Related beetwen IDWG, Body weight and nutrion in hemodialysis patient

Perbedaan penelitian : penelitian ini hanya mengukur hubungan IDWG dengan nutrisi dan tidak memunculkan self care 3. Excessive fluid overload among haemodialysis patient, prevalence, individual characteristic and self regulation of fluid intake Lindberg, 2010. Persyaratan kepatuhan dan ketidakpatuhan akan digunakan untuk menggambarkan perilaku pasien dalam kaitannya dengan pengobatan yang disetujui saat mereka berhubungan dengan pilihan pasien. Tujuan keseluruhan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari aspek kelebihan cairan dan peraturan pembatasan cairan dari bio – psikososial dan perspektif kedokteran. Penelitian ini terdiri dari empat studi empiris I – IV, menggunakan desain cross – sectional observational. Analisa statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis varians ANOVA. Responden 4.498 subjek pada tahun 2002 – 2006. Hasil menunjukkan bahwa ketidakpatuhan terhadap manajemen cairan adalah umum pada populasi hemodialisis di Swedia. Prevalensi ketidakpatuhan pembatasan cairan diperkirakan menjadi sekitar 30, yang bearti bahwa tiga dari sepuluh pasien hemodialisis memiliki berat badan melebihi 3,5 dari berat badan kering antara sesi dialisis. Prevalensi ketidakpatuhan pada pembatasan cairan bermakna χ² = 28,68 df4, p 001 antara lima cross – sectional pengukuran dan ada kecenderungan untuk frekuensi lebih rendah pada pasien yang baru Lindberg, 2010. Perbedaan penelitian : dalam penelitian ini hanya mengukur kepatuhan pasien dalam melakukan pembatasa cairan. 4. Interdialytic weight gain as a marker of blood pressure, nutrition and survival ini hemodyalisis patients Lopez, 2005. Penelitian observasi prospektif 5 tahun yang melibatkan 134 responden 70 laki – laki, 64 wanita dengan usia 18 – 81 tahun. Awalnya data dikumpulkan selama 4 minggu meliputi presentasi IDWG, parameter gizi dan tekanan darah. Penelitian ini menggunakan uji T test, ANOVA, analisis regresi linier dan kurva survival Kaplan – Miner dibandingkan dengan uji log – rank. Hasil penelitian semakin besar presentase IDWG , semakin baik prognosis jangka panjang dari pasien. IDWG tinggi hanyalah refleksi dari status gizi yang baik, tetapi harus hati – hati Perbedaan penelitian : penelitian ini menggambarkan IDWG pada status gizi. Penelitian ini juga tidak mengukur self care 5. Self-care and quality of life among patients with heart failure. Britz J. A., Dunn K., 2010. Penelitian ini melibatkan 165 pasien gagal jantung dengan lama penelitian selama 26 minggu. Metode yang digunakan adalah cross-sectional. Intervensi yang diberikan yaitu self care management dengan menggunakan instrument yaitu quesioner dengan 22 item pertanyaan. Qusioner dibagi menjadi 3 subscales yaitu self-care maintenance, self care management, dan self care confidence. Hasil dari penelitian ini yaitu kemampuan self care mepunyai hubungan yang sangat signifikan terhadap perkembangan quality of life. Perbedaan penelitian: penelitian ini sama-sama memberikan intervensi self care management namun pada penelitian tersebut dilakukan pada pasien gagal jantung serta tidak mengukur status cairan. 6. Moattari M., Ebrahimi M., Sharifi N., Rouzbeh J., 2012. The effect of empowerment on the self-efficacy, quality of life and clinical and laboratory indicators of patients treated with hemodialysis: a randomized controlled trial. Penelitian ini dilakukan pada 48 partisipan dengan metode RCT. Intervensi yang diberikan adalah counselling, yang dibagi menjadi dua kelompok grup. Grup intervensi diberikan counselling lengkap selama 6 minggu dan kelompok kontrol diberikan counselling selama 1,5-2 jam. Outcome penelitian ini yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan intervensi. Pada kelompok intervensi terdapat peningkatan self-efficacy scores, penurunan stress, pengambilan keputusan dan quality of life. Selain itu adanya perubahan pada tekanan darah, IDWG, Hb dan Ht. Perbedaan penelitian : Sama-sama memberikan intervensi counselling dengan tujuan terjadinya peningkatan kemampuan dalam pengambilan keputusan. Perbedaannya yaitu pada penelitian ini tidak mengukur status cairan. 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Hemodialisis

1. Pengertian Hemodialisis merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek beberapa hari hingga beberapa minggu atau pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir atau end stage renal disease ESRD yang memerlukan terapi jangka panjang atau permanen. Tujuan hemodialisis adalah untuk mengeluarkan zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan Suharyanto dan Madjid, 2009. Hemodialisis adalah proses pembersihan darah oleh akumulasi sampah buangan. Hemodialisis digunakan bagi pasien dengan tahap akhir gagal ginjal atau pasien berpenyakit akut yang membutuhkan dialisis waktu singkat. Penderita gagal ginjal kronis, hemodialisis akan mencegah kematian. Hemodialisis tidak menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal dan tidak mampu mengimbangi hilangnya aktivitas metabolik atau endokrin yang dilaksanakan ginjal dan dampak dari gagal ginjal serta terapinya terhadap kualitas hidup pasien Brunner Suddarth, 2006 ; Nursalam, 2006. 2. Tujuan Terapi hemodialisis mempunyai beberapa tujuan. Tujuan tersebut diantaranya adalah menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi membuang sisa-sisa metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain, menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat, meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi ginjal serta Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang lain Suharyanto dan Madjid, 2009. Dialisis didefinisikan sebagai difusi molekul dalam cairan yang melalui membran semipermeabel sesuai dengan gradien konsentrasi elektrokimia. Tujuan utama Hemodialisis adalah untuk mengembalikan suasana cairan ekstra dan intrasel yang sebenarnya merupakan fungsi dari ginjal normal. Dialisis dilakukan dengan memindahkan beberapa zat terlarut seperti urea dari darah ke dialisat. dan dengan memindahkan zat terlarut lain seperti bikarbonat dari dialisat ke dalam darah. Konsentrasi zat terlarut dan berat molekul merupakan penentu utama laju difusi. Molekul kecil, seperti urea, cepat berdifusi, sedangkan molekul yang susunan yang kompleks serta molekul besar, seperti fosfat, β2- microglobulin, dan albumin, dan zat terlarut yang terikat protein seperti p- cresol, lebih lambat berdifusi. Disamping difusi, zat terlarut dapat melalui lubang kecil pori-pori di membran dengan bantuan proses konveksi yang ditentukan oleh gradien tekanan hidrostatik dan osmotik – sebuah proses