Jenis Jaminan dan Syarat-Syarat dan Manfaat Benda Jaminan

C. Jenis Jaminan dan Syarat-Syarat dan Manfaat Benda Jaminan

Jaminan dapat digolongkan menurut yang berlaku di Indonesia dan yang berlaku di luar negeri. Dalam Pasal 24 UU Perbankan ditentukan bahwa “Bank tidak akan memberikan kredit tanpa adanya jaminan” Jenis-jenis jaminan menurut KUHPerdata merupakan sumber hukum dalam bidang keperdataan yang mengatur jenis-jenis jaminan dan ada juga beberapa peraturan erundang-undangan yang merupakan pembaruan dari KUHPerdata. Terdapat bermacam-macam benda yang dapat dijadikan sebagai objek jaminan kredit. Dalam salah satu penggolongan benda dijelaskan mengenai benda bergerak dan benda tidak bergerak.Sesuai ketentuan undang-undang ada bentuk jaminan yang berbeda sehingga analisis kredit harus mengetahui jenis benda yang dapat dijadikan jaminan dan bentuk pengikatan atas benda itu. Jaminan kredit bank dapat digolongkan dalam beberapa klasifikasi berdasarkan sudut pandang tertentu, misalnya cara terjadinya, sifatnya, kebendaan yang dijadikan objek jaminan, dan lain sebagainya. 39 Adapun jaminan kredit yang diatur secara khusus dalam praktik dunia perbankan antara lain: 40 1. Jaminan perorangan Personal Guaranty Istilah jaminan perorangan berasal dari kata borgtocht. Ada juga yang menyebutkan dengan istilah jaminan immateriil. Pengertian jaminan perorangan dapat dilihat dari berbagai pandangan dan pendapat para ahli. Sri Soedewi Masjhoen Sofwan dalam Salim HS, mengartikan jaminan imateriil perorangan 39 Pasal 613 ayat 2 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 40 Badriyah Harun, Op.Cit., hal 68-70. Universitas Sumatera Utara adalah:“jaminan yang menimbulkan hubungan langsung pada perorangan tertentu, hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu, terhadap harta kekayaan debitur umumnya. 41 Pasal 1820 KUH Perdata jaminan peorangan disebut bahwa jaminan perorangan adalah suatu perjanjian dengan mana pihak ketiga, guna kepentingan pihak si berpiutang kreditur, mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan si berutang manakala orang tersebut tidak memenuhinya. Subekti mengemukakan pendapatnya bahwa “oleh karena tuntutnya kreditur terhadap seorang penjamin tidak diberikan suatu privilege atau kedudukan istimewa dibandingkan atas tuntutan-tuntutan kreditur lainnya, maka jaminan perorangan ini tidak banyak dipraktekkan dalam dunia perbankan. 42 Jaminan yang bersifat perorangan, dapat berupa borgtogh personal guarentee yang pemberi jaminannya adalah pihak ketiga secara perseorangan dan jaminan perusahaan yang pemberi jaminannya adalah suatu badan usaha yang berbadan hukum. Pelaksanaan perjanjian perorangan selalu dibuat oleh pihak ketiga yang menjamin terpenuhinya kewajiban membayar kredit tersebut, baik diketahui maupun tidak diketahui oleh debitur. Dengan adanya pihak ketiga sebagai penjamin, apabila debitur tidak dapat melaksanakan kewajibannya, maka pihak ketiga inilah yang akan melaksanakan kewajibannya tidak terlepas dari ketentuan Pasal 1831 KUHPerdata yang berbunyi “si berpiutang pihak ketiga tidak wajib membayar kepada si berpiutang selain jika siberpiutang lalai, 41 Salim HS, Op Cit, hal. 217 42 Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia, Andi, Yogyakarta, 2005, hal 5 Universitas Sumatera Utara sedangkan benda-benda si berpiutang ini harus lebih dahulu disita dan dijual untuk melunasi utangnya. 43 Praktiknya, bank tetap meminta pihak ketiga untuk melepas hak tersebut. Sehingga apabila debitur wanprestasi, bank dapat segera melakukan penagihan langsung kepada pihak ketiga. Tujuan pelepasan hak tersebut agar pihak bank lebih mudah mendapatkan hak pembayaran kreditnya. Bank juga mengantisipasi kendala penarikan pembayaran yang bisa jadi karena harta benda yang dimiliki oleh debitur tidak Marketable seperti yang diharapkan. 44 Dengan adanya pihak ketiga sebagai penjamin, apabila debitur tidak dapat melaksanakan kewajibannya, maka pihak ketiga inilah yang akan melaksanakan kewajibannya. Perlindungan hak terhadap pihak ketiga dalam menjalankan kewajibannya. Perlindungan hak terhadap pihak ketiga dalam menjalankan kewajibannya tidak terlepas dari ketentuan Pasal 1831 yang berbunyi : “Si penanggung pihak ketiga tidaklah wajib membayar kepada si berpiutang selain jika si berutang lalai, sedangkan benda-benda si berutang ini harus lebih dulu disita dan dijual untuk melunasi utangnya.” 2. Jaminan kebendaan Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 8 UU Perbankan, yang berbunyi : a. Memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan Nasabah Debitur untuk 43 Subekti, Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Burgerlijk Wetboek Staatsblad, Pradnya Paramita,Jakarta, 2006, hal 221 44 Ibid Universitas Sumatera Utara melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan. b. Bank umum wajib memiliki dan menerapkan pedoman perkreditan dan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.Keyakinan menurut pasal tersebut sudah merupakan jaminan bagi bank untuk memberikan kredit kepada nasabah debiturnya. Namun, pada peraturan kredit perbankan, jaminan kebendaan merupakan berupa jaminan tambahan yang disebut sebagai agunan. Menurut UU Perbankan, jaminan dan agunan merupakan dua unsur yang berbeda. Jaminan pokok merupakan keyakinan, sedangkan jaminan tambahan adalah sesuatu yang dapat menguatkan keyakinan bank, yaitu agunan. Mengenai agunan sebagai jaminan tambahan, secara tegas diungkapkan dalam Pasal 1 angka 23, yang berbunyi :“Agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan Nasabah Debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah. Dengan demikian jelas bahwa yang dimaksud dengan agunan atau jaminan kebendaan merupakan jaminan tambahan. Jaminan tambahan tersebut sebagaimana dimuat dalam penjelasan Pasal 8 UU Perbankan diebutkan bahwa agunan dapat hanya berupa barang, proyek, atau hak tagih yang dibiayai dengan kredit yang bersangkutan. Tanah yang kepemilikannya didasarkan pada hukum adat yaitu tanah yang bukti kepemilikannya berupa girik, petuk, dan lain-lain yang sejenis dapat juga digunakan sebagai agunan. Bank tidak wajib meminta agunan barang yang berkaitan langsung dengan objek yang dibiayai, yang lazim dikenal dengan agunan tambahan. Universitas Sumatera Utara Prinsipnya tidak semua benda jaminan dapat dijaminkan pada lembaga perbankan atau lembaga keuangan nonbank, namun benda yang dapat dijaminkan adalah benda benda yang memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat benda jaminan yang baik adalah: 45 1. Dapat secara mudah membantu perolehan kredit itu oleh pihak yang memerlukannya; 2. Tidak melemahkan potensi kekuatan si pencari kredit untuk melakukan atau meneruskan usahanya; 3. Memberikan kepastian kepada kreditur dalam arti bahwa barang jaminan tersebut setiap waktu dapat dieksekusi, bila perlu dapat mudah diuangkan untuk melunasi utangnya Jaminan mempunyai kedudukan dan manfaat yang sangat penting dalam menunjang pembangunan ekonomi. Karena itu keberadaan lembaga ini dapat memberikan manfaat bagi kreditur dan debitur. 45 Ibid Universitas Sumatera Utara

BAB IV PEMBERIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SERTIFIKAT HAK MILIK