PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GI (GROUP INVESTIGATION) DENGAN STAD (STUDENTS TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) MELALUI METODE EKSPERIMEN

(1)

ABSTRAK

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GI (GROUP INVESTIGATION)

DENGAN STAD (STUDENTS TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) MELALUI METODE EKSPERIMEN

Oleh M. Abdul Aziz H.

Hasil belajar merupakan akhir atau puncak dari proses belajar. Rendahnya hasil belajar fisika siswa kelas X di SMA Negeri 1 Kedondong dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu guru menggunakan metode ceramah dalam proses belajar mengajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Perbedaan hasil belajar fisika melalui model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) dengan STAD (Students Teams Achievement Of Division); 2) Perbedaan rata-rata hasil belajar fisika yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI lebih tinggi dibandingkan STAD; Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, dengan tipe conterbalanced design. Populasi pada penelitian ini berjumlah 242 orang siswa pada kelas X SMA Negeri 1 Kedondong pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Sampel yang digunakan


(2)

M. Abdul Aziz H. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan lembar pengumpulan data berbentuk tabel yang diperoleh dari hasil posttest. Pengujian hipotesis dianalisis dengan menggunakan analisis Independent Sample T-Test. Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan terdapat perbedaan hasil belajar antara model pembelajaran GI dengan model pembelajaran STAD dengan Thitung > Ttabel . Nilai rata-rata hasil belajar menunjukan bahwa model pembelajaran GI lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran STAD dengan nilai GI 76,114 > dan nilai STAD 72,471.

Kata kunci : hasil belajar, model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) dan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Students Teams Achievement Of Division).


(3)

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GI (GROUP INVESTIGATION)

DENGAN STAD (STUDENT TEAMSACHIEVEMENT DIVISIONS) MELALUI METODE EKSPERIMEN

Oleh M. Abdul Aziz H.

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(4)

(5)

(6)

(7)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebijakan pemerintah dalam pendidikan mengacu pada perubahan kurikulum yang menuntut guru agar lebih aktif dan inovatif dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa disekolah. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Kurikulum ini mengacu kepada tiap satuan pendidikan dimana tiap satuan pendidikan tersebut dibebaskan dalam memilih model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa saat ini.

Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kedondong telah menggunakan kurikulum KTSP demi meningkatkan hasil belajar siswa mereka. Hal ini mendorong guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Salah satu upaya guru dalam kegiatan tersebut adalah memilih model pembelajaran yang tepat dengan menyesuaikan kebutuhan siswa dengan kemampuan siswa itu sendiri.

Berdasarkan observasi peneliti di SMA Negeri 1 Kedondong, guru fisika di sekolah tersebut masih menggunakan metode pembelajaran ceramah. Dimana pusat pembelajaran adalah guru, hal ini dapat membuat guru saja yang aktif dan siswa pasif dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam hal ini siswa hanya menjadi pendengar sehingga mengakibatkan siswa menjadi jenuh. Karena


(8)

pembelajaran mengacu pada guru maka kerjasama dan interaksi positif antar sesama siswa dalam pembelajaran menjadi pasif. Dalam hal ini mengacu pada nilai hasil belajar yang masih dibawah kriteria ketuntasan minimum yang ditetapkan oleh sekolah.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan dengan guru SMA Negeri 1 Kedondong, diketahui nilai rata-rata hasil belajar fisika siswa kelas X sebesar 53,55 sedangkan nilai kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah tersebut sebesar 65,00. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas X belum optimal.

Usaha yang dilakukan guru dalam membantu siswa untuk meningkatkan hasil belajar tersebut adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Dimana model kooperatif ini merupakan suatu model pembelajaran yang digunakan untuk mewujudkan proses belajar yang aktif dan menyenangkan bagi siswa.

Pembelajaran kooperatif ini sendiri terdiri dari beberapa model pembelajaran, seperti STAD, NHT, Talking Stick, GI, dan Jigsaw. Dikarenakan masalah yang ada di SMA Negeri 1 Kedondong yaitu kurangnya interaksi antar siswa terhadap mata pelajaran fisika, maka peneliti memilih model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan GI yang perlakuan belajar mengajarnya adalah diskusi kelompok.


(9)

Model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) dengan metode eksperimen merupakan pembelajaran untuk menyelesaikan masalah sesuai dengan topik yang siswa pilih dengan menggunakan lembar kerja kelompok melalui eksperimen. Pembelajaran kooperatif tipe GI siswa belajar melalui tahap pengelompokan, tahap perencanaan, tahap penyelidikan, tahap pengorganisasian, tahap presentasi, dan tahap evaluasi. Melalui beberapa tahapan tersebut keterampilan proses sains, mengamati, berhipotesis, merencanakan percobaan, menginterpretasi data, menerapkan konsep, dan berkomunikasi.

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen

didasarkan pada prinsip bahwa siswa bekerja bersama-sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap belajar teman-temannya dalam tim dan juga dirinya sendiri. Pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa belajar melalui beberapa tahapan yaitu presentasi kelas, kegiatan kelompok, kuis, skor kemajuan individu, dan penghargaan kelompok. Pada tahap presentasi kelas, kegiatan kelompok, dan kuis keterampilan proses sains, mengamti,

berhipotesis, merencankan percobaan, menginterpretasi data, menerapkan konsep, dan berkomunikasi.

Dengan demikian, dari masalah-masalah dan beberapa hal yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti tergerak untuk melakukan penelitian dengan judul: “Perbandingan Hasil Belajar Fisika Siswa antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI (Group Investigation) Dengan STAD (Student Teams Achievement Divisions) Melalui Metode Eksperimen”.


(10)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Adakah perbedaan rata-rata hasil belajar siswa antara model pembelajaran kooperatif tipe GI dengan STAD melalui metode eksperimen ?

2. Manakah rata-rata hasil belajar siswa yang lebih tinggi antara model pembelajaran kooperatif tipe GI dengan STAD melalui metode eksperimen ?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah yang telah dikemukan di atas, maka tujuan pada penelitian ini adalah mengetahui:

1. Perbedaan hasil belajar siswa antara model pembelajaran kooperatif tipe GI dengan STAD melalui metode eksperimen.

2. Rata-rata hasil belajar yang lebih tinggi antara model pembelajaran kooperatif tipe GI dengan STAD melalui metode eksperimen.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan pada penelitian ini, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan yang berarti terhadap pihak yang terkait, diantaranya: 1. Dapat mengetahui hasil belajar siswa dalam pembelajaran yang dapat

mengembangkan dan memberikan pengalaman belajar secara langsung kepada siswa.


(11)

2. Dapat menjadi alternatif baru dalam pembelajaran yang dapat

mengembangkan hasil belajar siswa dan memberikan pengalaman belajar secara langsung kepada siswa.

3. Dapat mengetahui model pembelajaran yang lebih baik dalam pembelajaran yang dapat mengembangkan hasil belajar siswa dan memberikan pengalaman belajar secara langsung kepada siswa. 4. Sebagai penambah wawasan ilmu pengetahuan bagi peneliti dan

memberikan pengalaman belajar yang menumbuhkan kemampuan dan keterampilan meneliti serta menambah pengetahuan yang lebih mendalam terutama pada bidang yang dikaji.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk membatasi dan memberikan arah yang lebih jelas, maka ruang lingkup pada penelitian ini adalah:

1. Model pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan suatu pembelajaran yang melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Siswa belajar dalam kelompok dengan anggota 5 atau 6 orang siswa dengan karakteristik yang heterogen. Tahapan yang dilalui pada pembelajaran dalam penelitian ini yaitu tahap pengelompokan, tahap perencanaan, tahap penyelidikan, tahap pengorganisasian, tahap presentasi, dan tahap evaluasi.

2. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bahwa para siswa bekerja bersama-sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap belajar teman-temannya dalam tim dan juga dirinya sendiri. Siswa ditempatkan dalam tim belajar yang


(12)

beranggotakan 4 sampai 5 orang siswa yang merupakan campuran

menurut prestasi akademik, jenis kelamin, dan suku. Tahapan yang dilalui pada pembelajaran dalam penelitian ini yaitu presentasi kelas, kegiatan kelompok, kuis, skor kemajuan individu, dan penghargaan kelompok. 3. Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran yang sesuai dengan

pembelajaran sains yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan kreativitas secara optimal, dimana siswa diberi kesempatan untuk

mengalami sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan atau proses sesuatu dan dapat mengaplikasikan dalam

kehidupannya. Tahapan yang dilalui pada pembelajaran dalam penelitian ini yaitu persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut.

4. Hasil belajar adalah hasil interaksi dari kegiatan belajar dan mengajar dan merupakan akibat dari proses belajar mengajar.

5. Objek yang diteliti pada penelitian ini adalah siswa kelas X3 dan X4 SMA Negeri 1 Kedondong Tahun Ajaran 2012/2013.


(13)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI

Model pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Menurut Ibrahim dkk (2000: 23):

Dalam kooperatif tipe GI guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa heterogen dengan mempertimbangkan keakraban dan minat yang sama dalam topik tertentu. Siswa memilih sendiri topik yang akan dipelajari, dan

kelompok merumuskan penyelidikan dan menyepakati pembagian kerja untuk menangani konsep-konsep penyelidikan yang telah dirumuskan. Dalam diskusi kelas ini diutamakan keterlibatan pertukaran pemikiran para siswa.


(14)

Stahl dalam Syarifuddin (2011. Pembelajaran Inovatif. [Network] diakses 11 Desember 2011 dari http://syarifartikel.blogspot.com/2011/10/pembelajaran-kooperatif-tipe-gi-group.html), menyatakan:

Pelaksanaan investigasi kelompok dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu memilih persoalan untuk diivestigasi, menyiapkan tugas investigasi kelompok dan memperkenalkan proyek yang berhubungan dengan materi pembelajaran. Sedangkan peran guru selama pembelajaran investigasi kelompok adalah: membimbing siswa dan memfasilitasi proses investigasi dan membantu menjaga aturan perilaku kooperatif.

Berdasarkan pendapat Ibrahim dan Stahl model pembelajaran kooperatif tipe GI adalah suatu pembelajaran yang umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 sampai 6 siswa dengan

karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi

mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian

menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan.

Sedangkan peran guru selama pembelajaran investigasi kelompok adalah membimbing siswa dan memfasilitasi proses investigasi dan membantu menjaga aturan perilaku kooperatif.

Model group investigation merupakan model pembelajaran yang melatih para siswa berpartisipasi dalam pengembangan sistem sosial dan melalui

pengalaman, secara bertahap belajar bagaimana menerapkan metode ilmiah untuk meningkatkan kualitas masyarakat. Model ini merupakan bentuk pembelajaran yang mengkombinasikan dinamika proses demokrasi dengan proses inquiry akademik. Melalui negosiasi siswa-siswa belajar pengetahuan


(15)

akademik dan mereka terlibat dalam pemecahan masalah sosial. Dengan demikian kelas harus menjadi sebuah miniatur demokrasi yang menghadapi masalah-masalah dan melalui pemecahan masalah, memperoleh pengetahuan dan menjadi sebuah kelompok sosial yang lebih efektif.

Menurut Thelen dalam Fauzan (2010:21), menjelaskan tiga konsep utama dalam pembelajaran group investigation yaitu:

a. Inquiry

Inquiry atau penelitian dalam model pembelajaran ini didorong adanya tantangan yang berupa masalah, yakni pengetahuan yang didapat dari proses penelitian. Proses sosial meningkatkan penelitian serta

pembelajaran dan pengembangan penelitian tersebut. b. Knowledge

Pengetahuan yang dimaksudkan dalam group investigation adalah siswa dapat mengembangkan kemampuan untuk menyimpulkan dari penelitian yang telah dilakukan dalam bentuk perilaku simbolik verbal. Sehingga pada akhirnya siswa dapat membuat kesimpulan pembelajaran dan menggabungkannya dengan gagasan yang cemerlang.

c. Dinamic of learning group

Dinamic of learning group merupakan suasana yang menggambarkan sekelompok individu yang saling berinteraksi mengenai sesuatu yang sengaja dilihat atau yang dikaji bersama melibatkan proses berbagai ide dan pendapat serta saling tukar pengalaman melalui proses saling berargumentasi. Kemudian peserta didik menganalisis unsur-unsur yang


(16)

diperlukan, mengorganisasikannya, melaksanakan dan melaporkan hasilnya.

Tiga konsep utama tesebut yang menjadikan pembelajaran group investigation berbeda degan model pembelajaran kooperatif yang lain.

Dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe GI terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui. Menurut Slavin dalam Syarifuddin (2011. Pembelajaran Inovatif. [Network] diakses 11 Desember 2011 dari

http://syarifartikel.blogspot.com/2011/10/pembelajaran-kooperatif-tipe-gi-group.html), antara lain:

a. Tahap Pengelompokan (Grouping)

Yaitu tahap mengidentifikasi topik yang akan diinvestigasi serta mebentuk kelompok investigasi, dengan anggota tiap kelompok 4 sampai 5 orang. Pada tahap ini: 1) siswa mengamati sumber, memilih topik, dan

menentukan kategori-kategori topik permasalahan, 2) siswa bergabung pada kelompok-kelompok belajar berdasarkan topik yang mereka pilih atau menarik untuk diselidiki, 3) guru membatasi jumlah anggota masing-masing kelompok antara 4 sampai 5 orang berdasarkan keterampilan dan keheterogenan.

b. Tahap Perencanaan (Planning)

Tahap Planning atau tahap perencanaan tugas-tugas pembelajaran. Pada tahap ini siswa bersama-sama merencanakan tentang: (1) Apa yang mereka pelajari? (2) Bagaimana mereka belajar? (3) Siapa dan melakukan apa? (4) Untuk tujuan apa mereka menyelidiki topik tersebut?


(17)

c. Tahap Penyelidikan (Investigation)

Tahap Investigation, yaitu tahap pelaksanaan proyek investigasi siswa. Pada tahap ini, siswa melakukan kegiatan sebagai berikut: 1) siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat kesimpulkan terkait dengan permasalahan-permasalahan yang diselidiki, 2) masing-masing anggota kelompok memberikan masukan pada setiap kegiatan kelompok, 3) siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi dan mempersatukan ide dan pendapat.

d. Tahap Pengorganisasian (Organizing)

Yaitu tahap persiapan laporan akhir. Pada tahap ini kegiatan siswa sebagai berikut: 1) anggota kelompok menentukan pesan-pesan penting dalam proteknya masing-masing, 2) anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan bagaimana mempresentasikannya, 3) wakil dari masing-masing kelompok membentuk panitia diskusi kelas dalam

presentasi investigasi.

e. Tahap Presentasi (Presenting)

Tahap presenting yaitu tahap penyajian laporan akhir. Kegiatan

pembelajaran di kelas pada tahap ini adalah sebagai berikut: 1) penyajian kelompok pada keseluruhan kelas dalam berbagai variasi bentuk

penyajian, 2) kelompok yang tidak sebagai penyaji terlibat secara aktif sebagai pendengar, 3) pendengar mengevaluasi, mengklarifikasi dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan terhadap topik yang disajikan.


(18)

f. Tahap Evaluasi (evaluating)

Pada tahap evaluating atau penilaian proses kerja dan hasil proyek siswa. Pada tahap ini, kegiatan guru atau siswa dalam pembelajaran sebagai berikut: 1) siswa menggabungkan masukan-masukan tentang topiknya, pekerjaan yang telah mereka lakukan, dan tentang

pengalaman-pengalaman efektifnya, 2) guru dan siswa mengkolaborasi, mengevaluasi tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan, 3) penilaian hasil belajar haruslah mengevaluasi tingkat pemahaman siswa.

Menurut Slavin dalam Syarifuddin (2011. Pembelajaran Inovatif. [Network] diakses 11 Desember 2011 dari ttp://syarifartikel.blogspot.com/2011/10/ pembelajaran-kooperatif-tipe-gi-group.html), menjelaskan:

Dalam melaksanakan tugas investigasi siswa dapat mengumpulkan informasi, menganalisis, dan membuat kesimpulan, setiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan

kelompoknya, dan saling bertukar pikiran, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mensintesis semua gagasan, sedangkan dalam menyiapkan laporan akhir, aktifitas yang dilakukan siswa adalah anggota kelompok

menentukan pesan-pesan esensial dari pekerjaan mereka, anggota

kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan bagaimana membuat persentasi, wakil-wakil kelompok membentuk sebuah tim untuk mengkoordinasikan rencana persentasi. Dalam mempersentasikan laporan akhir, persentasi harus dapat melibatkan pendengarnya secara aktif dan pendengar mengevaluasi berdasrakan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya, sedangakan pada tahap evaluasi, siswa saling memberikan umpan balik, kolaborasi guru dan murid dalam

mengevaluasi pembelajaran dan penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran yang paling tinggi.

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

STAD merupakan model pembelajaran yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di universitas John Hopkin dan merupakan pendekatan cooperative lerning yang paling sederhana. Pembelajaran


(19)

kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil secara heterogen. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD didasarkan pada prinsip bahwa para siswa bekerja bersama-sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap belajar teman-temannya dalam tim dan juga dirinya sendiri. Siswa ditempatkan dalam tim belajar yang beranggotakan empat sampai lima orang siswa yang merupakan campuran menurut prestasi akademik, jenis kelamin, dan suku. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD, materi dirancang untuk pembelajaran kelompok. Siswa secara kolaboratif mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dalam bentuk lembar kerja siswa (LKS). Menurut Ibrahim dkk (2000:20), menyatakan:

Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota empat sampai lima orang siswa. Setiap kelompok haruslah hiterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan yang berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling

membanntu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain atau melakukan diskusi.

Slavin dalam Pratama (2007: 12), menjelaskan:

Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat sampai lima orang siswa yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin dan suku. Guru

menyajikan pelajaran, kemudian mereka bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran

tersebut. Kemudian, seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut, pada saat tes siswa tidak diperbolehkan saling membantu.

Berdasarkan pendapat Ibrahim dkk dan Slavin model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah suatu pembelajaran yang menempatkan siswa dalam tim belajar beranggotakan empat atau lima orang siswa yang merupakan campuran


(20)

menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran, kemudian siswa bekerja dalam tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi

pelajarannya dan untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah

menguasai pelajaran tersebut. Kemudian, seluruh siswa dikenai kuis tentang materi tersebut, pada saat kuis siswa tidak diperbolehkan saling membantu.

Dalam melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD harus melalui beberapa tahapan. Menurut Slavin dalam Mariyana (2009:19), yaitu:

a. Presentasi kelas b. Kegiatan kelompok c. Kuis

d. Skor kemajuan individu e. Penghargaan kelompok

Berdasarkan lima komponen yang telah dikemukakan di atas dapat digambarkan seperti berikut ini:

a. Presentasi kelas

Guru memulai pembelajaran dengan menyampaikan tujua pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Selanjutnya tahap ini diikuti dengan penyajian informasi sebagaimana pembelajaran yang berlangsung di kelas konvensional. Guru dapat menggunakan berbagai metode atau pendekatan yang sesuai denga materi yang akan diajarkan, misalnya dengan sedikit ceramah dan tanya jawab, atau ekspositori, demonstrasi, dan peragaan. Pada tahap penyajian, siswa harus dapat memahami penjelasan guru. Oleh karena itu, setiap siswa harus menyimak dengan baik. Kemudian


(21)

memberikan soal kesemua siswa. Pemberian soal bertujuan agar semua siswa selalu menyiapkan diri sebaik mungkin.

b. Kegiatan kelompok

Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi beberapa kelompok dengan anggota 4-5 orang siswa, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan peremuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

Setelah guru menyampaikan materinya, kelompok berkumpul untuk mempelajari lembar kerja siswa (LKS) atau materi lainnya. Pembelajaran ini melibatkan pembahasan permasalahan bersama, membandingkan jawaban dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota kelompok ada yang membuat kesalahan.

c. Kuis

Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik kelompok, para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Setiap siswa berusaha untuk

bertanggung jawab secara individual, melakukan yang terbaik, karena dengan demikian ia dapat menyumbangkan skor individunya untuk menambah skor kelompok. Sehingga kesuksesan kelompok sangat bergantung dari skor keberhasilan setiap individu dikelompoknya.


(22)

d. Skor kemajuan individu.

Tujuan memberikan skor kemajuan individu adalah memberikan

kesempatan bagi setiap siswa untuk menunjukkan gambaran pencapaian hasil belajar yang maksimal yang telah dilakukan setiap individu. e. Penghargaan kelompok

Penghargaan kelompok adalah pemberian predikat kepad masing-masing kelompok. Predikat ini diperoleh dengan melihat skor kemajuan

kelompok. Skor kemajuan kelompok diperoleh dengan mengumpulkan skor kemajuan masing-masing kelompok sehingga diperoleh skor rata-rata kelompok.

Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD penghargaan kelompok didasarkan atas skor yang didapatkan oleh kelompok dan skor kelompok ini diperoleh dari peningkatan individu dalam setiap kuis. Menurut Slavin dalam Antoni (2008: 12), kriteria pemberian skor peningkatan individu seperti pada Tabel 1:

Tabel 2.1 kriteria Pemberian Skor Individu.

Skor Penilaian Skor Perkembangan Lebih dari 10 skor di bawah skor awal

10 skor sampai 1 skor di bawah skor awal Skor kuis sampai 10 skor di atas skor awal Lebih dari 10 skor dari skor awal

Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal)

5 10 20 30 30

Skor awal adalah skor yang diperoleh sebelum kuis/tes skor awal disini menggunakan nilai tes sebelumnya. Hasil tes setiap siswa diberi skor

peningkatan yang ditentukan berdasarkan selisih skor tes terdahulu (skor tes awal dan skor tes terakhir). Skor individu setiap anggota kelompok memberi sumbangan kepada skor kelompok. Skor kelompok adalah rata-rata dari


(23)

peningkatan individu dalam kelompok tersebut. Slavin dalam Antoni (2008: 12), skor peningkatan kelompok dapat ditentukan dengan rumus seperti berikut ini:

� = �ℎ ����� � �� � �� ���� � � ����� ������� � �

Keterangan:

NK = Nilai Kelompok

Sedangkan kelompok yang memperoleh skor sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan berhak mendapatkan penghargaan. Slavin dalam Antoni (2008: 13), kriteria penghargaan kelompok seperti pada Tabel 2:

Tabel 2.2 Kriteria Penghargaan Kelompok

Kriteria Predikat Kelompok NK < 15

15 < NK < 25 NK > 25

Cukup Baik Sangat Baik

Nilai perkembangan kelompok diambil dari rata-rata nilai yang diperoleh anggota kelompok. Penghargaan kelompok diberikan kepada kelompok yang memperoleh nilai rata-rata paling tinggi. Penghargaan kelompok berupa pujian atau hadiah. Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa agar lebih giat dalam pembelajaran.


(24)

3. Metode Eksperimen

Metode eksperimen dalam pengajaran dapat diartikan bahwa siswa mencoba mengerjakan suatu proses serta mengamati dan menarik kesimpulan yang dilakukan berdasarkan langkah-langkah ilmiah di bawah bimbingan guru. Roestiyah (2001: 80) menyatakan bahwa:

Metode eksperimen adalah salah satu cara mengajar, dimana siswa melakukan percoban tentang suatu hal, mengamati prosesnya, serta menulis hasil percobaannya kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.

Menurut Djamarah (200:196), metode eksperimen adalah cara penyajian, dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan atau proses sesuatu.

Schonherr dalam Sitirohana (2011), menjelaskan:

Metode eksperimen adalah metode yang sesuai untuk pemebelajaran sains, karena metode eksperimen mampu memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan kreativitas secara optimal. Siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-konsep dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya.

Dalam melaksanakan metode eksperimen, guru dapat mengembangkan keterlibatan fisik dan mental, serta emosional siswa. Siswa mendapat

kesempatan untuk melatih keterampilan proses agar memperoleh hasil belajar yang optimal. Pengalaman yang dialami secara langsung dapat tertanam dalam ingatannya. Keterlibatan fisik dan mental serta emosional siswa diharapkan dapat diperkenalkan pada suatu cara atau kondisi pembelajaran yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan juga prilaku yang inovatif dan kreatif.


(25)

Pembelajaran dengan metode eksperimen juga dapat melatih dan mengajarkan siswa untuk belajar konsep fisika sama halnya dengan seorang ilmuwan fisika. Siswa belajar secara aktif dengan mengikuti tahap-tahap pembelajarannya. Dengan demikian, siswa akan menemukan sendiri konsep sesuai dengan hasil yang diperoleh selama pembelajaran.

4. Group Investigation dengan Eksperimen

Model group investigation merupakan model pembelajaran yang melatih para siswa berpartisipasi dalam pengembangan sistem sosial dan melalui

pengalaman, secara bertahap belajar bagaimana menerapkan metode ilmiah untuk meningkatkan kualitas masyarakat. Model ini merupakan bentuk pembelajaran yang mengkombinasikan dinamika proses demokrasi dengan proses inquiry akademik. Melalui negosiasi siswa-siswa belajar pengetahuan akademik dan mereka terlibat dalam pemecahan masalah sosial.

Dalam melaksanakan metode eksperimen, guru dapat mengembangkan keterlibatan fisik dan mental, serta emosional siswa. Siswa mendapat

kesempatan untuk melatih keterampilan proses agar memperoleh hasil belajar yang optimal. Pengalaman yang dialami secara langsung dapat tertanam dalam ingatannya. Keterlibatan fisik dan mental serta emosional siswa diharapkan dapat diperkenalkan pada suatu cara atau kondisi pembelajaran yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan juga prilaku yang inovatif dan kreatif.

Pembelajaran dengan metode eksperimen juga dapat melatih dan mengajarkan siswa untuk belajar konsep fisika sama halnya dengan seorang ilmuwan fisika.


(26)

Dengan demikian penelitian group investigation dapat lebih maksimal dengan metode eksperimen.

5. Student Team Achievement Division Dengan Eksperimen

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD didasarkan pada prinsip bahwa para siswa bekerja bersama-sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap belajar teman-temannya dalam tim dan juga dirinya sendiri. Guru menyajikan pelajaran, kemudian siswa bekerja dalam tim. Hal ini dapat mengembangkan keterlibatan fisik dan mental, serta emosional siswa. Dimana siswa dapat mengembangkan diri dalam kelompok tersebut sesuai instruksi dari guru. Pembelajaran dengan metode eksperimen juga dapat melatih dan mengajarkan kreatifitas dan inovasi serta kerja sama yang baik dengan rekan satu tim. Hal tersebut dapat memacu siswa untuk lebih berprestasi agar memperoleh hasil belajar yang optimal.

6. Hasil Belajar

Setelah melakukan perbuatan belajar, maka seseorang akan memperoleh suatu hasil yang disebut hasil belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3) bahwa: “Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi dari tindak belajar dan tindak mengajar”. Menurut Djamarah dan Syaiful Bahri (2006: 121)

menyatakan: “Bahwa setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar”. Dari kedua pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan akhir atau puncak dari proses belajar. Akhir dari kegiatan inilah


(27)

yang menjadi tolak ukur tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar.

Hasil belajar ini berupa terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hamalik (2001: 30) menyatakan pengertian hasil belajar: ”Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan tingkah laku manusia yang terdiri dari sejumlah aspek”. Hal ini pun dinyatakan oleh Mulyono (2002: 20) bahwa: ”ada tiga ranah hasil belajar, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor”. Jadi, hasil belajar adalah terjadinya perubahan pada seseorang setelah melakukan proses belajar meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar tersebut bisa berbentuk pengetahuan, keterampilan, maupun sikap.

B. Kerangka Pemikiran

Pada penelitian ini digunakan dua perlakuan yaitu, model pembelajaran kooperatif tipe GI dengan metode eksperimen dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen, kedua perlakuan tersebut sama-sama diberikan pada dua kelas yang berbeda yaitu kelas A dan kelas B secara bergiliran dengan materi yang berbeda selama pembelajaran.

Dalam melaksanakan pembelajaran ini siswa harus melalui beberapa tahapan yaitu tahap pengelompokan, tahap perencanaan, tahap penyelidikan, tahap pengorganisasian, tahap presentasi, dan tahap evaluasi. Didalam pelaksanaan eksperimen siswa diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mengeksplorasi pemikiran mereka untuk menginvestigasi suatu materi atau topik yang telah


(28)

mereka pilih melalui suatu proses mengamati, mengajukan hipotesis, merencanakan percobaan, menginterpretasi data, menerapkan konsep, dan berkomunikasi. Sehingga dengan melalui beberapa tahapan dalam model pembelajaran kooperatif tipe GI dan beberapa proses dalam pelaksanaan eksperimen diharapkan dapat memberikan dorongan yang dapat

mengemangkan keterampilan proses sains siswa dalam pembelajaran.

Sedangkan pada model pebelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen, siswa bekerja bersama-sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap belajar teman-temannya dalam tim dan juga dirinya sendiri. Siswa ditempatkan dalam tim belajar yang beranggotakan 4 atau 5 oarang siswa yang merupakan campuran menurut prestasi akademik, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, kemudian siswa bekerja dalam tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian seluruh siswa dikenai kuis tentang materi tersebut. Didalam pelaksanaan eksperimen siswa diberikan kesempatan untuk menyelesaikan masalah yang ada dalam materi pelajaran menggunakan lembar kerja kelompok melalui proses mengamati, mengajukan hipotesis, merencanakan percobaan, menginterpretasi data, menerapkan konsep, dan berkomunikasi. Dengan beberapa tahapan yang ada dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan melalui beberapa proses dalam pelaksanaan eksperimen, diharapkan juga dapat memberikan dorongan


(29)

yang dapat mengembangkan keterampilan proses sains siswa dalam pembelajaran.

Pada penelitian ini terdapat dua bentuk variabel yatiu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model

pembelajaran kooperatif tipe GI dengan metode eksperimen (X1) dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen (X2),

sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar (Y1) . dari kedua perlakuan tersebut terdapat dua hasil belajar yaitu hasil belajar pada model pembelajaran kooperatif tipe GI dengan metode eksperimen dan hasil belajar pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen. Kemudian hasil belajar dari kedua perlakuan tersebut dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui perbedaan rata-rata keterampilan proses sains siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe GI dan STAD dengan metode eksperimen dan untuk mengetahui manakah rata-rata keterampilan proses sains siswa yang lebih baik melalui model pembelajaran kooperatif tipe GI dan STAD dengan metode eksperimen. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar 1.


(30)

Gambar 2.1 Alur Penelitian. C. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan pada penelitian ini maka dapat dituliskan bahwa dugaan sementara atau hipotesis dari penelitian ini adalah:

Pembelajaran STAD 1. Presentasi Kelas 2. Kegiatan Kelompok 3. Kuis

4. Skor Kemajuan Individu 5. Penghargaan Kelompok Metode Eksperimen 1. Persiapan 2. Pelaksanaan Eksperimen

3. Tindak Lanjut Pembelajaran GI 1. Pengelompokan 2. Perencanaan 3. Peyelidikan 4. Pengorganisasian 5. Presentasi 6. Evaluasi Metode Eksperimen 1. Persiapan 2. Pelaksanaan Eksperimen 3. Tindak Lanjut

Materi

Kelas A dan Kelas B

Observasi Hasil Belajar Dibandingkan Hasil Belajar Observasi Hasil Belajar Hasil Belajar


(31)

1. Hipotesis Umum

a. Ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa dengan model pembelajaran GI dengan model pemebelajaran STAD.

b. Rata –rata hasil belajar siswa dengan perlakuan GI lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan STAD.

2. Hipotesis Kerja

a. Uji Kesamaan dua rata-rata

Ho : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa antara model

pembelajaran kooperatif tipe GI dengan STAD melalui metode eksperimen.

H1: Ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa antara model

pembelajaran kooperatif tipe GI dengan STAD melalui metode eksperimen.

b. Uji perbedaan dua rata-rata

Ho : Rata- hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif

tipe GI tidak lebih tinggi dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen.

H1 : Rata-rata hasil belajar siswa melalui model pembelajaran

kooperatif tipe GI lebih tinggi dibandingkan model


(32)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini, yaitu seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Kedondong pada semester genap Tahun Pelajaran 2012/2013 yang terdiri atas

7 kelas berjumlah 242 siswa.

B. Sampel Penelitian

Berdasarkan populasi Siswa kelas X SMA Negeri 1 Kedondong yang terdiri dari 7 kelas, maka diambil 2 kelas yang digunakan sebagai sampel. Teknik yang digunakan oleh peneliti untuk mengambil kelas sampel yaitu

menggunakan teknik purposive sampling dengan pertimbangan, yakni

berdasarkan data nilai hasil belajar siswa, memiliki sebaran nilai yang hampir sama dengan siswa lain. Sampel yang diperoleh adalah kelas X3 sebagai kelompok eksperimen 1 yang berjumlah 35 siswa dan kelas X4 sebagai kelompok eksperimen 2 yang berjumlah 35 siswa.

C. Desain Penelitian

Desain eksperimen pada penelitian ini menggunakan tipe Conterbalanced Design, pada desain ini melibatkan dua kelompok yang memperoleh dua perlakuan yang sama dengan urutan memperoleh perlakuan yang berbeda.


(33)

Kelas eksperimen 1 diberikan perlakuan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI dengan metode eksperimen kemudian diikuti dengan memberikan perlakuan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen pada sub materi yang lain dan kelas eksperimen 2 diberikan perlakuan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen kemudian diikuti dengan memberikan perlakuan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI dengan metode eksperimen pada sub materi yang lain. Dua perlakuan yang diberikan terhadap 2 kelas eksperimen tersebut merupakan variabel bebas yang diobservasi sebagai hasilnya (variabel terikat). Desain ini dapat digambar sepeti berikut ini.

Tabel 3.1 Desain eksperimen Conterbalanced Design

Kelompok/Kelas Perlakuan Observasi Perlakuan Observasi Eksperimen 1

( Kelas �3 ) X1 O1 X2 O2

Eksperimen 2

( Kelas �4 ) X2 O2 X1 O1

Keterangan:

X1 : Perlakuan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI dengan metode eksperimen (variabel bebas).

X2 : Perlakuan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen (variabel bebas).

O1 : Hasil observasi pada X1 (variabel terikat) O2 : Hasil observasi pada X2 (variabel terikat)


(34)

D. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat dua variable, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe GI dengan metode eksperimen (X1) dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen (X2), sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar siswa (Y1).

E. Instrumen Penelitian

Instrumen untuk mengukur hasil belajar kognitif siswa adalah soal tes berbentuk essay. Tes ini digunakan pada saat posttest dengan jumlah soal sebanyak 7 butir soal.

F. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada dua kelas yang berbeda dengan memberikan dua perlakuan yang sama dan urutan memperoleh perlakuan yang berbeda.

Pada saat proses pembelajaran berlangsung masing-masing diberikan penilaian menggunakan lembar observasi dengan keterampilan proses yang dimunculkan oleh siswa selama kegiatan belajar berlangsung.


(35)

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar pengumpulan data berbentuk tabel yang diperoleh dari hasil posttest. Adapun bentuk

pengumpulan datanya dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Rancangan pengumpulan data postes hasil belajar model pembelajaran GI dan STAD

NO Nama Siswa Pada soal ke- Skor

Postest 1 2 3 4 5 … …

Jumlah Skor rata-rata

H. Teknik Analisis Data Dan Pengujian Hipotesis 1. Analisis Data

Untuk menganalisis kategori tes hasil belajar siswa digunakan skor hasil belajar yang ternormalisasi.

a. Uji Normalitas

Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal, dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik

Kolmogorov-Smirnov. Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujiannya yaitu:

O H

: data terdistribusi secara normal

1

H : data tidak terdistribusi secara normal Pedoman pengambilan keputusan:


(36)

1) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusinya adalah tidak normal.

2) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka distribusinya adalah normal.

b. Uji Hipotesis

Jika data terdistribusi normal maka pengujian hipotesis dalam penelitian menggunakan statistik parametrik tes.

1) Uji t untuk Dua Sampel Bebas (Independent Sample t Test) Uji ini dilakukan untuk membandingkan dua sampel yang berbeda (bebas). Independent Sample t Test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan.

Hipotesis Pertama

0

H : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

1

H : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GIdengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Hipotesis Kedua

0

H : Hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI tidak lebih tinggi atau sama dibandingkan


(37)

              2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 _____ 2 ____ 1 1 1 2 ) 1 ( ) 1 ( n n n n s n s n X X t

dengan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

H1 : Hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe GI lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.

 Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka

O

H diterima.

 Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka

O

H ditolak.

Rumus perhitungan Independent Sample T Test adalah sebagai berikut :

Dimana t adalah t hitung. Kemudian t tabel dicari pada tabel distribusi t dengan  = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-2. Setelah diperoleh besar t hitung dan t tabel maka dilakukan pengujian dengan kriteria pengujian sebagai berikut :


(38)

HO diterima jika -t tabel  t hitung  t tabel

HO ditolak jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel

(Priyatno, 2010:32-41)

2) Uji Mann-Whitney

Pada penelitian ini jika data tidak terdistribusi normal maka untuk menguji data dari dua sampel yang tidak berhubungan menggunakan Uji Mann-Whitney

1. Hipotesis Pertama

HO : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe GI dengan

pembelajaran kooperatif tipe STAD.

H1 : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara siswa yang

menggunakan pembelajaran kooperatif tipe GIdengan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2. Hipotesis Kedua

Ho : Hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI tidak lebih tinggi atau sama dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. H1 : Hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe GI lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.


(39)

Un1n2 {n1(n1 1)}/2R1

Un1n2 {n2(n1 1)}/2R2

di mana

R

1 = jumlah peringkat yang diberikan pada sampel dengan jumlah n1

R2 = jumlah peringkat yang diberikan pada sampel dengan jumlah n2.

Kedua rumus ini kemungkinan besar akan menghasilkan dua nilai yang berbeda bagi U. Nilai yang dipilih untuk U dalam pengujian hipotesis adalah nilai yang paling kecil dari kedua nilai tersebut.

Untuk memeriksa apakah perhitungan kita atas nilai U benar, rumus berikut dapat digunakan: Nilai U terkecil = n1n2 – nilai U terbesar

Kriteria Pengujian

 Jika Uoutput < Utabel, maka HO ditolak  Jika Uoutput > Utabel, maka HO diterima

Berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.

 Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO diterima.  Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO ditolak

3. Uji Kesaman Dua Varians

Jika ternyata sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal, maka diadakan uji kesaman dua varians. Langkah-langkah yang dilakukan dalam uji kesamaan dua varians adalah:


(40)

1) Merumuskan hipotesis:

H0 : kedua populasi mempuyai varians yang sama

H1 : kedua populasi tidak mempunyai varians yang sama 2) Menentukan masing-masing varians

3) Menghitung Fhit dengan rumus:

terkecil ians terbesar ians Fhit var var 

4) Kriteria pengujian

Tolak H0 jika 2 1 2 1 ,v v hit F F

 dengan

2 1 2 1 v,v

F didapat dari distribusi

dengan peluang 12, sedangkan derajat kebebasan v1

n11

dan

) 1 ( 2

2 n

v masing-masing sesuai dengan dk pembilang dan penyebut. (Sudjana, 2005: 250)

4. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

Langkah-langkah dalam pengujian kesamaan dua rata-rata adalah sebagai berikut:

1) Perumusan Hipotesis H0 : x1 = x2

H1 : x1≠ x2 Keterangan:

x1 = rata-rata hasil belajar fisika siswa yang diajar menggunakan model GImelalui metode eksperimen

x2 = rata-rata hasil belajar fisika siswa yang diajar menggunakan model STADmelalui metode eksperimen


(41)

2) Jika dua variansnya sama yaitu 1 = 2 =  dan  tidak diketahui statistik yang digunakan jika H0 benar adalah:

2 1 2 1 1 1 n n s x x t   

Dengan

2 ) 1 ( 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2       n n s n s n s

Kriteria pengujian adalah terima H0 jika 2 1 2

1 1

1   

t t t dimana

2 1

1

t didapat dari daftar distribusi t dengan dk

n1n22

, untuk harga t lainnya H0 ditolak.

(Sudjana, 2005: 239)

3) Untuk 1≠ 2 dan keduanya tidak diketahui, statistik yang digunakan

adalah ) / ( ) / ( ' 2 2 2 1 2 1 2 1 n s n s x x t   

Kriteria pengujian adalah: terima hipotesis H0 jika

2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 1 1 ' w w t w t w t w w t w t w       

Dengan: w1s12/n1;w2s22/n2

1  , 1 1 t 12 n1

t dan 2 1  , 1 2 2

1 

t n

t

Keterangan:

x1 = rata-rata hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model GI melalui eksperimen

x2 = rata-rata hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model STAD melalui eksperimen


(42)

n1 = jumlah siswa yang diajar menggunakan model GI melalui metode eksperimen

n2 = jumlah siswa yang diajar menggunakan model STADmelalui eksperimen.

s1 = simpangan baku siswa yang diajar menggunakan model GI melalui metode eksperimen.

s2 = simpangan baku yang diajar menggunakan model STADmelalui eksperimen.

(Sudjana, 2005: 241) 5. Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Langkah-langkah dalam pengujian kesamaan dua rata-rata adalah sebagai berikut:

1) Merumuskan Hipotesis H0 : x1 ≤ x2

H1 : x1 > x2

2) Jika sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal, 1 = 2 dan keduanya tidak diketahui, maka rumus statistik yang digunakan adalah: 2 1 2 1 1 1 n n s x x t  

 , dengan

2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2       n n s n s n s


(43)

Terima H0 jika t < t1- dan tolak H0 jika mempunyai harga lain. Derajat kebebasan untuk daftar distribusi t ialah (n1 + n2– 2) dengan peluang (1 - ).

3) Jika sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal, 1 ≠ 2 dan keduanya tidak diketahui, maka rumus statistik yang digunakan adalah: ) / ( ) / ( ' 2 2 2 1 2 1 2 1 n s n s x x t   

Kriteria pengujian adalah tolak hipotesis H0 jika

2 1 2 2 1 1 ' w w t w t w t   

Dan terima H0 jika terjadi sebaliknya, dimana

2 2 2 2 1 2 1

1 s /n ,w s /n

w   , 1 1  , 1

1 2

1 

t n

t dan 2 1  , 1 2 2

1 

t n

t


(44)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan hasil belajar mata pelajaran Fisika pada kelas yang diberikan model pembelajaran GI dengan model pembelajaran STAD. Berdasarkan analisis data yang diperoleh �ℎ� �� 4,67 > 0,154, berarti hipotesis diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa mata pelajaran Fisika yang diberikan model pembelajaran GI dengan model pembelajaran STAD.

2. Hasil belajar mata pelajaran Fisika siswa dengan model pembelajaran GI lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diberikan model

pembelajaran STAD. Berdasarkan perbandingan rata-rata hasil belajar pada kelas tersebut hipotesis diterima. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa terdapat hasil belajar siswa yang diberikan model pembelajaran GI lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diberikan model pembelajaran STAD.


(45)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Dalam pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif

hendaknya guru mengefisienkan waktu saat penempatan siswa dalam kelompok

dan saat presentasi dalam menyajikan hasil diskusi perkelompok.

2. Dalam menerapkan model pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan materi pembelajaran, agar kemampuan dan kompetensi siswa

tereksplorasi dengan baik dan dapat menghindarkan siswa dari kejenuhan dalam belajar sehingga penguasaan konsep dapat meningkat.

3. Hendaknya guru mempersiapkan alat dalam melaksanakan eksperimen yang dapat dijumpai dengan mudah dalam kehidupan sehari-hari.


(46)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Ruang lingkup penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis ... 7

1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI ... 7

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 12

3. Metode Eksperimen ... 18

4. Model GI dengan metode Eksperimen ... 19

5. Model STAD dengan metode Eksperimen . ... 20

6. Hasil Belajar ... 20

B. Kerangka Pemikiran ... 21

C. Hipotesis ... 24

1. Hipotesis Umum. ... 25


(47)

A. Populasi Penelitian ... 26

B. Sampel Penelitian ... 26

C. Desain Penelitian ... 26

D. Variabel Penelitian ... 28

E. Instrumen Penelitian ... 28

F. Prosedur Penelitian ... 28

G. Teknik Pengumpulan Data ... 29

H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 29

1. Analisis Data ... 29

a. Uji Normalitas ... 29

b. Uji Hipotesis ... 30

1. Uji t untuk dua sampel bebas ... 30

2. Uji Mann Whitney ... 32

3. Uji Kesamaan Dua Varians ... 33

4. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata ... 34

5. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata ... 36

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 38

1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas... 39

2. Data Hasil Belajar dengan perlakuan Model GI. ... 40

3. Data Hasil Belajar dengan perlakuan Model STAD. ... 43

4. Perbandingan Hasil Belajar pada Kelas GI dan STAD. ... 45

5. Analisis Data ... 46

a. Uji Normalitas ... 46

b. Uji Kesamaan Dua Varians ... 47

6. Pengujian Hipotesis ... 48

a. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata. ... 48

b. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata. ... 53


(48)

A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Uji Normalitas Data . ... 61

2. Uji Sampel T-Test 2 sampel Independen . ... 62

3. Daftar Nilai Hasil Belajar dengan Model GI dan STAD. ... 64

4. Uji Validitas Butir Soal . ... 70

5. Uji Reliabilitas Soal . ... 71

6. Daftar Nilai Postest . ... 72

7. Daftar Nilai Kelas X3 dengan Perlakuan GI. ... 73

8. Daftar Nilai Kelas X4 dengan Perlakuan GI . ... 74

9. Daftar Nilai Kelas X3 dengan Perlakuan STAD . ... 75

10.Daftar Nilai Kelas X4 dengan Perlakuan STAD . ... 76

11.Lembar Kerja 1 . ... 77

12.Lembar Kerja 2. ... 80

13.Lembar Kerja 3. ... 85

14.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 Model GI . ... ...91

15.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 Model STAD. ... 110

16.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 Model GI… ... 129

17.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 Model STAD. ... 140 18.Surat Izin Penelitian


(49)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Kriteria Pemberian Skor Individu ... 16

2.2 Kriteria Penghargaan Kelompok. ... 17

3.1 Desain Eksperimen. ... 27

3.2 Rancangan Pengumpulan Data Postes Hasil belajar Model pembelajaran GI dan STAD. ... 29

4.1 Hasil Uji Validitas Soal. ... 40

4.2 Hasil Uji Reliabilitas Soal. ... 41

4.3 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar dengan Model GI ... 42

4.4 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar dengan Model STAD ... 43

4.5 Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar Fisika antara Model Pembelajaran GI dengan Model Pembelajaran STAD. ... 45

4.6 Hasil Uji Normalitas Hasil belajar Siswa kelas X3 dan X4 ... 46

4.7 Hasil Uji Kesamaan Dua Varian. ... 47

4.8 Daftar Distribusi Hasil Belajar dengan Perlakuan GI. ... 49

4.9 Daftar Distribusi hasil Belajar dengan perlakuan STAD. ... 51


(50)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Alur Penelitian ... 24 4.1 Grafik Hasil Belajar dngan Model Pembelajaran GI. ... 41 4.2 Grafik Hasil Belajar dngan Model Pembelajaran GI. ... 44


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Antoni. 2008. Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Fisika Siswa Menggunakan Model Kooperatif Tipe STAD Dengan Metode Demonstrasi Pada Materi Gerak. Dhiasuprianti. 2011. Penggunaan Metode Eksperimen dalam Pembelajaran IPA.

[Network] diakses 12 Desember 2011 dari

http://dhiasuprianti.wordpress.com/penggunaan-metode-eksperimen-dalam-pembelajaran-ipa/

Dimyati,Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah, Syaiful Bahri.2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.

Rineka Cipta.Jakarta.

Fauzan, Syarif. (2011). Model Pembelajaran Group Investigation. [Network] diakses 2 februari 2012 dari

http://Syariffauzan.blogspot.com/2011/11/model-pembelajaran-group-investigation.html

Hamalik, Oemar.2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. Ibrahim dkk, Muslimin. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri

Surabaya: Surabaya.

Mariyana, Neli. 2009. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dengan Pendekatan Discovery Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas Dan Hasil Belajar Fisika Siswa. Skripsi. Universitas Lampung: Bandar Lampung. Mulyono. 2002. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Pratama, Moch. Hendy Bayu. 2007. Perbandingan Penerapan Pembelajaran Konvensional Dan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dalam Pencapaian Kognitif Pada Siswa A Kelas VII B Dan VII SMP Negeri 28 Surabaya. Skripsi. Universitas Negeri Surabaya: Surabaya.


(52)

Priyanto, Duwi. 2010. Paham Analisis Statistik Data dengan SPSS. MediaKom: Yogyakarta.

Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta:Jakarta.

Santoso, Eko. 2011. Model Pembelajaran STAD. [Network] diakses 23 Februari 2012 dari http://ras-eko.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-stad.html

Sitirohana. 2010. Metode Eksperimen dalam Proses Pembelajaran. [Network] diakses 12 Desember 2011 dari http://blog.umy.ac.id/sitirohana/2011/12/01/metode-eksperimen-dalam-proses-pembelajaran

Solihatin, Etin dan Raharjo.2008.Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Bumi Aksara:Jakarta

Syarifuddin. 2011. Pembelajaran Inovatif. [Network] diakses 11 Desember 2011 dari http://syarifartikel.blogspot.com/2011/10/pembelajaran-kooperatif-tipe-gi-group.html

Yulianto, Joko. 2011. Desain Penelitian Eksperimen. [Network] diakses 11 September 2012 dari http://pascaunesa2011.blogspot.com/2011/11/desain-penelitian-eksperimen.html


(1)

III.METODE PENELITIAN

A. Populasi Penelitian ... 26

B. Sampel Penelitian ... 26

C. Desain Penelitian ... 26

D. Variabel Penelitian ... 28

E. Instrumen Penelitian ... 28

F. Prosedur Penelitian ... 28

G. Teknik Pengumpulan Data ... 29

H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 29

1. Analisis Data ... 29

a. Uji Normalitas ... 29

b. Uji Hipotesis ... 30

1. Uji t untuk dua sampel bebas ... 30

2. Uji Mann Whitney ... 32

3. Uji Kesamaan Dua Varians ... 33

4. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata ... 34

5. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata ... 36

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 38

1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas... 39

2. Data Hasil Belajar dengan perlakuan Model GI. ... 40

3. Data Hasil Belajar dengan perlakuan Model STAD. ... 43

4. Perbandingan Hasil Belajar pada Kelas GI dan STAD. ... 45

5. Analisis Data ... 46

a. Uji Normalitas ... 46

b. Uji Kesamaan Dua Varians ... 47

6. Pengujian Hipotesis ... 48

a. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata. ... 48

b. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata. ... 53


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Uji Normalitas Data . ... 61

2. Uji Sampel T-Test 2 sampel Independen . ... 62

3. Daftar Nilai Hasil Belajar dengan Model GI dan STAD. ... 64

4. Uji Validitas Butir Soal . ... 70

5. Uji Reliabilitas Soal . ... 71

6. Daftar Nilai Postest . ... 72

7. Daftar Nilai Kelas X3 dengan Perlakuan GI. ... 73

8. Daftar Nilai Kelas X4 dengan Perlakuan GI . ... 74

9. Daftar Nilai Kelas X3 dengan Perlakuan STAD . ... 75

10.Daftar Nilai Kelas X4 dengan Perlakuan STAD . ... 76

11.Lembar Kerja 1 . ... 77

12.Lembar Kerja 2. ... 80

13.Lembar Kerja 3. ... 85

14.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 Model GI . ... ...91

15.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 Model STAD. ... 110

16.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 Model GI… ... 129

17.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 Model STAD. ... 140 18.Surat Izin Penelitian


(3)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Kriteria Pemberian Skor Individu ... 16

2.2 Kriteria Penghargaan Kelompok. ... 17

3.1 Desain Eksperimen. ... 27

3.2 Rancangan Pengumpulan Data Postes Hasil belajar Model pembelajaran GI dan STAD. ... 29

4.1 Hasil Uji Validitas Soal. ... 40

4.2 Hasil Uji Reliabilitas Soal. ... 41

4.3 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar dengan Model GI ... 42

4.4 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar dengan Model STAD ... 43

4.5 Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar Fisika antara Model Pembelajaran GI dengan Model Pembelajaran STAD. ... 45

4.6 Hasil Uji Normalitas Hasil belajar Siswa kelas X3 dan X4 ... 46

4.7 Hasil Uji Kesamaan Dua Varian. ... 47

4.8 Daftar Distribusi Hasil Belajar dengan Perlakuan GI. ... 49

4.9 Daftar Distribusi hasil Belajar dengan perlakuan STAD. ... 51


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Alur Penelitian ... 24 4.1 Grafik Hasil Belajar dngan Model Pembelajaran GI. ... 41 4.2 Grafik Hasil Belajar dngan Model Pembelajaran GI. ... 44


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Antoni. 2008. Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Fisika Siswa Menggunakan Model Kooperatif Tipe STAD Dengan Metode Demonstrasi Pada Materi Gerak. Dhiasuprianti. 2011. Penggunaan Metode Eksperimen dalam Pembelajaran IPA.

[Network] diakses 12 Desember 2011 dari

http://dhiasuprianti.wordpress.com/penggunaan-metode-eksperimen-dalam-pembelajaran-ipa/

Dimyati,Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah, Syaiful Bahri.2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.

Rineka Cipta.Jakarta.

Fauzan, Syarif. (2011). Model Pembelajaran Group Investigation. [Network] diakses 2 februari 2012 dari

http://Syariffauzan.blogspot.com/2011/11/model-pembelajaran-group-investigation.html

Hamalik, Oemar.2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. Ibrahim dkk, Muslimin. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri

Surabaya: Surabaya.

Mariyana, Neli. 2009. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dengan Pendekatan Discovery Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas Dan Hasil Belajar Fisika Siswa. Skripsi. Universitas Lampung: Bandar Lampung. Mulyono. 2002. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Pratama, Moch. Hendy Bayu. 2007. Perbandingan Penerapan Pembelajaran Konvensional Dan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dalam Pencapaian Kognitif Pada Siswa A Kelas VII B Dan VII SMP Negeri 28 Surabaya. Skripsi. Universitas Negeri Surabaya: Surabaya.


(6)

Priyanto, Duwi. 2010. Paham Analisis Statistik Data dengan SPSS. MediaKom: Yogyakarta.

Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta:Jakarta.

Santoso, Eko. 2011. Model Pembelajaran STAD. [Network] diakses 23 Februari 2012 dari http://ras-eko.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-stad.html

Sitirohana. 2010. Metode Eksperimen dalam Proses Pembelajaran. [Network] diakses 12 Desember 2011 dari http://blog.umy.ac.id/sitirohana/2011/12/01/metode-eksperimen-dalam-proses-pembelajaran

Solihatin, Etin dan Raharjo.2008.Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Bumi Aksara:Jakarta

Syarifuddin. 2011. Pembelajaran Inovatif. [Network] diakses 11 Desember 2011 dari http://syarifartikel.blogspot.com/2011/10/pembelajaran-kooperatif-tipe-gi-group.html

Yulianto, Joko. 2011. Desain Penelitian Eksperimen. [Network] diakses 11 September 2012 dari http://pascaunesa2011.blogspot.com/2011/11/desain-penelitian-eksperimen.html


Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajarkan melalui pendekatan kooperatif teknik: student team achievement divisions (STAD) dan teknik Group Investigation (GI)

0 36 221

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (Student Team Achievement Divisions) STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SD

1 6 165

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (Gi) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas V Sdit Bina Insani ( Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Sdit Bina Insani Kelas V Semester Ii Serang-Banten )

0 3 184

IMPLEMENTASI METODE KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

0 6 183

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam meningkatkan hasil belajar akidah akhlak: penelitian tindakan kelas di MA Nihayatul Amal Karawang

0 10 156

PERBANDINGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GI (Group Investigation) DAN STAD (Student Teams Achievement Divisions) DENGAN METODE EKSPERIMEN

3 30 78

Peningkatan hasil belajar PKN siswa kelas IV MI Attaqwa Bekasi Utara melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)

0 5 152

PERBANDINGAN PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) DAN PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT Perbandingan Pembelajaran Group Investigation (GI) Dan Pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) Terhadap Hasil Belajar Biologi Peserta Didik Kela

0 2 16