Bunga Penagihan GAMBARAN DATA PAJAK

33 C.Bentuk Penagihan Pajak Berdasarkan uraian penagihan yang dikemukakan oleh para ahli, maka dalam bidang administrasi dikenal bentuk penagihan pajak, yaitu: 1. Penagihan Pasif adalah tindakan yang dilakukan oleh Kantor PelayananPajak dengan cara melakukan pengawasan atas kepatuhan pembayaranmasa dan pembayaran lainnya yang dilakukan oleh Wajib Pajak. 2. Penagihan Aktif adalah penagihan yang didasarkan pada surat tagihanpajaksurat ketetapan pajaksurat ketetapan pajak tambahan dimanaundang- undang telah menetukan tanggal jatuh tempo yaitu satu bulansetelah atau dan saat surat tagihan pajaksurat ketetapan pajaksuratketetapan pajak tambahan diterbitkan.

D. Bunga Penagihan

Menurut pasal 19 ayat 1 UU No. 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umumdan Tata Cara Perpajakan menyatakan sebagai berikut: Apabila atas pajak yang terutang menurut Surat Ketetapan Pajak KurangBayar, atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan tambahanjumlah pajak yang harus dibayar berdasarkan Surat Keputusan Pembetulan, SuratKeputusan Keberatan, atau Putusan Banding, pada saat jatuh tempo pembayarantidak atau kurang dibayar, maka atas jumlah pajak yang tidak atau kurang bayaritu, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 dua Universitas Sumatera Utara 34 persen, sebulanuntuk seluruh masa, yang dihitung dari tanggaljatuh tempo sampai dengantanggal pembayaran atau tanggal diterbitkannya Surat Tagihan Pajak, dan bagiandari bulan dihitung penuh 1 satu, bulan. Undang-Undang Pajak Tahun 2000, 2001:15 Ayat ini mengatur pengenaan bunga penagihan atas jumlah yang masih harus dibayar menurut Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, atau SuratKetetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan tambahan jumlah pajak yangharus dibayar berdasarkan Surat Keputusan Pembetulan, Surat KeputusanKeberatan, atau Putusan Banding, yang tidak atau kurang dibayar pada saatjatuh tempo pembayaran atau terlambat dibayar. E.Definisi Penyitaan Menurut Undang-Undang Pasal 1 angka 16 UU Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana, Penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil alih dan atau menyimpan di bawah penguasaannya benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penuntutan dan peradilan. Menurut pasal 1 angka 14 UU Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.19 tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa, Penyitaan pajak adalah tindakan Jurusita Pajak untuk menguasai barang Penanggung Pajak , guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak.

1. Objek Penyitaan

Universitas Sumatera Utara 35 Adapun yang menjadi objek penyitaan, adalah sebagai berikut: A. Barang-Barang penanggung pajak yang dapat disita Penyitaan ini diatur dalam Undang-undang No.19 Tahun 2000 pasal 14 Ayat 1,2 dan 3 yaitu penyitaan dapat dilaksanakan terhadap milik penanggung pajak yang berada ditempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan atau tempat lain. Yang termasuk penguasaannya berada di tangan pihak lain atau yang dibebani dengan hak dan tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu berupa: - Barang bergerak termasuk: mobil, perhiasan, uang tunai dan deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan obligasi, saham, atau surat berharga lainnya. - Barang yang tidak bergerak termasuk: tanah, bangunan, kapal dengan isi kotor tertentu. B. Barang bergerak yang dapat disita a. Semua barang bergerak yang dapat disita adalah: - Perkakas rumah tangga lemari,meja,kursi, dan sbagainya - Barang-barang mewah TV, lemari es, tape recorder, kompor gas, dan sebagainya. - Barang-barang perhiasan kalung, gelang, cincin dari emas dan batu permata lainnya. - Uang tunai termasuk surat-surat berharga - Kendaraan mobil, sepeda motor, sepeda dan sebagainya. - Lain-lainnya lukisan, jam dinding, radio dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara 36 b. Semua barang bergerak yang ada di toko penanggung pajak, seperti: - Barang dagangan baik yang berada di toko maupun di gudang. - Barang-barang inventaris toko lemari, meja, kursi, mesin tik, kendaraan dan sebagainya. c. Semua barang bergerak yang ada di tempat usaha Penanggung Pajak seperti: - Persediaan barang jadi maupun bahan baku, barang inventaris perusahaan lainnya. d. Semua barang bergerak yang ada di kantor Penanggung Pajak seperti: - Inventaris kantor mesin tik, mesin stensil, kursi, lemari besi, dan sebagainya. - Kendaraan yang bermotor mobil, sepeda motor, vespa, dan sebagainya C. Barang tak bergerak yang boleh disita Dalam golongan barang tak bergerak yang boleh disita, dapat dimasukkan; a. Rumah tinggal, bangunan kantor, bangunan perusahaan, gudang dan sebagainya, baik yang ditempati sendiri maupun yang disewakan dikontrakan kepada orang lain. b. Kebun, sawah, bungalow dan sebagainya baik yang ditempati dikerjakan sendiri maupun yang disewakan dikerjakan sendiri.

2. Barang-Barang Yang Dikecualikan dari Penyitaan

Barang-barang yang dikecualikan menurut ketentuan pasal 15 ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 37 a. Pakaian dan tempat tidur serta perlengkapan yag digunakan oleh penanggung pajak dan keluarga yang menjadi tanggungannya. b. Persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta peralatan memasak yang berada di rumah. c. Perlengkapan penanggung pajak yang bersifat dinas yang diperoleh dari negara. d. Buku-buku yang bertalian dengan jabatan atau pekerjaan penanggung pajak dan alat-alat yang digunakan untuk pendidikan, kebudayaan dan keilmuan. e. Peralatan dalam keadaan jalan yang masih digunakan untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan jumlah seluruhnya tidak melebihi dari Rp. 20.000.000,- dua puluh juta rupiah. f. Peralatan penanggung cacat yang digunakan penanggung pajak dan keluarga yang menjadi tanggungannya. Universitas Sumatera Utara 38

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI

Dokumen yang terkait

Tata Cara Pelaksanaan Sita Terhadap Wajib Pajak Badan Untuk Mengurangi Tunggakan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

9 66 90

Tata Cara Pelaksanaan Sita Terhadap Wajib Pajak Badan Untuk Mengurangi Tunggakan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Polonia

1 54 68

Tata Cara Pelaksanaan Sita Terhadap Wajib Pajak Badan Untuk Mengurangi Tunggakan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Polonia

0 0 7

Tata Cara Pelaksanaan Sita Terhadap Wajib Pajak Badan Untuk Mengurangi Tunggakan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Polonia

0 0 17

Tata Cara Pelaksanaan Sita Terhadap Wajib Pajak Badan Untuk Mengurangi Tunggakan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Polonia

0 0 9

Tata Cara Pelaksanaan Sita Terhadap Wajib Pajak Badan Untuk Mengurangi Tunggakan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Polonia

0 0 2

Tata Cara Penyitaan Terhadap Wajib Pajak Untuk Mengurangi Tunggakan Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak (Kpp) Pratama Medan Timur (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan)

0 0 8

Tata Cara Penyitaan Terhadap Wajib Pajak Untuk Mengurangi Tunggakan Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak (Kpp) Pratama Medan Timur (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan)

0 0 1

Tata Cara Pelaksanaan Sita Terhadap Wajib Pajak Badan Untuk Mengurangi Tunggakan Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

0 0 14

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) - Tata Cara Pelaksanaan Sita Terhadap Wajib Pajak Badan Untuk Mengurangi Tunggakan Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

0 0 14