Asas-Asas Hukum Jaminan dan Sumber Hukum Jaminan

bergerak, meliputi: gadai dan fidusia, sedangkan jaminan benda tidak bergerak, meliputi hak tanggungan, fidusia, khususnya rumah susun, hipotek, kapal laut dan pesawat udara. Sedangkan jaminan perorangan meliputi: borg, tanggung- menanggung tanggung renteng, dan garansi bank.

B. Asas-Asas Hukum Jaminan dan Sumber Hukum Jaminan

Berdasarkan hasil analisis terhadap berbagai peraturan perundang- undangan yang mengatur tentang jaminan maupun kajian terhadap berbagai literatur tentang jaminan, maka ditemukan 5 lima asas penting dalam hukum jaminan, sebagaimana dipaparkan berikut ini: 35 1. Asas publicitet, yaitu asas bahwa semua hak, baik hak tanggungan, hak fidusia, dan hipotek harus didaftarkan. Pendaftaran ini dimaksudkan supaya pihak ketiga dapat mengetahui bahwa benda jaminan tersebut sedang dilakukan pembebanan jaminan. Pendaftaran hak tanggungan di Kantor Pertanahan KabupatenKota, pendaftaran fidusia dilakukan di Kantor Pendaftaran Fidusia pada Kantor Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, sedangkan pendaftaran hipotek kapal laut dilakukan di depan pejabat pendaftar dan pencatat balik nama, yaitu syahbandar; 2. Asas specialitet, yaitu bahwa hak tanggungan, hak fidusia dan hipotek hanya dapat dibebankan atas percil atas atas barang-barang yang sudah terdaftar atas nama orang tertentu; 3. Asas tak dapat dibagi-bagi, yaitu asas dapat dibaginya hutang tidak dapat mengakibatkan dapat dibaginya hak tanggungan, hak fidusia dan hak gadai walaupun telah dilakukan pembayaran sebagian. 4. Asas inbezittstelling, yaitu barang jaminan gadai harus berada pada penerima gadai; 5. Asas horizontal, yaitu bangunan dan tanah bukan merupakan satu kesatuan. Hal ini dapat dilihat dalam penggunaan hak pakai, baik tanah negara maupun tanah hak milik. Bangunannya milik dari yang bersangkutan atau pemberi hak tanggungan, tetapi tanahnya milik orang lain, berdasarkan hak pakai Sumber hukum adalah tempat dimana ditemukan hukum. Dalam hal ini, hukum jaminan bersumber dari KUHPerdata. KUHPerdata sebagai terjemahan 35 Salim HS, Op.Cit, hal 9-1 Universitas Sumatera Utara dari Burgerlijk Wetboek merupakan kodifikasi hukum perdata material yang diberlakukan pada tahun 1848 berdasarkan asas konkordansi Jaminan secara umum diatur dalam Pasal 1131 KUHPerdata yang menetapkan bahwa segala hak kebendaan debitur baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada di kemudian hari menjadi tanggungan untuk segala perikatannya. Dengan demikian, segala harta kekayaan debitur secara otomatis menjadi jaminan manakala orang tersebut membuat perjanjian utang meskipun tidak dinyatakan secara tegas sebagai jaminan. Terhadap jaminan ini akan timbul masalah manakala seorang debitur memiliki lebih dari seorang kreditur di mana masing-masing kreditur menginginkan haknya didahulukan. Hukum mengantisipasi keadaan demikian dengan membuat jaminan yang secara khusus diperjanjikan dengan hak-hak istimewa seperti hak tanggungan, fiducia, gadai, maupun cessie piutang. Kreditur yang memegang hak tersebut memiliki hak utama untuk mendapatkan pembayaran kredit seluruhnya dari hasil penjualan benda jaminan. Apabila terdapat kelebihan dalam penjualan benda jaminan terebut dapat diberikan kepada kreditur lain. Eksistensi adanya perjanjian penjaminan tergantung pada perjanjian pokok. Perjanjian pokok biasanya berupa perjanjian kredit. Perjanjian penjaminan tidak mungkin ada tanpa perjanjian kredit. Apabila perjanjian pokoknya berakhir, maka perjanjian penjaminan akan berakhir pula. 36 Dasar hukum jaminan dalam pemberian kredit adalah Pasal 8 ayat 1 UU Perbankan yang menyatakan bahwa :“Dalam memberikan kredit atau pembiayaan 36 Ibid Universitas Sumatera Utara berdasarkan Prinsip Syariah, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan Nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan.”Jaminan pemberian kredit menurut Pasal 8 ayat 1 adalah bahwa keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan. Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum memberikan kredit, bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha dari nasabah debitur. Dengan demikian, hal ini menegaskan bahwa jaminan hendaklah mempertimbangkan dua faktor, yaitu : 37 1. Secured, artinya jaminan kredit mengikat secara yuridis formal sehingga apabila suatu hari nanti nasabah debitur melakukan wanprestasi cedera janji, maka bank memiliki kekuatan yuridis untuk melakukan tindakan eksekusi. 2. Marketable, artinya bila jaminan tersebut hendak dieksekusi, dapat segera dijual atau diuangkan untuk melunasi seluruh kewajiban debitur Ketentuan dalam pasal-pasal buku II KUHPerdata yang mengatur mengenai lembaga dan ketentuan hak jaminan dimulai dari Titel Kesembilan Belas sampai dengan Titel Dua Puluh Satu, Pasal 1131 sampai dengan Pasal 1232. Dalam pasal-pasal KUHPerdata tersebut diatur mengenai piutang-piutang yang diistimewakan, gadai, dan hipotek. Secara rinci materi kandungan ketentuan- ketentuan huku m jaminan yang termuat dalam buku II KUHPerdata tersebut, sebagai berikut: 37 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Universitas Sumatera Utara 1. Bab XIX: Tentang Piutang-Piutang Diistimewakan Pasal 1131 sampai dengan Pasal 1149; Bagian Kesatu tentang Piutang-Piutang yang Diistimewakan Pada Umumnya Pasal 1131 sampai dengan Pasal 1138; Bagian Kedua tentang Hak-Hak Istimewa mengenai Benda-Benda Tertentu 1139 sampai dengan Pasal 1148; Bagian ketiga atas Semua Benda Bergerak dan Benda Tidak Bergerak Pada Umumnya Pasal 1149; 2. Bab XX: Tentang Gadai Pasal 1150 sampai dengan Pasal 1160, Pasal 1161 dihapuskan. 3. Bab XXI: Tentang Hipotek Pasal 1162 sampai dengan Pasaal 1232; Bagian Kesatu tentang Ketentuan-Ketentuan Umum Pasal 1162 sampai dengan Pasal 1178; Bagian Kedua tentang Pembukuan-Pembukuan Hipotek serta Bentuk Cara Pembukuannya Pasal 1179 sampai dengan Pasal 1194; Bagian Ketiga tentang Pencoretan Pembukuan Pasal 1195 sampai dengan 1197; Bagian Keempat tentang Akibat-Akibat Hipotek Terhadap Orang Ketiga yang menguasai benda yang dibebani Pasal1198 sampai dengan Pasal 1208; Bagian Kelima tentang hapusnya Hipotek 1209 sampai dengan Pasal 1220; Bagian Keenam tentang Pegawai- Pegawai yang Ditugaskan Menyimpan Hipotek, Tanggung Jawab Pegawai-Pegawai yang Ditugaskan Menyimpan Hipotek dan Hal Diketahuinya Register-Register oleh Masyarakat Pasal 1221 sampai dengan Pasal 1232.Dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah, maka pembebanan hipotek atas hak atas tanah Universitas Sumatera Utara beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah tidak lagi menggu nakan lembaga dan ketentuan hipotek sebagaimana diatur dalam Pasal 1162 sampai dengan Pasal 1232 KUHPerdata. Sementara itu pembebanan hipotek atas benda-benda tidak bergerak lainnya selain hak atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah, hipotek kapal laut misalnya, tetap menggunakan lembaga dan ketentuan-ketentuan hipotek sebagaimana diatur dalam Pasal 1162 sampai dengan Pasal 1232 KUHPerdata. Selain mengatur hak jaminan kebendaan, dalam KUHPerdata diatur pula mengenai jaminan hak perseorangan, yaitu penanggungan utang borghtocht dan perikatan tanggung-menanggu ng. Jaminan hak perseorangan ini diatur ’’yaitu pada Titel Ketujuh Belas dengan judul “Penanggungan Utang”, yang dimulai dari Pasal 1820 sampai dengan Pasal 1850. Pasal-pasal tersebut mengatur mengenai pengertian dan sifat penanggungan utang, akibat-akibat penanggungan utang antara debitur yang berutang dan penjamin penanggung utang serta antara para penjamin hutang dan hapusnya penanggu ngan utang. Secara rinci kandungan materi yang terdapat dalam Pasal 1820 sampai dengan Pasal 1850 Titel Ketujuh Belas Buku III KUHPerdata sebagai berikut: Bab Ketujuh Belas tentang penanggu ngan utang Bagian Kesatu tentang Sifat Penanggungan Pasal 1820 sampai dengan Pasal 1830; Bagian Kedua tentang Penanggungan antara Debitur dan Penanggu ngan Utang Pasal 1831 sampai dengan Pasal 1838; Universitas Sumatera Utara Bagian Ketiga tentang Akibat-Akibat Penanggungan Antara Debitur dan Penanggung Utang dan Antara Penanggung Utang Sendiri Pasal 1839 sampai dengan Pasal 1844;Bagian Keempat tentang Hapusnya Penanggungan Utang Pasal 1845 sampai dengan Pasal 1850. Selain itu didalam Buku III KUHPerdata juga diatur mengenai jaminan hak perseorangan lainnya, yaitu: 1. Perikatan Tanggung-menanggung Perikatan Tanggung Renteng sebagaimana diatur dalam Titel Kesatu Bagian Kedelapan dari Pasal 1278 sampai dengan Pasal 1295 di bawah judul “tentang Perikatan-Perikatan Tanggung Renteng atau Perikatan-Perikatan Tanggung-menanggung”; 2. Pejanjian Garansi sebagaimana diatur dalam Pasal 1316 KUHPerdata. Dengan demikian ketentuan-ketentuan hukum jaminan dalam KUHPerdata tidak hanya bersumber kepada Buku II, melainkan juga bersumber kepada Buku III, yaitu mengatur hak jaminan kebendaan dan hak jaminan perseorangan. Pada umumnya jenis-jenis lembaga jaminan yang dikenal dalam sistem hukum Indonesia dikelompokkan menjadi : 38 a. Menurut cara terjadinya, yaitu jaminan yang lahir karena undang-undang dan perjanjian; b. Menurut sifatnya, yaitu jaminan yang bersifat kebendaan dan bersifat perorangan; c. Menurut kewenangan menguasainya, yaitu jaminan yang menguasai bendanya dan tanpa menguasai bendanya, d. Menurut bentuk golongannya, yaitu jaminan yang tergolong jaminan umum dan jaminan khusus. 38 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Universitas Sumatera Utara

C. Jenis Jaminan dan Syarat-Syarat dan Manfaat Benda Jaminan