Efektivitas gadai emas syariah (Rahn) BRI syariah dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat: studi pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Kantor Cabang Pembantu Cipulir

(1)

EFEKTIFITAS GADAI EMAS SYARIAH (RAHN) BRI SYARIAH DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

(Studi Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk. Kantor Cabang Pembantu Cipulir)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (S.E Sy)

Oleh:

RINA NURDIYANA

106046101566

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

ِﻢـﯿِﺣﱠﺮﻟا ِﻦـَﻤْﺣﱠﺮﻟا ِﮫـﱠﻠﻟا ِﻢـْﺴِﺑ KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, nikmat serta karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Shalawat serta salam tidak lupa penulis sampaikan kehadirat Nabi Muhammad SAW, para keluarga dan sahabat-sahabatnya serta para pengikutnya yang tetap istiqomah sampai dengan akhir nanti.

Perkenankanlah saya sebagai penulis untuk memberikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para pihak yang membantu dalam proses penulisan skripsi ini. Dan kepada pihak yang telah mendukung selama saya menjalankan studi di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah sampai selesai. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H, M.A, M.M., sebagai Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.A., sebagai Ketua Jurusan Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(4)

3. Bapak Prof. Dr. H. Faturrahman Djamil., selaku Pembimbing Akademik, yang telah memberikan saran serta kritik untuk Penulis.

4. Bapak Dr. Abdurrahman Dahlan, M.A. & Bapak Dr. Ir. Yadi Nurhayadi, M.Si, sebagai Dosen Pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan pikirannya, serta perhatian membantu penulis dalam memberikan pengarahan dan petunjuk tata cara penulisan skripsi.

5. BRI Syariah KCP Cipulir, khususnya Bapak Aulia Azizi yang menjadi narasumber penelitian skripsi ini.

6. Segenap Bapak/Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Segenap Staf akademik, staf perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Orangtua ku tercinta, Bapak Suhandi dan Ibu Ratna Juwita atas doa yang tidak pernah putus selama penulis menyelesaikan skripsi ini. Serta adik-adikku tersayang, Nur Rafiqa dan Nur Rasyidah untuk canda dan tawa pelepas kebosanan.

9. Sahabat terbaik ku : Vivi Febrianti, Khairunnisa, dan Eva fauziah. Terima kasih untuk dukungan dan keceriaannya serta kesediaannya mendengarkan keluh kesah penulis sehingga penulis tidak putus asa dalam mengerjakan skripsi ini.

10. Teman-teman seperjuangan PS A angkatan 2006, terima kasih atas informasi terkait dengan studi ataupun diluar studi dan untuk suasana kekeluargaan yang


(5)

diberikan selama masa kuliah.

11. My Obelixs, terima kasih untuk cinta dan doanya yang secara tidak langsung menjadi semangat dan kekuatan untuk penulis, serta kesetiaannya mendampingi dan meluangkan waktu dalam proses penyelesaian skripsi dari awal hingga selesai.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat, untuk penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Hanya kepada Allah swt penulis memohon bimbingan dan menggantungkan semua harapan.

Jakarta, 20 Dzulhijjah 1431 26 November 2010


(6)

vii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

LEMBAR PERNYATAAN iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 6

D. Kajian Pustaka... 7

E. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep... 8

F. Metodologi Penelitian... 12

G. Teknik Penulisan... 15

H. Sistematika Penulisan...15

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG GADAI EMAS SYARIAH (RAHN) DAN EFEKTIVITASNYA


(7)

ix

A. Konsep Efektivitas... 17

1. Pengertian Efektivitas... 17

2. Indikator Efektivitas... 18

B. Teori Gadai Syariah (Rahn)... 21

1. Pengertian Gadai Syariah (Rahn)... 21

2. Rukun dan Syarat Gadai Syariah (Rahn)... 23

3. Dasar Hukum Gadai Syariah (Rahn)... 26

4. Mekanisme Umum Gadai Syariah (Rahn)... 32

5. Proses Pelelangan Barang Gadai... 33

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG BRI SYARIAH A. Sejarah Singkat ...35

B. Logo BRI ... 36

C. Visi dan Misi ... 36

D. Struktur Organisasi... 37

E. Produk dan Jasa... 37

1. Funding... 37

2. Lending... 41

3. Akses... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Konsep Gadai Emas Syariah (Rahn) BRI Syariah... 56


(8)

x

B. Mekanisme Gadai Emas Syariah (Rahn) BRI Syariah... 59

C. Analisis Efektivitas Gadai Emas Syariah (Rahn) BRI Syariah dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat... 62

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 66

B. Saran... 68

DAFTAR PUSTAKA... 69


(9)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejarah pegadaian di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari kemauan masyarakat Islam untuk melaksanakan transaksi ekonomi berdasarkan prinsip syariah. Masyarakat mengharapkan kebijakan pemerintah dalam pengembangan praktik ekonomi dan lembaga keuangan yang sesuai dengan nilai dan prinsip hukum Islam. Berdasarkan hal itu pula, pemerintah mengeluarkan peraturan perundang-undangan untuk melegitimasi secara hukum positif pelaksanaan praktik bisnis yang sesuai syariah. Peraturan perundang-undangan itu dirumuskan menjadi rancangan perundang-undangan yang kemudian disahkan pada buan Mei menjadi UU No.10 Tahun 1998 tentang perbankan.1

Di Indonesia pelopor perbankan syariah adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI). Bank Muamalat Indonesia berdiri tahun 1991, bank ini diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah serta didukung oleh Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha muslim.2 Bank ini sempat terimbas oleh krisis moneter pada akhir tahun 90-an sehingga ekuitasnya hanya tersisa sepertiga dari modal awal. Islamic Development Bank

1 Zainudin Ali,

Hukum Gadai Emas Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika:2008), h. 15.

2 Maryana Yunus, ” Investasi Gadai Emas Syariah”,

Majalah Sharing edisi 38 Tahun IV,


(10)

2

(IDB) kemudian memberikan suntikan dana kepada bank ini, dan pada periode 1999-2002 dapat bangkit dan menghasilkan laba. Saat ini keberadaan perbankan di Indonesia telah di atur dalam Undang-undang, yaitu UU No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan. Kemudian, perbankan syariah diatur dalam Undang-undang No.21 tahun 2008.3

Perkembangan bank syariah selanjutnya, pada tahun 2007 terdapat 3 institusi bank syariah di Indonesia yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah. Sementara itu bank umum yang telah memiliki unit usaha syariah adalah 19 bank diantaranya merupakan bank besar seperti Bank Negara Indonesia (Persero), Bank Rakyat Indonesia (Persero) dan Bank swasta nasional: Bank Tabungan Pensiunan Nasional (Tbk). Setelah itu muncul lembaga keuangan syariah lainnya, seperti lembaga asuransi syariah, lembaga pegadaian syariah, dan lain-lain.4

Salah satu lembaga ekonomi dan keuangan yang turut mewarnai pembangunan ekonomi masyarakat adalah lembaga pengadaian. Seiring dengan lahirnya undang-undang perbankan yang mengandung eksisnya lembaga ekonomi dan keuangan syariah, sejumlah individu yang peka terhadap permasalahan sosial ekonomi umat memberikan respon positif yang secara

3

Zainudin Ali, Hukum Gadai Emas Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika:2008), h. 15.

4


(11)

kreatif mengembangkan ide untuk berdirinya lembaga-lembaga keuangan syariah bukan bank seperti pegadaian yg berbasis syariah.5

Lembaga pegadaian terus berkembang pesat, ditandai dengan terus naiknya omset dan jumlah nasabah. Dari catatan perusahaan umum (perum) pegadaian pusat, nasabah yang menggunakan gadai syariah meningkat 47.151 orang. Sedangkan omset gadai syariah pada November 2008 dari Rp. 1.457.351.580 menjadi Rp. 1.612.069.337 pada Desember 2008 dengan jumlah barang jaminan mencapai 780.023 buah.6 Melihat adanya peluang untuk mengimplementasikan praktik gadai berdasarkan prinsip syariah, perum pegadaian berinisiatif mengadakan kerjasama dengan PT. Bank Muamalat Indonesia (BMI) dengan diluncurkannya gadai syariah pada bulan Mei 2002 dimana BMI sebagai penyandang dananya.7

Selain itu, beberapa bank syariah juga meluncurkan produk gadai syariah dan salah satunya adalah BRI Syariah. BRI Syariah didirikan dan beroperasi secara resmi pada tanggal 17 November 2008 dan pada tanggal 1 Januari 2009 Unit Usaha Syariah (UUS) BRI digabung kedalam BRI Syariah. BRI Syariah terus meningkatkan kapasitasnya dengan melayani kebutuhan nasabah yang diantaranya adalah dengan membuka layanan Gadai iB pada Maret 2009 dengan motto “Pilihan Tepat Penuh Manfaat”. Layanan gadai ini

5 Muhammad,

Lembaga Ekonomi Syariah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 63

6

http://Kompas.com, Selasa 06 Januari 2009

7


(12)

4

memungkinkan nasabah untuk mendapatkan pinjaman dengan biaya administrasi murah, dan dengan alasan bahwa penyelesaian masalah keuangan yang lebih aman dan lebih berkah dalam menghadapi keperluan dana tunai yang mendadak dan mendesak.8 Saat ini tercatat pencairan dana per November 2009 mencapai 16.6 Milyar dengan jumlah nasabah aktif (NOA) mencapai 1.435 nasabah.9

BRISyariah saat ini memiliki 53 cabang di seluruh Indonesia. Fokus pelayanannya adalah kepada masyarakat menengah bawah yang berada di kota-kota kecil dan pedesaan. Seperti halnya BRI, BRISyariah diharapkan dapat menggali potensi bisnis syariah dari bangsa yang memiliki populasi Islam terbesar di dunia, yaitu dengan memanfaatkan keberadaan kantor induknya melalui office channeling dengan 5.000 kantor, dan menuju jumlah 6.000 kantor dalam waktu dekat.10

Pada saat kondisi ekonomi yang sulit seperti saat ini, akan semakin banyak permintaan pinjaman dan pembiayaan dibank atau lembaga keuangan lainnya. Melihat sangat besar respon yang diberikan masyarakat terhadap gadai emas khususnya di BRI Syariah, maka penulis ingin mengetahui apakah gadai emas BRI Syariah efektif membantu masyarakat dalam hal perekonomian dengan

8

www.brisyariah.co.id diakses pada tanggal 5 Oktober 2010

9 Maryana Yunus,

Perkembangan Gadai Emas BRI Syariah, Senin 23 Februari 2009 dari http://kompas.com

10


(13)

judul “Efektivitas Gadai Emas Syariah (Rahn) BRI Syariah dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat.” (studi pada BRI Syariah KCP Cipulir) B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Penulis ingin mengetahui apakah dengan adanya produk gadai emas syariah (rahn) di BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu (KCP) Cipulir dapat efektif membantu masyarakat dalam hal ekonomi, pembatasan permasalahannya adalah sebagai berikut :

1. Dalam skripsi ini efektivitas dibatasi pada saat masyarakat membutuhkan uang secara mendadak untuk kebutuhannya, yaitu spesifik kepada nasabah yang membutuhkan uang tunai untuk mengembangkan usahanya (produktif), dengan indikator melihat pendapatan yang dihasilkan nasabah sebelum dan sesudah menggunakan produk gadai emas (rahn) BRI Syariah KCP Cipulir. 2. Gadai emas syariah yang dimaksud adalah nasabah menggadaikan emasnya

dalam bentuk perhiasan dan emas batangan dengan ukuran standart gadai emas (rahn) BRI Syariah KCP Cipulir.

3. Ekonomi masyarakat dalam penelitian ini adalah melihat tipe atau golongan nasabah seperti apa yang menggunakan gadai emas (rahn) syariah BRI Syariah KCP Cipulir.

Untuk mempermudah penulisan skripsi ini, maka penulis merumuskan permasalahan dalam bentuk pertanyaan, yaitu :


(14)

6

2. Bagaimana mekanisme gadai emas syariah (rahn) di BRI Syariah KCP Cipulir ?

3. Apakah gadai emas syariah (rahn) di BRI Syariah KCP Cipulir efektif dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah :

a. Untuk mengetahui dan menjelaskan konsep yang digunakan BRI Syariah dalam produk gadai syariah (rahn) dalam upaya membantu ekonomi masyarakat.

b. Untuk mengetahui aplikasi gadai emas syariah (rahn) BRI Syariah. c. Untuk menganalisis efektifitas gadai emas syariah (rahn) dalam

membantu ekonomi masyarakat. 2. Manfaat Penelitian

Pelaksanaan penelitian diharapkan dapat membawa daya guna bagi beberapa pihak, yakni sebagai berikut:

a. Bagi Mahasiswa

1) Memperoleh tambahan pengetahuan yang relevan untuk meningkatkan kompetensi, kecerdasan intelektual dan emosionalnya.


(15)

2) Memperoleh kesempatan untuk menerapkan pengetahuan teoritis yang diperoleh diperkuliahan dalam berbagai kasus riil didunia kerja.

b. Bagi Institusi

1) Sebagai bahan pengetaguan tentang gadai emas syariah.

2) Memberikan masukan yang relevan dalam konteks gadai emas syariah.

c. Bagi pihak lain

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan bahan referensi untuk penelitian dimasa yang akan datang.

D. Kajian Pustaka

Studi-studi yang membahas perihal pegadaian belum banyak disentuh oleh para peneliti, khususnya gadai syariah pada perbankan syariah. Yang telah banyak diteliti adalah masalah pegadaian pada perum pegadaian. Namun demikian, penelitian ini bukanlah yang pertama dibidangnya. Sejauh data dan dokumen yang diperoleh, penulis mendapatkan beberapa tulisan dan studi yang relevan dengan penelitian ini, yaitu :

1. Skripsi Nuraeni, dengan judul Konsep dan Aplikasi Gadai Emas Syariah pada Bank Syariah (Studi kasus pada PT. Bank Danamon Syariah). Penelitian ini membahas tentang konsep gadai dalam Perbankan Syariah


(16)

8

serta aplikasi gadai emas syariah pada Bank Danamon Syariah. Selain itu, skripsi ini juga membahas tinjauan hukum Islam terhadap aplikasi gadai. 2. Skripsi Aty Nurhayati, degan judul Konsep Gadai (Ar-rahn) dalam Islam

serta Prospeknya di Indonesia. Teknik penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini menggunakan Library Research, yaitu mengumpulkan, membaca, mempelajari serta menelaah buku-buku bacaan, surat kabar atau majalah yang berhubungan dengan pembahasan. Penelitian ini membahas tentang konsep gadai dalam Islam serta prospeknya di Indonesia. Dan juga membahas tentang analisis SWOT terhadap prospes pegadaian.

Berbeda dengan dua penelitian diatas, penelitian ini membahas tentang “Efektivitas Gadai Emas Syariah (Rahn) BRI Syariah dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat”. Penelitian ini tidak hanya ingin mengetahui konsep serta aplikasi gadai emas syariah (rahn) tetapi juga ingin mengetahui efektifitas gadai emas syariah yang terdapat di BRI Syariah. Efektivitas yang dimaksud yaitu, apakah dengan adanya gadai emas syariah dapat membantu ekonomi masyarakat dilihat pada saat masyarakat membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan yang tidak terduga, yaitu dengan melihat pendapatan nasabah sebelum dan sesudah menggunakan gadai emas syariah di BRI Syariah.

E. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep 1. Kerangka Teori


(17)

Konsep efektifitas, secara bahasa efektifitas berasal dari kata efektif yang berarti ada efeknya; kesannya; dapat berhasil; berhasil guna. Menurut ahli manajemen Peter Drucker efektifitas adalah melakukan pekerjaan yang benar (doing the right things).11 Dan pengertian lain, efektifitas adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Pengertian gadai menurut UU Perdata pasal 1150 Adalah suatu hak yang diperoleh seseorang yang mempunyai piutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang yang berhutang atau oleh seorang lain atas dirinya, dan yang memberikan kekuasaan kepada orang yang berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada orang yang berpiutang lainnya, dengan pengecualian biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan.

Gadai (rahn) adalah akad penyerahan barang atau harta dari nasabah kepada bank sebagai jaminan sebagian atau seluruh hutang.12 Atau Rahn adalah menahan salah satu harta milik seseorang (peminjam) sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis, dengan demikian pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk

11

T. Hani Handoko, Management, (Yogyakarta :BPFE, 1993), edisi II, h. 7

12 Muhammad,

Konsep dan Implementasi Bank Syariah, (Jakarta : Renaisan, 2005), Cet. Ke-1,


(18)

10

dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya.13

Sedangkan gadai emas syariah adalah penggadaian atau penyerahan hak penguasaan secara fisik atas harta/barang berharga ( berupa emas ) dari nasabah (Arrahin) kepada Bank (al-murtahin) untuk dikelola dengan prinsip ar-Rahnu yaitu sebagai jaminan (al-Marhun) atas peminjam (al-marhunbih) yang diberikan kepada nasabah/peminjaman tersebut.

Ar-Rahnu merupakan akad penyerahan barang dari nasabah kepada bank/pegadaian sebagai jaminan sebagian atau seluruhnya atas hutang yang dimiliki nasabah. transaksi tersebut merupakan kombinasi/penggabungan dari beberapa transaksi atau akad yang merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan, meliputi :

a. Pemberian pinjaman dengan menggunakan transaksi / akad Qard.

b. Penitipan barang jaminan berdasarkan transaksi / akad Rahn.

c. Penetapan sewa tempat khasanah (tempat penyimpanan barang) atas penitipan tersebut diatas melalui transaksi / akad ijarah.

Adapun rukun gadai syariah, yaitu :14

1. Ar-rahn (yang menggadaikan) dan Al-murtahin (penerima gadai/yang memberikan pinjaman) adalah orang yang telah dewasa, berakal dan bisa

13 Muhammad,

Lembaga Ekonomi Syariah, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2007), h. 64

14


(19)

dipercaya.

2. Al-mahrun (barang yang digadaikan) harus ada pada saat perjanjian gadai dan barang tersebut merupakan milik sepenuhnya dari pemberi gadai. 3. Al-mahrun bih (utang) adalah sejumlah dana yang diberikan murtahin

kepada rahin atas dasar besarnya tafsiran marhun.

4. Sighat, ijab dan qabul adalah kesepakatan antara rahin dan murtahin dalam melakukan transaksi gadai.

2. Kerangka Konsep

Konsep gadai emas syariah (rahn) BRI Syariah

Mekanisme pada nasabah, proses penaksiran sampai pencairan dana

Efektifitas gadai emas syariah (rahn) BRI Syariah dalam pemberdayaan ekonomi

Analisis efektifitas gadai emas syariah (rahn) BRI Syariah dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat.


(20)

12

F. Metodologi Penelitian

Secara keseluruhan jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian bersifat deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode yang menggambarkan sebuah fakta yang kemudian dianalisa untuk dapat menghasilkan sebuah kesimpulan dari data dan fakta. Penelitian ini melihat dan menggambarkan konsep gadai emas syariah pada BRI Syariah KCP Cipulir dalam produk gadai emas, dan meneliti efektifitas gadai emas syariah dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat. Pengumpulan data dan analisa data berjalan pada waktu yang bersamaan. Apabila terdapat ilustrasi yang mengarah pada perhitungan yang berbentuk angka-angka (kuantitatif), maka hal itu dimaksudkan hanya untuk mempertajam analisa dan menguatkan argumentasi penelitian.

1. Kriteria dan Sumber Data

Dalam penyusunan penelitian ini penulis menggunakan 2 jenis sumber data yaitu:

a. Data Primer

Yaitu, data yang diperoleh secara langsung dari sumber data atau dari hasil penelitian lapangan. Untuk memperoleh data primer ini, penulis langsung mewawancarai Kepala bagian gadai emas syariah dan nasabah gadai emas BRI Syariah KCP Cipulir.


(21)

b. Data Sekunder

Yaitu, data yang diperoleh melalui studi dokumentasi yang ada hubungannya dengan materi skripsi ini. Dalam penelitian ini penulis melakukan studi kepustakaan (Library Research) yaitu, dengan mempelajari buku kepustakaan, buku-buku antara lain Hukum Gadai Emas Syariah, Lembaga Ekonomian Syariah, Metodologi Penelitian dan karya ilmiah yang berkaitan dengan penelitian.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam skripsi ini yaitu :

a. Studi kepustakaan, yaitu dengan membaca, mempelajari dan menelaah buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang diteliti guna mendapatkan teori-teori dalam mendukung pembuktian kebenaran permasalahan yang dihadapi.

b. Penelitian lapangan, untuk memperoleh data-data yang lengkap dilakukan dengan cara-cara:

1) Wawancara, kepada pihak terkait yang berhubungan dengan penelitian yaitu dengan penaksir madya gadai emas syariah BRI Syariah KCP Cipulir. Wawancara dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara


(22)

14

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang membuktikan atas jawaban itu.15

2) Pengamatan langsung dilapangan (observasi) yaitu cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut.16 mengamati secara langsung pada objek yang diteliti di lokasi dan mencatat secara sistematis terhadap data-data yang ada di BRI Syariah KCP Cipulir.

3. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data penulis menggunakan analisis kualitatif. Teknik analisis kualitatif yaitu suatu metode yang menggambarkan sebuah fakta yang kemudian dianalisa untuk dapat menghasilkan sebuah kesimpulan dari data dan fakta.

Menurut lexy Moleong, fungsi dan pemanfaatan penelitian kualitatif ialah untuk meneliti latar belakang fenomena yang tidak dapat diteliti melalui penelitian kuantitatif, digunakan oleh peneliti yang bermaksud meneliti sesuatu secara mendalam, dimanfaatkan oleh peneliti yang berminat untuk menelaah sesuatu latar belakang misalnya tentang motivasi, peranan, nilai, sikap, dan

15 Lexy J. Moleong,

Metodologi Penelitian Kualitatif , ( Bandung: PT. Remaja Rosda

Karya, 2002), h. 135.

16


(23)

persepsi. Dan dimanfaatkan oleh peneliti yang ingin meniliti sesuatu dari segi prosesnya.17

G. Teknik Penulisan

Penulisan skripsi ini mengacu pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi” yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2007.

H. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini dibagi menjadi lima bab masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab,yang secara garis besar sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, metodologi penelitian, kerangka teori dan kerangka konsep dan sistematika penulisan. Dari bab ini dapat diketahui batasan dan rumusan masalah yang relevan untuk dikaji serta tujuan dan kegunaan yang hendak dicapai. Disamping itu pula dapat dilihat secara sekilas tentang metode dan pendekatan yang digunakan dalam skripsi ini serta sistematika penulisannya.

17

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , ( Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002), h. 7.


(24)

16

BAB II LANDASAN TEORI EFEKTIVITAS DAN GADAI EMAS SYARIAH

Bab ini secara luas membahas tentang teori yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas. Dalam hal ini adalah teori gadai emas syariah. Termasuk didalamnya yaitu, konsep efektifitas, indikator efektifitas, teori gadai syariah yang mencakup pengertian, dasar hukum, syarat dan objek gadai syariah. Landasan teori ini dimaksud untuk mengantar pembaca memahami masalah yang akan dibahas. BAB III GAMBARAN UMUM BRI SYARIAH

Pembahasan ini diperlukan agar pembaca mengetahui lembaga yang dijadikan tempat penelitian. Karena bab ini membahas tentang gambaran umum BRI Syariah yaitu memuat sejarah singkat BRI Syariah, logo, visi dan misi, struktur organisasi, produk dan jasa. BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS GADAI EMAS SYARIAH BRI

SYARIAH DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI

MASYARAKAT

Memuat hasil penelitian yang telah dilakukan, yaitu mengetahui bagaimana konsep gadai emas syariah (rahn) yang digunakan di BRI Syariah KCP Cipulir serta mekanisme gadai emas syariah (rahn) BRI Syariah KCP Cipulir kepada nasabah. Selanjutnya, mengetahui apakah gadai emas syariah (rahn) efektif dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat.


(25)

BAB V PENUTUP

Bab ini akan memuat intisari atau kesimpulan dari seluruh bahasan dan masalah yang menjadi fokus kajian. Penulis juga menyampaikan saran-saran yang diperlukan. Kemudian menyebutkan daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang berhubungan dengan penelitian ini.


(26)

(27)

17 BAB II

LANDASAN TEORI

EFEKTIVITAS DAN GADAI EMAS SYARIAH A. Konsep Efektifitas

1. Pengertian Efektivitas

Secara bahasa efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti ada efeknya; akibatnya; keadaan berpengaruhnya; kesannya; dapat berhasil; berhasil guna.1 Menurut ahli manajemen Peter Brucker yang dikutip dari buku karangan T. Hani Handoko efektifitas adalah melakukan pekerjaan yang benar (doing the right things).2

Efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Bagi para manajer, pertanyaan yang paling penting adalah bukan bagaimana melakukan pekerjaan dengan benar tapi bagaimana menemukan pekerjaan yang benar untuk dilakukan, dan memusatkan sumber daya dan usaha pada pekerjaan tersebut.

1

Pusat bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), cet. I, Edisi III, h. 286.

2


(28)

18

Kemudian dari kata itu muncul pada kata keefektifan yang diartikan dengan kata kerelaan, hal terkesan, kemajuan dan keberhasilan.3 Sedangkan dalam ensiklopedi Umum, efektifitas diartikan dengan menunjukkan taraf tercapainya suatu tujuan. Maksudnya adalah suatu usaha dapat dikatakan efektif kalau usaha tersebut menapai tujuannya. Secara ideal efektif dapat dinyatakan dengan ukuran yang agak pasti.

2. Indikator Efektivitas

Dalam buku sujadi F.X disebutkan bahwa untuk mencapai efektivitas dan efesiensi kerja haruslah dipenuhi syarat-syarat ataupun unsur-unsur sebagai berikut4 :

a. Berhasil guna yaitu untuk menyatakan bahwa kegiatan telah dilaksanakan dengan tepat dalam arti target tercapai sesuai dengan waktuyang telah ditetapkan.

b. Ekonomis ialah untuk menyebutkan bahwa didalam usaha pencapaian efaktif itu, maka biaya tenaga kerja material, peralatan, waktu, keuangan dan lain-lainya telah dipergunakan dengan setepat-tepatnya sebagaimana yang telah ditetapkan dalam perencanaan dan tidak adanya penerobosan dan penyelewengan.

3 Pusat bahasa Departemen Pendidikan Nasional,

Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h. 219

4 Sujudi,F.X,O&M

penunjang keberhasilan prossmanagement,(Jakarta: CV.masagung, 1990)


(29)

19

c. Pembagian kerja yang nyata yaitu pelaksanaan kerja dibagi berdasarkan beban kerja, kemampuan kerja dan waktunya yang tersedia.

d. Rasionalitas, wewenang dan tanggung jawab artinya wewenang haruslah seimbang dengan tanggung jawab dan harus dihindari dengan adanya dominasi oleh salah satu pihak terhadap pihak yg lainya.

e. Prosedur kerja yang praktis yaitu menegaskan bahwa kegiatan kerja adalah kegiatan yang praktis, maka target efektif dan ekonomis,pelaksanaan kerja yang dapat dipertanggung jawabkan serta pelayanan kerja yang memuaskan tersbut haruslah kegiatan yang operasional dan dapat dilaksanakan dengan lancar.

Efektivitas merupakan ukuran yang menggambarkan sejauh mana sasaran yang dapat dicapai, sedangkan efesiensi menggambarkan bagaimana sumber daya tersebut dikelola secara tepat dan benar. Efesiensi yang tinggi dalam mencapai sasaran akan menghasilkan produktifitas yang tinggi dan salah urus dalam mengelola usaha atau organisasi dapat mengakibatkan rendhnya tingkat efektifitas dan efesiensi.

Sedangkan dalam manajemen Islam untuk mengatur hidupnya agar efektif adalah sebagai berikut :

a. Prinsip keseimbangan, maksudnya dalam menjalankan suatu kegiatan seorang muslim haruslah berbuat, bertindak yang harmonis, pantas dan wajar dan tidak berlebih-lebihan, tidak juga kikir dan pelit.


(30)

20

b. Prinsip mencapai manfaat, maksudnya seorang muslim dalam menjalankan kegiatan usahanya harus bermanfaat bagi dirinya, bagi orang lain, bagi lingkungan dan agamanya.

c. Prinsip tidak boros, setiap muslim dalam menjalankan dalam menggunakan harta, waktu dan tenaga tidak digunakan secara boros. Jika dilihat dari tinjauan ekonomi sifat boros termasuk biaya sehingga dalam penggunaan biaya menjadi beban dalam manajemen.

d. Prinsip berlaku adil, maksudnya adalah seorang yang ingin mencapai tindakan yang efisien haruslah berlaku adil terhadap dirinya, terhadap orang lain dan adil dalam semua perbuatan.

Ada beberapa kriteria dapat digunakan untuk menilai bahwa suatu tujuan tersebut berjalan secara efektif/efektifitas suatu rencana, mengapa banyak manajer ragu-ragu atau gagal menetapkan tujuan dan membuat rencana bagi kelompok/satuan kerja mereka dan tidak dikatakan efektif. Maka paling tidak ada kriteria yang menjadi suatu pekerjaan / rencana yang telah ditetapkan menjadi efektif yaitu :

1. Kegunaan; agar berguna bagi managemen dalam melaksanakan fungsi-fungsinya yang lain, suatu rencana harus fleksibel, stabil, berkesinambungan dan sederhana.

2. Ketepatan dan objektifitas; rencana-rencana harus dievaluasi untuk mengetahui apakah jelas, ringkas, nyata dan akurat. Berbagai keputusan dan kegiata hanya efektif bila didasarkan atas informasi yang tepat.


(31)

21

3. Ruang lingkup; perencanaan perlu memperhatikan prinsip-prinsip kelengkapan (comprehensiveness), kepaduan (unity) dan konsistensi.

4. Biaya; dalam hal ini menyangkut biaya usaha dan aliran emosional serta keuntungan.

5. Akuntabilitas; ada dua aspek akuntabilitas; (1) tanggung jawab atas pelaksanaan dan (2) tanggung jawab atas implementasinya.

6. Ketepatan waktu; berbagai perudahan yang terjadi sangat cepat akan dapat menyebabkan suatu rencana tidak dapat atau sesuai untuk berbagai perbedaan waktu.

Jika suatu pekerjaan atau kelompok kerja memenuhi kriteria diatas maka untuk lebih mengarahkannya harus ada pemberdayaan agar yang lemah menjadi mandiri.

B. Teori Gadai Syariah (Rahn)

1. Pengertian Gadai Syariah (Rahn)

Transaksi hukum gadai dalam fikih Islam disebut ar-rahn. Ar-rahn adalah suatu jenis perjanjian untuk menahan suatu barang sebagai tanggungan utang.5 Pengertian ar-rahn dalam bahasa Arab adalah ast-tsubut wa ad-dawam ( تﻮﺒﺴﻟا ماوﺪﻟاو) yang berarti “tetap” dan “kekal”. Pengertian “tetap” dan “kekal” yang dimaksud merupakan makna yang tercakup dalam kata al-habsu, yang berarti menahan. Kata ini merupakan makna yang bersifat materil. Karena itu secara

5 Rahmat Syafei, “Konsep Gadai; ar-arhn dalam fikih Islam anatara nilai sosial dan nilai

komersial”dalam Huzaimah T. Yanggo, Problematika Hukum Islam Kontemporer III, (Jakarta:


(32)

22

bahasa kata ar-rahn berarti “menjadikan suatu barang yang bersifat materi sebagai pengikat utang”.6

Pengertian gadai (rahn) secara bahasa seperti di ungkapkan di atas adalah tetap, kekal dan jaminan; sedangkan dalam pengertian istilah adalah menyandera sejumlah harta yang diserahkan sebagai jaminan secara hak, dan dapat diambil sejumlah harta dimaksud sesudah ditebus. Sedangkan pengertian gadai (rahn) dalam hukum syara’ adalah :

ﺎَﻋٌ ﺔَﻤْﯿِﻗ ﺎَﮭَﻟ َﻦْﯿَﻋ ُﻞْﻌَﺟ َﻚْﻠِﺗ ْﻦِﻣ ُﮫَﻀْﻌَﺑ ُﺬْﺧَا ْوَا ُﻦْﯾﱠﺪﻟا َﻚِﻟَذ ُﺬْﺧَا ُﻦِﻜْﻤُﯾ ُﺚْﯿَﺤِﺑ ٍﻦْﯾَﺪِﺑ ٌ ﺔَﻘْﯿِﺛَو ِعْﺮﱠﺸﻟا ِﺮْﻈَﻧ ﻲِﻓ ٌ ﺔَﯿِﻟ

َﻦْﯿَﻌْﻟا 7

“Menjadikan suatu barang yang mempunyai nilai harta dalam pandangan syara’ sebagai jaminan utang, yang memungkinkan untuk mengambil seluruh atau sebagian utang dari barang tersebut.”

Selain itu ada juga pengertian gadai syariah menurut para ahli hukum Islam, antara lain sebagai berikut :

a. Ulama Syafi’iyah

ﻲِﻓْﻮَﺘْﺴَﯾ ٍﻦْﯾَﺪِﺑ ٌﺔَﻘْﯿِﺛَو ﺎَﮭُﻌْﯿَﺑ ُزْﻮُﺠَﯾ َﻦْﯿَﻋ ُﻞْﻌَﺟ ِﮫِﻧ ﺎَﻓ وُرﱠﺬَﻌَﺗ َﺪْﻨِﻋ ﺎَﮭْﻨِﻣ

8

“Menjadikan suatu barang yang biasa dijual sebagai jaminan utang dipenuhinya utang dipenuhi dari harganya, bila yang berutang tidak sanggup membayar utangnya.”

6

Wahbah Al-Zuhaily, Al-Fiqh Al-Islam wa Adillatuh, (Beirut: Dar Al-Fikr, 2002), jilid 4, h. 4204.

7

Al-Sayid Sabiq, Al-Fiqh As-Sunnah, (Beirut: Dar Al-fikr, 1995), jilid III, h. 187

8

Wahbah Al-Zuhaily, Al-Fiqh Al-Islam wa Adillatuh, (Beirut: Dar Al-Fikr, 2002), jilid 4, h. 4204.


(33)

23

b. Ulama Hanabilah

َﺪِﺑ ُﺔَﻘْﯿِﺛَو ْﻮُﻠَﻌْﺠَﯾ يِﺬﱠﻟا ُلﺎَﻤْﻟ ِﮫْﯿَﻠَﻋ َﻮُھ ْﻦﱠﻤِﻣ ِﮫِﺋﺎَﻔْﯿِﺘْﺳِا َرﱠﺬَﻌَﺗ ْنَا ِﮫِﻨَﻤَﺛ ْﻦِﻣ ﻲِﻓْﻮَﺘْﺴَﯾ ٍﻦْﯾ

9

“Suatu benda yang dijadikan kepercayaan suatu utang, untung dipenuhi dari harganya, bila yang berhutang tidak sanggup membayar utangnya.”

c. Ulama Malikiyah

ٌءْﻲَﺷ ٍمِزﺎَﻟ ٍﻦْﯾَد ﻲِﻓ ِﮫِﺑ ﺎَﻘﱢﺛَﻮُﺗ ِﮫِﻜِﻟﺎَﻣ ْﻦِﻣ ُﺬَﺧْﺆُﯾ ُلﱠﻮَﻤَﺘُﻣ 10

“Suatu yang bernilai harta (mutamawwal) yang diambil dari pemiliknya untuk dijadikan pemikat atas utangnya yang tetap (mengikat).” d. Muhammad Syafi’i Antonio

Gadai Syariah (rahn) adalah menahan salah satu harta milik nasabah (rahin) sebagai barang jaminan (marhun) atas utang/pinjaman (marhun bih) yang diterimanya. Marhun tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan atau penerima gadai (murtahin) memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya.11

2. Rukun dan Syarat-Syarat Gadai a. Rukun Gadai

Dalam fikih empat mazhab (fiqh al-mazahib al-arba’ah) di ungkapkan rukun gadai sebagai berikut :

9

Abi Muhammad Abdullah bin Muhammad bin Ibnu Qudamah, Muqhny ‘ala Muqtashar Al-kharqiy, (Beirut: Ad-Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah, 1994), jilid 4, h. 234.

10

Wahbah Zuhaily, Al-fiqh Al-Islam wa Adillatuhu, (Beirut: Dar Al-Fikr, 2002), jilid 4, h. 4208.

11 Muhammad Syafi’i Antonio,

Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani


(34)

24

1. Aqid (orang yang berakad)

Aqid adalah orang yang melakukan akad yang meliputi 2 (dua) arah, yaitu Rahin (orang yang menggadaikan) dan Murtahin (orang yang berpiutang dan menerima barang gadai). Hal yang di maksud di dasari oleh Sighat, yaitu ucapan berupa ijab qabul (serah terima antara panggadai dengan penerima gadai)

2. Ma’qud alaih (barang yang di akadkan)

Ma’qud ‘alaih meliputi dua hal, yaitu marhun (orang yang digadaikan), marhun bih (utang yang karenanya diadakan akad rahn)12 b. Syarat-Syarat Gadai

Selain rukun yang harus dipenuhi dalam transaksi gadai, maka dipersyaratkan juga syarat. Syarat-syarat yang dimaksud, terdiri atas :

1. Shighat

Syarat shighat tidak boleh terikat dengan syarat tertentu dan waktu yang akan datang. Misalnya, orang yang menggadaikan hartanya mempersyaratkan tenggang waktu hutang habis dan hutang belum terbayar, sehingga pihak penggadai dapat diperpanjang satu bulan tenggang waktunya. Kecuali syarat itu mendukung kelancaran akad maka diperbolehkan.

2. Pihak-pihak yang berakad cakap menurut hukum

Pihak-pihak yang cakap menurut hukum ditandai dengan :

12


(35)

25

a. Akil baligh b. Berakal sehat

c. Mampu melakukan akad

Menurut pengikut ulama Abu Hanifah membolehkan anak-anak yang mumayiz melakukan akad karena dapat membedakan yang baik dan yang buruk.

3. Utang (marhun bih)

Utang (marhun bih) mempunyai pengertian bahwa : (a) utang adalah kewajiban bagi pihak yang berhutang untuk membayar kepada pihak yang memberi piutang; (b) merupakan barang yang dapat dimanfaatkan; (c) barang tersebut dapat dihiting jumlahnya.

4. Marhun

Marhun adalah harta yang dipegang Murtahin (penerima gadai) atau wakilnya, sebagai jaminan utang. Para ulama menyepakati bahwa syarat yang berlaku pada barang gadai adalah syarat yang berlaku pada barang yang dapat diperjual belikan, yang ketentuannya adalah :13

a. Agunan itu harus bernilai dan dapat dimanfaatkan menurut ketentuan syariat Islam.

b. Agunan itu harus dapat dijual dan nilainya seimbang dengan besarnya utang.

13 Muhammad Syafi’i Antonio,

Bank Syariah: Wacana Ulama dan Cendikiawan, (Jakarta:


(36)

26

c. Agunan itu harus jelas dan tertentu (harus dapat ditentukan secara spesifik.

d. Agunan itu milik sah debitur.

e. Agunan itu tidak terkait dengan hak orang lain (bukan milik orang lain sebagian maupun seluruhnya).

f. Agunan itu harus harta yang utuh.

g. Agunan itu diserahkan kepada pihak lain, baik materinya maupun manfaatnya.

3. Dasar Hukum Gadai Syariah 1. Landasan Syariah

Dasar hukum yang melandasi gadai syariah adalah ayat-ayat Al-qur’an, hadits nabi Muhammad saw, ijma’ ulama dan fatwa MUI. Dengan penjelasan sebagai berikut :

a. Al-qur’an

QS. Al-baqarah (2) ayat 283 yang digunakan sebagai dasar dalam membangun konsep gadai adalah sebagai berikut :

                                                         


(37)

27

Artinya :

“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperolah seorang penulis, mka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnyan (utangnya) dan hendakla ia bertakwa kepada Tuhannya: dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang gmenyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya: dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”

Syaikh Muhammad Ali Asy-Sayis berpendapat, bahwa ayat Al-qur’an di atas adalah petunjuk untuk menerapkan prinsip kehati-hatian bila seseorang hendak melakukan transaksi utang-piutang yang memakai jangka waktu dengan orang lain, dengan cara menjaminkan sebuah barang kepada orang yang berpiutang (rahn).14

Fungsi barang gadai (marhun) pada ayat diatas adalah untuk menjaga kepercayaan masing-masing pihak, sehingga penerima gadai (murtahin) meyakini bahwa pemberi gadai (rahin) beriktikat baik untuk mengembalikan pinjamannya (marhun bih) dengan cara menggadaikan barang atau benda yang dimilikinya (marhun), serta tidak melalaikan jangka waktu pengembalian hutangnya itu.

b. Hadits Nabi Muhammad saw

Dasar hukum yang kedua untuk dijadikan rujukan dalam membuat rumusan gadai emas adalah hadits nabi Muhammad saw, yang antara lain diungkapkan sebagai berikut :

14


(38)

28

‘Aisyah ra. Yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, yang berbunyi :

َلﺎَﻗ ْمَﺮْﺸَﺣ ْﻦِﺑ ﱡﻲِﻠَﻋَو ﻲِﻠَﻈْﻨَﺤﻟْا ُﻢْﯿِھاَﺮْﺑِإ ْﻦِﺑ ُقﺎَﺤْﺳِإ ﺎَﻨَﺛ ﱠﺪَﺣ :

ْﻦَﻋ َﺶَﻤَﻌﻟا ْﻦِﺑ ُﺲُﻧْﻮُﯾ ْﻦِﺑ ﻰَﺴْﯿِﻋ ﺎَﻧَﺮَﺒْﺧَا

ْﺖَﻟﺎَﻗ َﺔَﺴِﺋﺎَﻋ ْﻦَﻋِدﻮَﺳَﺄْﻟا ِﻦَﻋ ِﻢْﯿِھاَﺮْﺑِإ :

ُلْﻮُﺳَر ىَﺮَﺘْﺷا ٍﺪْﯾِﺪَﺣ ْﻦِﻣ ﺎًﻋْرِد ُﮫُﻨْھَرَو ﺎًﻣﺎَﻌَﻃ ﱟيِدْﻮُﮭَﯾ ْﻦِﻣ ِﮫﱠﻠﻟا

) ﻢﻠﺴﻣ هاور (

15

“Telah diriwayatkan kepada kami Ishaq bin Ibrahim Al-Hanzhali dan Ali bin Khasyram berkata : keduanya mengabarkan kepada kami Isa bin Yunus bin ‘Amasy dari Ibrahim dari Aswad dari ‘Aisyah berkata: bahwasanya rasulullah saw membeli makanan dari seorang Yahudi dengan menggadaikan baju besinya.” (HR. Muslim)

Dari Anas bin Malik ra. yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah yang berbunyi:

ﱠﺪَﺣ ﻲِﻤَﻀْﮭَﺠْﻟا ﱢﻲِﻠَﻋ ُﻦْﺑ ُﺮْﺼَﻧ ﺎَﻨَﺛ ﱠﺪَﺣ َلﺎَﻗ ،ٍﺲَﻧَأ ْﻦَﻋ َةَدﺎَﺘَﻗ ُﻦْﺑ ُمﺎَﺸِھ ﺎَﻨَﺛﱠﺪِﺣ ،ﻲِﺑَأ ﻲِﻨَﺛ

: ِﷲا ُلْﻮُﺳَر َﻦَھَر ْﺪَﻘَﻟ

اًﺮْﯿِﻌَﺳ ُﮫْﻨِﻣ ِﮫِﻠْھَﺄِﻟ َﺬَﺧَﺄَﻓ ِﺔَﻨْﯾِﺪَﻤْﻟﺎِﺑ ﱟيِدْﻮُﮭَﯾ َﺪْﻨِﻋ ﺎًﻋْرِد )

ﺔﺟﺎﻣ ﻦﺑا هاور (

16

“Telah meriwayatkan kepada kami Nashr bin Ali Al-Jahdami, ayahku telah meriwayatkan kepadaku, meriwayatkan kepada kami Hisyam bin Qatadah dari Anas berkata: Sungguh Rasulullah saw. Menggadaikan baju besinya kepada seseorang Yahudi di Madinah dan menukarnya dengan gandum untuk keluarganya.” (HR. Ibnu Majah)

Dari Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari :

َا ْﻦَﻋ ﻲِﺒْﻌﱠﺸﻟا ِﻦَﻋ ﺎﱠﯾٍﺮَﻛَز ﺎَﻧَﺮَﺒْﺧَأ ٍكَرﺎَﺒُﻣ ُﻦْﺑ ِﷲا ُﺪْﺒَﻋ ﺎَﻧَﺮَﺒْﺧَأ ٍﻞِﺗ ﺎَﻘُﻣ ُﻦْﺑ ُﺪﱠﻤَﺤُﻣ ﺎَﻨَﺛ ﱠﺪَﺣ ،َلﺎَﻗ َةَﺮْﯾَﺮُھ ْﻲِﺑ

ِﷲا ُلْﻮُﺳَر َلﺎَﻗ :

ِﮫِﺘَﻘْﻔَﻨِﺑ ُﺐَﻛْﺮُﯾ ُﺮْﮭﱠﻈﻟا ﺎًﻧْﻮُھْﺮَﻣ َنﺎَﻛ اَذِإ َﮫَﻘَﻔﱠﻨﻟا ُبَﺮْﺸَﯾَو ِراﱢﺪﻟا ُﻦْﺒَﻟَو ﺎًﻧْﻮُھْﺮَﻣ َنﺎَﻛ اَذِإ

َﮫَﻘَﻔﱠﻨﻟا ُبَﺮْﺸَﯾَو ُﺐَﻛْﺮَﯾ يِﺬﱠﻟا ﻰَﻠَﻋَو ) يرﺎﺨﺒﻟا هاور ( 17 15

Imam Abi Husain Muslim bin Hajjaj Al-Qusyairy An-Naisaburi, Shahih Muslim, (Beirut Dar Al-Fikr, 1993), juz 2, h.51

16

Al-Hafidz Abi Abdillah Muhammad bin Yazid Al-Qazwiny, Sunan Ibn Majah, (Al-Fikr, 1995), juz 2, h. 18.


(39)

29

“Telah meriwayatkan kepada kami Muhammad bin Muqatil, mengabarkan kepada kami Zakariyya dari Sya’bi dari Abu Hurairah, dari Nabi saw., bahwasanya beliau bersabda: kendaraan dapat digunakan dan hewan ternak dapat pula diambil manfaatnya apabila digadaikan. Pegadaian wajib memberikan nafkah dan penerima gadai boleh mendapatkan manfaatnya”. (HR. Bukhari)

Hadits riwayat Abu Hurairah ra., yang berbunyi :

ِﷲا ُلْﻮُﺳَر َلﺎَﻗ ،َلﺎَﻗ َةَﺮْﯾَﺮُھ ْﻲِﺑَا ْﻦَﻋ :

ُﮫُﻣْﺮُﻏ ِﮫْﯿَﻠَﻋَو ُﮫُﻤْﻨُﻏ ُﮫَﻟ ِﮫِﺒِﺣﺎَﺼِﻟ َﻦْھﱠﺮﻟا ُﻖَﻠْﻐَﯾ َﻻ )

ﻲﻌﻓﺎﺷا هاور

ﻲﻨﻄﻘﻟا راﺪﻟا و (

“Barang gadai tidak boleh disembunyikan dari pemilik yang menggadaikan, baginya risiko dan hasilnya.” (HR. Asy-Syafi’i dan Ad-Daruquthni)

c. Ijma’

Berkaitan dengan pembolehan perjanjian gadai ini, jumhur ulama berpendapat kebolehan status hukum gadai dan mereka tidak pernah berselisih pendapat mengenai hal ini berdasarkan kepada kisah Rasulullah saw yang menggadaikan baju besinya untuk mendapatkan makanan dari seorang Yahudi.

2. Landasan Hukum Positif

Landasan tataran teknis rahn diatur dalam ketentuan pasal 36 huruf c poin keempat PBI No. 6/25/PBI/2004 tentang Bank Umum yang melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah, yang intinya menyatakan bahwa

17

Imam Abi Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ismail bin Ibrahim bin Mughiran bin Bardizbah Al-Bukhari Al-Ju’fiy, Shahih Al-Bukhari, (Dar Al-Fikr, 1983), juz 3, h. 116.


(40)

30

bank wajib menerapkan prinsip syariah dan prinsip kehati-hatian dalam kegiatan usahanya yang meliputi melakukan pemberian jasa pelayanan perbankan berdasarkan akad rahn.

3. Fatwa Dewan Syariah Nasional

Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) menjadi salah satu rujukan yang berkenaan dengan gadai syariah, diantaranya dikemukakan sebagai berikut18:

a. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 25/DSN-MUI/III/2002, tentang Rahn, dengan ketentuan umum sebagai berikut : 1) Murtahin (penerima barang) mempunyai hak untuk menahan marhun

(barang) sampai semua utang rahn (yang menyerahkan barang) dilunasi. 2) Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik rahn.

3) Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya menjadi kewajiban rahn, namun dapat dilakukan juga oleh murtahin, sedangkan biaya dan pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban rahn. 4) Besarnya biaya pembiayaan dan pemeliharaan marun tidak boleh

ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman. 5) Penjualan marhun

a) Apabila jatuh tempo, murtahin harus memperingatkan rahn untuk segera melunasi hutangya.

18


(41)

31

b) Apabila rahn tetap tidak dapat melunasi utangnya, maka marhun dujual paksa/dieksekusi melalui lelang sesuai syariah.

c) Hasil penjualan marhun digunakan untuk melunasi utang, biaya pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya penjualan.

d) Kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahn dan kekurangannya menjadi kewajiban rahn.

b. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 26/DSN-MUI/III/2002, tentang Rahn Emas, dengan ketentuan sebagai berikut : 1) Rahn emas dibolehkan berdasarkan prinsip Rahn.

2) Ongkos dan biaya penyimpanan barang (marhun) ditanggung oleh penggadai (rahn).

3) Ongkos penyimpanan basarnya didasarkan kepada pengeluaran yang nyata-nyata diperlukan.

4) Biaya penyimpanan barang (marhun) daliakukan berdasarkan akad ijarah. c. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.

09/DSN-MUI/III/2000, tentang Pembiayaan Ijarah;

d. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 10/DSN-MUI/III/2000, tentang Wakalah;

e. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 43/DSN-MUI/III/2004, tentang Ganti Rugi;


(42)

32

4. Mekanisme pemberian pinjaman, sistem cicilan dan perpanjangan utang 1. Mekanisme pemberian pinjaman19

Mekanisme penyaluran pinjaman pada pelaksananaan sistem gadai syariah mempunyai prinsip bahwa nasabah hanya dibebani oleh biaya administrasi dan jasa simpan harta benda sebagai jaminan. Selain itu, untuk mendapatkan pinjaman, barang yang dimiliki harus terlebih dahulu ditaksir oleh petugas penaksir. Tujuannya adalah menghitung besarnya jumlah pinjaman yang dapat dipinjamkan oleh tempat melakukan permohonan gadai. Berdasarkan jumlah pinjaman itu, akan ditentukan golongan pinjaman dan berapa tingkat biaya administrasi yang harus ditanggung. Setelah perhitungan itu selesai maka peminjam dapat menerima pembayaran uang pinjaman tanpa potongan apapun, kecuali premi asuransi (tetapi tergantung tempat permohonan gadai).

Demikian pula bila ingin melunasi pinjaman. Pelunasan tidak harus menunggu jatuh tempo. Artinya, bila jangka waktu pinjaman itu 4(empat) bulan maka nasabah dapat melunasi walaupun periode pinjaman belum berakhir. Mekanisme pelaksanaan pegadaian syariah merupakan implementasi dari beberapa konsep yang telah ditetapkan oleh beberapa ulama tentang kegiatan pegadaian.

19


(43)

33

2. Sistem Cicilan dan perpanjangan utang

Pada dasarnya orang yang menggadaikan (rahin) hartanya dikantor pegadaian untuk mendapatkan pinjaman uang dapat melunasi pinjamannya kapan saja, tanpa harus menunggu jatuh tempo. Namun, pemberi gadai (rahin) dapat memberi memilih cara pelunasan sekaligus ataupun mencicil utangnya.

Selain itu, perlu diungkapkan bahwa ketentuan jumlah pinjaman didasari oleh kualitas dan kuantitas barang yang digadaikan. Harta benda yang akan digadaikan ditaksir berdasarkan pertimbangan jenis harta, nilai harta dan lain-lain.

5. Proses pelelangan barang gadai (marhun)

Pihak pegadaian akan melakukan pelelangan jika rahin tidak dapat melunasi sampai batas waktu yang telah ditentukan dalam akad. Pelelangan dilakukan oleh pihak pegadaian setelah sebelumnya diberitahukan kepada rahin paling lambat 5 (lima) hari sebelum tanggal penjualan. Pelelangan dimaksud mempunyai ketentuan sebagai berikut20 :

1. Ditetapkan harga emas oleh pegadaian pada saat pelelangan dengan margin 2% untuk pembeli.

20


(44)

34

2. Harga penawaran yang dilakukan oleh banyak orang tidak boleh dilakukan karna dapat merugikan bagi rahn.karena itu, pegadaian melakukan pelelangan terbatas.

3. Hasil pelelangan akan digunakan untuk biaya penjualan 1% dari harga jual, biaya pinjaman 4 (empat) bulan dan sisanya dikembalikan kepada rahin. 4. Sisa kelebihan yang tidak diambil selama setahun, akan diserahkan oleh pihak


(45)

35

BAB III

GAMBARAN UMUM BANK BRI SYARIAH A. Sejarah Singkat BRI Syariah

Berawal dari akusisi Bank Jasa Arta oleh Bank Rakyat Indonesia, pada tanggal 19 Desember 2007 dan kemudian diikuti dengan perolehan ijin dari Bank Indonesia untuk mengubah kegiatan usaha Bank Jasa Arta dari bank umum konvensional menjadi bank umum yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah pada tanggal 16 Oktober 2008, maka lahirlah Bank umum syariah yang diberi nama PT. Bank Syariah BRI (yang kemudian disebut dengan nama BRI Syariah) pada tanggal 17 November 2008.

Nama BRISyariah dipilih untuk menggambarkan secara langsung hubungan Bank dengan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, selanjutnya disebut Bank Rakyat Indonesia, yang merupakan salah satu bank terbsesar di Indonesia. BRISyariah merupakan anak perusahaan dari Bank Rakyat Indonesia yang akan melayani kebutuhan perbankan masyarakant Indonesia dengan menggunakan prinsip-prinsip syariah.

Pada tanggal 19 Desember 2008,telah ditanda-tangani akta pemisahan unit usaha syariah. Penandatanganan akta pemisahan telah dilakukan oleh Bp. Sofyan Basir selaku Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia dan Bp. Ventje Rahardjo selaku Direktur Utama BRISyariah, sebagaimana akta pemisahan No. 27 tanggal 19 Desember 2008 dibuat di hadapan notaris Fathiah Helmi SH di


(46)

36

Jakarta.

Peleburan unit usaha syariah Bank Rakyat Indonesia ke dalam BRISyariah ini berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2009. Adapun yang menjadi pemegang saham BRISyariah adalah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, sebesar 99,99967% Yayasan kesejahteraan pekerja BRI sebesar 0,00033%.

B. Logo BRI Syariah

C. Visi dan Misi BRI Syariah

Pernyataan Visi BRISyariah yaitu, “Menjadi bank ritel modern terkemuka dengan ragam layanan finansial sesuai kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah,untuk kehidupan yang lebih bermakna”. BRI Syariah menterjemahkan visi menjadi sebuah misi untuk memahami keragaman individu dan mengakomodasi beragam kebutuhan finansial nasabah, menyediakan produk dan layanan yang mengedepankan etika sesuai dengan prinsip - prinsip Syariah, menyediakan aksesibilitas ternyaman melalui berbagai sarana kapanpun, dimanapun, memungkinkan setiap individu untuk dapat meningkatkan kualitas hidup dan ketentraman pikiran.


(47)

37

D. Struktur Organisasi 1. DEWAN KOMISARIS

Musthafa Zuhad Mughni (Komisaris), Sunarsip (Komisaris), Nasrah Mawardi (Komisaris),Randi Anto (komisaris Utama)

2. DEWAN DIREKSI

Ventje Rahardjo (Direktur Utama), Ari Purwandono (Direktur), Eko B. Suharno (Direktur), Budi Wisakseno (Direktur).

3. DEWAN PENGAWAS

Prof.Dr.K.H. Didin Hafidhudin, MSc (Anggota), Prof. Drs. Hasjmuni Abdurrachman ( Ketua), Gunawan Yasni, SE, MM (Anggota).

E. Produk dan Jasa

BRISyariah menitikberatkan pada individu dan bisnis wirausaha kecil dan menengah dengan menyediakan serangkaian produk dan jasa perbankan berbasis Syariah bagi kedua segmen tersebut, yang terdiri dari 3 (tiga) kategori, yaitu :

1. Funding, Produk Penghimpunan Dana terdiri atas : a. Tabungan BRI Syariah

Kemudahan bertransaksi yang penuh nilai kebaikan. Tabungan BRISyariah iB merupakan tabungan dari BRI Syariah bagi nasabah perorangan yang menggunakan prinsip titipan (wadiah yad dhamanah), dipersembahkan untuk nasabah yang menginginkan kemudahan dalam


(48)

38

transaksi keuangan. Manfaat Tabungan BRI Syariah :

1. Aman, karena diikutsertakan dalam program penjaminan pemerintah 2. Dapat bertransaksi di seluruh jaringan Kantor Cabang BRISyariah

3. Dengan kartu ATM BRISyariah, Anda mudah melakukan transaksi di lebih dari 1.000 ATM BRI di seluruh Indonesia

Fasilitas tabungan BRI Syariah yaitu, Kartu ATM mencakup informasi saldo, ganti PIN, tarik tunai, transfer ke BRISyariah atau BRI, pembayaran tagihan PLN (khusus pulau Jawa), pembayaran tagihan Telkom, pembayaran tagihan Flexi. Syarat dan Ketentuan untuk membuat rekening tabungan BRI Syariah yaitu, fotokopi KTP, setoran awal minimal Rp 200.000, saldo mengendap minimal Rp 20.000.

b. Giro iB

Mudahnya berbisnis dalam kebaikan untuk tujuan baik. Giro iB dari BRISyariah adalah simpanan untuk kemudahan berbisnis dengan pengelolaan dana berdasarkan prinsip titipan (wadiah yad dhamanah) yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek atau bilyet giro. Manfaat menggunakan giro iB yaitu, kemudahan dalam transaksi bisnis, bank dapat memberikan bonus sesuai kebijakan yang berlaku, aman karena diikutsertakan dalam program penjaminan pemerintah. Fasilitas yang diberikan giro iB yaitu, mendapatkan buku cek dan bilyet giro sebagai media penarikan, pemindahbukuan antar cabang BRISyariah secara online. Syarat dan Ketentuan Giro iB :


(49)

39

Persyaratan Perorangan Perusahaan/Badan

Hukum Setoran Awal Rp. 2.500.000 Rp. 5.000.000 Setoran Selanjutnya Minimal Rp. 50.000 Rp. 50.000

Dokumen  Akte Pendirian

Perusahaan

 Anggaran dasar beserta perubahan

 Surat Pesetujuan Pengurus

 TDP, SIUP, NPWP

c. Deposito iB

Pengelolaan dana yang baik menuju hasil terbaik. Usaha dalam mengembangkan dana terbaik sewajarnyalah dikelola dengan cara yang terbaik. Deposito iB adalah salah satu jenis simpanan berdasarkan prinsip bagi hasil (Mudharabah al-Muthlaqoh) yang dananya dapat ditarik pada saat jatuh tempo. Manfaat Deposit iB :

1. Terjamin karena disertakan dalam program penjaminan pemerintah 2. Memberikan bagi hasil yang kompetitif


(50)

40

Fasilitas Deposit iB :

1. Pilihan jangka waktu1, 3, 6 dan 12 bulan

2. Dapat diperpanjang secara otomatis dengan nisbah bagi hasil sesuai kesepakatan pada saat jatuh tempo

3. Dapat dilakukan potongan zakat secara otomatis dari bagi hasil yang Anda dapatkan

4. Pemindahbukuan otomatis setiap bulan dari bagi hasil yang didapat ke rekening Tabungan atau Giro di BRISyariah

5. Dapat dijadikan jaminan pembiayaan Syarat dan Ketentuan :

Syarat Perorangan Perusahaan

Nominal Minimal Rp. 2.500.000 Rp. 2.500.000 Dokumen Fotocopy KTP/NPWP  Akte Pendirian

Perusahaan.

 Anggaran dasar beserta perubahan.

 Surat Pesetujuan Pengurus.


(51)

41

d. Tabungan Haji iB

Mewujudkan langkah terbaik dalam memenuhi panggilanNya. Tabungan Haji iB merupakan tabungan investasi dari BRISyariah bagi calon Haji yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH), dengan prinsip bagi hasil (Mudharabah al-Muthlaqoh). Syarat dan Ketentuan membuat tabungan haji iB, menyerahkan fotokopi KTP, setoran awal minimal Rp 500.000, setoran selanjutnya minimal Rp 50.000.

Manfaat tabungan haji iB yaitu memberi kemudahan rencana/persiapan ibadah haji, aman dan sesuai syariah, bagi hasil yang kompetitif dan gratis asuransi jiwa & kecelakaan. Fasilitas yang ada dalam tabungan haji iB :

1. Bebas biaya administrasi

2. Dapat dilakukan potongan zakat secara otomatis dari bagi hasil yang Anda dapatkan

3. Setoran ringan,dapat dilakukan diseluruh cabang BRISyariah e. Tabungan Perencanaan iB

2. Lending, yaitu produk penyaluran dana yang terdiri atas: a. Pembiayaan Komersil

b. Pembiayaan Ritel c. Mikro iB


(52)

42

e. Pembiyaan Konsumer

Fitur Produk KKB iB BRIS

Memastikan impian anda terwujud secara sempurna. Pastikan impian anda memiliki kendaraan bukan menjadi masalah lagi untuk Anda. Kepemilikan Kendaraan Bermotor (KKB) BRISyariah iB Kini hadir sebagai sarana untuk memperoleh pembiayaan mobil baik kondisi baru maupun bekas pakai secara cepat, syarat mudah dan sesuai syariah.

KKB BRISyariah iB merupakan pembiayaan kepemilikan mobil yang diinginkan dengan menentukan sendiri pilihan merk yang diinginkan dan besarnya cicilan disesuaikan dengan pendapatan nasabah. Manfaat KKB iB BRISyariah adalah pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan kepemilikan mobil secara syariah dengan proses dan dan persyaratan yang mudah dan cepat. Keunggulan KKB iB BRIS :

1. Kemudahan pembayaran cicilan

2. Kenyamanan Kendaraan yang terasuransi

3. Bebas menentukan besaran cicilan sesuai kemampuan 4. Uang muka ringan

5. Biaya administrasi terjangkau

6. Pelunasan sebagian atau seluruhnya sebelum akhir masa pembiayaan tidak dikenakan denda/pinalti


(53)

43

Syarat dan Ketentuan KKB iB BRIS : 1. Warga Negara Indonesia

2. Karyawan tetap/professional/pengusaha 3. Lama bekerja/berusaha minimal 2 tahun 4. Usia minimal 21 tahun

5. Jaminan kendaraan yang menjadi objek KKB iB Syarat dan Ketentuan Lainnya :

1. Akad KKB adalah Murabahah

2. Plafond, minimal 50 Juta dan maksimal 1 Milyar (mobil baru) atau 600 Juta (mobil bekas).

3. Jangka Waktu Pinjaman KKB, minimal 1 Tahun dan maksimal 5 Tahun. Usia mobil saat jatuh tempo adalah maksimum 8 tahun dari bulan penerbitan BPKB.

4. Biaya yang dibebankan kepada Nasabah :

a. Biaya Administrasi, 1% dari plafond (ditulis nominal) b. Biaya Notaris, diisi manual

c. Biaya Pengikatan jaminan, diisi manual

d. Biaya Asuransi. Asuransi Jiwa Pembiayaan, Premi asuransi di bayar di muka sesuai jangka waktu pembiayaan. Asuransi Kebakaran, premi dibayar setiap tahun atau dibayar secara langsung sesuai jangka waktu Pembiayaan


(54)

44

e. Biaya Appraisal f. Biaya Materai 5. Umur nasabah

a. Golongan berpenghasilan tetap : Minimum 21 Tahun atau sudah menikah, dan maksimum usia pensiun (55 tahun).

b. Profesional/pengusaha : Minimum 21 Tahun atau sudah menikah dan maksimum 65 Tahun.

6. Margin KKB :

Pertama murabahah/Istishna/Ijarah yaitu efektif/annuity, angsuran tetap setiap bulan dibayar setiap bulan, angsuran awal dimulai 1 bulan setelah akad. Grace periode, pada periode ttt bayar margin saja; kemudian saat tt bayar pokok + margin. Bayar pokok perperiode ttt, bayar margin setiap buan, namun bayar pokok perperiode tt, mis : per 4 bulanan : quarterly; triwulanan, dsb. Angsuran (pokok + margin) secara acak berdasarkan cashflow nasabah dibuat secara manual _tidak ada formula.

7. Uang Muka

8. Repayment Capacity yaitu ratio angsuran terhadap take home pay tidak boleh melebihi (maksimal) 35% dari Take Home Pay.

9. Denda Keterlambatan

a. Nilai denda dalam bentuk nominal per periode/perhari, misalnya Rp.1000,- per hari.


(55)

45

membayar angsuran selama 3 hari setelah tanggal angsuran yang telah ditetapkan dan disepakati. Kecuali nasabah dapat membuktikan bahwa keterlambatan tersebut disebabkan oleh ketidakmampuan nasabah dan dapat diterima/disetujui oleh Bank BRI Syariah paling lama 7 hari kerja sejak keterlambatan tersebut, maka nasabah akan dibebaskan dari denda. c. Besarnya denda berbeda-beda untuk setiap Nasabah,

d. Hitungan Denda hitung setiap hari keterlambatan sejak tanggal tunggakan pembayaran angsuran dan dikenakan secara sistem jika melebihi 3 hari.

Pengelolaan Denda pada KKB iB BRISyariah yaitu, denda yang dibayarkan oleh nasabah digunakan sebagai dana kebajikan/sosial, pembayaran denda dilakukan pada saat pelunasan tunggakan angsuran dan pengelolaan denda dilaksanakan oleh bank.

Fitur Produk KMG iB BRIS

Produk Pembiayaan Kepemilikan Multi Guna (KMG) iB adalah fasilitas pembiayaan konsumtif yang diberikan Bank Rakyat Indonesia Syariah (BRIS) kepada nasabah perorangan untuk kepemilikan barang-barang multi guna selain rumah dan mobil dengan pembayaran secara angsuran / mencicil dalam jangka waktu yang disepakati. Tujuan dari produk KMG iB adalah :

1. Mengembangkan produk KMG iB dengan resiko yang relatif rendah


(56)

46

barang multiguna yang sesuai syariah dengan syarat menjaminkan fixed asset atau cessie gaji nasabah melalui kerjasama dengan institusi tertentu atau melalui surat kuasa pemotongan gaji oleh bendaharawan / pejabat yang berwenang. Adapun jenis barang multiguna yang diperkenankan pada pembiayaan KMG iB adalah untuk membiayai seluruh atau sebagian atas kepemilikan :

a. Motor baru, baik dari penjual motor individu atau dari dealer/ showroom, baik dealer yang telah bekerjasama dengan BRI maupun yang tidak ada kerjasama namun memenuhi persyaratan yang ditentukan BRIS.

b. Barang multiguna lainnya, seperti barang elektronik, furniture/keperluan rumah tangga, bahan baku / stock barang dagangan, barang lainnya yang halal, peralatan dokter, mesin-mesin, bahan-bahan bangunan.

c. Barang multiguna melalui take over / Pengalihan Pembiayaah KMG, terdiri dari take Over dari lembaga keuangan konvensional dan take over dari lembaga keuangan syariah (Bank Syariah, BPRS).

Manfaat KMG iB BRIS : 1. Bagi BRIS :

a. Sebagai salah satu bentuk penyaluran dana yang memperoleh pendapatan dalam bentuk margin

b. Meningkatkan portofolio pembiayaan dengan tingkat risiko yang rendah karena keterlibatan perusahaan.


(57)

47

2. Bagi Nasabah :

a. Merupakan salah satu alternatif untuk memiliki barang multiguna baik untuk keperluan pribadi maupun usaha melalui pembiayaan kepemilikan barang multiguna secara syariah dengan pembayaran jumlah angsuran yang pasti selama masa perjanjian kecuali dengan perjanjian khusus dimuka.

b. Penyesuaian jumlah angsuran dengan kemampuan pendapatan nasabah, sehingga menimbulkan rasa nyaman dan ketidakkhawatiran dalam mengembalikan dana BRIS, mengingat jangka waktu yang memadai dan kepastian jumlah angsuran dari awal perjanjian.

3. Bagi Penjual Barang Multiguna :

a. Meningkatkan penjualan barang multiguna untuk usaha penjual barang multiguna

b. Meningkatkan professionalisme penjual barang multiguna Syarat dan Ketentuan Lain KMB iB BRIS :

1. Akad KMG adalah Murabahah.

2. Plafond, minimal 5 Juta dan maksimal 100 Juta

3. Jangka Waktu Pinjaman KMG minimal 1 Tahun dan maksimal 5 Tahun 4. Biaya yang dibebankan kepada Nasabah

a. Biaya Administrasi : 1% Dari plafond (ditulis nominal) b. Biaya Notaris : diisi manual

c. Biaya Pengikatan jaminan : diisi manual


(58)

48

muka, sesuai jangka waktu pembiayaan. Asuransi kebakaran, premi dibayar setiap tahun atau dibayar secara langsung sesuai jangka waktu pembiayaan. Asuransi Total Lost, All Risk

5. Umur nasabah

a. Golongan berpenghasilan tetap, minimum 21 Tahun atau sudah menikah dan maksimum usia pensiun (55 tahun)

b. Profesional / pengusaha :

b. Minimum 21 Tahun atau sudah menikah c. Maksimum 65 Tahun

6. Margin KMG :

Murabahah/Ijarah, efektif/annuity angsuran tetap setiap bulan dibayar setiap bulan, angsuran awal dimulai 1 bulan setelah akad. Grace periode : Pd periode ttt bayar margin saja; kemudian saat tt bayar pokok + margin. Bayar pokok perperiode ttt : Bayar margin setiap bulan, namun bayar pokok perperiode tt, misalnya, per 4 bulanan, quarterly; triwulanan, dsb. Angsuran (pokok + margin) secara acak berdasarkan cashflow nasabah-dibuat secara manual (tidak ada formula).

7. Uang Muka

Uang muka maksimal 20 % dari harga penawaran dari penjual barang

8. Repayment Capacity yaitu ratio angsuran terhadap take home pay tidak boleh melebihi (maksimal) 35% dari Take Home Pay.


(59)

49

9. Denda Keterlambatan

a. Nilai denda dalam bentuk nominal per periode/perhari, misalnya Rp.1000,- per hari.

b. Nasabah akan dikenakan denda yang dihitung per-hari apabila terlambat membayar angsuran selama 3 hari setelah tanggal angsuran yang telah ditetapkan dan disepakati. Kecuali nasabah dapat membuktikan bahwa keterlambatan tersebut disebabkan oleh ketidakmampuan nasabah dan dapat diterima/disetujui oleh Bank BRI Syariah paling lama 7 hari kerja sejak keterlambatan tersebut, maka nasabah akan dibebaskan dari denda.

c. Besarnya denda berbeda-beda untuk setiap Nasabah.

d. Hitungan Denda hitung setiap hari keterlambatan sejak tanggal tunggakan pembayaran angsuran dan dikenakan secara sistem jika melebihi 3 hari. f. Pengelolaan Denda :

g. Denda yang dibayarkan oleh nasabah digunakan sebagai dana kebajikan/sosial.

h. Pembayaran denda dilakukan pada saat pelunasan tunggakan angsuran. i. Pengelolaan denda dilaksanakan oleh Bank.

Fitur Produk KPR iB BRIS

Sempurnakan hidup anda dengan mewujudkan rumah idaman. BRISyariah membantu mewujudkan rumah idaman melalui Kepemilikan Rumah BRISyariah iB. Kepemilikan Rumah (KPR) BRISyariah iB dengan skim pembiayaan secara jual beli


(60)

50

(murabahah) mewujudkan keinginan Anda memiliki rumah di lokasi yang strategis, proses yang relative cepat, syarat mudah, margin kompetitif dan sesuai syariah.

Tak hanya memiliki rumah, berbagai keperluanpun dapat dipenuhi dengan KPR BRISyariah iB. Nikmati fasilitas yang diberikan untuk pembelian, pembangunan, renovasi rumah/apartemen/ruko/rukan dengan angsuran tetap sepanjang jangka waktu pembiayaan. Manfaat KPR iB BRIS : :

1. Fleksibel untuk beli rumah /apartemen baru atau second, pembangunan rumah, Ruko, Rukan

2. Jangka Waktu hingga 15 tahun 3. Uang Muka ringan

4. Bebas menentukan besaran cicilan sesuai kemampuan 5. Uang muka ringan

6. Cicilan tetap dan meringankan selama jangka waktu 7. Biaya administrasi terjangkau

8. Bebas pinalti untuk pelunasan sebelum jatuh tempo

Syarat dan Ketentuan KPR iB BRI Syariah adalah Warga Negara Indonesia (WNI), Karyawan tetap/professional/pengusaha, lama bekerja/berusaha minimal 2 tahun, usia minimal 21 tahun, memenuhi syarat kelayakan yang ditetapkan BRISyariah. Syarat dan Ketentuan Lainnya :

1. Akad KPR adalah Murabahah. 2. Plafond : Minimal : 25 Juta Maksimal : 3,5 Milyar


(61)

51

3. Jangka Waktu Pinjaman KPR, minimal 1 tahun dan maksimal 15 tahun.

a. Maksimum 15 Tahun, untuk KPR iB yang bertujuan untuk pembelian rumah dan apartemen.

b. Pembelian Bahan Bangunan untuk Pembangunan Rumah Baru 4. Maksimum 10 Tahun

a. Pembelian Rumah Toko dan Rumah Kantor dengan jaminan fixed asset. b. Pembelian Bahan Bangunan untuk Renovasi Rumah

c. Take over pinjaman investasi dari Bank Konvensional 5. Maksimum 5 Tahun

Khusus untuk pembelian tanah kosong sebagai persiapan untuk pembangunan rumah.

6. Biaya yang dibebankan kepada Nasabah a. Biaya Administrasi

b. Biaya Notaris

c. Biaya Pengikatan jaminan d. Biaya Asuransi

Asuransi jiwa pembiayaan, premi asuransi di bayar di muka, sesuai jangka waktu pembiayaan. Asuransi kebakaran, premi dibayar setiap tahun atau dibayar secara langsung sesuai jangka waktu Pembiayaan.

e. Biaya Appraisal f. Biaya Materai 7. Umur nasabah


(62)

52

a. Golongan berpenghasilan tetap :

 Minimum 21 Tahun atau sudah menikah  Maksimum usia pensiun (55 tahun) b. Profesional / pengusaha:

 Minimum 21 Tahun atau sudah menikah  Maksimum 65 Tahun

8. Uang Muka

Tujuan KPR iB BRIS Maksimum Pembiayaan Bank (finance) Pembelian rumah 1. Baru, maksimal 20 %

2. Lama, maksimal 10 %

Pembangunan rumah 1. Maksimum 20% x Rencana Anggaran Biaya atas rumah/ruko/rukan.

2. Penarikan secara bertahap sesuai progress, maksimal selama 6 bulan.

Renovasi rumah 1. Uang Muka 0%

2. Penarikan secara bertahap berdasarkan progress, maksimal 6 bulan.

Take over pembiayaan rumah

0 %

Pembiayaan tanah di real estate


(63)

53

Pembiayaan Tanah Non Developer/non Real Estate

Maksimum 30% dari nilai tanah dengan lokasi yang strategis dan mudah dijual

Pembiayaan apartemen Maksimum 30% dari harga penawaran pengembang (developer) atau 20% nilai taksiran yang ditetapkan penilai jaminan bank.

Pembelian/Pembanguna n/ Renovasi

Ruko/Rukan

Maksimum 30% dari harga penawaran pengembang (developer) atau 20% nilai taksiran yang ditetapkan penilai jaminan bank.

9. Repayment Capacity yaitu ratio angsuran terhadap take home pay tidak boleh melebihi (maksimal) 35% dari Take Home Pay.

Fitur Produk GADAI BRIS iB

Kemudahan Penyelesaian masalah keuangan yang lebih aman dan lebih berkah. Menghadapi keperluan dana tunai yang mendadak dan mendesak bukan menjadi masalah lagi untuk Anda. Kini dengan bangga BRISyariah memberikan Layanan Gadai iB untuk memenuhi kebutuhan dana tunai.


(64)

54

3. Akses, Produk Akses terdiri atas : 1. Remittance BRISyariah

2. Mini Banking

3. Mobile Banking / SMS Banking 4. Internet Banking

5. ATM / EDC /Telephone Banking

Call BRIS

Call BRIS adalah fasilitas layanan perbankan selama 24 jam yang menjamin keleluasaan Anda dalam bertransaksi. Anda cukup menghubungi nomor Call BRIS di 500 789 untuk bertransaksi perbankan, petugas kami selalu siap melayani kebutuhan Anda. Dengan Call BRIS Anda dapat melakukan :

1. Informasi nisbah (Tabungan, deposito dan giro) 2. Informasi kurs

3. Informasi rahn (gadai)

4. Informasi pembiayaan Syariah (kredit) 5. Informasi produk-produk BRI Syariah 6. Informasi lokasi cabang dan ATM

Registrasi Call BRIS

Cara Mendapatkan fasilitas Call BRI


(65)

55

Waidah (IDR) Perseorangan.

2. Memiliki ATM BRI Syariah à cukup mudah tanpa perlu registrasi

3. Menginput 16 digit nomor kartu BRIS ATM sebagai User ID & PIN ATM sebagai verifikasi


(66)

56 BAB IV

Pembahasan dan Analisis I. Pembahasan

1. Konsep Gadai BRI Syariah

Gadai merupakan pinjaman dana (qardh) dari pihak bank dengan menggadaikan barang berharga (emas) dari pihak nasabah, termasuk penyimpanan yang aman (ijarah) dan berasuransi.1 Objek gadainya adalah emas dalam bentuk perhiasan dan emas batangan minimal 16 Karat dengan berat minimal 2 gram. Jangka waktu gadai yaitu maksimal 120 hari (4 Bulan) dan jangka waktu dapat diperpanjang dengan Akad dan sewa tempat baru. Syarat dan ketentuan gadai emas BRI Syariah adalah :

1. Memiliki emas asli minimal 2 Gram. 2. Memiliki KTP/SIM yang masih berlaku.

3. Biaya-biaya yang dikenakan, biaya administrasi dibayar di muka, biaya sewa tempat dibayar saat pelunasan, biaya terkait proses lelang (jika emas dilelang).

4. Mengisi Form Aplikasi Gadai Syariah (Tersedia di BRIS) dan form lainnya. 5. Jangka waktu pinjaman maksimal 4 bulan.

6. Pelunasan dan Biaya sewa tempat dibayar pada saat pelunasan.

1

Aulia Azizi, Penaksir Madya Gadai BRI Syariah KCP Cipulir, Wawancara Pribadi, Jakarta, 18 November 2010.


(67)

57

7. Menandatangani akad-akad terkait gadai.

Pembiayaan dalam gadai emas BRI Syariah menggunakan perhitungan pembiayaan berdasarkan jenis emas, dan nilai taksir BRI Syariah berdasarkan standard harga emas di pasaran (Harga/Gram emas). Jika emas tersebut berbentuk perhiasan maka nilai pinjamannya 90% berdasarkan nilai taksiran, dan jika emas yang akan digadaikan berjenis lempengan/goldbar maka nilai pinjamannya 93% dari nilai taksiran. Nilai taksir tersebut berdasarkan ketentuan gadai BRI Syariah pusat. Selain itu, ada biaya-biaya yang dikenakan pada gadai emas BRI Syariah mencakup biaya administrasi dan biaya sewa tempat dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Biaya administrasi

Biaya dibayar sekaligus saat akad gadai ditandatangani dan besarnya biaya administrasi berjenjang sesuai berat emas, dibagi menjadi 3 (tiga) golongan dan dijelaskan dengan tabel sebagai berikut2 :

Golongan Berat Emas Biaya Adminitrasi (Rp)

I 2 gram s/d <50 gram Rp. 12.500

II 50 gram s/d <100 gram Rp. 25.000 III 100 gram s/d <500 gram Rp. 50.000

IV > 500 gram Rp. 60.000

2


(68)

58

b. Biaya Sewa Tempat

Besarnya biaya sewa tempat dapat berubah sewaktu-waktu dan sudah termasuk biaya asuransi emas, jika barang nasabah hilang/rusak dalam penyimpanan bank, maka bank akan mengganti nilai barang berdasarkan penggantian dari perusahaan asuransi rekanan BRISyariah. Biaya sewa tempat dibayar bersamaan dengan pelunasan pembiayaan. Nilainya berjenjang sesuai berat emas, karat dan dihitung per 10 harian.

Contoh tabel biaya sewa tempat :

Kadar Emas

Tarif Sewa Tempat per Gram3

Per 10 Hari Perbulan Per 4 bulan (maksimal) Goldbar 24

karat

Rp. 1.330/gram Rp. 3.990/gram Rp. 15.960/gram

Perhiasan 18 karat

Rp. 1.145/gram Rp. 3.345/gram Rp. 13.740/gram

Jika perjanjian telah jatuh tempo dan pihak nasabah tidak dapat melunasi pinjaman, maka barang tersebut akan dilelang sesuai dengan tanggal lelang yang terdapat di sertifikat gadai. Jika pada saat lelang nasabah tidak dapat melunasi pinjaman maka barang tersebut (emas) akan dilelang untuk melunasi pembiayaan gadai dan biaya-biaya lainnya berdasarkan ketentuan gadai BRI

3


(69)

59

Syariah. Selain itu, gadai emas BRI Syariah menawarkan gadai emas BRI Syariah dengan keunggulan sebagai berikut :

1. Proses lebih cepat kenyamanan karena sesuai syariah dan lebih berkah 2. Persyaratan sangat mudah

3. Jangka Waktu Pinjaman Maksimal 120 hari dan dapat diperbaharui 4. Penyimpanan yang aman dan berasuransi

5. Dapat dilunasi sebelum jatuh tempo pinjaman

6. Biaya Administrasi dan Biaya Sewa Tempat yang terjangkau

2. Mekanisme dan penghitungan gadai emas syariah BRI Syariah

Gadai emas merupakan produk pembiayaan atas dasar jaminan berupa emas sebagai salah satu alternatif memperoleh pembiayaan secara secara cepat. Pinjaman gadai emas merupakan fasilitas pinjaman tanpa imbalan dengan jaminan emas dengan kewajiban pinjaman secara sekaligus atau cicilan dalam jangka waktu tertentu.4 Bank Syariah dalam melaksanakan produk ini harus memperhatikan unsur-unsur kepercayaan, kesepakatan, jangka waktu dan resiko.

Bagi calon nasabah yang ingin mengajukan permohonan dapat mendatangi BRI Syariah yang dalam hal ini menyediakan fasilitas pembiayaan gadai emas, dengan terlebih dahulu memenuhi persyaratan yang telah disebutkan diatas untuk

4


(70)

60

dapat menjadi nasabah gadai emas BRI Syariah. Yaitu dengan menyerahkan Identitas diri KTP/SIM yang masih berlaku, mengisi formulir aplikasi gadai dan menyetujui ketentuan-ketentuan biaya lainnya.

Apabila nasabah telah melakukan semua syarat yang diperlukan maka selanjutnya pihak bank syariah akan melakukan analisis pinjaman yang meliputi: 1. Petugas bank memeriksa kelengkapan dan kebenaran syarat-syarat calon

pemohon peminjam.

2. Penaksir melakukan analisis terhadap data pemohon, keaslian dan karatese jaminan berupa emas, sumber pengembalian pinjaman, penampilan atau tingkah laku calon nasabah yang mencurigakan.

3. Jika menurut analisis, pemohon layak maka bank akan menerbitkan pinjaman (qard) gadai emas.

4. Realisasi pinjaman dapat dicairkan setelah akad pinjaman (qard) sesuai dengan ketentuan bank.

5. Nasabah dikenakan biaya administrasi, biaya sewa dari jumlah pinjaman. Contoh perhitungan :

a. Biaya sewa (BS) : Rp. 1.500/gram/bulan b. Berat emas ditaksir (BED) : 20 gram

c. Karatese emas ditaksir (KED) : 22 karat

d. Harga standart emas 24 karat (HSE) : Rp. 250.000/gram e. Jangka waktu sewa (JW) : 4 bulan


(71)

61

Dari data diatas diperoleh perhitungan :

a. Biaya sewa tempat penyimpanan emas, perhitungannya :

BED x JW x Rp. 1.500 = 20 gram x 4 bulan x Rp. 1.500 = Rp. 120.000 b. Harga taksiran emas :

BED x HSE x KED/24 karat = 20 gram x Rp. 250.000 x 22/24 = Rp. 4.583.333

c. Maksimal pinjaman :

Rp. 4.583.333 x 80% = Rp. 3.666.666 (dibulatkan kebawah menjadi) Rp. 3.600.000

6. Pelunasan dilakukan sekaligus pada saat jatuh tempo.

7. Apabila sampai pada waktu yang ditetapkan nasabah tidak dapat melunasi dan proses kolektabilitas tidak dapat dilakukan, maka jaminan (emas) dijual dengan ketentuan :

a. Nasabah tidak dapat melunasi pinjaman sejak tanggal jatuh tempo pinjaman dan tidak diperbaharui.

b. Diupayakan sepengetahuan nasabah dan kepada nasabah diberikan kesempatan untuk mencari calon pemilik.


(72)

62

II. Analisis Efektifitas Gadai Emas Syariah (Rahn) dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Setelah mengetahui konsep dan mekanisme gadai emas syariah (rahn) yang ada di BRI Syariah, bahwa gadai emas itu diterbitkan karena BRI Syariah berupaya untuk membantu masyarakat memperoleh uang tunai dengan sistem dan aturan yang mudah. BRI Syariah terus mengembangkan eksistensinya dengan menerbitkan produk gadai emas sebagai salah satu produknya, dan sesuai dengan namanya bahwa Bank Rakyat Indonesia adalah bank untuk seluruh rakyat indonesia dan tidak memandang status sosial masyarakat.

A. Efektifitas Gadai Emas Dilihat dari Sudut Pandang BRI Syariah

Menurut pihak BRI Syariah dalam hal ini adalah Kepala Bagian Gadai emas, bahwa selama gadai emas syariah (rahn) ini hadir sebagai salah satu alternatif memperoleh pinjaman selain produk pembiayaan yang ada di bank, respon yang didapat cukup baik. Masyarakat cukup antusias dengan adanya gadai emas syariah (rahn) ini. Hal ini dibuktikan dengan semakin bertambahnya jumlah nasabah. Tercatat dari maret 2009 sampai oktober 2010 ada kurang lebih 250 nasabah gadai emas BRI Syariah, dengan transaksi mencapai Rp. 1 M.5

Dibandingkan dengan gadai emas yang ada di bank syariah lainnya, BRI Syariah menawarkan banyak kelebihan-kelebihan. Misalnya, biaya taksiran yang lebih besar yaitu 90% untuk emas dalam bentuk perhiasan dan 93% untuk emas

5


(1)

Interviewer : Bagaimana dengan prosesnya ? Interviewie : Sangat mudah ya.

Interviewer : Apakah ibu merasa terbantu dengan adanya produk gadai emas di BRI Syariah ini ?


(2)

4. Nama Responden : Lili Anggraini Alamat : Jl. Inpres 18 No. 75 Pekerjaan : Wiraswasta.

Penghasilan : Rp. 1.000.000/bln

Interviewer : Sudah berapa lama anda menggunakan produk gadai emas BRI Syariah ?

Interviewie : Saya sejak dua bulan lalu mengguanakan gadai emas BRI Syariah. Interviewer : Mengapa anda menggadaikan emas yang anda miliki ?

Interviewie : untuk menambah modal usaha saya. Interviewer : Usaha apa yang anda kerjakan saat ini ? Interviewie : Usaha saya menjual jilbab dan aksesoris.

Interviewer : Sudah berapa lama anda membuka usaha ini ? dan ada berapa toko yang dimiliki ?

Interviewie : Saya baru satu tahun membuka usaha ini.

Interviewer : Apakah anda pernah menggunakan bank lain sebagai tempat untuk menggadaikan emas ? dan mengapa menggunakan BRI Syariah sebagai tempat menggadaikan emas ?

Interviewie : Belum pernah.

Interviewer : Bagaimana dengan prosesnya ?


(3)

Interviewer : Apakah anda merasa terbantu dengan adanya produk gadai emas di BRI Syariah ini ?


(4)

5. Nama Responden : Siti Fajar Suryani

Alamat : Jl. Cempaka III No. T4A Bintaro Pekerjaan : Ibu rumah tangga dan Wiraswasta. Penghasilan : Rp. 20.000.000/bln

Interviewer : Sudah berapa lama ibu menggunakan produk gadai emas BRI Syariah ?

Interviewie : Sudah 3 kali, awalnya sekitar bulan februari. Interviewer : Mengapa ibu menggadaikan emas yang ibu miliki ? Interviewie : Alasan saya, untuk tambahan modal.

Interviewer : Usaha apa yang ibu kerjakan saat ini ?

Interviewie : Usaha saya membuka butik dan bekerjasama dengan sahabat saya. Interviewer : Sudah berapa lama ibu menjadi pengusaha ? dan ada berapa toko

yang dimiliki ?

Interviewie : Saya sudah 6 tahun membuka usaha ini, dan saat ini saya mempunyai 1 toko di Jakarta dan 1 toko di Bandung.

Interviewer : Apakah ibu pernah menggunakan bank lain sebagai tempat untuk menggadaikan emas ? dan mengapa menggunakan BRI Syariah sebagai tempat menggadaikan emas ?

Interviewie : Pernah, tapi saya pikir BRI Syariah lebih tepat untuk saya. Interviewer : Bagaimana dengan prosesnya ?


(5)

Interviewie : prosesnya juga mudah.

Interviewer : Apakah ibu merasa terbantu dengan adanya produk gadai emas di BRI Syariah ini ?


(6)