Tebal Dagu Tebal Bibir Atas Strain Bibir Atas Sudut Fasial Kurvatura Bibir Atas

2.3.4.2 Kedalaman Sulkus Labialis Superior

Sulkus labialis superior terletak pada titik tercekung antara titik Sn dengan titik Ls. 12 Kedudukan bibir atas seimbang jika kedalaman sulkus labialis superior Sls sebesar 5 mm terhadap garis H. Apabila dijumpai kedalaman sulkus labialis superior 3 mm pada bibir yang pendek atau tipis maka hal ini masih dapat diterima. Begitu juga pada bibir panjang atau tebal apabila dijumpai hasil pengukuran sebesar 7 mm, maka hal ini masih dianggap hasil yang seimbang Gambar 8. 10,13,23

2.3.4.3 Kedalaman Sulkus Labialis Inferior

Sulkus labialis inferior terletak pada titik tercekung antara titik Labraleinferior Li dengan titik Pog’. 13 Profil jaringan lunak seseorang untuk kedalaman sulkus labialis inferior dikatakan harmonis dan seimbang jika kedudukan sulkus labialis inferior terhadap garis H sama seperti kedalaman sulkus labialis superior yaitu mendekati 5 mm Gambar 8. 10,13,23

2.3.4.4 Jarak Bibir Bawah ke Garis H

Bibir bawah paling anterior umumnya terletak pada titik Labrale inferior Li. Jarak bibir bawah ke garis H diukur dari titik Li ke garis H dengan arah horizontal. 13 Idealnya jarak bibir bawah ke garis H adalah 0 mm atau garis H menyinggung titik Li. Namun demikian menurut Holdaway masih dapat dikatakan harmonis dan seimbang jika jarak Li ke garis H dalam batasan -1 sampai dengan +2 mm. Tanda negatif menunjukkan letak titik Li di belakang garis H, sebaliknya dikatakan positif jika terletak di depan garis H Gambar 8. 10,13,23

2.3.4.5 Tebal Dagu

Ketebalan jaringan lunak dagu diukur dari jarak antara titik Pogonion skeletal dan Pogonion kulit Pog-Pog’. 10,23 Tebal jaringan lunak yang harmonis dan seimbang jika tebalnya antara 10-12 mm sedangkan jika lebih tipis maka dagu terlihat Universitas Sumatera Utara datar. 10,13 Dagu datar dapat disebabkan oleh inklinasi insisivus bawah yang lebih protrusif Gambar 8. 10 Gambar 8. Jarak puncak hidung ke garis H, kedalaman sulkus labialis superior,jarak bibir bawah ke garis H, kedalaman sulkus labialis inferior, dan tebal dagu 10

2.3.4.6 Tebal Bibir Atas

Pengukuran tebal bibir atas diukur dari 2 mm di bawah titik A skeletal ke bagian luar kulit labialis superior. Idealnya tebal bibir atas adalah berkisar 14 mm Gambar 9. 10,13,23

2.3.4.7 Strain Bibir Atas

Strain bibir atas diukur secara horizontal dari titik perbatasan vermillion superior umumnya pada titik Labralesuperior Ls ke permukaan labial insisivus sentralis atas. Sebaiknya ukuran tebal dari titik perbatasan vermillion superior ke permukaan labial insisivus sentralis atas ini hampir sama atau sedikit lebih tipis dari tebal bibir atas yaitu idealnya sekitar 12 mm Gambar 9. Jika strain bibir atas Universitas Sumatera Utara mencapai setengah dari tebal bibir atas maka sebaiknya insisivus sentralis atas diretraksi ke palatinal. 10,13 Gambar 9. Tebal bibir atas dan strain bibir atas 10

2.3.4.8 Sudut Fasial

Sudut fasial yaitu sudut yang dibentuk oleh perpotongan garis Frankfurt dengan garis N’-Pog’ yang membentuk sudut a. Sudut fasial yang ideal adalah berkisar antara 90º sampai 92º. Apabila sudut fasial lebih besar dari 92º menunjukkan profil cekung karena letak Pog’ lebih ke anterior, sebaliknya apabila sudut fasial lebih kecil dari 90º tampak profilnya cembung karena letak titik Pog’ lebih ke posterior Gambar 10. 10,13

2.3.4.9 Kurvatura Bibir Atas

Kurvatura bibir atas berbentuk lekukan yang dibentuk titik Sn-Sls-Ls. Yang dimaksud dengan kedalaman kurvatura bibir atas yaitu jarak titik Sls ke garis yang ditarik dari titik Ls tegak lurus ke bidang Frankfurt. 10,13,23 Jarak Sls ke garis tersebut Universitas Sumatera Utara berkisar 2,5 mm pada pasien yang mempunyai bibir dengan ketebalan normal, sedangkan pada kelompok yang mempunyai bibir tipis berkisar 1,5 mm dan 4 mm pada kelompok bibir tebal masih dapat diterima. Pada kelompok bibir tipis menunjukkan kurvatura bibir atas lebih datar sedangkan pada kelompok bibir tebal menunjukkan lebih dalam Gambar 10. 10,13 Gambar 10. Sudut fasial dan kurvatura bibir atas 10

2.3.4.10 Sudut H

Dokumen yang terkait

Hubungan Sudut Interinsisal Dengan Tebal Bibir Atas Dan Tebal Dagu Berdasarkan Analisis Holdaway Pada Mahasiswa Fkg Usu Ras Deutro Melayu

4 88 52

Hubungan Sudut Interinsial dengan Jaringan Lunak Wajah Berdasarkan Analisis Steiner pada Mahasiswa FKG USU Ras Deutro Melayu

2 55 61

Hubungan Sudut Interinsisal Dengan Profil Jaringan Lunak Wajah Menurut Analisis Holdaway Pada Mahasiswa FKG USU Ras Campuran Proto Dengan Deutro-Melayu

2 9 64

Hubungan Sudut Interinsisal Dengan Profil Jaringan Lunak Wajah Menurut Analisis Holdaway Pada Mahasiswa FKG USU Ras Campuran Proto Dengan Deutro-Melayu

0 0 13

Hubungan Sudut Interinsisal Dengan Profil Jaringan Lunak Wajah Menurut Analisis Holdaway Pada Mahasiswa FKG USU Ras Campuran Proto Dengan Deutro-Melayu

0 0 2

Hubungan Sudut Interinsisal Dengan Profil Jaringan Lunak Wajah Menurut Analisis Holdaway Pada Mahasiswa FKG USU Ras Campuran Proto Dengan Deutro-Melayu

0 0 5

Hubungan Sudut Interinsisal Dengan Profil Jaringan Lunak Wajah Menurut Analisis Holdaway Pada Mahasiswa FKG USU Ras Campuran Proto Dengan Deutro-Melayu

0 0 17

Hubungan Sudut Interinsisal Dengan Profil Jaringan Lunak Wajah Menurut Analisis Holdaway Pada Mahasiswa FKG USU Ras Campuran Proto Dengan Deutro-Melayu Chapter III VI

0 1 15

Hubungan Sudut Interinsisal Dengan Profil Jaringan Lunak Wajah Menurut Analisis Holdaway Pada Mahasiswa FKG USU Ras Campuran Proto Dengan Deutro-Melayu

1 4 3

Hubungan Sudut Interinsisal Dengan Profil Jaringan Lunak Wajah Menurut Analisis Holdaway Pada Mahasiswa FKG USU Ras Campuran Proto Dengan Deutro-Melayu

0 0 9