16
BAB II LANDASAN TEORI EFEKTIVITAS DAN GADAI EMAS
SYARIAH
Bab ini secara luas membahas tentang teori yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas. Dalam hal ini adalah teori gadai emas
syariah. Termasuk didalamnya yaitu, konsep efektifitas, indikator efektifitas, teori gadai syariah yang mencakup pengertian, dasar
hukum, syarat dan objek gadai syariah. Landasan teori ini dimaksud untuk mengantar pembaca memahami masalah yang akan dibahas.
BAB III GAMBARAN UMUM BRI SYARIAH
Pembahasan ini diperlukan agar pembaca mengetahui lembaga yang dijadikan tempat penelitian. Karena bab ini membahas tentang
gambaran umum BRI Syariah yaitu memuat sejarah singkat BRI Syariah, logo, visi dan misi, struktur organisasi, produk dan jasa.
BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS GADAI EMAS SYARIAH BRI
SYARIAH DALAM
PEMBERDAYAAN EKONOMI
MASYARAKAT
Memuat hasil penelitian yang telah dilakukan, yaitu mengetahui bagaimana konsep gadai emas syariah rahn yang digunakan di BRI
Syariah KCP Cipulir serta mekanisme gadai emas syariah rahn BRI Syariah KCP Cipulir kepada nasabah. Selanjutnya, mengetahui apakah
gadai emas syariah rahn efektif dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat.
17
BAB V PENUTUP
Bab ini akan memuat intisari atau kesimpulan dari seluruh bahasan dan masalah yang menjadi fokus kajian. Penulis juga menyampaikan
saran-saran yang diperlukan. Kemudian menyebutkan daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang berhubungan dengan penelitian ini.
17
BAB II LANDASAN TEORI
EFEKTIVITAS DAN GADAI EMAS SYARIAH A.
Konsep Efektifitas
1. Pengertian Efektivitas Secara bahasa efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti ada
efeknya; akibatnya; keadaan berpengaruhnya; kesannya; dapat berhasil; berhasil guna.
1
Menurut ahli manajemen Peter Brucker yang dikutip dari buku karangan T. Hani Handoko efektifitas adalah melakukan pekerjaan yang benar
doing the right things.
2
Efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Bagi
para manajer, pertanyaan yang paling penting adalah bukan bagaimana melakukan pekerjaan dengan benar tapi bagaimana menemukan pekerjaan
yang benar untuk dilakukan, dan memusatkan sumber daya dan usaha pada pekerjaan tersebut.
1
Pusat bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2001, cet. I, Edisi III, h. 286.
2
T. Hani Handoko, Manajemen, Yogyakarta: BPFE, 1993 Edisi II, h. 7
Kemudian dari kata itu muncul pada kata keefektifan yang diartikan dengan kata kerelaan, hal terkesan, kemajuan dan keberhasilan.
3
Sedangkan dalam ensiklopedi Umum, efektifitas diartikan dengan menunjukkan taraf
tercapainya suatu tujuan. Maksudnya adalah suatu usaha dapat dikatakan efektif kalau usaha tersebut menapai tujuannya. Secara ideal efektif dapat
dinyatakan dengan ukuran yang agak pasti. 2. Indikator Efektivitas
Dalam buku sujadi F.X disebutkan bahwa untuk mencapai efektivitas dan efesiensi kerja haruslah dipenuhi syarat-syarat ataupun unsur-unsur sebagai
berikut
4
: a. Berhasil guna yaitu untuk menyatakan bahwa kegiatan telah dilaksanakan
dengan tepat dalam arti target tercapai sesuai dengan waktuyang telah ditetapkan.
b. Ekonomis ialah untuk menyebutkan bahwa didalam usaha pencapaian efaktif itu, maka biaya tenaga kerja material, peralatan, waktu, keuangan
dan lain-lainya telah dipergunakan dengan setepat-tepatnya sebagaimana yang telah ditetapkan dalam perencanaan dan tidak adanya penerobosan
dan penyelewengan.
3
Pusat bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1998, h. 219
4
Sujudi,F.X,OM penunjang keberhasilan prossmanagement,Jakarta: CV.masagung, 1990 cet,ke-3 h.36-39.
c. Pembagian kerja yang nyata yaitu pelaksanaan kerja dibagi berdasarkan beban kerja, kemampuan kerja dan waktunya yang tersedia.
d. Rasionalitas, wewenang dan tanggung jawab artinya wewenang haruslah seimbang dengan tanggung jawab dan harus dihindari dengan adanya
dominasi oleh salah satu pihak terhadap pihak yg lainya. e. Prosedur kerja yang praktis yaitu menegaskan bahwa kegiatan kerja adalah
kegiatan yang praktis, maka target efektif dan ekonomis,pelaksanaan kerja yang dapat dipertanggung jawabkan serta pelayanan kerja yang
memuaskan tersbut haruslah kegiatan yang operasional dan dapat dilaksanakan dengan lancar.
Efektivitas merupakan ukuran yang menggambarkan sejauh mana sasaran yang dapat dicapai, sedangkan efesiensi menggambarkan bagaimana sumber
daya tersebut dikelola secara tepat dan benar. Efesiensi yang tinggi dalam mencapai sasaran akan menghasilkan produktifitas yang tinggi dan salah urus
dalam mengelola usaha atau organisasi dapat mengakibatkan rendhnya tingkat efektifitas dan efesiensi.
Sedangkan dalam manajemen Islam untuk mengatur hidupnya agar efektif adalah sebagai berikut :
a. Prinsip keseimbangan, maksudnya dalam menjalankan suatu kegiatan seorang muslim haruslah berbuat, bertindak yang harmonis, pantas dan wajar
dan tidak berlebih-lebihan, tidak juga kikir dan pelit.
b. Prinsip mencapai manfaat, maksudnya seorang muslim dalam menjalankan kegiatan usahanya harus bermanfaat bagi dirinya, bagi orang lain, bagi
lingkungan dan agamanya. c. Prinsip tidak boros, setiap muslim dalam menjalankan dalam menggunakan
harta, waktu dan tenaga tidak digunakan secara boros. Jika dilihat dari tinjauan ekonomi sifat boros termasuk biaya sehingga dalam penggunaan
biaya menjadi beban dalam manajemen. d. Prinsip berlaku adil, maksudnya adalah seorang yang ingin mencapai
tindakan yang efisien haruslah berlaku adil terhadap dirinya, terhadap orang lain dan adil dalam semua perbuatan.
Ada beberapa kriteria dapat digunakan untuk menilai bahwa suatu tujuan tersebut berjalan secara efektifefektifitas suatu rencana, mengapa banyak
manajer ragu-ragu atau gagal menetapkan tujuan dan membuat rencana bagi kelompoksatuan kerja mereka dan tidak dikatakan efektif. Maka paling tidak ada
kriteria yang menjadi suatu pekerjaan rencana yang telah ditetapkan menjadi efektif yaitu :
1. Kegunaan; agar berguna bagi managemen dalam melaksanakan fungsi- fungsinya yang lain, suatu rencana harus fleksibel, stabil, berkesinambungan
dan sederhana. 2. Ketepatan dan objektifitas; rencana-rencana harus dievaluasi untuk
mengetahui apakah jelas, ringkas, nyata dan akurat. Berbagai keputusan dan kegiata hanya efektif bila didasarkan atas informasi yang tepat.
3. Ruang lingkup; perencanaan perlu memperhatikan prinsip-prinsip kelengkapan comprehensiveness, kepaduan unity dan konsistensi.
4. Biaya; dalam hal ini menyangkut biaya usaha dan aliran emosional serta keuntungan.
5. Akuntabilitas; ada dua aspek akuntabilitas; 1 tanggung jawab atas pelaksanaan dan 2 tanggung jawab atas implementasinya.
6. Ketepatan waktu; berbagai perudahan yang terjadi sangat cepat akan dapat menyebabkan suatu rencana tidak dapat atau sesuai untuk berbagai perbedaan
waktu. Jika suatu pekerjaan atau kelompok kerja memenuhi kriteria diatas maka untuk
lebih mengarahkannya harus ada pemberdayaan agar yang lemah menjadi mandiri.
B. Teori Gadai Syariah Rahn
1. Pengertian Gadai Syariah Rahn Transaksi hukum gadai dalam fikih Islam disebut ar-rahn. Ar-rahn adalah
suatu jenis perjanjian untuk menahan suatu barang sebagai tanggungan utang.
5
Pengertian ar-rahn dalam bahasa Arab adalah ast-tsubut wa ad-dawam تﻮﺒﺴﻟا
ماوﺪﻟاو yang berarti “tetap” dan “kekal”. Pengertian “tetap” dan “kekal” yang dimaksud merupakan makna yang tercakup dalam kata al-habsu, yang berarti
menahan. Kata ini merupakan makna yang bersifat materil. Karena itu secara
5
Rahmat Syafei, “Konsep Gadai; ar-arhn dalam fikih Islam anatara nilai sosial dan nilai komersial” dalam Huzaimah T. Yanggo, Problematika Hukum Islam Kontemporer III, Jakarta:
Lembaga Studi Islam dan Kemasyarakatan, 1995, cet. II, h. 59.
bahasa kata ar-rahn berarti “menjadikan suatu barang yang bersifat materi sebagai pengikat utang”.
6
Pengertian gadai rahn secara bahasa seperti di ungkapkan di atas adalah tetap, kekal dan jaminan; sedangkan dalam pengertian istilah adalah
menyandera sejumlah harta yang diserahkan sebagai jaminan secara hak, dan dapat diambil sejumlah harta dimaksud sesudah ditebus. Sedangkan pengertian
gadai rahn dalam hukum syara’ adalah : ﺎَﻋٌ ﺔَﻤْﯿِﻗ ﺎَﮭَﻟ َﻦْﯿَﻋ ُﻞْﻌَﺟ
َﻚْﻠِﺗ ْﻦِﻣ ُﮫَﻀْﻌَﺑ ُﺬْﺧَا ْوَا ُﻦْﯾﱠﺪﻟا َﻚِﻟَذ ُﺬْﺧَا ُﻦِﻜْﻤُﯾ ُﺚْﯿَﺤِﺑ ٍﻦْﯾَﺪِﺑ ٌ ﺔَﻘْﯿِﺛَو ِعْﺮﱠﺸﻟا ِﺮْﻈَﻧ ﻲِﻓ ٌ ﺔَﯿِﻟ َﻦْﯿَﻌْﻟا
7
“Menjadikan suatu barang yang mempunyai nilai harta dalam pandangan syara’ sebagai jaminan utang, yang memungkinkan untuk
mengambil seluruh atau sebagian utang dari barang tersebut.” Selain itu ada juga pengertian gadai syariah menurut para ahli hukum
Islam, antara lain sebagai berikut : a. Ulama Syafi’iyah
ﻲِﻓْﻮَﺘْﺴَﯾ ٍﻦْﯾَﺪِﺑ ٌﺔَﻘْﯿِﺛَو ﺎَﮭُﻌْﯿَﺑ ُزْﻮُﺠَﯾ َﻦْﯿَﻋ ُﻞْﻌَﺟ ِﮫِﻧ ﺎَﻓ وُرﱠﺬَﻌَﺗ َﺪْﻨِﻋ ﺎَﮭْﻨِﻣ
8
“Menjadikan suatu barang yang biasa dijual sebagai jaminan utang dipenuhinya utang dipenuhi dari harganya, bila yang berutang tidak sanggup
membayar utangnya.”
6
Wahbah Al-Zuhaily, Al-Fiqh Al-Islam wa Adillatuh, Beirut: Dar Al-Fikr, 2002, jilid 4, h. 4204.
7
Al-Sayid Sabiq, Al-Fiqh As-Sunnah, Beirut: Dar Al-fikr, 1995, jilid III, h. 187
8
Wahbah Al-Zuhaily, Al-Fiqh Al-Islam wa Adillatuh, Beirut: Dar Al-Fikr, 2002, jilid 4, h. 4204.
b. Ulama Hanabilah َﺪِﺑ ُﺔَﻘْﯿِﺛَو ْﻮُﻠَﻌْﺠَﯾ يِﺬﱠﻟا ُلﺎَﻤْﻟ
ِﮫْﯿَﻠَﻋ َﻮُھ ْﻦﱠﻤِﻣ ِﮫِﺋﺎَﻔْﯿِﺘْﺳِا َرﱠﺬَﻌَﺗ ْنَا ِﮫِﻨَﻤَﺛ ْﻦِﻣ ﻲِﻓْﻮَﺘْﺴَﯾ ٍﻦْﯾ
9
“Suatu benda yang dijadikan kepercayaan suatu utang, untung dipenuhi dari harganya, bila yang berhutang tidak sanggup membayar
utangnya.” c. Ulama Malikiyah
ٌءْﻲَﺷ ٍمِزﺎَﻟ ٍﻦْﯾَد ﻲِﻓ ِﮫِﺑ ﺎَﻘﱢﺛَﻮُﺗ ِﮫِﻜِﻟﺎَﻣ ْﻦِﻣ ُﺬَﺧْﺆُﯾ ُلﱠﻮَﻤَﺘُﻣ
10
“Suatu yang bernilai harta mutamawwal yang diambil dari pemiliknya untuk dijadikan pemikat atas utangnya yang tetap mengikat.”
d. Muhammad Syafi’i Antonio Gadai Syariah rahn adalah menahan salah satu harta milik nasabah rahin
sebagai barang jaminan marhun atas utangpinjaman marhun bih yang diterimanya. Marhun tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian,
pihak yang menahan atau penerima gadai murtahin memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya.
11
2. Rukun dan Syarat-Syarat Gadai a. Rukun Gadai
Dalam fikih empat mazhab fiqh al-mazahib al-arba’ah di ungkapkan rukun gadai sebagai berikut :
9
Abi Muhammad Abdullah bin Muhammad bin Ibnu Qudamah, Al-Muqhny ‘ala Muqtashar Al- kharqiy
, Beirut: Ad-Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah, 1994, jilid 4, h. 234.
10
Wahbah Zuhaily, Al-fiqh Al-Islam wa Adillatuhu, Beirut: Dar Al-Fikr, 2002, jilid 4, h. 4208.
11
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani Press, 2001, h. 128.