D. Pembahasan
1. Tingkat pendidikan
Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa ada hubungan positif dan signifikan
antara tingkat pendidikan dengan pemanfaatan kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II Kabupaten Gunungkidul nilai t hitung sebesar 2.993 t
tabel sebesar 1,960 dan berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda diketahui bahwa variabel tingkat pendidikan mempunyai koefisien yang paling
besar, dari persamaan regresi yakni 0.269, berarti tingkat pendidikan merupakan variabel yang paling dominant diantara variabel independent yang berhubungan
terhadap pemanfaatan kepesertaan Askeskin. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan bahwa rendahnya tingkat pendidikan
dan tingkat ekonomi secara tidak langsung akan mempengaruhi tingkat pengetahuan akan perlindungan masyarakat terhadap diri dan keluarganya,
sehingga berdampak pada kurangnya akses perawatan dan pelayanan kesehatan Deri Maria dan Yuristianti, 2000:21.
Penelitian tentang kegunaan pelayanan kesehatan pada 625 keluarga dan 719 perempuan usia 15 – 54 tahun di Nepal Tengah juga menunjukkan bahwa wanita
yang berpendidikan, lebih banyak menggunakan fasilitas kesehatan modern dibandingkan dengan wanita yang buta huruf Niraula, 1994: 151 – 166.
Penelitian tentang pengaruh penggunaan pelayanan kesehatan di Cebu Philipina, juga menunjukkan bahwa pendidikan sangat berpengaruh terhadap
pelayanan kesehatan pada masyarakat pedesaan, di mana terjadi kenaikan kunjungan ke fasilitas pelayanan modern sebesar 11 pada sekolah menengah
umum dan kenaikan sebesar 19 untuk kenaikan pendidikan tiap tahunnya Becker, et al, 1993: 77 – 89.
Hasil penelitian dan beberapa studi tersebut memberikan makna bahwa masyarakat yang berpendidikan tinggi biasanya mempunyai akses yang lebih baik
terhadap akses pelayanan kesehatan yang modern dan berkualitas. Di Indonesia pelayanan modern seperti ini biasanya juga didikuti dengan tarif pelayanan yang
mahal sehingga biaya yang dikeluarkannya semakin tinggi.
2. Pendapatan keluarga Variabel pendapatan keluarga terdapat hubungan yang signifikan dengan
pemanfaatan kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II Kabupaten Gunungkidul, di mana nilai – t hitung - t tabel -1,960 yaitu -2,458, hal tersebut
dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan keluarga maka semakin rendah tingkat pemanfaatan kepesertaan Askeskin. Hal ini sejalan dengan
pendapat penelitian Jowett et al., 2002:9 tentang Pemanfaatan Program Asuransi Kesehatan Masyarakat secara sukarela di Vietnam pada 2751 responden
menunjukkan bahwa pendapatan mempunyai hubungan yang signifikan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan, di mana pada pasien berpenghasilan rendah
model asuransi lebih bermanfaat dibanding pada pasien dari masyarakat berpenghasilan tinggi. Permasalahannya disini yaitu kemungkinan ketidaktepatan
dalam penetapan sasaran Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin ini, di mana jaminan yang diberikan seharusnya bagi masyarakat yang
benar-benar miskin dengan pendapatan ≤ 400.000,- bulan.
Masyarakat yang pendapatan keluarganya tinggi cenderung dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan modern rumah sakit, sedangkan pada
keluarga berpenghasilan rendah menggunakan kartu JPS-BK atau pergi ke dukun. Hasil penelitian Siswanto et al. 1998: 230 juga menunjukkan bahwa ada
perbedaan yang cukup bermakna untuk menentukan pelayanan kesehatan antara yang berpenghasilan cukup dan kurang.
Menurut Azrul Azwar Dursin, 2000: 2 sejak krisis ekonomi, kondisi kesehatan masyarakat semakin mengkhawatirkan. Penyebabnya adalah beban
hidup yang ditanggung penduduk semakin tinggi, sementara penghasilan keluarga tidak mencukupi untuk mengakses ke pelayanan kesehatan karena rata-rata tiap
harinya Rp. 5000,-. Keterbatasan penghasilan keluarga juga menyebabkan terbatasnya kases ke
pelayanan kesehatan. Dari beberapa survei menunjukkan rendahnya pendapatan keluarga khususnya di pedesaan, menyebabkan tidak terjangkaunya akses ke
pelayanan kesehatan dasar, misalnya ke dokter. Tingkat pendapatan keluarga menunjukkan status ekonomi seseorang.
Pendapatan keluarga yang semakin tinggi menciptakan peluang yang lebih besar untuk menentukan pilihan dalam menggunakan jasa pelayanan kesehatan
Anantanyu et al., 2001: 57-71. Hasil penelitian Niken 2001: 1 menunjukkan bahwa selain tingkat pendidikan, faktor ekonomi merupakan faktor yang
diperhitungkan dalam memilih rumah sakit sebagai tempat persalinan di Kabupaten Bantul Yogyakarta.
Menurut teori mikroekonomi tentang demand permintaan pelayanan kesehatan menyebutkan bahwa jika pelayanan kesehatan merupakan kebutuhan
utama substitusi, makin tinggi pendapatan keluarga maka makin besar demand terhadap pelayanan kesehatan tersebut. Sebaliknya jika jenis pelayanan kesehatan
tersebut merupakan
kebutuhan pelengkap
komplemen, meningkatnya
pendapatan keluarga akan menurunkan demand terhadap jenis pelayanan kesehatan tersebut Blight Shafto, 1989: 77; Folland, et al, 2001: 25. Hal
tersebut menunjukkan bahwa mahalnya biaya pelayanan kesehatan akan berdampak pada menurunnya akses masyarakat pada pelayanan tersebut,
khususnya pada masyarakat ekonomi lemah Bratt, 2002: 281 – 287. Hasil penelitian dan beberapa studi tersebut menunjukkan bahwa pendapatan
keluarga sangat berpengaruh terhadap pengeluaran pelayanan kesehatan.
3. Pemanfaatan Kepesertaan Askeskin Apabila kedua variabel yaitu tingkat pendidikan dan pendapatan keluarga
dilakukan uji F maka hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dan pendapatan keluarga simultan berhubungan signifikan terhadap pemanfaatan
kepesertaan Askeskin, karena nilai F hitung sebesar 6,938 F tabel sebesar 2.45 dengan probabilitas 0,000. Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05, maka Ho
ditolak. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Saadah yang dilaporkan
oleh the British Council 2002: 32 yang menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara kepemilikan Kartu Sehat dengan pemanfaatan dalam mengakses kesehatan.
Di mana dari 1.054 responden yang diobservasi, dari 13,7 kepala keluarga yang memiliki kartu sehat hanya 4,1 yang menggunakannya.
Penelitian pada masyarakat Tanzania juga menunjukkan jika biaya pelayanan kesehatan mengalami kenaikan maka akan menurunkan minat
masyarakat yang akan memanfaatkan pelayanan kesehatan tersebut. Oleh karena itu masyarakat Tanzania sangat menyambut baik kebijaksanaan pengaturan biaya
pelayanan kesehatan yang disesuaikan dengan tingkat pendapatan Sahn et al., 2000: 12. Sedangkan di Republik Dominika kebijakan untuk mengefektifkan
biaya persalinan dengan sistem pembiayaan pada masyarakat dapat meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan khususnya di pedesaan Thind Ronald, 2002: 7.
Sebagai bentuk perhatian pemerintah Indonesia untuk rakyat miskin maka diperkenalkan program kartu sehat pada tahun 1994, sebagai bagian dari strategi
mengurangi beban bagi rakyat miskin. Rakyat yang tidak mampu bila membawa kartu sehat, maka mendapat bebas biaya berobat di Puskesmas atau di rumah sakit
Marzolf, 2002: 25. Masalahnya kenyataan di lapangan masih banyak kepemilikan kartu sehat, sedangkan keluarga yang kurang mampu justru tudak
memiliki kartu sehat Kristanti, et al, 2002: 1.
E. Keterbatasan Penelitian Telah disebutkan pada bab III, bahwa metode pengumpulan data yang
dipakai menggunakan kuesioner. Metode ini cukup efektif untuk bias mendapatkan data yang diinginkan dari sejumlah responden yang memiliki
beragam karakter. Namun demikian bukan berarti dengan metode ini tidak ada
kekurangan atau tidak menemui kesulitan. Dalam upaya mendapatkan data yang akurat dengan menggunakan kuesioner kesulitan yang dihadapi yaitu tidak
selamanya responden langsung memahami apa yang dihadapi dan responden langsung memahami apa yang dimaksudkan pada pertanyaan atau pernyataan
tersebut. Apalagi dengan latar belakang tingkat pendidikan yang berbeda, akan berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh. Disamping itu peneliti mengakui
bahwa tidak professional dalam pembuatan kuesioner sehingga masih terdapat kekurangan dan ketidaktepatan dalam pembuatan kuesioner. Seperti penetapan
skala data untuk variabel tingkat pendidikan yang hanya menggunakan skala data kategorikal dikotom. Namun demikian peneliti telah berusaha semaksimal
mumgkin dengan melakukan uji coba terlebih dahulu kuesioner yang akan dipakai, sehingga benar-benar valid dan reliable.
Jumlah responden dan variabel bebas yang diteliti pada penelitian ini sangat terbatas, juga merupakan keterbatasan penelitian ini sehingga dari nilai R Square
sebesar 0.242 menunjukkan bahwa variasi perubahan faktor tingkat pendidikan dan pendapatan keluarga hanya mampu menjelaskan variasi perubahan faktor
pemanfaatan kepesertaan Askeskin sebesar 24,2, sedangkan sisanya sebesar 75,8 dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dijelaskan dalam model, seperti
faktor sosialisasi program, keberadaan sarana kesehatan yang lain, demografi dan sasaran peserta Askeskin.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya dan kajian empiris yang dilakukan untuk mengetahui hubungan pemanfaatan kepesertaan Askeskin, maka
dapat disusun beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada hubungan positif dan signifikan antara tingkat pendidikan dengan
pemanfaatan kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II Kabupaten Gunungkidul. Hal ini dapat diketahui dari hasil Uji t tingkat pendidikan
terhadap pemanfaatan kepesertaan Askeskin dengan nilai signifikasi 0,05, menunjukkan nilai t hitung sebesar 2,993 dari t tabel sebesar 1,960.
2. Ada hubungan negatif yang signifikan antara pendapatan keluarga dengan pemanfaatan kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II Kabupaten
Gunungkidul. Hasil Uji t terhadap variabel ini menunjukkan nilai t hitung sebesar -2,458 dari – t tabel sebesar -1,960.
3. Ada hubungan positif dan signifikan antara tingkat pendidikan dan pendapatan keluarga dengan pemanfaatan kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II
Kabupaten gunungkidul. Hal ini dapat dilihat dari hasil Uji F di mana nilai F hitung sebesar 6,938 F tabel sebesar 2,45
ά = 0,000.