HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN KELUARGA DENGAN PEMANFAATAN KEPESERTAAN ASKESKIN DI PUSKESMAS NGLIPAR II GUNUNGKIDUL

(1)

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN

DAN PENDAPATAN KELUARGA DENGAN

PEMANFAATAN KEPESERTAAN ASKESKIN

DI PUSKESMAS NGLIPAR II

GUNUNGKIDUL

TESIS

Oleh: Susilo Yulianto

(S 540907024)

PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KELUARGA

PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2008


(2)

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN

DAN PENDAPATAN KELUARGA DENGAN

PEMANFAATAN KEPESERTAAN ASKESKIN

DI PUSKESMAS NGLIPAR II

KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Oleh:

Susilo Yulianto

(S 540907024)

Tesis ini telah disetujui oleh

Tim Pembimbing untuk diuji.

Pembimbing I Pembimbing II

Prof.Dr.dr.Ambar Mudigdo, SpPA. Drs.Hermanu J, MPd

Ketua Program Studi

Magister Kedokteran Keluarga


(3)

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN

DAN PENDAPATAN KELUARGA DENGAN

PEMANFAATAN KEPESERTAAN ASKESKIN

DI PUSKESMAS NGLIPAR II

GUNUNGKIDUL

Oleh: Susilo Yulianto

(S 540907024)

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji

Dewan Penguji Nama Tanda Tangan

Ketua : Prof.Dr.dr Didik Tamtomo, M.Kes,MM,PAK ....………

Sekretaris : Dr. Nunuk Suryani, MPd ...

Anggota I : Prof.Dr.dr.Ambar Mudigdo, SpPA.

...

Anggota II : Drs.Hermanu J, MPd .. ...

Surakarta, 19 Januari 2009 Mengetahui

Direktur Program Pascasarjana Ketua Prodi Magister Kedokteran Keluarga

Prof.Drs. Suranto M.Sc, Ph.d Prof.Dr.dr Didik Tamtomo,

M.Kes,MM,PAK NIP. 131 472 192 NIP. 130 543 994


(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, Januari 2009


(5)

MOTTO

* Karya-karya besar dicapai bukan dengan kekuatan, tetapi dengan ketekunan.

--- Samuel Johnson

* Kita membiayai kebutuhan hidup dengan nafkah yang kita dapatkan, namun kita beroleh kehidupan dengan apa yang kita berikan.

--- Winston E. Churchill

Tesis ini kupersembahkan bagi istri tercinta yang telah

mendorongku dengan penuh kesabaran disaat rasa putus asa dan

malas menerpa serta dua anakku Dhani dan Danty, mereka adalah

matahariku.


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah wa Syukurillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas inayah dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Pendapatan Keluarga Dengan Pemanfaatan Kepesertaan Askeskin Di Puskesmas Nglipar II Gunungkidul dengan baik dan lancar.

Teis ini kami tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran Keluarga dengan Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta dan untuk memberikan wacana bagi pihak yang berkepentingan dalam upaya peningkatan akses masyarakat miskin terhadap pelayanan kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Terselesaikannya tesis ini tidak terlepas dari peranan berbagai pihak yang telah mendukung kami selama proses studi maupun penulisannya. Oleh karena itu ucapan terima kasih kami sampaikan kepada:

1. Prof.Dr.dr Didik Tamtomo, M.Kes,MM,PAK, selaku Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta;

2. Prof.Dr.dr.Ambar Mudigdo, SpPA dan Drs.Hermanu J, MPd selaku Pembimbing

3. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh Pengelola Program Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan;

4. Kepala Dinas Kesehatan dan KB Kabupaten Gunungkidul; 5. Seluruh staf Puskesmas Nglipar II Kabupaten Gunungkidul;


(7)

6. Ibu, Bapak, istri dan anak-anakku tercinta;

7. Rekan-rekan seperjuangan Program Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan;

8. Semua pihak yang tidak dapat kami sebut satu-per satu yang senantiasa memberikan doa restu, semangat dan dorongan kepada kami dalam penyelesaian studi kami.

Kami menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna maka sudilah kiranya pembaca memberikan masukan yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesempurnaan penulisan yang akan datang.

Surakarta, Januari 2009 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………. i

HALAMAN PENGESAHAN ………. ii

HALAMAN PERNYATAAN... iii

HALAMAN MOTTO………. iv

KATA PENGANTAR ……… v

DAFTAR ISI ……….. vii

DAFTAR TABEL ……….. ix

DAFTAR GAMBAR ………. x

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xi

ABSTRAK ………. xii

ABSTRACT... xiii

BAB I. PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang……… 1

B. Identifikasi Masalah ……….. 5

C. Batasan Masalah ……… 5

D. Rumusan Masalah ………... 6

E. Tujuan Penelitian ……… 7

F. Manfaat Penelitian ………. 7

BAB II DESKRIPSI TEORITIK DAN PENGAJUAN HIPOTESIS …… 9

A. Deskripsi Teoritik... 9

B. Kerangka Berfikir... 34

C. Paradigma Penelitian ... 36

D. Pengajuan Hipotesis ... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……… 41

A. Pendekatan Penelitian ………. 41

B. Waktu dan Tempat penelitian ……….... 43

C. Variabel Penelitian ……….… 43

D. Populasi dan Sampel Penelitian ………. 45

E. Metode Pengumpulan data ………. 49

F. Instrumen Penelitian ……….. 54

G. Teknik Analisis Data ………. 60

1. Uji Persyaratan Analisis ……….. 60

2. Uji Hipotesis ……… 63

BAB IV. LAPORAN HASIL PENELITIAN ……….. 70

A. Deskripsi Data ……… 70

B. Uji Prasyarat Analisis ………. 79

1. Uji Normalitas ………. 79

2. Uji Linieritas ……… 80


(9)

C. Pengujian Hipotesis ……… 82

D. Pembahasan Hasil Penelitian ……….. 85

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ……….. 89

A. Kesimpulan ……… 89

B. Implikasi ………. 90

C. Saran ……….. 90 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Daftar Nilai ……….. 34

Tabel 2 Populasi Penelitian ……….. 46

Tabel 3 Kisi-kisi Variabel Gaya Belajar ………... 55

Tabel 4 Kisi-kisi Variabel Motivasi Kuliah ……….. 56

Tabel 5 Klasifikasi Gaya Belajar ……….. 72

Tabel 6 Sebaran Frekuensi Variable Gaya Belajar ……… 72

Tabel 7 Klasifikasi Motivasi Kuliah ………. 75

Tabel 8 Sebaran Frekuensi Variabel Motivasi Kuliah……… 75

Tabel 9 Klasifikasi Prestasi Belajar ……….. 77

Tabel 10 Sebaran Frekuensi Variabel Prestasi Belajar ………. 78

Tabel 11 Rangkuman Analisis Uji Normalitas ……….. 80

Tabel 12 Rangkuman Hasil Uji Linieritas Regresi Antara Variabel Bebas (X) Dengan Variabel Terikat (Y) ……….. 81


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar I Paradigma Penelitian……… 37

Gambar II Histogram Variabel Gaya Belajar ……… 73

Gambar III Histogram Variabel Motivasi Kuliah ………. 76


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Tabel Data Butir Try Out Instrumen

Lampiran 2 Hasil Analisis Kesahihan Butir Variabel Gaya Belajar

Lampiran 3 Uji Keandalan Teknik Alpha Cronbach Variabel Gaya Belajar Lampiran 4 Hasil Analisis Kesahihan Butir Variabel Motivasi Kuliah

Lampiran 5 Uji Keandalan Teknik Alpha Cronbach Variabel Motivasi Kuliah Lampiran 6 Tabel Data Penelitian

Lampiran 7 Sebaran Frekuensi dan Histogram Lampiran 8 Hasil Uji Normalitas Sebaran Lampiran 9 Hasil Uji Linieritas

Lampiran 10 Analisis Regresi Lampiran 11 Kuesioner Penelitian Lampiran 12 Surat Ijin Penelitian

Lampiran 13 Surat Keterangan Penelitian


(13)

ABSTRAK

Susilo Yulianto, S540907024. 2008. Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Pendapatan Keluarga Dengan Pemanfaatan Kepesertaan Askeskin Di Puskesmas Nglipar II Gunungkidul.Tesis: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian awal untuk penelitian selanjutnya yang terkait dengan peranan Pendidikan Profesi Kesehatan dalam Program JPKMM, yang apabila dilihat dari jenisnya ialah penelitian kuantitatif non eksperimental yang bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan pendapatan keluarga dengan pemanfaatan kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II Gunungkidul.

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu Tingkat Pendidikan dan Pendapatan Keluarga terhadap Pemanfaatan Kepesertaan Askeskin di Kecamatan Nglipar Kabupaten Gunungkidul.

Data primer diambil dengan menggunakan kuesioner dan wawancara. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan program SPSS (Statistical Package for Social Sciences). Langkah pertama adalah melakukan analisis regresi, kemudian dilanjutkan dengan analisis uji t dan uji F.

Hasil analisis dengan program SPSS dapat diambil kesimpulan bahwa: 1) Secara parsial ada hubungan positif dan signifikan antara variabel Tingkat Pendidikan terhadap Pemanfaatan Kepesertaan Askeskin dan hubungan negatif dan signifikan anatara Pendapatan Keluarga terhadap Pemanfaatan Kepesertaan Askeskin. Hal ini dapat dilihat dari hasil t hitung masing-masing variabel sebagai berikut: Tingkat Pendidikan terhadap Pemanfaatan Kepesertaan Askeskin, thitung

sebesar -2,458 < -ttabel sebesar 1,960; Pendapatan Keluarga terhadap pemanfaatan

Kepesertaan Askeskin, thitung sebesar -2,458 < -t tabel sebesar -1,960, pada level of

significance 5%. 2) Ada hubungan secara simultan anatar variabel Tingkat Pendidikan dan Pendapatan Keluarga dengan Pemanfaatan Kepesertaan Askeskin, yang dilanjutkan dengan Fhitung sebesar 6,938 > Ftabel sebesar 2,45 (ά= 0,000).

Oleh karena kedua variabel berhubungan dan signifikan dengan pemanfaatan kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II Gunungkidul, maka perlu peningkatan maka perlu peningkatan sosialisasi program, ketepatan dalam penetapan sasaran, pendekatan fasilitas pelayanan kesehatan dan peningkatan kualitas pelayanan di Puskesmas Nglipar II Kabupaten Gunungkidul.


(14)

ABSTRACT

Susilo Yulianto, S540907024. 2008. The factors which influence the using of Askeskin (Health Insurance for the poor) membership in Puskesmas Nglipar II Gunungkidul. Affecting Askeskin Participation Utilization in Puskesmas Nglipar II of Regency Gunungkidul. Thesis: Postgraduate Program sebelas Maret University Surakarta.

This research is a pioneer for the next researches related to the role of Health Profession Educators in JPKMM Program. This is a non experimental quantitative research in order to know the factors which influence the using of Askeskin (Health Insurance for the poor) membership in Puskesmas Nglipar II Gunungkidul.

The variables examined in this research are the level of Education and The Family Income to the using of Askeskin membership. The samples taken are 89 respondens (head of household of Askeskin members) in Nglipar Gunungkidul. The primary data was taken using questionnaire and interview. That data then was analyzed using SPSS (Statistical Package for Social Sciences) program. The first step was to do the regression analysis and followed by the t-test and F-test analysis.

From the analysis using SPSS Program it can be concluded that: 1) Partially there is a positive and significant influence between The Level of Educational variable to the using of Askeskin membership. There is a negative and significant influence between The Family Income variable to the using of askeskin membership as well. It can be seen from the result of tstatistic of every variables as

follow: The Level Educational Level to the using of Askeskin membership, tstatistic

is 2.933 > ttable is 1.960; The Family Income to the using of Askeskin membership

tstatistic is – 2.458 < -ttable is is -1.960, in level of significance 5%. 2) There is a

simultaneous influence between The Level of Education and the Family Income to the using of Askeskin membership, which in indicated by Fstatistic is 6.938 > ttable is

2.45 (ά= 0,000).

Those four variables influence and important to using of Askeskin membership in Puskesmas Nglipar II Gunungkidul, that,s why the socialization program, the accuracy in objects determining and the service quality in Puskesmas Nglipar II Gunungkidul should be improved, as well bringing the facilities of health service closer to the community.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang nomor 23/1992 tentang kesehatan, menetapkan bahwa kesehatan adalah hak fundamental setiap warga, setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatan. Oleh sebab itu selama lima dekade, pembangunan kesehatan dilaksanakan melalui pengembangan dan perluasan jaringan pelayanan kesehatan agar berada sedekat mungkin dengan penduduk yang membutuhkannya. Perubahan pola penyakit yang menimbulkan beban ganda, perkembangan teknologi kesehatan dan kedoktreran, pola pembiayaan kesehatan berbasis pembayaran out of pocket dan subsidi pemerintah untuk semua lini pelayanan, membawa ketimpangan dalam pelayanan kesehatan dan mendorong peningkatan biaya kesehatan. Krisi moneter yang terjadi sekitar tahun 1997, telah meningkatkan jumlah penduduk miskin dan meningkatkan biaya kesehatan yang berlipat ganda, sehingga menekan akses penduduk terutama penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan.

Untuk mengatasi hal tersebut berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan, sejak tahun 1998 pemerintah melaksankan beberapa upaya pemeliharaan kesehatan penduduk miskin. Dimulai dengan pengembangan


(16)

Program Jaring Pengaman Nasional (JPS-BK) tahun 1998-2001, Program Dampak Pengurangan Subsidi Energi (PDPSE) tahun 2001, Program Kompensasi Bahan Bakar Minyak (PKS-BBM) tahun 2002-2004. Pada awal tahun 2005, melalui Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1241/Menkes/XI/2004 menetapkan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin (JPKMM) melalui pihak ketiga, dengan menunjuk PT. Askes (Persero), yang mana penyelenggaraan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin meliputi kesehatan dasar di Puskesmas dan jaringannya serta pelayanan kesehatan rujukan dengan sasaran sejumlah 36.146.700 jiwa sesuai data BPS tahun 2004. Namun pada semester II tahun 2005 terjadi perubahan peningkatan jumlah sasaran program dimana ditetapkan menjadi 60.000.000 jiwa sampai dengan pelaksanaan program tahun 2006 yang dikenal dengan Program Askeskin.

Peserta program ini adalah masyarakat miskin dan tidak mampu (selanjutnya disebut masyarakat miskin) yang terdaftar dan memiliki kartu Askeskin dan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan jaringannya meliputi pelayanan kesehatan rawat jalan dan rawat inap serta pelayanan kesehatan rujukan rawat jalan tingkat lanjutan dan rawat inap kelas III di Rumah Sakit. Dengan haknya tersebut peserta tidak boleh dikenakan iur biaya dengan alasan apapun.

Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin atau Askeskin mempunyai tujuan umum meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien yang


(17)

dijabarkan dalam tujuan-tujuan khusus yang salah satunya yaitu meningkatnya cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu yang mendapat pelayanan kesehatan di Puskesmas dan jaringannya. Dengan tujuan tersebut maka sebagai patokan dalam menilai keberhasilan dan pencapaian dari pelaksanaan program secara nasional ditentukan indikator-indikator salah satunya yaitu angka utilitas rata-rata 15% per bulan.

Berdasarkan data laporan bulanan pelaksanaan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin (JPKMM) di Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2006 diketahui bahwa kunjungan peserta Askeskin di Puskesmas masih di bawah indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu rata-rata sebesar 7,64% per bulan, sedangkan di Puskesmas Nglipar II selama tahun 2007 kunjungan peserta Askeskin rata-rata 2,62% per bulan, dan pada bulan Januari, Februari dan Maret 2008 berturut-turut kunjungan peserta Askeskin Kabupaten Gunungkidul sebesar rata-rata 3,3%, 3,4% dan 3,2%, masih di bawah rata-rata kunjungan peserta Askeskin di Puskesmas se Kabupaten Gunungkidul.

Penelitian di Nepal menunjukkan ada tiga karakteristik The Health Behavior Model (HBM) yaitu predisposisi, enabling dan need, berhubungan signifikan terhadap penggunaan maupun tidak menggunakan sistem pelayanan kesehatan, di mana pendapatan keluarga, jumlah anak yang hidup pendidikan ibu, jarak dengan fasilitas kesehatan, penilaian tentang pengalaman petugas kesehatan dan pengalaman kematian anak berhubungan positif terhadap penggunaan pelayanan kesehatan, tetapi umur responden berhubungan negatif terhadap penggunaan pelayan kesehatan (Niraula, 1994: 151).


(18)

Faktor situasional pendapatan keluarga akan mempengaruhi minat membeli dan keputusan membeli dan keputusan membeli jasa pelayanan kesehatan (Engel, et al, 1994: 11). Pemilihan sarana pelayanan kesehatan juga dipengaruhi jarak, pendapatan, fasilitas Rumah Sakit, dokter spesialis, kemauan merujuk, perhatian petugas dan Kebersihan lingkungan (Kamalia, 1996: 63).

Kondisi tersebut menarik bagi kami untuk meneliti hubungan antara tingkat pendidikan dan pendapatan keluarga dengan pemanfaatan kepesertaan Askeskin di Kabupaten Gunungkidul, karena ternyata dengan jaminan pelayanan gratis yang disediakan melalui Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin, pemanfaatan kepesertaan Askeskin masih di bawah indikator keberhasilan program yang diharapakan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan pendapatan keluarga dengan pemanfaatan kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II Kabupaten Gunungkidul.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini tidak terlalu luas dan jelas batasannya, maka penulis membatasi masalah ini sebagai berikut:


(19)

1. Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat mendasar dalam diri manusia untuk mengembangkan diri, karena tingkat pendidikan dapat menunjukkan status kesehatan seseorang.

2. Pendapatan Keluarga

Pemerataan pendapatan keluarga merupakan hal yang sangat penting untuk peningkatan daya beli masyarakat termasuk juga akses terhadap pelayanan kesehatan yang memadai.

3. Pemanfaatan Kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II Kabupaten Gunungkidul.

D. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah didapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemanfaatan kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II Kabupaten Gunungkidul? 2. Apakah didapat hubungan antara pendapatan keluarga dengan pemanfaatan

kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II Kabupaten Gunungkidul? 3. Apakah didapat hubungan antara tingkat pendidikan dan pendapatan keluarga

dengan pemanfaatan kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II Kabupaten Gunungkidul?


(20)

E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum:

Membuktikan adanya berbagai faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II Kabupaten Gunungkidul.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk membuktikan adanya hubungan antara:

a. Tingkat pendidikan dengan pemanfaatan kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II Kabupaten Gunungkidul;

b. Pendapatan keluarga dengan pemanfaatan kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II Kabupaten Gunungkidul;

c. Tingkat pendidikan dan pendapatan keluarga dengan pemanfaatan kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II Kabupaten gunungkidul.

F. Manfaat Penelitian

Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat memperoleh manfaat: 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat miskin.


(21)

2. Manfaat Praktis

a. Untuk mendapatkan suatu kebenaran bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan pendapatan keluarga dengan pemanfaatan kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II Kabupaten gunungkidul; b. Untuk mendapatkan gambaran adanya berbagai hubungan yang

berpengaruh terhadap pemanfaatan kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II Kabupaten Gunungkidul;

c. Sebagai bukti empiris (realita) untuk mendapatkan bukti ilmiah bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan pendapatan keluarga dengan pemanfaatan kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II Kabupaten Gunungkidul;

d. Memberikan masukan kepada para pemegang kebijakan dalam Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin, dalam penentuan kebijakan selanjutnya.

G. Sistematika

Sistematika penulisan dalam penelitian ini, sebagai berikut:

a. Bab I yaitu pendahuluan terdiri dari latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika;

b. Bab II yaitu landasan teori, penelitian terkait yang pernah dilakukan, kerangka berpikir dan perumusan hipotesis;


(22)

c. Bab III yaitu metodelogi penelitian berisi tentang jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, subyek penelitian, teknik dan alat pengumpulan data, identifikasi variabel penelitian dan definisi operasional serta teknik analisa data;

d. Bab IV yaitu hasil dan pembahasan berisi gambaran umum obyek penelitian, deskripsi data responden, pengujian persyaratan regresi atau uji asumsi klasik, pengujian hipotesis, pembahasan dan keterbatasan;

e. Bab V yaitu penutup berisi tentang kesimpulan dan saran; f. Daftar Pustaka.


(23)

BAB II

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin

Saat ini pemerintah sedang memantapkan pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin dengan prinsip jaminan kesehatan melalui Asuransi Sosial sebagai awal dari pengembangan Sistem Jaminan Kesehatan Sosial secara menyeluruh yang bersifat wajib bagi seluruh masyarakat. Berdasarkan pengalaman masa lalu dan belajar dari pengalaman berbagai negara lain yang telah lebih dahulu mengembangakan jaminan kesehatan, sistem ini dirasakan suatu pilihan yang tepat untuk dapat menata subsistem pelayanan kesehatan yang searah dengan subsistem pembiayaan kesehatan. Sistem jaminan pemeliharaan ini akan dapat mendorong perubahan-perubahan mendasar seperti penataan standarisasi pelayanan, standariasasi tarif yang didasari perhitungan yang benar, penataan formularium dan penggunaan obat rasional yang berdampak pada kendali mutu dan kendali biaya.

Program jaminan pemeliharaan bagi masyarakat miskin mengacu pada prinsip-prinsip:

a. Pengelolaan dana amanat dan nirlaba dengan pemanfaatan untuk semata-mata peningkatan kesehatan masyarakat miskin;

b. Pelayanan kesehatan bersifat menyeluruh (komprehensif) sesuai standar pelayanan kesehatan yang cost efektif dan rasional;


(24)

c. Pelayanan kesehatan dilaksanakan dengan prinsip terstruktur dan berjenjang;

d. Portabilitas dan ekuitas;

e. Mekanisme asuransi sosial dengan iuran peserta dibayar pemerintah; f. Transparasi dan Akuntabilitas.

Kriteria masyarakat miskin menurut Surat Keputusan Bupati Gunungkidul No. 412.6/232 H Tahun 2004 tentang Penetapan Kriteria Keluarga Miskin Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut:

a. Berdasarkan penghasilan/pendapatan

1) tidak bekerja/tidak memiliki penghasilan atau pendapatan

2) penghasilan/pendapatan kurang dari UMR Rp. 400.000,-/KK/Bulan Rp. 133.251,- perkapita.

Terpenuhi salah satu kriteria termasuk miskin, selanjutnya disebut miskin pendapatan.

b. Pemilikan

1) Tidak memiliki ternak: sapi, kambing 2) Tidak memiliki alat angkut, kecuali sepeda 3) Tidak mendapat penerangan listrik

4) Tidak memiliki tanah garapan

Terpenuhi salah 3 dari 4 kriteria termasuk miskin, selanjutnya disebut miskin pemilikan.

c. Perumahan


(25)

2) Punya rumah dinding sederhana9bambu, rumbia, kayu usang) 3) Berlantai tanah, tidak punya WC

4) Kebutuhan air bersih tidak cukup

Terpenuhi 2 dari 4 kriteria termasuk miskin, selanjutnya disebut miskin perumahan.

d. Pangan

1) Makan sehari 1-2 kali tanpa lauk 2) Persediaan pangan terbatas 1-2 hari

Terpenuhi 1 dari 2 kriteria termasuk miskin, yang selanjutnya disebut miskin pangan.

e. Pendidikan

Terdapat anak usia sekolah (7-15 tahun) yang drop out atau terancam drop out karena alasan ekonomi

f. Kesehatan

1) Terdapat PUS, WUS KEK 2) Terdapat balita gizi buruk

3) Ketidakmampuan berobat/mendapatkan pelayanan KB ke sarana pelayanan kesehatan

Terpenuhi salah satu kriteria termasuk miskin, selanjutnya disebut miskin kesehatan.

Tata laksana kepesertaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin adalah sebagai berikut:


(26)

a.Peserta Program Askeskin adalah setiap orang miskin dan tidak mampu (selanjutnya disebut masyarakat miskin) yang terdaftar dan memiliki kartu Askeskin dan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan;

b.Jumlah masyarakat miskin dalam program ini adalah 60.000.000 jiwa yang ditetapkan oleh Menkes RI bersumber dari hasil pendataan Kabupaten/Kota Tahun 2006;

c.Berdasarkan penetapan SK Menkes sebagaimana butir 2 di atas, Bupati dan Walikota menetapkan nama dan alamat peserta Askeskin yang dituangkan dalam Surat Keputusan;

d.Bagi Kabupaten/Kota yang telah memiliki data BPS, Bupati/Walikota dapat menetapkan nama dan alamat peserta Askeskin yang mengacu pada daftar BPS tersebut;

e.Berdasarkan daftar nama yang ditetapkan Bupati/Walikota, diterbitkan kartu peserta Askeskin oleh PT. ASKES (Persero);

f. Selama masa transisi, masyarakat miskin yang belum memperoleh kartu peserta Askeskin dapat menggunakan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM)/Kartu Sehat/Kartu Subsidi Langsung Tunai (SLT)/Kartu Gakin;

g.Penerbitan dan pendistribusian kartu sampai ke peserta menjadi tanggungjawab PT. ASKES (Persereo) dan dalam pendistribusiannya PT. ASKES (Persero) bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten dan atau pihak ketiga yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten;

h.Kartu Askeskin yang diterbitkan pada tahun 2006 ( dengan atau tanpa pas foto) masih tetap berlaku selama nama peserta tersebut tercantum dalam keputusan


(27)

Bupati/Walikota tahun 2007. Untuk penerbitan kartu Askeskin selanjutnya tidak menggunakan foto tetapi menggunakan cap jempol jari tangan;

i. Jumlah peserta secara bertahap akan disesuaikan dengan pendataan masyarakat miskin oleh BPS dan akhir masa transisi ditetapkan oleh Pemerintah.

Tatalaksana pelayanan kesehatan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin adalah sebagai berikut:

a. Setiap peserta Askeskin mempunyai hak mendapatkan pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas adan jaringannya meliputi pelayanan kesehatan rawat inap dan rawat jalan serta pelayanan kesehatan rujukan rawat jalan tingkat lanjutan dan rawat inap kelas III di Rumah Sakit;

b. Pelayanan kesehatan menerapkan sistem rujukan terstruktur dan berjenjang;

c. Pada kasus gawat darurat (emergency), seluruh PPK wajib memberikan pelayanan walaupun tidak memiliki perjanjian kerjasama dengan PT. Askes (Persero). Penggantian biaya pelayanan kesehatan diklaimkan ke PT. Askes (Persero) sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk peserta Askeskin;

d. Pelayanan rawat inap dilaksanakan pada Puskesmas Perawatan dan ruang rawat inap kelas III (III) di Rumah Sakit Pemerintah termasuk Rumah Sakit Khusus, TNI/POLRI dan Rumah Sakit Swasta yang bekerjasama dengan PT. Akes (Persero);


(28)

e. Pelayanan obat Puskesma beserta jaringannya dan di Rumah Sakit menggunakan obat generik yang daftar harganya ditatapkan oleh Menteri Kesehatan;

f. Penggunaan di luar obat generik masih dapat dimungkinkan sepanjang sesuai dengan indikasi medis berdasarkan protokol terapi yang diusulkan oleh komite medik dan disetujui oleh Direktur Rumah Sakit atau Pejabat yang diberi wewenang oleh Direktur;

g. Apabila terjadi ketiadaan obat generik di Apotik atau Rumah Sakit (Instalasi Farmasi), maka menjadi kewajiban PT.Askes (Persero) untuk segera menyediakan obat tersebut melalui koordinasi dengan pihak Rumah Sakit atau Apotik yang bekerja sama dengan PT.Askes (Persero);

h. Semua apotik/instansi farmasi dapat menyediakan obat generik untuk pelayanan masyarakat miskin melalui kerjasama dengan PT.Askes (Persero);

i. Instalasi farmasi Rumah Sakit dan Apotik yang bekerjasama dengan PT.Askes (Persero) dapat mengganti obat diluar generik dengan obat-obatan yang sepadan, dengan sepengetahuan dokter penulis resep;

j. Apabila terjadi peresepan diluar obat generik kecuali sebagaimana pada butir 6 (enam) diatas maka Pemerintah daerah atau pihak RS bertanggung jawab menanggung selisih harga tersebut;

k. Peserta tidak boleh dikenakan iuran bayar dengan alasan apapun;

l. Pelayanan transportasi rujukan emergency dan rujukan non emergency


(29)

transportasi rujukan. Besarnya biaya pelayanan transportasi rujukan dan pemulangan pasien/jenasah maksimal Rp 4.000,-/km, dengan minimum pembayaran Rp 40.000,- dengan hitungan jarak sekali jalan. Apabila terjadi kekurangan pembiayaan trasnportasi ini menjadi tanggung jawab Pemda dari daerah yang merujuk;

m. PT.Askes (persero) membuat perjanjian kerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat yang meliputi berbagai aspek pengaturan pelayanan kesehatan dasar.

Prosedur untuk memperoleh pelayanan kesehatan bagi peserta Askeskin adalah :

a. Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan dasar berkunjung ke Puskesmas dan jaringannya;

b. Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, peserta harus menunjukkan kartu Askeskin. Dalam mas transisi, peserta masih dapat menggunakan SKTM/Kartu Sehat/Kartu SLT/Kartu Gakin;

c. Apabila peserta memerlukan pelayanan kesehatan rujukan, maka peserta yang disertai rujukan dan identitas miskin sebagaimana dimaksud dalam butir ke 2 (dua) yang ditunjukkan sejak awal mulai berobat.

d. Pelayanan rujukan sebagaimana butir ke-3 (tiga) diatas meliputi :

i. Pelayanan rawat jalan spesialistik di Puskesmas yang memiliki pelayanan spesialistik;


(30)

iii. Pelayanan rawat jalan lanjutan di Rumah Sakit/BKMM/BP4/BKIM;

iv. Pelayanan rawat inap kelas III di Rumah Sakit;

e. Pada kasus gawat darurat, peserta wajib menunjukkan identitas miskin dalam waktu maksimal 3 x 24 jam hari kerja. Pada kondisi dimana pasien gawat darurat tersebut tidak mampu menunjukkan identitas miskin termasuk SKTM maka menjadi kewenangan Direktur Rumah Sakit atau Pejabat yang ditunjuk Direktur RS untuk menetapkan status miskin.

Pada dasarnya manfaat yang disediakan untuk peserta Askeskin bersifat komprehensif sesuai indikasi medis, kecuali beberapa hal yang dibatasi dan tidak dijamin.

a. Pelayanan yang dibatasi (Limitation)

1) Kacamata diberikan dengan lensa koreksi minimal =1/-1 dengan nilai maksimal Rp

150.000,-2) Alat bantu dengar diberi penggantian resep dari dokter spesialis THT, pemilihan alat bantu dengar berdasarkan harga yang paling murah dan ketersediaan alat tersebut di daerah;

3) Alat Bantu gerak (tongkat penyangga, kursi roda,korset) diberikan berdasarkan resep dokter dan disetujui Direktur Rumah Sakit atau Pejabat yang ditunjuk dengan mempertimbangkan alat tersebut memang dibutuhkan untuk mengembalikan fungsi dalam aktifitas sosial peserta tersebut. Pemilihan alat bantu gerak berdasarkan


(31)

harga paling efisien dan ketersediaan alat tersebut di daerah yang disepakati bersama dengan PT.Askes (Persero) Kantor Cabang atau Kantor Regional setempat;

4) Pelayanan penunjang diagnostik canggih. Pelayanan ini diberikan hanya pada kasus-kasus ’life saving’ dan kebutuhan penegakan diagnosa yangsangat diperlukan melalui pengkajian dan pengendalian oleh komite medik atau tim pengendali Askeskin rumah sakit.

b. Pelayanan yang tidak dijamin (Exclusion)

1) Pelayanan yang tidak sesuai prosedur dan ketentuan 2) Bahan, alat dan tindakan yang bertujuan untuk kosmetika 3) General chek up

4) Prothesis gigi tiruan 5) Pengobatan alternative

6) Rangkaian pemeriksaan, pengobatan dan tindakan dalam upaya mendapat keturunan termasuk bayi tabung dan pengobatan impotensi.

2. Faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan: a. Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat mendasar dalam diri manusia untuk mengembangkan diri, karena tingkat pendidikan dapat


(32)

menunjukkan tingkat status kesehatan seseorang (Basov, 2002: 1-4;Folland, et al.,2001:116-117).

Adanya perbedaan tingkat pendidikan pada diri seseorang juga menyebabkan pengetahuan kesehatan. Makin tinggi tingkat pendidikan, semakin mudah seseorang menerima serta mengembangkan pengetahuan dan teknologi, sehingga akan meningkatkan produktivitas yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan keluarga (World Bank, 1993:42; Groosman, 1999:31). Terdapat korelasi yang positif antara tingkat pendidikan dan status kesehatan, dimana tingkat kesehatan seseorang adalah investasi yang cukup tinggi dalam pendidikan (Basov, 2002:2). Rendahnya tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi secara tidak langsung akan mempengaruhi tingkat pengetahuan akan perlindungan masyarakat terhadap diri dan keluarganya, sehingga berdampak pada kurangnya akses perawatan dan pelayanan kesehatan (deri masria dan yuristianti, 2000:21).

b. Pendapatan keluarga

Pemerataan pendapatan merupakan hal yang sangat penting untuk peningkatan daya beli masyarakat termasuk juga akses terhadap pelayanan kesehatan yang memadai, karena pemerataan pendapatan merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam pembangunan di Indonesia. Ketimpangan dalam distribusi hasil-hasil pembangunan dapat


(33)

menimbulkan masalah yang berdampak luas terhadap pembangunan bidang kesehatan (Wiryo, 2001:3-4).

Dengan terjadinya krisis ekonomi secara umum anggaran pengeluaran rumah tangga di Indonesia mengalami penurunan. Hal tersebut sangat menyulitkan terutama untuk mencegah dan mengatasi penyakit (Khudori, 2003: 1).Sementara harga pelayanan kesehatan naik, namunpengeluaran kesehatan menurun sangat berarti (Frankenberg.et.al.,1999:10). Hal ini akan mengurangi akses ke pelayanan kesehatan karena pada masyarakat miskin pedesaan rata-rata pengeluaran per harinya kurang dari Rp 5.000 (Dursin, 2000:3). Rendahnya pendapatan tersebut akan berdampak buruk terhadap status kesehatan dan gizi masyarakat, khususnya keluarga miskin.

Dengan adanya Program Jaminan pemeliharaan Kesehatan Masyarakat miskin diharapkan dapat meningkatkan akses masyarakat berpendapatan rendah pada pelayanan kesehatan dasar. Sejalan dengan hal tersebut penelitian Jowett et al., (2002:9) tentang Pemanfaatan program Asuransi Kesehatan Masyarakat secara sukarela di Vietnam pada 2751 responden menunjukkan bahwa pendapatan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan, dimana pada pasien berpenghasilan rendah model asuransi lebih bermanfaat dibanding pada pasien dari masyarakat berpenghasilan tinggi. Permasalahannya di Indonesia model asuransi belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat.


(34)

c. Kualitas Pelayanan Kesehatan

Kualitas didefinisikan sebagai kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. (Goetsh, dalam Tjiptono, 2001: 51). Pendapat tersebut membandingkan kualitas secara lebih luas, tidak hanya aspek hasil baik saja yang ditekankan, melainkan juga meliputi proses, lingkungan dan manusia dalam memenuhi kebutuhannya.

Kualitas suatu bentuk pelayanan atau produk bukan ditetapkan oleh suatu institusi atau pemberi jasa, akan tetapi ditentukan oleh penilaian atau persepsi pemakai atau pelanggan itu sendiri. Penilaian atau persepsi dari pelanggan terhadap kualitas pelayanan sangat berbeda, tergantung seberapa besar antara harapan dan kenyataan yang akan diterima oleh pelanggan. Menurut Tjiptono (1996: 59) kualitas jasa pelayanan adalah tingkat keunggulan yang diharapkan untuk memenuhi keinginan pelanggan.

Menurut Rangkuti (2002: 29) jenis kualitas yang digunakan untuk memenuhi kualitas jasa adalah sebagai berikut:

1) Kualitas teknik (outcome) 2) Kualitas pelayanan (proses)

Kualitas pelayanan atau Service Quality dapat diartikan sebagai seberapa jauh perbedaan antara kenyataan dan harapan pada pelanggan atas layanan yang mereka terima.

Menurut Sabihaini (2000: 36), kualitas layanan merupakan suatu bentuk penilaian konsumen terhadap tingkat layanan yang diterima


(35)

(perceived service) dengan tingkat layanan yang diharapkan (expected service). Jadi kualitas layanan sebuah perusahaan dapat diketahui dengan cara membandingkan perspsi para pelanggan atas layanan yang seharusnya mereka terima dengan layanan yang sesungguhnya.

Dengan demikian service quality dapat didefinisikan sebagai seberapa jauh perbedaan antara kenyataan dan harapan para pelanggan atas layanan yang mereka terima atau peroleh.

Menurut Parasuraman dkk, Kualitas Pelayanan meliputi lima dimensi, yaitu:

1) Tangibles (bukti langsung), yaitu fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan sarana komunikasi. Hal ini berkaitan dengan fasilitas fisik, penampilan karyawan, peralatan dan teknologi yang digunakan dalam memberi layanan. Fasilitas fisik seperti gedung, ruang tempat pelayanan, kebersihan, ruang tunggu, fasilitas musik, AC dan tempat parkir merupakan salah satu segi dalam kualitas jasa, karena akan memberikan sumbangan bagi konsumen yang memerlukan layanan. Penampilan karyawan yang baik akan memberikan rasa dihargai bagi konsumen yang dilayani, sedangkan peralatan dan teknologi yang digunakan dalam memberikan pelayanan akan memberikan kontribusi positif pada kecepatan dan ketepatan pelayanan;

2) Reliability ( keandalan), yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan. Dimensi ini berkaitan dengan ketepatan waktu pelayanan, kemampuan menyediakan


(36)

pelayanan yang dijanjikan dengan akurat dan dapat diandalkan, sikap simpatik dan dapat dipercaya dari para karyawan dalam menangani masalah atau keluhan-keluhan para pelanggan dan kemampuan dalam menyimpan data secara benar dan akurat (bebas dari kesalahan-kesalahan);

3) Responsiveness (daya tanggap), yaitu kemampuan para karyawan untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap. Hal ini tercermin pada kecepatan, ketepatan pelayanan yang diberikan pada pelanggan, keinginan karyawan untuk membantu para pelanggan (misal: customer service mampu memberikan informasi dengan jelas seperti yang diperlukan oleh pelanggan), serta tersedianya karyawan pada jam-jam sibuk;

4) Assurance (jaminan), yaitu kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki oleh para staf, bebas dari bahaya, resiko dan keragu-raguan. Hal ini berkaitan dengan kemampuan karyawan dalam menanamkan kepercayaan pada pelanggan, adanya perasaan aman bagi pelanggan, pengetahuan dan sopan santun karyawan dalam meberikan layanan kepada konsumen. Pengetahuan, kesopanan dan kemampuan karyawan akan menimbulkan kepercayaan dan keyakinan pelanggan terhadap perusahaan;

5) Emphaty (empati), yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan memahami kebutuhan pelanggan. Hal ini berhubungan dengan perhatian atau kepedulian


(37)

karyawan kepada pelanggan, kemudahan mendapatkan pelayanan (berkaitan dengan banyaknya outlet, kemudahan mendapatkan informasi melauli telepon), kepedulian karyawan terhadap permasalahan yang dihadapi pelanggan. Perusahaan memiliki objektivitas yaitu memberi perlakuan yang sama kepada semua pelanggan. Semua pelanggan berhak untuk memperoleh kemudahan pelayanan yang sama tanpa didasari apakah mereka mempunyai hubungan khusus dengan karyawan atau tidak..

d. Jarak Pelayanan Kesehatan

Semakin meningkatnya persebaran sarana pelayanan kesehatan baik oleh pemerintah maupun swasta, maka perilaku masyarakat dalam memanfaatkan sarana kesehatan sangat dipengaruhi oleh jarak terhadap fasilitas pelayanan kesehatan tersebut. Jarak rumah dengan lokasi pelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan ibu hamil untuk menentukan tempat pelayanan kesehatan yang dimanfaatkannya (Anantanyu et.al., 2001: 57-71).

B. Penelitian Terkait Yang Pernah Dilakukan 1. Penelitian tentang Kajian Implementasi Program JPS

Penelitian ini dilakukan oleh bakti et al (2000:1). Tujuan penelitian adalah untuk melakukan evaluasi terhadap program JPS tahun 1998/1999 dan dilakukan pada 191 responden yang terdiri pelaksana, tokoh masyarakat,


(38)

penerima bantuan dan masyarakat bukan penerima bantuan. Data primer dikumpulkan melalui kuesioner, wawancara mendalam dan diskusi terfokus. Hasil studi menemukan bahwa persoalan yang menghambat program

adalah kurangnya sosialisasi program di tingkat pelaksana. Sementara palaksana program JPS-BK sangat terburu-buru, bahkan ada daerah yang tidak melaksanakan sosialisasi program.

2. Pengaruh Kepesertaan JPS-BK terhadap Pengeluaran Pelayanan Persalianan Penelitian ini adalah studi analitik dengan pendekatan kohort historis

yaitu membandingkan pengeluaran pelayanan persalinan antara ibu bersalin peserta JPS-BK dan ibu bersalin bukan pesertta JPS-BK.

Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa kepesertaan JPS-BK menurunkan pengeluaran pelayanan persalinan sebesar 59,9% dari pada ibu bersalin bukan peserta JPS-BK.

C. Kerangka Berfikir

Berdasarkan landasan teori dan penelitian terkait terdahulu maka dibangun sebuah kerangka berfikir dengan variabel bebas tingkat pendidikan dan pendapatan keluarga. Sedangkan variabel terikatnya adalah pemanfaatan kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II Kabupaten Gunungkidul, sehingga dapat kami sajikan pada gambar 1 sebagai berikut:


(39)

Gambar 2.1. Kerangka Berfikir Pendapatan Keluarga

Pemanfaatan Kepesertaan Askeskin di Puskesmas

Nglipar II Gungkidul Tingkat Pendidikan

Peserta Askeskin


(40)

Desain penelitian yang akan digunakan sebagai berikut:

Stratifikasi

Random Random Sampling Sampling

Gambar 2.2. Desain Penelitian

Peserta Askeskin

Peserta Askeskin yang memanfaatkan

Peserta Askeskin yang tidak memanfaatkan

Sampel peserta Askeskin yang berkunjung di Puskesmas

Nglipar II, 1 tahun terakhir

Sampel peserta Askeskin yang tidak berkunjung di Puskesmas

Nglipar II, 1 tahun terakhir

Pengukuran variable-variabel: - Tingkat pendidikan,

- Pendapatan keluarga.

Analisis data: Regresi Linier Ganda


(41)

D. Perumusan Hipotesis

1. Didapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan pemanfaatan kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II Kabupaten Gunungkidul;

2. Didapat hubungan yang signifikan antara pendapatan keluarga dengan pemanfaatan kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II Kabupaten Gunungkidul;

3. Didapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dan pendapatan keluarga dengan pemanfaatan kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II Kabupaten Gunungkidul.


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

A Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non eksperimental dengan pendekatan cross sectional menggunakan desain penelitian metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang mencoba menghubungkan tingkat pendidikan dan pendapatan keluarga dengan pemanfaatan kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II Kabupaten Gunungkidul.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Nglipar II Kabupaten Gunungkidul, pada bulan seperti tertera pada tabel dibawah ini :

NO Uraian Kegiatan OKTOBER NOVEMBER DESEMBER JANUARI

II III IV I II III IV I II III IV I II III

1. Pengumpulan data

2 Penyusunan proposal penelitian

√ √ √

3 Seminar √

4 Persiapan penelitian

5 Ijin penelitian √

6 Pelaksanaan Penelitian

√ √

7 Penyusunan Hasil dan Pembahasan

√ √

8 Penyusunan Tesis


(43)

9 Ujian Tesis √

10 Revisi √

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

C. Subyek Penelitian 1. Populasi

Populasi adalah subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya ( Sugiyono, 2005 : 49 ). Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat miskin peserta ASKESKIN di wilayah kerja Puskesmas Nglipar II Kabupaten Gunungkidul Tahun 2007 sebanyak 1.251 KK.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi itu (Sugiyono, 2005 : 49). Besar sampel pada penelitian ini diambil secara acak (random sampling) sebanyak 89 KK. Penghitungannya menggunakan rumus sebagai berikut :

χ2 . N. P (1-P) S =

d2 (N-1) + χ2 P.(1-P)

S : Ukuran sample

χ2 :


(44)

N : Ukuran populasi

P : Proporsi pada populasi 50% (0,5) d : Ketelitian (Error) 10% (0,1)

( Arikunto, 2006)

D. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian.

Variabel independen atau variabel bebas dalam penelitian ini yaitu tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan keluarga. Sedangkan variabel dependen atau variabel terikatnya yaitu Pemanfaatan Kepesertaan Askeskin.

2. Definisi operasional

a. Pemanfaatan kepesertaan Askeskin adalah Masyarakat miskin yang memiliki kartu Askeskin berdasarkan kriteria yang tercantum dalam Surat Keputusan Bupati Gunungkidul No. 412/232 H Tahun 2004, yang memanfaatkan dan tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas Nglipar II Kabupaten Gunungkidul.

b. Tingkat Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal yang dicapai Kepala Keluarga dengan sekolah, yang diakui pemerintah.

c. Pendapatan Keluarga adalah pendapatan rata-rata yang diperoleh anggota keluarga dalam rumah tangga karena melakukan pekerjaan secara rutin atau bersumber dari lainnya selama enam bulan terakhir.


(45)

E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data adalah dengan wawancara langsung terhadap responden dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari Tingkat Pendidikan, Pendapatan keluarga serta pemanfaatan kepesertaan Askeskin dan dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang bersumber dari dokumen-dokumen tertulis yang berkaitan dengan pelaksanaan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin seperti laporan bulanan, buku registrasi pasien dan Profil Puskesmas Nglipar II Kabupaten Gunungkidul.

F. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel Bebas merupakan variabel yang diharapkan berhubungan dengan variabel terikat.

1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah: a. Tingkat Pendidikan (X1)

b. Pendapatan Keluarga (X2) 2. Variabel Terikat

Variabel terikatnya adalah Pemanfaatan Kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II Kabupaten Gunungkidul (Y).


(46)

G. Teknik Analisa Data 1. Teknik Uji Instrumen Penelitian

Seperti dijelaskan di atas bahwa pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat dalam bentuk kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 1999: 135).

a. Uji Validitas

Uji Validitas ini dilakukan untuk mengetahui seberapa cermat suatu tes (alat ukur) melakukan fungsi ukurnya. Cara menguji validitas ini dilakukan dengan melkngkorelasikan antara skor konstruk dengan skor totalnya. Adapun teknik korelasi yang diterapkan dalam penelitian ini

adalah teknik korelasi Product Moment dari Karl Parson adalah sebagai berikut:

NXY – (X) (Y) rxy =

NX2– (X)2

}

NY2– (Y)2

}

Keterangan :

rxy = Koefisien Korelasi

xy = Jumlah Product deviasi variable x dan y (butir dan total) x = Jumlah varian variable x (butir)


(47)

y = Jumlah varian variable y (total) (Suharsimi Arikunto, 2006 : 275).

b. Uji Realiabilitas

Analisis reliabilitas menunjukkan pada pengertian apakah instrument dapat mengukur suatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke waktu. Ukuran dikatakan reliabel jika ukuran tersebut membeikan hasil yang konsisten. Reliabilitas diukur dengan menggunakan metode

cronbach alpha.

rumus cronbach alpha yaitu : k b

2

r11 = ( ) (1 - )

(k – 1) 2t

Keterangan :

r11 = reliabilitas instrument

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal b2 = Jumlah varians butir

2t = varians total ( suharsimi Arikunto, 2006 : 196).

2. Pengujian Persyaratan Regresi atau Uji Asumsi Klasik a. Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan melihat gambar grafik Normal P-P Plot, dimana terjadinya gejala tersebut dideteksi dengan melihat titik-titik yang


(48)

mengikuti arah garis linear dari kiri bawah ke kanan atas. Bila titik-titik mengikuti arah garis linier berarti terjadi adanya gejala normalitas.

b. Autokorelasi

c. Uji Heteroskedastisitas d. Uji Multikolinier

3. Teknik Uji Regresi Linier Berganda (Multiple Linier Regression)

Analisisi ini digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Adapun rumus yang digunakan adalah :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e

( Sugiyono, 1999 : 211 ) Keterangan :

X1 = Tingkat Pendidikan

X2 = Pendapatan Keluarga

Y = Pemanfaatan kepesertaan ASKESKIN

a = Konstanta

b1 ….b2 = Koefisien regresi


(49)

4. Uji Hipotesis a. Uji t

Langkah-langkah pengujian : (Subagyo, 1997 : 162) 5) Menentukan Ho dan Ha

6) Penentuan Level of Significant ( α ) = 0,05 7) Kriteria pengujian

8) Nilai hitung T hitung = b– β

Sb

Keterangan :

b = Koefisien regresi

β = Nilainya nol

Sb = Standart error of regression coefficient b. Uji F (F-Test)

Uji F digunakan untuk mengetahui signifikansi pengaruh variable Pendidikan dan Pendapatan keluarga secara serempak terhadap Pemanfaatan kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II Kabupaten Gunung Kidul. Langkah-langkah pengujian :

1) menentukan Ho dan Ha

2) Penentuan Level of Significant ( α ) = 0,05 3) Kriteria Pengujian


(50)

SSR/k F hitung =

SSE / n-1-k

( Subagyo, 1997 : 168) Keterangan :

SSR = Sum of Squares Regression

SSE = Sum of Squares Residual k = Banyaknya variabel bebas n = Banyaknya sampel c. Analisis Koefisien Determinasi (R2)

Analisis koefisien determinasi untuk mengetahui besarnya sumbangan pengaruh variable Pendidikan, Pendapatan, Jarak Fasilitas kesehatan dan Kualitas Pelayanan terhadap Pemanfaatan kepesertaan Askeskin. Koefisien determinasi dinyatakan dalam prosentase. Adapun rumus R2 adalah :

β1YX1 + β2YX2

R2 = Y2

(Subagyo, 1992 ; 164) Keterangan :

β1, β2 = Koefisien regresi

X1, X2 = data variable independent


(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Letak Geografi Puskesmas Nglipar II

Puskesmas Nglipar II terletak di dusun Natah Wetan, desa Natah, Kecamatan Nglipar kabupaten Gunungkidul, dengan wilayah kerja meliputi empat desa, yaitu:

1. Desa Kedungpoh 2. Desa Katongan 3. Desa Pilangrejo 4. Desa Natah

Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Nglipar II: a. Utara : Desa Tancep kecamatan Ngawen

b. Barat : Desa Hargomulyo kecamatan Gedangsari c. Selatan : Desa Bejiharjo kecamatan Karangmojo d. Timur : Desa Beji kecamatan Ngawen

Tabel 4.1

DATA GEOGRAFI Puskesmas Nglipar II

Luas Wilayah 41.09 km2


(52)

Jumlah dusun 30 dusun

Jumlah musim 2 musim (kemarau dan hujan)

Suhu 22°C – 34°C

Kelembaban udara Tinggi

Jenis tanah Kapur liat/tanah merah

2. Demografi

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Nglipar II sebanyak 17.940 jiwa, yang tersebar di 4 (empat) desa, dengan jumlah penduduk yang memiliki kartu Askeskin sebanyak 1.251 KK (6.750 jiwa).

Tabel 4.2

DISTRIBUSI PENDUDUK SE-WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGLIPAR II MENURUT TINGKAT PENDIDIKAN

NO. TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH

1. 2. 3. 4. 5.

Tidak/belum tamat SD Sekolah Dasar (SD)

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Seklah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) Akademi/Perguruan Tinggi

14.579 1.102 1.260 859 140


(53)

Tabel 4.3

DATA PENDUDUK BERDASARKAN MATA PENCAHARIAN SE-WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGLIPAR II

NO. MATA PENCAHARIAN JUMLAH PROSENTASE

1. Petani 7.991 43,12

2. Buruh tani 1.831 9,98

3. Buruh/swasta 912 4,97

4. PNS 133 0,72

5. Pengrajin 873 4,76

6. Pedagang 204 1,11

7. Montir 13 0,08

8. Dokter 2 0,01

Jumlah 11.959 100

B. Deskripsi Data Responden

Berdasarkan hasil pengisian kuesioner diketahui beberapa deskripsi data responden yang meliputi tingkat pendidikan, pendapatan keluarga dan pemanfataan kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II dan jaringannya.

Tabel 4.4

Tingkat Pendidikan Responden

NO. Tingkat Pendidikan Jumlah Prosentase


(54)

2. SD 46 51,68

3. SLTP 9 10,12

4. SLTA 8 08,99

5. AKADEMI 0 00,00

6. Perguruan Tinggi 0 00,00

Jumlah 89 100,00

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa tingkat pendidikan responden yang terbanyak yaitu SD 51,68%, tidak pernah sekolah 29,21%, SLTP 10,12% dan SLTA 08,99%.

Tabel 4.5

Pendapatan Keluarga Responden

NO. PENDAPATAN KELUARGA JUMLAH PROSENTASE

1. Tidak ada pendapatan (<Rp. 100.000,-) 4 03,56

2. Rp. 100.000,- s/d Rp. 199.000,- 15 13,35

3. Rp. 200.000,- s/d Rp. 299.000,- 18 16,02

4. Rp. 300.000,- s/d Rp. 399.000,- 24 21,36

5. Rp. 400.000,- s/d Rp. 500.000,- 16 14,24

6 >Rp. 500.000,- 12 10,68

Jumlah 89 100,00

Dari tabel di atas, rata-rata pendapatan keluarga responden per bulan yaitu Rp. 300.000,- s/d Rp. 399.000,- (21,36%), Rp. 200.000,- s/d Rp


(55)

299.000,-(16,02%), Rp. 400.000,- s/d Rp. 500.000,- (14,24%), Rp. 100.000,- s/d Rp 199.000,- (13,35%), >Rp. 500.000,- (10,68%) dan tidak ada pendapatan (<Rp. 100.000,-) (03,56%).

Dari 89 responden yang diwawancarai terdapat 4 responden (3,56%) yang menyatakan tidak pernah sakit, sehingga mereka tidak memanfaatkan kepesertaan Askeskin.

Sedangkan dari 89 responden yang diwawancarai, 85 responden (96,44%) menyatakan pernah sakit dan memanfaatkan kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II, yang menyatakan tidak punya biaya 35,6%, jaraknya dekat dengan rumah 16,02%, kualitas pelayanannya baik 11,57%, prosedurnya mudah 6,23%, pelayanannya cepat 2,67% dan petugasnya ramah 27,91%. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.6

Pemanfaatan Kepesertaan Askeskin

NO. ALASAN MEMANFAATKAN JUMLAH PROSENTASE

0. Tidak punya biaya 40 35,6%

1. Jaraknya dekat dengan rumah 18 16,02%

2. Kualitas pelayanannya baik 13 11,57%

3. Prosedurnya mudah 7 6,23%

4. Pelayanannya cepat 3 2,67%

5. Petugasnya ramah 8 7,12%


(56)

C. Hasil dan Analisis 1. Uji Persyaratan Regresi atau Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Pengujian normalitas data dapat dilakukan dengan menguji unstandardized residual dari model regresi yang dihasilkan menggunakanuji Kolmogorov-Smirnov, dapat dilihat pada tabel 4.7 di bawah ini:

Tabel 4.7

Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Sminov One-Sample Kolmogorov-Sminov Tes

Res 1 N

Normal Parameters Mean

Std. Deviation Most Extreme Absolute Differences Positive Negative Kolmogorov-Sminov Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

92 .3286011 .23512973 .187 .187 -.108 1.793 .322 a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data Hipotesis:

Ho : F(x) = Fo(x), dengan F(x) adalah fungsi distribusi populasi yang diwakili oleh sample (residual) dan Fo(x) adalah fungsi distribusi satu populasi berdistribusi normal

H1 : F(x) ≠ Fo(x) atau distribusi populasi tidak normal.

Tabel 4.7 menunjukkan hasil Z dari Kolmogorov – Smornov sebesar 1.793 dengan signifikansi sebesar 0.322 > 0,05 menunjukkan bahwa nilai Z tidak


(57)

signifikan, berarti menerima Ho yaitu residual berdistribusi normal. Jika residual berdistribusi normal, maka semua data dari variabel di dalam model regresi tersebut berdistribusi normal.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independent. Pendeteksian adanya multikolinearitas menggunakan collinearity diacnostics yang disajikan pada tabel 4.8.

Tabel 4.8. Uji Multikolinearitas

Coefficients Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

Collinearity Statistics Model

B Std.Error Beta

t Sig.

Tolera nce

VIF

1 (Constant) Pendidikan Pendapatan

.618 .269 -.368

.088 .090 .150

.282 -.237

7.048 2.993 -.2.458

.000 .004 .016

.982 .934

1.018 1.070 a. Dependent Variable: Pemanfaatan

Hasil perhitungan nilai VIF lebih kecil dari 10,0 menunjukkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independent dalam model regresi. Pengolahan data penelitian ini diperoleh hasil bahwa nilai VIF untuk pendidikan sebesar 1.018, nilai VIF untuk pendapatan sebesar 1.070, sehingga tidak ada multikolinearitas antar variabel independent dalam penelitian ini.


(58)

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas. Untuk menguji model regresi dalam penelitian ini apakah homoskedastisitas atau heteroskedastisitas digunakan uji White, yang disajikan pada tabel 4.9.

Tabel 4.9. Hasil Regresi Residual dengan Uji White Coefficients Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) Pendidikan Pendapatan

.381 -.091 -.047

.049 .050 .084

-.188 -.060

7.757 -1.807 -.561

.000 .074 .576 a. Dependent Variable: res-1

Uji White dilakukan dengan meregresi nilai residual (unstandardized residual) dengan variabel bebas. Apabila hasilnya tidak signifikan maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Tabel 4.9. menunjukkan bahwa Uji heteroskedastisitas didapatkan hasil bahwa variabel independent setelah diregresi dengan residual maka hasilnya tidak signifikan.

Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat heteroskedastisitas atau dengan kata lain persamaan regresi heteroskedastisitas atau varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap.


(59)

d. Uji Otokorelasi

Tabel 4.10. Hasil uji Otokorelasi

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .492 .242 .207 .412 1.787

a. Predictors : (Constant), Pendidikan, Pendapatan b. Dependent Variabel : Pemanfaatan

Dari tabel di atas dapat dilihat nilai Durbin-Watson sebesar 1.787 akan dibandingkan dengan dengan nilai tabel dengan menggunakan derajat kepercayaan 5%, jumlah sample 89 dan jumlah variabel bebas 2, maka di tabel Durbin Watson akan didapat nilai dL dan 4-du atau 1,58,1,787,2,25 maka diterima. Hal ini dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi pada model regresi.

2. Uji Hipotesis

a. Model Persamaan Regresi Berganda

Analisis ini digunakan untuk mengukur nilai variabel terikat dan seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat tersebut. Rumus regresi linear berganda dalam penelitian ini sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + e

Dimana :

Y = variabel Pemanfaatan Kepesertaan Askeskin X1 = variabel Tingkat Pendidikan


(60)

a = nilai konstanta e = Residual

Dari hasil olahan data dengan menggunakan SPSS 15.00 ditunjukkan pada tabel 4.11. berikut:

Tabel 4.11. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Coefficients Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) Pendidikan Pendapatan

.618 .269 -.368

.088 .090 .150

.282 -.237

7.048 2.993 -2.458

.000 .044 .016 a. Dependent Variable: pemanfaatan

Regresi linier berganda sebagai berikut: Y= 0,618 + 0,269 X1- 0,368X2 + e

(0,000)** (0,004)** (0,016)**

Dari persamaan di atas, maka dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

1) Konstanta sebesar 0,618, berarti bahwa apabila nilai variabel dimensi pemanfaatan pelayanan kesehatan yang terdiri dari tingkat pendidikan (X1) dan pendapatan keluarga (X2), maka variabel pemanfaatan (Y) akan bertambah;

2) Pendidikan mempunyai signifikansi sebesar 0,004 , 0,05 sehingga tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pemanfaatan kepesertaan Askeskin. Hal ini


(61)

mengidentifikasikan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin tinggi tingkat pemanfaatan kepesertaan Askeskin;

3) Pendapatan keluarga mempunyai signifikansi sebesar 0,016 , 0,05, berarti pendapatan keluarga berpengaruh dan signifikan terhadap pemanfaatan kepesertaan Askeskin;

4) Pendidikan mempunyai koefisien paling besar, dari persamaan regresi yakni (0,269), berarti pendidikan merupakan variabel yang paling dominant antara variabel independent yang berpengaruh terhadap pemanfaatan kepesertaan askeskin.

b. Uji t

Uji t pada dasarnya digunakan untuk menunjukkan signifikansi pengaruh variabel bebas secara individual (parsial) terhadap variabel terikat, yang telah dirumuskan dalam suatu hipotesis. Dengan membandingkan nilai t hitung terhadap t tabel maka dapat disimpulkan menerima atau menolak hipotesis tersebut.

Hasil analisis data yang diperoleh dengan program SPSS 15.00 ditunjukkan pada tabel 4.12.

Tabel 4.12. Hasil Uji t

Variabel t-hitung t-tabel Sig

Tingkat pendidikan 2.993 1,960 0.004

Pendapatan keluarga -2.458 -1,960 0.016


(62)

1) Pendidikan mempunyai nilai t hitung sebesar 2.993 > t tabel sebesar 1,960 dengan tingkat signifikansi 0,004 lebih besar dari ά = 0,05 berarti Ho ditolak. Hal ini mengindikasikan bahwa pendidikan secara individual mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap pemanfaatan kepesertaan Askeskin. 2) Pendapatan keluarga mempunyai nilai t hitung sebesar -2.458 < -t tabel sebesar

-1,960 dengan tingkat signifikansi 0,016 lebih besar dari ά = 0,05 berarti Ho ditolak. Hal ini mengindikasikan bahwa pendapatan keluarga secara individual mempunyai pengaruh yang negative dan signifikan terhadap pemanfaatan kepesertaan Askeskin.

c. Uji F

Selanjutnya untuk mengetahui hubungan variabel bebas yang diteliti secara bersama-sama terhadap variabel terikat dilakukan Uji statistic F, seperti yang terlihat pada tabel 4.13. di bawah ini:

Tabel 4.13. Hasil Uji F

ANOVA

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. 1 Regresion

Residual Total

4.711 14.767 19.478

4 87 91

1.178 170

6.938 .000a

a. Predictors: (Constant), Pendidikan, pendapatan b. Dependent Variable: Pemanfaatan

Dari hasil analisis diperoleh F hitung sebesar 6.938 > F tabel sebesar 2.45 dengan probabilitas 0,000. Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05, maka Ho


(63)

ditolak. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat pendidikan dan pendapatan keluarga secara simultan memiliki hubungan signifikan terhadap pemanfaatan kepesertaan Askeskin.

d. Koefisien Determinasi

Tabel 4.14. Koefisien Determinasi

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .492a .242 .207 .412

a. Predictors : (Constant), Pendidikan, Pendapatan

Dari tabel 4.14. Koefisien determinasi ditunjukkan melalui nilai R Square sebesar 0.242. Hal ini menunjukkan bahwa variasi perubahan hubungan tingkat pendidikan dan pendapatan keluarga mampu menjelaskan variasi hubungan pemanfaatan kepesertaan Askeskin sebesar 24,2%, sedangkan sisanya sebesar 75,8% dijelaskan oleh hubungan lain yang tidak dijelaskan di model, seperti factor sosialisasi program, keberadaan sarana kesehatan yang lain, demografi dan sasaran peserta Askeskin.


(64)

D. Pembahasan 1. Tingkat pendidikan

Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara tingkat pendidikan dengan pemanfaatan kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II Kabupaten Gunungkidul (nilai t hitung sebesar 2.993 > t tabel sebesar 1,960) dan berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda diketahui bahwa variabel tingkat pendidikan mempunyai koefisien yang paling besar, dari persamaan regresi yakni (0.269), berarti tingkat pendidikan merupakan variabel yang paling dominant diantara variabel independent yang berhubungan terhadap pemanfaatan kepesertaan Askeskin.

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan bahwa rendahnya tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi secara tidak langsung akan mempengaruhi tingkat pengetahuan akan perlindungan masyarakat terhadap diri dan keluarganya, sehingga berdampak pada kurangnya akses perawatan dan pelayanan kesehatan (Deri Maria dan Yuristianti, 2000:21).

Penelitian tentang kegunaan pelayanan kesehatan pada 625 keluarga dan 719 perempuan usia 15 – 54 tahun di Nepal Tengah juga menunjukkan bahwa wanita yang berpendidikan, lebih banyak menggunakan fasilitas kesehatan modern dibandingkan dengan wanita yang buta huruf (Niraula, 1994: 151 – 166).

Penelitian tentang pengaruh penggunaan pelayanan kesehatan di Cebu Philipina, juga menunjukkan bahwa pendidikan sangat berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan pada masyarakat pedesaan, di mana terjadi kenaikan kunjungan ke fasilitas pelayanan modern sebesar 11% pada sekolah menengah


(65)

umum dan kenaikan sebesar 19% untuk kenaikan pendidikan tiap tahunnya (Becker, et al, 1993: 77 – 89).

Hasil penelitian dan beberapa studi tersebut memberikan makna bahwa masyarakat yang berpendidikan tinggi biasanya mempunyai akses yang lebih baik terhadap akses pelayanan kesehatan yang modern dan berkualitas. Di Indonesia pelayanan modern seperti ini biasanya juga didikuti dengan tarif pelayanan yang mahal sehingga biaya yang dikeluarkannya semakin tinggi.

2. Pendapatan keluarga

Variabel pendapatan keluarga terdapat hubungan yang signifikan dengan pemanfaatan kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II Kabupaten Gunungkidul, di mana nilai – t hitung < - t tabel (-1,960) yaitu -2,458, hal tersebut dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan keluarga maka semakin rendah tingkat pemanfaatan kepesertaan Askeskin. Hal ini sejalan dengan pendapat penelitian Jowett et al., (2002:9) tentang Pemanfaatan Program Asuransi Kesehatan Masyarakat secara sukarela di Vietnam pada 2751 responden menunjukkan bahwa pendapatan mempunyai hubungan yang signifikan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan, di mana pada pasien berpenghasilan rendah model asuransi lebih bermanfaat dibanding pada pasien dari masyarakat berpenghasilan tinggi. Permasalahannya disini yaitu kemungkinan ketidaktepatan dalam penetapan sasaran Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin ini, di mana jaminan yang diberikan seharusnya bagi masyarakat yang benar-benar miskin dengan pendapatan ≤ 400.000,- / bulan.


(66)

Masyarakat yang pendapatan keluarganya tinggi cenderung dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan modern (rumah sakit), sedangkan pada keluarga berpenghasilan rendah menggunakan kartu JPS-BK atau pergi ke dukun. Hasil penelitian Siswanto et al. (1998: 230) juga menunjukkan bahwa ada perbedaan yang cukup bermakna untuk menentukan pelayanan kesehatan antara yang berpenghasilan cukup dan kurang.

Menurut Azrul Azwar (Dursin, 2000: 2) sejak krisis ekonomi, kondisi kesehatan masyarakat semakin mengkhawatirkan. Penyebabnya adalah beban hidup yang ditanggung penduduk semakin tinggi, sementara penghasilan keluarga tidak mencukupi untuk mengakses ke pelayanan kesehatan karena rata-rata tiap harinya Rp. 5000,-.

Keterbatasan penghasilan keluarga juga menyebabkan terbatasnya kases ke pelayanan kesehatan. Dari beberapa survei menunjukkan rendahnya pendapatan keluarga khususnya di pedesaan, menyebabkan tidak terjangkaunya akses ke pelayanan kesehatan dasar, misalnya ke dokter.

Tingkat pendapatan keluarga menunjukkan status ekonomi seseorang. Pendapatan keluarga yang semakin tinggi menciptakan peluang yang lebih besar untuk menentukan pilihan dalam menggunakan jasa pelayanan kesehatan (Anantanyu et al., 2001: 57-71). Hasil penelitian Niken (2001: 1) menunjukkan bahwa selain tingkat pendidikan, faktor ekonomi merupakan faktor yang diperhitungkan dalam memilih rumah sakit sebagai tempat persalinan di Kabupaten Bantul Yogyakarta.


(67)

Menurut teori mikroekonomi tentang demand (permintaan) pelayanan kesehatan menyebutkan bahwa jika pelayanan kesehatan merupakan kebutuhan utama (substitusi), makin tinggi pendapatan keluarga maka makin besar demand terhadap pelayanan kesehatan tersebut. Sebaliknya jika jenis pelayanan kesehatan tersebut merupakan kebutuhan pelengkap (komplemen), meningkatnya pendapatan keluarga akan menurunkan demand terhadap jenis pelayanan kesehatan tersebut (Blight & Shafto, 1989: 77; Folland, et al, 2001: 25). Hal tersebut menunjukkan bahwa mahalnya biaya pelayanan kesehatan akan berdampak pada menurunnya akses masyarakat pada pelayanan tersebut, khususnya pada masyarakat ekonomi lemah (Bratt, 2002: 281 – 287).

Hasil penelitian dan beberapa studi tersebut menunjukkan bahwa pendapatan keluarga sangat berpengaruh terhadap pengeluaran pelayanan kesehatan.

3. Pemanfaatan Kepesertaan Askeskin

Apabila kedua variabel yaitu tingkat pendidikan dan pendapatan keluarga dilakukan uji F maka hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dan pendapatan keluarga simultan berhubungan signifikan terhadap pemanfaatan kepesertaan Askeskin, karena nilai F hitung sebesar 6,938 > F tabel sebesar 2.45 dengan probabilitas 0,000. Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Saadah yang dilaporkan oleh the British Council (2002: 32) yang menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara kepemilikan Kartu Sehat dengan pemanfaatan dalam mengakses kesehatan.


(68)

Di mana dari 1.054 responden yang diobservasi, dari 13,7% kepala keluarga yang memiliki kartu sehat hanya 4,1% yang menggunakannya.

Penelitian pada masyarakat Tanzania juga menunjukkan jika biaya pelayanan kesehatan mengalami kenaikan maka akan menurunkan minat masyarakat yang akan memanfaatkan pelayanan kesehatan tersebut. Oleh karena itu masyarakat Tanzania sangat menyambut baik kebijaksanaan pengaturan biaya pelayanan kesehatan yang disesuaikan dengan tingkat pendapatan (Sahn et al., 2000: 12). Sedangkan di Republik Dominika kebijakan untuk mengefektifkan biaya persalinan dengan sistem pembiayaan pada masyarakat dapat meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan khususnya di pedesaan (Thind & Ronald, 2002: 7). Sebagai bentuk perhatian pemerintah Indonesia untuk rakyat miskin maka diperkenalkan program kartu sehat pada tahun 1994, sebagai bagian dari strategi mengurangi beban bagi rakyat miskin. Rakyat yang tidak mampu bila membawa kartu sehat, maka mendapat bebas biaya berobat di Puskesmas atau di rumah sakit (Marzolf, 2002: 25). Masalahnya kenyataan di lapangan masih banyak kepemilikan kartu sehat, sedangkan keluarga yang kurang mampu justru tudak memiliki kartu sehat (Kristanti, et al, 2002: 1).

E. Keterbatasan Penelitian

Telah disebutkan pada bab III, bahwa metode pengumpulan data yang dipakai menggunakan kuesioner. Metode ini cukup efektif untuk bias mendapatkan data yang diinginkan dari sejumlah responden yang memiliki beragam karakter. Namun demikian bukan berarti dengan metode ini tidak ada


(69)

kekurangan atau tidak menemui kesulitan. Dalam upaya mendapatkan data yang akurat dengan menggunakan kuesioner kesulitan yang dihadapi yaitu tidak selamanya responden langsung memahami apa yang dihadapi dan responden langsung memahami apa yang dimaksudkan pada pertanyaan atau pernyataan tersebut. Apalagi dengan latar belakang tingkat pendidikan yang berbeda, akan berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh. Disamping itu peneliti mengakui bahwa tidak professional dalam pembuatan kuesioner sehingga masih terdapat kekurangan dan ketidaktepatan dalam pembuatan kuesioner. Seperti penetapan skala data untuk variabel tingkat pendidikan yang hanya menggunakan skala data kategorikal (dikotom). Namun demikian peneliti telah berusaha semaksimal mumgkin dengan melakukan uji coba terlebih dahulu kuesioner yang akan dipakai, sehingga benar-benar valid dan reliable.

Jumlah responden dan variabel bebas yang diteliti pada penelitian ini sangat terbatas, juga merupakan keterbatasan penelitian ini sehingga dari nilai R Square sebesar 0.242 menunjukkan bahwa variasi perubahan faktor tingkat pendidikan dan pendapatan keluarga hanya mampu menjelaskan variasi perubahan faktor pemanfaatan kepesertaan Askeskin sebesar 24,2%, sedangkan sisanya sebesar 75,8% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dijelaskan dalam model, seperti faktor sosialisasi program, keberadaan sarana kesehatan yang lain, demografi dan sasaran peserta Askeskin.


(70)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya dan kajian empiris yang dilakukan untuk mengetahui hubungan pemanfaatan kepesertaan Askeskin, maka dapat disusun beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada hubungan positif dan signifikan antara tingkat pendidikan dengan pemanfaatan kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II Kabupaten Gunungkidul. Hal ini dapat diketahui dari hasil Uji t tingkat pendidikan terhadap pemanfaatan kepesertaan Askeskin dengan nilai signifikasi 0,05, menunjukkan nilai t hitung sebesar 2,993 > dari t tabel sebesar 1,960.

2. Ada hubungan negatif yang signifikan antara pendapatan keluarga dengan pemanfaatan kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II Kabupaten Gunungkidul. Hasil Uji t terhadap variabel ini menunjukkan nilai t hitung sebesar -2,458 < dari – t tabel sebesar -1,960.

3. Ada hubungan positif dan signifikan antara tingkat pendidikan dan pendapatan keluarga dengan pemanfaatan kepesertaan Askeskin di Puskesmas Nglipar II Kabupaten gunungkidul. Hal ini dapat dilihat dari hasil Uji F di mana nilai F hitung sebesar 6,938 > F tabel sebesar 2,45 (ά = 0,000).


(1)

Lampiran 6

REGRESI LINIER BERGANDA

1. Regresi linier berganda sebagai berikut:

Y= 0,618 + 0,269 X1 - 0,368X2 + e

(0,000)** (0,004)** (0,016)**

2. Uji F

ANOVA

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regresion Residual Total 4.711 14.767 19.478 4 87 91 1.178 170 6.938 .000a

a. Predictors: (Constant), Pendidikan, pendapatan b. Dependent Variable: Pemanfaatan

Hasil uji secara serempak (Uji F) diketahui besarnya nilai F hitung 6,938 > F tabel

2.45 dengan signifikansi 0,000 < 0,005

3. Uji t

Coefficients Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) Pendidikan Pendapatan .618 .269 -.368 .088 .090 .150 .282 -.237 7.048 2.993 -2.458 .000 .044 .016 a. Dependent Variable: pemanfaatan

Dari Uji t di atas dapat disimpulkan bahwa masing-masing variabel berhubungan

positif dan signifikan terhadap pemanfaatan.


(2)

4. Koefisien Determinasi

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .492a .242 .207 .412

a. Predictors : (Constant), Pendidikan, Pendapatan

Uji R² didapatkan hasil sebesar 0.207 atau 20,7%


(3)

SKOR ITEM PERTANYAAN

No Pendidikan Pendapatan Pemanfaatan Kepesertaan Aske

Respdn P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15

1 1 1 1 0 0 1 1 2 0 1 0 1 1 0

2 0 1 0 1 0 1 1 3 1 1 0 1 1 1

3 1 1 0 1 1 1 1 3 1 1 0 1 1 1

4 1 1 1 0 0 1 1 2 0 1 0 1 1 1

5 0 0 0 0 0 1 1 2 0 0 0 1 1 1

6 0 1 0 1 0 0 1 2 1 1 0 0 0 1

7 0 1 0 1 0 1 0 2 0 0 0 1 0 0

8 0 1 1 0 1 0 1 2 1 1 0 1 1 1

9 1 1 1 0 0 0 1 2 0 1 0 0 0 1

10 1 1 1 0 0 1 1 2 0 1 0 1 1 1

11 0 0 1 0 0 1 1 2 0 0 0 1 1 1

12 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 0 1 1 1

13 0 1 1 0 0 1 1 3 1 1 0 1 1 1

14 1 1 1 1 0 1 1 2 1 1 0 1 1 1

15 0 1 1 0 0 1 1 2 1 1 0 1 1 0

16 0 1 0 1 0 1 0 3 1 1 0 0 0 1

17 0 1 1 1 0 1 1 3 1 1 0 1 1 1

18 1 0 0 1 0 0 0 2 0 1 0 1 0 1

19 1 1 1 1 0 1 1 3 1 1 0 1 1 1

20 0 1 1 1 0 1 1 3 1 1 0 0 0 0

21 1 1 1 1 0 1 1 3 1 1 0 1 1 1

22 0 1 1 0 0 1 1 3 1 1 0 1 1 1

23 0 1 0 0 0 0 0 3 1 1 0 1 1 1

24 0 1 0 1 1 1 1 3 1 1 0 1 1 1

25 0 1 0 1 0 1 1 3 1 1 0 1 1 1

26 0 1 0 1 0 1 1 3 1 1 0 1 1 1

27 0 1 0 0 0 1 1 3 1 1 0 1 1 1

28 1 1 0 1 0 1 1 3 1 1 0 1 1 1

29 1 0 1 0 0 0 1 2 0 1 0 1 1 0

30 1 1 1 0 0 1 1 2 1 1 0 1 1 1

31 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1

32 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1

33 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1

34 1 1 1 1 0 1 1 2 0 1 0 1 1 1

35 1 0 0 1 0 1 1 2 0 1 0 1 1 0

36 1 0 1 0 0 1 1 2 1 1 0 1 1 1

37 0 1 1 0 0 0 0 3 1 1 0 1 1 0

38 0 1 1 0 0 1 1 3 1 1 0 1 1 1

39 0 1 1 0 0 0 1 3 1 1 0 0 1 0

40 1 1 1 1 0 1 1 2 0 1 0 1 1 1

41 0 1 1 0 0 1 1 3 1 1 0 1 1 1

42 0 1 0 1 1 1 1 3 1 1 0 1 1 1

43 0 1 1 0 0 1 1 3 1 1 1 1 1 1


(4)

45 1 1 1 1 0 1 1 2 0 1 0 1 1 1

46 0 1 0 1 1 0 1 2 1 1 0 0 1 0

47 0 1 1 0 0 1 0 2 1 1 0 1 1 1

48 1 1 1 0 0 0 1 2 1 1 1 1 1 1

49 0 1 0 0 0 0 1 2 1 0 0 1 1 0

50 1 1 1 0 0 1 1 2 1 1 0 1 1 1

51 1 1 1 1 0 0 1 2 1 1 0 1 1 0

52 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0

53 0 0 1 0 0 1 1 2 1 1 0 1 1 0

54 0 0 1 0 0 1 1 2 0 0 0 1 1 1

55 0 0 1 0 0 0 1 2 1 0 0 0 1 1

56 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1

57 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1

58 0 0 1 0 0 1 1 2 1 1 0 1 1 1

59 0 1 0 0 0 1 1 2 1 1 0 1 1 0

60 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1

61 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1

62 0 0 1 0 0 1 1 2 1 1 0 1 1 1

63 0 1 1 0 0 1 1 2 1 1 0 1 1 1

64 1 1 1 0 0 1 1 2 1 1 0 1 1 1

65 0 0 0 0 0 0 1 2 1 1 0 1 0 1

66 0 0 1 0 0 0 1 2 0 1 0 1 1 1

67 0 0 0 0 0 1 0 2 1 0 0 1 1 1

68 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1

69 1 1 1 0 0 1 0 2 1 1 0 1 1 1

70 1 1 1 1 0 1 1 2 1 1 0 1 1 1

71 1 0 0 0 0 1 1 3 1 1 0 1 1 1

72 0 1 1 0 0 1 1 2 1 1 0 1 1 1

73 0 1 1 0 0 1 1 4 1 1 0 1 1 1

74 0 0 1 0 0 1 1 2 1 1 0 1 1 1

75 0 0 1 0 0 1 1 2 1 1 0 1 1 1

76 1 0 0 0 0 0 1 2 1 1 0 1 1 1

77 0 0 0 0 0 1 1 2 0 0 0 1 1 0

78 0 0 1 0 0 0 1 3 1 1 0 1 1 0

79 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1

80 1 0 1 0 0 1 1 2 1 1 0 1 1 0

81 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1

82 0 0 0 0 0 1 1 2 1 1 0 1 1 1

83 0 0 0 0 0 1 1 3 1 1 0 0 0 0

84 1 0 1 0 0 0 1 2 1 1 0 1 1 1

85 0 0 0 0 0 1 1 3 0 0 0 1 1 1

86 0 0 1 0 0 1 1 3 1 1 0 1 1 1

87 1 0 1 1 0 0 1 2 1 1 0 1 1 0

88 0 1 0 1 0 0 1 3 0 1 0 1 1 1


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA ( TINGKAT PENDAPATAN, PENDIDIKAN DAN JUMLAH ANAK ) TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PANDANWANGI KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG

1 17 20

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU, PENGETAHUAN GIZI, PENDAPATAN KELUARGA DAN KONSUMSI KALORI DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS BEJI KECAMATAN JUNREJO BATU

1 28 1

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALIJAMBE Hubungan Tingkat Pendapatan Keluarga Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kalijambe.

0 0 12

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALIJAMBE Hubungan Tingkat Pendapatan Keluarga Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kalijambe.

0 1 17

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN DENGAN PERILAKU KEPATUHAN DALAM MENGONTROL GULA DARAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS II KARTASURA.

0 0 5

PENDAHULUAN Hubungan Antara Faktor Tingkat Pendidikan Dan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Lansia Yang Tidak Mempunyai Pasangan Hidup Di Wilayah Puskesmas Gemolong II.

0 3 9

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS PEKERJAAN, PENDAPATAN KELUARGA, DUKUNGAN KELUARGA, DAN EFIKASI DIRI DENGAN DEPRESI PASCAPERSALINAN DI GRESIK.

0 0 4

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU, TINGKAT PENDIDIKAN SUAMI DUKUNGAN KELUARGA, DAN LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS WEDI.

0 1 12

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU DAN TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DENGAN STATUS GIZI ANAK PRASEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN GODEAN ipi123504

0 0 6

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN TINGKAT KESEMBUHANPENDERITATUBERCULOSIS PARU DI PUSKESMAS UMBULHARJO II YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan Tingkat Kesembuhan Penderita Tuberculosis Paru Di Puskesmas Umbulharjo

0 0 14