs
4. Koilonychias 5. Papil nedema pada bayi
6. Takikardi dengan atau tanpa aliran murmur 7. Cardiac decompensation high output failure
8. Splenomegali jarang C. Hasil pemeriksaan laboratorium
1. Kadar feritin rendah 2. Kadar zat besi rendah
3. TIBC tinggi 4. Persentase saturasi transferin rendah
5. Peningkatan kadar erythrocyte zinc protoporphyrin 6. MCV, MCH dan MCHC rendah
7. Penurunan bone marrow stainable iron 8. Kadar sTf-R meningkat
Universitas Sumatera Utara
9. Rasio dari sTf-R ke feritin biasanya berkisar 2,5 10. Trombositosis
11. RDW meninggi D. Temuan apusan perifer
1. Mikrositik 2. Hipokromik
3. Anisocytosis 4. Poikilocytosis
5. Cigar or pencil shaped cells and, rarely, target cells. Selain itu pasien juga dapat mengalami gejala dan tanda umum anemia
dan mengalami glositis yang tidak nyeri, stomatitis angularis, kuku rapuh bergerigi atau kuku sendok koilonikia, desfagia akibat adanya selaput faring
sindrom Paterson Kelly atau Plummer-vinson dan keinginan makan yang tidak biasa pica Hoffbrand et al., 2005.
2.3 Anemia