melalui hukum. Hal ini merupakan langkah akhir, apabila tidak ada jalan keluar lagi dan akan diproses di Pengadilan Negeri Kabanjahe dengan
didasarkan pada: a.
Debitur yang bersangkutan tidak mempunyai itikad baik anggota dan anggota luar biasa nakal.
b. Jumlah sisa kredit tidak terlalu kecil yang sengaja tidak dilunasi dan
karena hal ini pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe dapat menyerahkan pada pihak yang berwajib.
.
C. Penyelesaian Jika Terjadi Wanprestasi dalam Pelaksanaan Pemberian
Kredit dengan Jaminan Sertifikat Hak Milik pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe
Penyelesaian kredit macet menurut Subekti, yaitu “Hal kelalaian atau wanprestasi pada pihak si berhutang ini harus dinyatakan dahulu secara resmi,
yaitu dengan memperingatkan si berhutang itu, bahwa si berpiutang menghendaki pembayaran seketika atau dalam jangka waktu yang pendek”.
56
56
R. Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata. PT. Intermasa, Jakarta, 2003, hal 147
Cara pemberian teguran terhadap debitur yang lalai tersebut telah diatur dalam Pasal 1238 KUH
Perdata yang menentukan bahwa teguran itu harus dengan surat perintah atau dengan akta atau sejenisnya. Yang dimaksud dengan surat perintah dalam pasal
tersebut adalah peringatan resmi dari juru sita pengadilan, sedangkan yang dimaksud dengan akta sejenis adalah suatu tulisan biasa bukan resmi, surat
Universitas Sumatera Utara
maupun telegram yang tujuannya sama yakni untuk member peringatan kepada debitur untuk memenuhi prestasinya. Penanganan kredit macet selanjutnya yaitu
dengan upaya yang ditentukan dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.26 4 BPPP tanggal 29 Mei 1993, melalui beberapa cara yaitu:
1. Penjadwalan kembali rechedulling, yaitu perubahan syarat kredit yang
menyangkut jadwal pembayaran dan atau jangka waktunya. 2.
Persyaratan kembali reconditioning, yaitu perubahan sebagian atau keseluruhan syarat-syarat kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal
pembayaran, jangka waktu, dan atau persyaratan lainnya sepanjang tidak menyangkut perubahan maksimum saldo.
3. Penataan kembali restructuring yaitu perubahan syarat-syarat kredit
menyangkut: Penanaman atau penambahan dana bank danatau konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru danatau
konversi seluruh atau sebagian dari kredit menjadi penyertaan dalam perusahaan, yang disertai dengan penjadwalan kembali dan atau persyaratan
kembali. Permasalahan yang dihadapi dalam penyelesaian wanprestasi dalam
perjanjian kredit dengan jaminan sertifikat hak milik pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe ditemukan beberapa permasalahan yang timbul
dalam perjanjian kredit menggunakan Hak Tanggungan yang menimbulkan wanprestasi di PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe, antara lain :
57
57
Wawancara dengan Lidya Oktabela Sembiring, selaku Analisis Kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe, tanggal 14 Juli 2015
Universitas Sumatera Utara
1. Pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe cukup kesulitan untuk
melakukan pengawasan secara langsung. Hal tersebut disebabkan banyaknya debitur yang harus diawasi, karena penyalahgunaan kredit akan dapat
menimbulkan masalah tersendiri bagi debitur, sehingga pada akhirnya debiturakan kesulitan melunasinya.
2. Pihak debitur biasanya mempersulit untuk menyerahkan barang jaminannya,
apabila adanya penarikan terhadap barang jaminan atau penyitaan oleh pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe, misalnya saja barang jaminan
tersebut ternyata digadaikan. 4.
Pihak debitur tersebut pergi menghindar agar tidak bertemu oleh pihak penyitaan dari pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe
Upaya penyelesaian wanprestasi yang dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe telah diselesaikan melalui 3R yaitu rescheduling
atau penjadwalan kembali, reconditioning atau persyaratan kembali, dan restructuring atau penataan kembali. Rescheduling yang dilakukan oleh PT. Bank
Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe yaitu berupa perubahan jadwal pembayaran kredit anggota KSM yang wanprestasi. Reconditioning yang dilakukan oleh
BKM yaitu penambahan jangka waktu pelunasan kredit untuk debitur yang wanprestasi. Restrukturing dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang
Kabanjahe tidak melalui pemberian tambahan kredit namun melalui penjadwalan kembali kredit serta persyaratan kembali kredit. Spesifikasi upaya penyelesaian
wanprestasi yang telah dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe berdasarkan penyebab wanprestasinya yaitu sebagai berikut terhadap
Universitas Sumatera Utara
perjanjian wanprestasi yang disebabkan kerena debitur gagal usaha yaitu mengingatkan bahwa kredit telah mencapai batas waktu pemenuhannya serta
tetap melakukan penagihan, dan memberikan perpanjangan waktu kredit. Wanprestasi yang disebabkan karena debitur meninggal dunia oleh PT.
Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe tetap dilakukan penagihan yaitu melakukan pemberitahuan kepada ahli waris serta tetap melakukan penangihan.
Wanprestasi yang terjadi karena debitur berkarakter buruk, upaya PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe yaitu mengingatkan dengan pemberian
teguran cukup keras serta diberikan penambahan batas waktu serta untuk selanjutnya tidak akan mendapatkan bantuan kredit lagi. Wanprestasi yang terjadi
dikarenakan usaha debitur kurang lancar upaya PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe yaitu memberikan perpanjangan waktu serta mengingatkan
dan terus menagihnya sampai seluruh prestasi yang telah diperjanjikan dibayar lunas. Wanprestasi yang terjadi karena debitur berpindah domisili upaya PT.
Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe yaitu mamberikan perpanjangan waktu kredit dan tetap menangih prestasi kepada yang bersangkutan dengan
hubungan telekomunikasi. Terjadinya wanprestasi ini membuat PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang
Kabanjahe melakukan perubahan atas isi perjanjian kredit untuk calon debitur. Isi perjanjian kredit ini bila ditelaah dapat memenuhi prinsip 5C, yang meliputi
penilaian karakter, penilaian kemampuan, penilaian permodalan, penilaian jaminan, serta penilaian terhadap prospek usaha debitur. Perubahan yang
signifikan terdapat pada collateral atau jaminan dalam perjanjian terdapat
Universitas Sumatera Utara
persyaratan bahwa setiap pembayaran uang angguran yang dilakukan oleh debitur harus melebihi jumlah anggusan yang seharusnya dibayarkan untuk kemudian
kelebihan anggusuran ini ditabungkan sebagai jaminan ketika terdapat salah satu anggota tidak dapat memenuhi kewajibannya dalam membayar angsuran
pinjaman. Penyelesaian kredit yang dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia
Cabang Kabanjahe sudah baik yaitu dengan penjadwalan dalam jangka waktu angsuran, besarnya angsuran dan masa tenggang, persyaratan kembali tentang
penjadwalan kredit, penataan kembali yaitu penambahan kredit dan konversi tunggakan bunga namun pihak kreditur perlu melakukan penyelesaian kredit
yaitu :
58
1. Pendekatan kredit yang bermasalah mendeteksi adanya kredit bermasalah,
tidak melakukan penyelesaian kredit bermasalah dengan cara menambah plafond kredit atau tunggakan bunga.
2. Kredit dalam pengawasan khusus menyusun daftar kolektibilitas kredit.
3. Penyelesaian kredit bermasalah yang tidak dapat di tagih :
a. Pengusulan penghapusbukuan kredit kepada direksi dengan
mencantumkan alasan penghapusbukuan daftar nama, agunan dan penjelasan singkat.
b. Penghapusbukuan kredit bersifat rahasia sehingga hanya diketahui oleh
bank saja. c.
Penghapusbukuan kredit tidak membatalkan perjanjian sehingga bank
58
Wawancara dengan Lidya Oktabela Sembiring, selaku Analisis Kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe, tanggal 14 Juli 2015
Universitas Sumatera Utara
masih berhak menagih dan kreditur wajib membayar sampai lunas. d.
Agunan yang diambil alih wajib dilakukan penjualan segera sesuai kesepakatan dengan debitur.
Langkah-langkah yang diambil oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe dengan cara pengamanan secara represif dan preventif. Pengamanan
secara preventif dilakukan oleh pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe setelah melihat adanya tanda-tanda bahwa debitur akan wanprestasi,
kemudian petugas akan melakukan pendekatan-pendekatan kepada debitur. Pendekatan tersebut dilakukan dengan cara memberikan pengarahan-
pengarahan, bimbingan-bimbingan dan petunjuk-petunjuk tentang resiko yang harus ditanggung dan denda yang dikenakan jika sampai terjadi keterlambatan
pembayaran angsuran atau penjelasan-penjelasan lainnya. Dengan usaha pendekatan-pendekatan ini diharapkan akan memancing debitur untuk berusaha
secara maksimal agar dapat membayar angsuran tepat pada waktunya. Langkah pengamanan secara represif dilakukan oleh pihak PT. Bank
Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe untuk menyelesaikan kredit-kredit yang mengalami ketidak lancaran karena debitur wanprestasi, untuk menanggulangi
hal-hal tersebut dilakukan teguran-teguran untuk menagih tunggakan pembayaran yaitu dengan tindakan-tindakan meliputi:
a. Surat peringatan
Di dalam surat peringatan ini terdapat tiga kali surat peringatan, yaitu surat peringatan I, surat peringatan II, dan surat peringatan III yang masing-masing
memiliki jangka waktu yaitu lima belas hari dan jarak antara surat peringatan I
Universitas Sumatera Utara
ke surat peringatan II selama tujuh hari begitupun dari surat peringatan II ke surat peringatan III.
b. Surat somasi
Surat somasi diberikan kepada debitur jika surat peringatan yang ke III tidak diindahkan juga oleh debitur.
c. Penyitaan
Jika debitur juga mengindahkan surat somasi yang diberikan pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe berhak menyita barang jaminan milik
debitur untuk dilelang guna melunasi hutangnya, pelelangan tersebut oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe dilakukan dengan dua 2 cara,
yaitu melalui Kantor Penyelesaian Perselisihan Piutang Negara KP3N Kabanjahe atau sering disebut Kantor Lelang dan pelelangan bisa dilakukan
melalui jalur pengadilan. Selain itu PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe mempunyai cara lain yaitu dengan cara ‘Hapus Buku’. Hapus Buku
ialah objek yang dijaminkan secara langsung akan menjadi milik kreditur tanpa adanya lelang melalui Pengadilan maupun Kantor Lelang, dan secara
langsung pula hutang debitur yang ada pada kreditur dihilangkan dan dianggap lunas.
Apabila setelah bank berusaha melalui upaya prefentif namun akhirnya kredit yang telah dikeluarkannya menjadi kredit yang bermasalah, maka bank
akan menggunakan upaya represif. Upaya-upaya represif yang mula-mula akan dilakukan ialah melakukan upaya penyelamatan kredit. Bila ternyata upaya
Universitas Sumatera Utara
penyelamatan kredit tidak dapat dilakukan atau walaupun sudah dilakukan tetapi tidak membawa hasil, maka bank akan menempuh upaya penagihan kredit
1. Penyelesaian kredit macet secara damai
Penyelesaian kredit macet secara damai dilakukan terhadap debitur yang masih mempunyai itikad baik kooperatif untuk menyelesaikan kewajibannya
Penyelesaian kredit secara damai antara lain meliputi : a.
Keringanan tunggakan bunga danatau denda. b.
Penjualan sebagian atau seluruh agunan secara di bawah tangan oleh debitur atau pemilik agunan untuk angsuran atau penyelesaian kewajiban
debitur. c.
Pengambil alihan aset debitur oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe untuk angsuran atau penyelesaian kewajiban debitur
2. Penyelesaian melalui jalur hukum penyelesaian kredit macet melalui saluran
hukum atau bantuan dari pihak ketiga dilakukan apabila debitur tidak kooperatif untuk menyelesaikan kewajibannya. Penyelesaian kredit macet
melalui saluran hukum antara lain: a.
Penyelesaian kredit macet melalui pengadilan negeri Didahului dengan permohonan eksekusi atas jaminan sertifkat hak milik
oleh kreditur pemegang jaminan sertifkat hak milik kepada pengadilan. Berdasarkan Pasal 20 ayat 1 huruf b UUHT dijelaskan bahwa titel
eksekutorial pada sertifikat Hak Tanggungan sebagaimana diatur dalam Pasal 14 UUHT dapat dijadikan dasar penjualan objek Hak Tanggungan
melalui pelelangan umum menurut tata cara yang ditentukan dalam
Universitas Sumatera Utara
peraturan perundang-undangan. Eksekusi Hak Tanggungan berdasarkan Pasal 20 Ayst 1 huruf b Jo Pasal 14 UUHT ini memerlukan campur
tangan pengadilan. Adapun prosedur lelangnya diawali dengan permohonan dari kreditur
pemegang Hak Tanggungan kepada Pengadilan Negeri untuk melakukan eksekusi atas Hak Tanggungan. Kemudian Pengadilan Negeri akan
menindaklanjuti permohonan tersebut dengan menerbitkan Penerapan Aanmaning teguran, Penetapan Sita yang diikuti dengan penyitaan objek
Hak Tanggungan, dan mengeluarkan Penetapan Lelang. Selanjutnya Pengadilan Negeri akan mengajukan permohonan lelang objek Hak
Tanggungan tersebut ke KPKNL. Adapun prosedur pelaksanaan lelangnya hampir sama dengan prosedur lelang objek Hak Tanggungan atas
kekuasaan sendiri oleh pemegang Hak Tanggungan pertama. Bedanya adalah yang menjadi penjual dan yang berhadapan dengan KPKNL adalah
Pengadilan Negeri. b.
Penyelesaian Kredit Macet Melalui Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang KPKNL.
Kreditur pemegang jaminan sertifkat hak milik langsung mengajukan permohnan lelang atas jaminan sertifkat hak milik kepada KPKNL.
Berdasarkan Pasal 20 ayat 1 huruf a Jo Pasal 11 Ayat 2 huruf e UUHT, apabila debitur cidera janji maka kreditur pemegang Hak Tanggungan
berdasarkan ketentuan tersebut pada dasarnya tidak memerlukan ijin dari Pengadilan mengingat fiat penjualan berdasarkan Pasal 6 UUHT ini
Universitas Sumatera Utara
merupakan tindakan pelaksanaan perjanjian. Sehingga apabila debitur cidera janji, kreditur pemegang Hak Tanggungan pertama dapat langsung
melaksanakan eksekusi lelang objek Hak Tanggungan melalui KPKNL. Hak istimewa ini hanya dimiliki oleh kreditur pemegang Hak Tanggungan
pertama. Pemegang Hak Tanggungan kedua, ketiga dan seterusnya tidak dapat memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh Undang-undang Hak
Tanggungan. Syarat agar eksekusi lelang ini dapat dilakukan apabila dalam APHT dicantum kan janji-janji sesuai dengan Pasal 11 ayat 2
huruf e UUHT, yaitu “pemegang Hak Tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual sendiri objek Hak Tanggungan apabila debitur cidera
janji”. Untuk pelaksanaan eksekusi lelang objek Hak Tanggungan berdasarkan Pasal 20 ayat 1 huruf a jo Pasal 6 dan Pasal 11 ayat 2 huruf
e UUHT maka yang bertindak sebagai pemohon lelang adalah kreditur pemegang Hak Tanggungan pertama. Dalam hal ini kreditur tersebut
langsung mengajukan permohonan lelang kepada KPKNL. c.
Penjualan dibawah tangan atas objek jaminan sertifkat hak milik Pasal 6 jo Pasal 11 ayat 2 jo Pasal 20 ayat 2 UUHT. Sarana hukum ini diatur dalam
Pasal 20 Ayat 2 Undang-undang Hak Tanggungan yang menyebutkan bahwa “atas kesepakatan pemberi dan pemegang Hak Tanggungan, penjualan objek
Hak Tanggungan dapat dilakukan di bawah tangan, jika dengan demikian akan diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan semua pihak.” Mengingat
ketentuan Pasal 20 ayat 2 UUHT ini dimaksudkan untuk melaksanakan penjualan di bawah tangan maka dalam Surat Edaran Kepala Badan Urusan
Universitas Sumatera Utara
Piutang dan Lelang Negara No. SE-23PN2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang Hak Tanggungan ditegaskan bahwa penjualan objek Hak Tanggungan
semacam ini tidak boleh dilakukan secara lelang.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN