Tinjauan Pustaka LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin Saat ini pemerintah sedang memantapkan pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin dengan prinsip jaminan kesehatan melalui Asuransi Sosial sebagai awal dari pengembangan Sistem Jaminan Kesehatan Sosial secara menyeluruh yang bersifat wajib bagi seluruh masyarakat. Berdasarkan pengalaman masa lalu dan belajar dari pengalaman berbagai negara lain yang telah lebih dahulu mengembangakan jaminan kesehatan, sistem ini dirasakan suatu pilihan yang tepat untuk dapat menata subsistem pelayanan kesehatan yang searah dengan subsistem pembiayaan kesehatan. Sistem jaminan pemeliharaan ini akan dapat mendorong perubahan-perubahan mendasar seperti penataan standarisasi pelayanan, standariasasi tarif yang didasari perhitungan yang benar, penataan formularium dan penggunaan obat rasional yang berdampak pada kendali mutu dan kendali biaya. Program jaminan pemeliharaan bagi masyarakat miskin mengacu pada prinsip-prinsip: a. Pengelolaan dana amanat dan nirlaba dengan pemanfaatan untuk semata- mata peningkatan kesehatan masyarakat miskin; b. Pelayanan kesehatan bersifat menyeluruh komprehensif sesuai standar pelayanan kesehatan yang cost efektif dan rasional; c. Pelayanan kesehatan dilaksanakan dengan prinsip terstruktur dan berjenjang; d. Portabilitas dan ekuitas; e. Mekanisme asuransi sosial dengan iuran peserta dibayar pemerintah; f. Transparasi dan Akuntabilitas. Kriteria masyarakat miskin menurut Surat Keputusan Bupati Gunungkidul No. 412.6232 H Tahun 2004 tentang Penetapan Kriteria Keluarga Miskin Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut: a. Berdasarkan penghasilanpendapatan 1 tidak bekerjatidak memiliki penghasilan atau pendapatan 2 penghasilanpendapatan kurang dari UMR Rp. 400.000,-KKBulan Rp. 133.251,- perkapita. Terpenuhi salah satu kriteria termasuk miskin, selanjutnya disebut miskin pendapatan. b. Pemilikan 1 Tidak memiliki ternak: sapi, kambing 2 Tidak memiliki alat angkut, kecuali sepeda 3 Tidak mendapat penerangan listrik 4 Tidak memiliki tanah garapan Terpenuhi salah 3 dari 4 kriteria termasuk miskin, selanjutnya disebut miskin pemilikan. c. Perumahan 1 Tidak memiliki tanah dan rumah 2 Punya rumah dinding sederhana9bambu, rumbia, kayu usang 3 Berlantai tanah, tidak punya WC 4 Kebutuhan air bersih tidak cukup Terpenuhi 2 dari 4 kriteria termasuk miskin, selanjutnya disebut miskin perumahan. d. Pangan 1 Makan sehari 1-2 kali tanpa lauk 2 Persediaan pangan terbatas 1-2 hari Terpenuhi 1 dari 2 kriteria termasuk miskin, yang selanjutnya disebut miskin pangan. e. Pendidikan Terdapat anak usia sekolah 7-15 tahun yang drop out atau terancam drop out karena alasan ekonomi f. Kesehatan 1 Terdapat PUS, WUS KEK 2 Terdapat balita gizi buruk 3 Ketidakmampuan berobatmendapatkan pelayanan KB ke sarana pelayanan kesehatan Terpenuhi salah satu kriteria termasuk miskin, selanjutnya disebut miskin kesehatan. Tata laksana kepesertaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin adalah sebagai berikut: a.Peserta Program Askeskin adalah setiap orang miskin dan tidak mampu selanjutnya disebut masyarakat miskin yang terdaftar dan memiliki kartu Askeskin dan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan; b.Jumlah masyarakat miskin dalam program ini adalah 60.000.000 jiwa yang ditetapkan oleh Menkes RI bersumber dari hasil pendataan KabupatenKota Tahun 2006; c.Berdasarkan penetapan SK Menkes sebagaimana butir 2 di atas, Bupati dan Walikota menetapkan nama dan alamat peserta Askeskin yang dituangkan dalam Surat Keputusan; d.Bagi KabupatenKota yang telah memiliki data BPS, BupatiWalikota dapat menetapkan nama dan alamat peserta Askeskin yang mengacu pada daftar BPS tersebut; e.Berdasarkan daftar nama yang ditetapkan BupatiWalikota, diterbitkan kartu peserta Askeskin oleh PT. ASKES Persero; f. Selama masa transisi, masyarakat miskin yang belum memperoleh kartu peserta Askeskin dapat menggunakan Surat Keterangan Tidak Mampu SKTMKartu SehatKartu Subsidi Langsung Tunai SLTKartu Gakin; g.Penerbitan dan pendistribusian kartu sampai ke peserta menjadi tanggungjawab PT. ASKES Persereo dan dalam pendistribusiannya PT. ASKES Persero bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten dan atau pihak ketiga yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten; h.Kartu Askeskin yang diterbitkan pada tahun 2006 dengan atau tanpa pas foto masih tetap berlaku selama nama peserta tersebut tercantum dalam keputusan BupatiWalikota tahun 2007. Untuk penerbitan kartu Askeskin selanjutnya tidak menggunakan foto tetapi menggunakan cap jempol jari tangan; i. Jumlah peserta secara bertahap akan disesuaikan dengan pendataan masyarakat miskin oleh BPS dan akhir masa transisi ditetapkan oleh Pemerintah. Tatalaksana pelayanan kesehatan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin adalah sebagai berikut: a. Setiap peserta Askeskin mempunyai hak mendapatkan pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas adan jaringannya meliputi pelayanan kesehatan rawat inap dan rawat jalan serta pelayanan kesehatan rujukan rawat jalan tingkat lanjutan dan rawat inap kelas III di Rumah Sakit; b. Pelayanan kesehatan menerapkan sistem rujukan terstruktur dan berjenjang; c. Pada kasus gawat darurat emergency, seluruh PPK wajib memberikan pelayanan walaupun tidak memiliki perjanjian kerjasama dengan PT. Askes Persero. Penggantian biaya pelayanan kesehatan diklaimkan ke PT. Askes Persero sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk peserta Askeskin; d. Pelayanan rawat inap dilaksanakan pada Puskesmas Perawatan dan ruang rawat inap kelas III III di Rumah Sakit Pemerintah termasuk Rumah Sakit Khusus, TNIPOLRI dan Rumah Sakit Swasta yang bekerjasama dengan PT. Akes Persero; e. Pelayanan obat Puskesma beserta jaringannya dan di Rumah Sakit menggunakan obat generik yang daftar harganya ditatapkan oleh Menteri Kesehatan; f. Penggunaan di luar obat generik masih dapat dimungkinkan sepanjang sesuai dengan indikasi medis berdasarkan protokol terapi yang diusulkan oleh komite medik dan disetujui oleh Direktur Rumah Sakit atau Pejabat yang diberi wewenang oleh Direktur; g. Apabila terjadi ketiadaan obat generik di Apotik atau Rumah Sakit Instalasi Farmasi, maka menjadi kewajiban PT.Askes Persero untuk segera menyediakan obat tersebut melalui koordinasi dengan pihak Rumah Sakit atau Apotik yang bekerja sama dengan PT.Askes Persero; h. Semua apotikinstansi farmasi dapat menyediakan obat generik untuk pelayanan masyarakat miskin melalui kerjasama dengan PT.Askes Persero; i. Instalasi farmasi Rumah Sakit dan Apotik yang bekerjasama dengan PT.Askes Persero dapat mengganti obat diluar generik dengan obat- obatan yang sepadan, dengan sepengetahuan dokter penulis resep; j. Apabila terjadi peresepan diluar obat generik kecuali sebagaimana pada butir 6 enam diatas maka Pemerintah daerah atau pihak RS bertanggung jawab menanggung selisih harga tersebut; k. Peserta tidak boleh dikenakan iuran bayar dengan alasan apapun; l. Pelayanan transportasi rujukan emergency dan rujukan non emergency bila diperlukan bukan dalam bentuk uang, tapi merupakan pelayanan transportasi rujukan. Besarnya biaya pelayanan transportasi rujukan dan pemulangan pasienjenasah maksimal Rp 4.000,-km, dengan minimum pembayaran Rp 40.000,- dengan hitungan jarak sekali jalan. Apabila terjadi kekurangan pembiayaan trasnportasi ini menjadi tanggung jawab Pemda dari daerah yang merujuk; m. PT.Askes persero membuat perjanjian kerjasama dengan Dinas Kesehatan KabupatenKota setempat yang meliputi berbagai aspek pengaturan pelayanan kesehatan dasar. Prosedur untuk memperoleh pelayanan kesehatan bagi peserta Askeskin adalah : a. Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan dasar berkunjung ke Puskesmas dan jaringannya; b. Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, peserta harus menunjukkan kartu Askeskin. Dalam mas transisi, peserta masih dapat menggunakan SKTMKartu SehatKartu SLTKartu Gakin; c. Apabila peserta memerlukan pelayanan kesehatan rujukan, maka peserta yang disertai rujukan dan identitas miskin sebagaimana dimaksud dalam butir ke 2 dua yang ditunjukkan sejak awal mulai berobat. d. Pelayanan rujukan sebagaimana butir ke-3 tiga diatas meliputi : i. Pelayanan rawat jalan spesialistik di Puskesmas yang memiliki pelayanan spesialistik; ii. Pelayanan Rawat Inap Persalinan di Puskesmas; iii. Pelayanan rawat jalan lanjutan di Rumah SakitBKMMBP4BKIM; iv. Pelayanan rawat inap kelas III di Rumah Sakit; e. Pada kasus gawat darurat, peserta wajib menunjukkan identitas miskin dalam waktu maksimal 3 x 24 jam hari kerja. Pada kondisi dimana pasien gawat darurat tersebut tidak mampu menunjukkan identitas miskin termasuk SKTM maka menjadi kewenangan Direktur Rumah Sakit atau Pejabat yang ditunjuk Direktur RS untuk menetapkan status miskin. Pada dasarnya manfaat yang disediakan untuk peserta Askeskin bersifat komprehensif sesuai indikasi medis, kecuali beberapa hal yang dibatasi dan tidak dijamin. a. Pelayanan yang dibatasi Limitation 1 Kacamata diberikan dengan lensa koreksi minimal =1-1 dengan nilai maksimal Rp 150.000,- 2 Alat bantu dengar diberi penggantian resep dari dokter spesialis THT, pemilihan alat bantu dengar berdasarkan harga yang paling murah dan ketersediaan alat tersebut di daerah; 3 Alat Bantu gerak tongkat penyangga, kursi roda,korset diberikan berdasarkan resep dokter dan disetujui Direktur Rumah Sakit atau Pejabat yang ditunjuk dengan mempertimbangkan alat tersebut memang dibutuhkan untuk mengembalikan fungsi dalam aktifitas sosial peserta tersebut. Pemilihan alat bantu gerak berdasarkan harga paling efisien dan ketersediaan alat tersebut di daerah yang disepakati bersama dengan PT.Askes Persero Kantor Cabang atau Kantor Regional setempat; 4 Pelayanan penunjang diagnostik canggih. Pelayanan ini diberikan hanya pada kasus-kasus ’life saving’ dan kebutuhan penegakan diagnosa yangsangat diperlukan melalui pengkajian dan pengendalian oleh komite medik atau tim pengendali Askeskin rumah sakit. b. Pelayanan yang tidak dijamin Exclusion 1 Pelayanan yang tidak sesuai prosedur dan ketentuan 2 Bahan, alat dan tindakan yang bertujuan untuk kosmetika 3 General chek up 4 Prothesis gigi tiruan 5 Pengobatan alternative 6 Rangkaian pemeriksaan, pengobatan dan tindakan dalam upaya mendapat keturunan termasuk bayi tabung dan pengobatan impotensi. 2. Faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan: a. Tingkat Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat mendasar dalam diri manusia untuk mengembangkan diri, karena tingkat pendidikan dapat menunjukkan tingkat status kesehatan seseorang Basov, 2002: 1- 4;Folland, et al.,2001:116-117. Adanya perbedaan tingkat pendidikan pada diri seseorang juga menyebabkan pengetahuan kesehatan. Makin tinggi tingkat pendidikan, semakin mudah seseorang menerima serta mengembangkan pengetahuan dan teknologi, sehingga akan meningkatkan produktivitas yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan keluarga World Bank, 1993:42; Groosman, 1999:31. Terdapat korelasi yang positif antara tingkat pendidikan dan status kesehatan, dimana tingkat kesehatan seseorang adalah investasi yang cukup tinggi dalam pendidikan Basov, 2002:2. Rendahnya tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi secara tidak langsung akan mempengaruhi tingkat pengetahuan akan perlindungan masyarakat terhadap diri dan keluarganya, sehingga berdampak pada kurangnya akses perawatan dan pelayanan kesehatan deri masria dan yuristianti, 2000:21. b. Pendapatan keluarga Pemerataan pendapatan merupakan hal yang sangat penting untuk peningkatan daya beli masyarakat termasuk juga akses terhadap pelayanan kesehatan yang memadai, karena pemerataan pendapatan merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam pembangunan di Indonesia. Ketimpangan dalam distribusi hasil-hasil pembangunan dapat menimbulkan masalah yang berdampak luas terhadap pembangunan bidang kesehatan Wiryo, 2001:3-4. Dengan terjadinya krisis ekonomi secara umum anggaran pengeluaran rumah tangga di Indonesia mengalami penurunan. Hal tersebut sangat menyulitkan terutama untuk mencegah dan mengatasi penyakit Khudori, 2003: 1.Sementara harga pelayanan kesehatan naik, namunpengeluaran kesehatan menurun sangat berarti Frankenberg.et.al.,1999:10. Hal ini akan mengurangi akses ke pelayanan kesehatan karena pada masyarakat miskin pedesaan rata-rata pengeluaran per harinya kurang dari Rp 5.000 Dursin, 2000:3. Rendahnya pendapatan tersebut akan berdampak buruk terhadap status kesehatan dan gizi masyarakat, khususnya keluarga miskin. Dengan adanya Program Jaminan pemeliharaan Kesehatan Masyarakat miskin diharapkan dapat meningkatkan akses masyarakat berpendapatan rendah pada pelayanan kesehatan dasar. Sejalan dengan hal tersebut penelitian Jowett et al., 2002:9 tentang Pemanfaatan program Asuransi Kesehatan Masyarakat secara sukarela di Vietnam pada 2751 responden menunjukkan bahwa pendapatan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan, dimana pada pasien berpenghasilan rendah model asuransi lebih bermanfaat dibanding pada pasien dari masyarakat berpenghasilan tinggi. Permasalahannya di Indonesia model asuransi belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. c. Kualitas Pelayanan Kesehatan Kualitas didefinisikan sebagai kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Goetsh, dalam Tjiptono, 2001: 51. Pendapat tersebut membandingkan kualitas secara lebih luas, tidak hanya aspek hasil baik saja yang ditekankan, melainkan juga meliputi proses, lingkungan dan manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas suatu bentuk pelayanan atau produk bukan ditetapkan oleh suatu institusi atau pemberi jasa, akan tetapi ditentukan oleh penilaian atau persepsi pemakai atau pelanggan itu sendiri. Penilaian atau persepsi dari pelanggan terhadap kualitas pelayanan sangat berbeda, tergantung seberapa besar antara harapan dan kenyataan yang akan diterima oleh pelanggan. Menurut Tjiptono 1996: 59 kualitas jasa pelayanan adalah tingkat keunggulan yang diharapkan untuk memenuhi keinginan pelanggan. Menurut Rangkuti 2002: 29 jenis kualitas yang digunakan untuk memenuhi kualitas jasa adalah sebagai berikut: 1 Kualitas teknik outcome 2 Kualitas pelayanan proses Kualitas pelayanan atau Service Quality dapat diartikan sebagai seberapa jauh perbedaan antara kenyataan dan harapan pada pelanggan atas layanan yang mereka terima. Menurut Sabihaini 2000: 36, kualitas layanan merupakan suatu bentuk penilaian konsumen terhadap tingkat layanan yang diterima perceived service dengan tingkat layanan yang diharapkan expected service. Jadi kualitas layanan sebuah perusahaan dapat diketahui dengan cara membandingkan perspsi para pelanggan atas layanan yang seharusnya mereka terima dengan layanan yang sesungguhnya. Dengan demikian service quality dapat didefinisikan sebagai seberapa jauh perbedaan antara kenyataan dan harapan para pelanggan atas layanan yang mereka terima atau peroleh. Menurut Parasuraman dkk, Kualitas Pelayanan meliputi lima dimensi, yaitu: 1 Tangibles bukti langsung, yaitu fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan sarana komunikasi. Hal ini berkaitan dengan fasilitas fisik, penampilan karyawan, peralatan dan teknologi yang digunakan dalam memberi layanan. Fasilitas fisik seperti gedung, ruang tempat pelayanan, kebersihan, ruang tunggu, fasilitas musik, AC dan tempat parkir merupakan salah satu segi dalam kualitas jasa, karena akan memberikan sumbangan bagi konsumen yang memerlukan layanan. Penampilan karyawan yang baik akan memberikan rasa dihargai bagi konsumen yang dilayani, sedangkan peralatan dan teknologi yang digunakan dalam memberikan pelayanan akan memberikan kontribusi positif pada kecepatan dan ketepatan pelayanan; 2 Reliability keandalan, yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan. Dimensi ini berkaitan dengan ketepatan waktu pelayanan, kemampuan menyediakan pelayanan yang dijanjikan dengan akurat dan dapat diandalkan, sikap simpatik dan dapat dipercaya dari para karyawan dalam menangani masalah atau keluhan-keluhan para pelanggan dan kemampuan dalam menyimpan data secara benar dan akurat bebas dari kesalahan- kesalahan; 3 Responsiveness daya tanggap, yaitu kemampuan para karyawan untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap. Hal ini tercermin pada kecepatan, ketepatan pelayanan yang diberikan pada pelanggan, keinginan karyawan untuk membantu para pelanggan misal: customer service mampu memberikan informasi dengan jelas seperti yang diperlukan oleh pelanggan, serta tersedianya karyawan pada jam-jam sibuk; 4 Assurance jaminan, yaitu kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki oleh para staf, bebas dari bahaya, resiko dan keragu-raguan. Hal ini berkaitan dengan kemampuan karyawan dalam menanamkan kepercayaan pada pelanggan, adanya perasaan aman bagi pelanggan, pengetahuan dan sopan santun karyawan dalam meberikan layanan kepada konsumen. Pengetahuan, kesopanan dan kemampuan karyawan akan menimbulkan kepercayaan dan keyakinan pelanggan terhadap perusahaan; 5 Emphaty empati, yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan memahami kebutuhan pelanggan. Hal ini berhubungan dengan perhatian atau kepedulian karyawan kepada pelanggan, kemudahan mendapatkan pelayanan berkaitan dengan banyaknya outlet, kemudahan mendapatkan informasi melauli telepon, kepedulian karyawan terhadap permasalahan yang dihadapi pelanggan. Perusahaan memiliki objektivitas yaitu memberi perlakuan yang sama kepada semua pelanggan. Semua pelanggan berhak untuk memperoleh kemudahan pelayanan yang sama tanpa didasari apakah mereka mempunyai hubungan khusus dengan karyawan atau tidak.. d. Jarak Pelayanan Kesehatan Semakin meningkatnya persebaran sarana pelayanan kesehatan baik oleh pemerintah maupun swasta, maka perilaku masyarakat dalam memanfaatkan sarana kesehatan sangat dipengaruhi oleh jarak terhadap fasilitas pelayanan kesehatan tersebut. Jarak rumah dengan lokasi pelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan ibu hamil untuk menentukan tempat pelayanan kesehatan yang dimanfaatkannya Anantanyu et.al., 2001: 57-71.

B. Penelitian Terkait Yang Pernah Dilakukan

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA ( TINGKAT PENDAPATAN, PENDIDIKAN DAN JUMLAH ANAK ) TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PANDANWANGI KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG

1 17 20

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU, PENGETAHUAN GIZI, PENDAPATAN KELUARGA DAN KONSUMSI KALORI DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS BEJI KECAMATAN JUNREJO BATU

1 28 1

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALIJAMBE Hubungan Tingkat Pendapatan Keluarga Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kalijambe.

0 0 12

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALIJAMBE Hubungan Tingkat Pendapatan Keluarga Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kalijambe.

0 1 17

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN DENGAN PERILAKU KEPATUHAN DALAM MENGONTROL GULA DARAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS II KARTASURA.

0 0 5

PENDAHULUAN Hubungan Antara Faktor Tingkat Pendidikan Dan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Lansia Yang Tidak Mempunyai Pasangan Hidup Di Wilayah Puskesmas Gemolong II.

0 3 9

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS PEKERJAAN, PENDAPATAN KELUARGA, DUKUNGAN KELUARGA, DAN EFIKASI DIRI DENGAN DEPRESI PASCAPERSALINAN DI GRESIK.

0 0 4

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU, TINGKAT PENDIDIKAN SUAMI DUKUNGAN KELUARGA, DAN LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS WEDI.

0 1 12

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU DAN TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DENGAN STATUS GIZI ANAK PRASEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN GODEAN ipi123504

0 0 6

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN TINGKAT KESEMBUHANPENDERITATUBERCULOSIS PARU DI PUSKESMAS UMBULHARJO II YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan Tingkat Kesembuhan Penderita Tuberculosis Paru Di Puskesmas Umbulharjo

0 0 14