Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Pembelajaran kooperatif lebih menekankan interaksi antar siswa. Dari sini siswa akan melakukan komunikasi aktif dengan sesama temannya. Dengan komunikasi tersebut diharapkan siswa dapat menguasai materi pelajaran dengan mudah karena “siswa lebih mudah memahami penjelasan dari kawannya dibanding penjelasan dari guru karena taraf pengetahuan serta pemikiran mereka lebih sejalan dan sepadan”. Sulaiman dalam Wahyuni 2001: 2. Penelitian juga menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang amat positif terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya. Nur, 1996: 2. Pete Tschumi dari Universitas Arkansas Little Rock memperkenalkan suatu ilmu pengetahuan pengantar pelajaran komputer selama tiga kali, yang pertama siswa bekerja secara individu, dan dua kali secara kelompok. Dalam kelas pertama hanya 36 siswa yang mendapat nilai C atau lebih baik, dan dalam kelas yang bekerja secara kooperatif ada 58 dan 65 siswa yang mendapat nilai C atau lebih baik Felder, 1994:14. Kenyataan dilapangan siswa hanya menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki Trianto, 2010:6. Lebih jauh lagi bahkan siswa kurang mampu menentukan masalah dan merumuskan masalah serta menentukan solusi-solusi untuk menyelesaikan masalah atau situasi baru yang dihadapi. Dari hasil wawancara tidak terstruktur yang dilakukan pada guru IPA di MTs Negeri Langsa pada kegiatan studi pendahuluan yang dilaksanakan pada bulan 20 November 2014 menunjukkan fakta yang sama. Ibu Nurlisma, S. Pd selaku guru IPA mengungkapakan bahwa kondisi siswa saat ini sangat mudah menyerah dengan permasalahan-permasalahan yang diberikan apabila berbeda sedikit saja dengan contoh soal yang ada di buku maupun contoh soal yang telah diberikan oleh guru. Hal ini sangat jauh berbeda dengan siswa beberapa tahun yang sebelmnya yang menunjukkan antusisme yang tingg ketika diberikan masalah. Dan dari hasil studi pendahuluan berupa observasi di MTs Negeri Langsa di temukan bahwa proses belajar mengajar IPA yang masih menggunakan sistem konvensional dengan pembelajaran langsung dimana guru mendominasi pembelajaran meskipun divariasi Tanya jawab dengan siswa. Guru lebih banyak menyampaikan materi secara langsung kepada siswa. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran sains masih dilakukan secara transfer of knowledge sehingga pembelajaran cenderung verbal dan berorientasi pada kemampuan kognitif siswa tanpa mempertimbangkan proses untuk memperoleh pengetahuan tersebut. Fenomena mengajar yang kurang melibatkan siswa secara langsung dalam kegiatan belajar mengajar menyebabkan kemampuan psikomotor dan afektif siswa kurang. Siswa jarang berdiskusi dan bekerja sama dengan siswa lain yang mengakibatkan siswa menjadi pasif. Kebanyakan siswa hanya berorientasi pada kemampuan kognitif saja serta mengangap bahwa belajar IPA merupakan mata pelajaran yang menghafal. Meskipun demikian, sebenarnya pembelajaran dengan menggunakan sistem konvensional sudah baik, akan tetapi masih banyak kekurangan disana-sini yang mengakibatkan proses pembelajaran disekolah tidak efektif, kaena proses pembelajarannya terlalu terkosentrasi pada guru yang memberikan penjelasan materi hampir 100 dan mengakibatkan peserta didik menjadi pasif. Proses pembelajaran disekolah adalah proses interaksi guru dan siswa untuk mempelajari suatu materi yang tersusun dalam kurikulum. Agar proses pembelajaran belajar dengan baik seorang guru harus mampu merencanakan, menyusun dan mendesain suatu proses belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dan pembelajaran- pembelajaran dikatakan berhasil. Dilihat dari hasil kelulusan siswa pada Madrasah Tsanawiyah Negeri Langsa, peneliti menemukan bahwa nilai rata-rata kelulusan UN pada pelajaran IPA tahun 2014 adalah 5,25. Hal inilah yang semakin memperkuat bahwa nilai IPA di MTs Negeri Langsa masih rendah dibandingkan dengan nilai KKM pada sekolah tersebut yang sebesar 6,80. Dari hasil wawancara dengan siswa pada MTs Negeri Langsa banyak siswa yang menyatakan bahwa pelajaran IPA khususnya materi tentang Fisika merupakan pelajaran siswa yang sulit untuk dipahami dan membosankan. Mereka juga cenderung mengannggap pelajaran Fisika selalu identik dengan rumus yang banyak dan susah diingat. Guru lebih sering menggunakan pola mengajar dengan menyajikan materi dan penyelesaian soal-soal dengan rumus. Siswa hanya dapat menghitung tetapi tidak mengerti konsep Fisika sebenarnya. Dan akhirnya nilai KKM ketuntsan Minimalnya tidak tercapai hanya 60 dari jumlah siswa seluruhnya. Rendahnya hasil belajar siswa ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan selama ini belum efektif. Menyikapi masalah diatas, perlu adanya usaha-usaha guru dalam pembelajaran Fisika merupakan bagian yang sangat penting dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep-konsep Fisika yang disampaikan guru, sehingga tujuan pembelajaran yang telah direncanakan bisa tercapai. dengan demikian hasil belajar siswa juga meningkat. Oleh karena itu guru sebagai pendidik diharapkan dapat menguasai suatu model pembelajaran yang mampu membantu meningkatkan kemampuan siswa memahami dan mengingat data, fakta atau konsep yang berkaitan dengan fisika. Dengan melihat kondisi diatas sudah saatnya untuk dianggap serius oeh pendidik. Jka kondisi seperti ini terus dibiarkan, maka kualitas lulusan akan semakin rendah. Oleh karena itu pembelajaran konvensional yang menekankan pada teacher-centered perlu dikurangi dan digantikan dengan model pembelajaran empiris yang menekankan pada student-centered yang telah di teliti, diterapkan dan dibuktian oleh ahli pendidikandapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir siswa. Dengan demikian dibutuhkan suatu model pembelajaran yang terorganisir dalam melakukan suatu penelitian. Disinilah peran seorang guru sangat penting, yaitu dalam memotivasi dan memfasilitasi siswa dengan menggunakan model pembelajaran yang paling tepat. Salah satu model pembelajaran yang cocok digunakan dalam pembelajaran IPA fisika yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Group Ivestigation . Berdasarkan paparan tersebut diatas maka peneliti ingin mencoba melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Kooperatif Tipe Group Investigation Group Invesigation untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar fisika pada Kelas VIII MTs Negeri Langsa Tahun Ajaran 20142015”

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: 1. Rendahnya tingkat prestasi belajar siswa berdasarkan nilai ujian semester yang kurang dari KKM. 2. Rendahnya tingkat motivasi belajar siswa terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan. 3. Guru belum pernah meminta respon siswa tentang proses pembelajaran yang dilaksanakan. Ini sangat penting untuk dapat memperbaiki kegiatan belajar mengajar supaya siswa lebih termotivasi, berprestasi dan senang.

1.3. Batasan Masalah

Untuk lebih memfokuskan masalah yang akan diatasi , maka diperlukan pembatasan masalah yang meliputi : 1. Meningkatkan prestasi belajar siswa berdasarkan nilai ujian semester yang lebih dari nilai standar KKM. 2. Meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan. 3. Guru harus meminta respon atau tanggapan siswa tentang proses pembelajaran yang dilaksanakan. Hal Ini sangat penting sebagai refleksi awal untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar supaya siswa lebih termotivasi, berprestasi dan senang.

1.4. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah ada peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran Model kooperatif tipe Group Investigation pada siswa kelas VIII MTs Negeri Langsa Tahun Pelajaran20142015 ? 2. Apakah ada peningkatan motivasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran model kooperatif tipe Group Investigation pada siswa kelas VIII MTs Negeri Langsa Tahun Pelajaran 20142015 ? 3. Apakah ada Peningkatan respon siswa setelah diterapkan pembelajaran model kooperatif tipe Group Investigation pada siswa kelas VIII MTs Negeri Langsa Tahun Pelajaran 20142015 ?

1.5. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Untuk menganalisis apakah ada peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran Model kooperatif tipe Group Investigation pada siswa kelas VIII MTs Negeri Langsa Tahun Pelajaran 20142015. 2. Untuk menganalisis apakah ada peningkatan motivasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran model kooperatif tipe Group Investigation pada siswa kelas VIII MTs Negeri Langsa Tahun Pelajaran 20142015 . 3. Untuk menganalisis apakah ada Peningkatan respon siswa setelah diterapkan pembelajaran model kooperatif tipe Group Investigation pada siswa kelas VIII MTs Negeri Langsa Tahun Pelajaran 20142015.

1.6. Manfaat Penelitian

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan manfaat bagi : 1. Sekolah : sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran fisika. Dan menambah khazanah metode dan model pembelajaran yang inovatif bagi guru-guru. 2. Guru : model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dapat menjadi salah satu model yang digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar, dan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode dan model pembelajaran yang dapat memberikan manfaat bagi siswa. 3. Siswa : dapat meningkatkan motiviasi belajar dan melatih sikap sosial untuk saling peduli terhadap keberhasilan siswa lain dalam mencapai tujuan belajar.

1.7. Definisi Operasional Variabel

Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut: 1. Model pembelajaran Kooperatif : Pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja dalam kelompok-kelompok tim kecil,yaitu antara empat sampai enam orang yang heterogen untuk menentapkan tujuan dan keberhasilan bersama. Wina Sanjaya, 2009: 241. 2. Motivasi belajar adalah : Merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan, pengalaman. Motivasi mendorong dan mengarah minat belajar untuk tercapai suatu tujuan. 3. Prestasi belajar adalah : Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran fisika pada materi tekanan. 4. Meningkatkan adalah : Meningkatkan berasal dari kata tingkat yang berarti lapisan dari sesuatu yang tersusun. Meningkatkan adalah uasaha menaikkan derajat, taraf, dan sebagainya, mempertinggi, memperhebat produksi, mengangkat diri dan memegahkan diri. Sedangkan maksud peningkatan dalam penelitian ini adalah usaha memperbaiki prestasi dan motivasi belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe group investigation .

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS (TWO STAY TWO STRAY) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIIIC SMP NEGERI 2 DAWARBLANDONG MOJOKERTO TAHUN AJARAN 2013-2014

0 5 23

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII B SMPN 1 BATU MATERI GERAK PADA TUMBUHAN

0 16 1

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 KEDUNG ADEM BOJONEGORO

0 3 1

ENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DENGAN MEDIA PERMAINAN MONOPOLI FISIKA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI SUKORAMBI TAHUN AJARAN 2011/2012

0 4 16

PENGARUH MOTIVASI DAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI SAINS DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GI (GROUP INVESTIGATION) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI SMTI TANJUNG KARANG

2 35 49

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GI (GROUP INVESTIGATION) DENGAN STAD (STUDENTS TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) MELALUI METODE EKSPERIMEN

0 7 52

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV A SD NEGERI 6 METRO PUSAT

0 26 96

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE KANCING GEMERINCING UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN PRESTASI BELAJAR PKN SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 1 NGAMBUR TAHUN 2012/2013

0 24 106

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GI (GROUP INVESTIGATION) PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 14 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 201

0 23 72

PENERAPAN METODE DISKUSI TIPE BUZZ GROUP DISERTAI KUIS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII SMP N 25 PADANG TAHUN AJARAN 2016/2017

0 1 10