Pengertian Kedudukan Rekaman CCTV Pengertian Pembuktian dan Alat Bukti a Pengertian Pembuktian

13 IR Infrared Camera Infrared Camera disebut juga night vision camera

3. Pengertian Kedudukan Rekaman CCTV

. Kamera ini mampu melihat pada malam hari bahkan gelap gulita dengan menggunakan lampu IR LED. Infrared Camera menghasilkan gambar hitam putih pada saat malam hari. Kedudukan dapat diartikan sebagai berarti status. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kedudukan sering dibedakan antara pengertian kedudukan status dan kedudukan sosial status sosial. Kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial, sedangkan kedudukan sosial adalah tempat seseorang dalam lingkungan pergaulannya, serta hak-hak dan kewajibannya. Kedua istilah tersebut memiliki arti yang sama dan digambarkan dengan kedudukan status saja. Secara abstrak, kedudukan berarti tempat seseorang dalam suatu tempat tertentu. Kedudukan dapat juga diartikan sebagai keadaan yang sebenarnya. 20 20 Berdasarkan pengertian kedudukan diatas, yang dimaksud dengan kedudukan rekaman CCTV dalam skripsi ini adalah status dan keadaan sebenarnya rekaman CCTV. Bila dikaitkan dengan judul skripsi ini, secara jelasnya dapat dipahami bahwa yang menjadi permasalahan adalah bagaimana status atau keadaan sebenarnya mengenai rekaman CCTV sebagai alat bukti dalam tindak pidana korupsi, setelah Mahkamah Konstitusi mengeluarkan putusan nomor 20PUU-XIV2016. http:www.kamuskbbi.idkbbiartikata.php?mod=viewKedudukanid=36295-arti- maksud-definisi-pengertian-Kedudukan.html diakses pada tanggal 15 November 2016. Universitas Sumatera Utara

4. Pengertian Pembuktian dan Alat Bukti a Pengertian Pembuktian

Pembuktian adalah pekerjaan yang paling utama di antara proses panjang penegakan hukum pidana. Pada pembuktian dipertaruhkan nasib terdakwa, dan pada pembuktian ini pula titik sentral pertanggungjawaban hakim dalam segala bidang, yakni intelektual, moral, ketepatan hukum, dan yang tidak kalah penting ialah pertanggungjawabannya kepada Tuhan Yang Maha Esa mengenai putusan yang diambilnya. Bagaimana amar putusan yang akan ditetapkan oleh hakim, seluruhnya bergantung pada hasil pekerjaan pembuktian di dalam sidang pengadilan. 21 Hal senada diungkapkan oleh M. Yahya Harahap yang menyatakan bahwa pembuktian merupakan masalah yang memegang peranan dalam proses sidang di pengadilan. Pembuktian menentukan nasib terdakwa. Apabila hasil pembuktian dengan alat bukti yang ditentukan oleh undang-undang “tidak cukup” membuktikan kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa, maka terdakwa “dibebaskan” dari hukuman. Sebaliknya kalau kesalahan terdakwa dapat dibuktikan dengan alat bukti yang disebut dalam Pasal 184, maka terdakwa dinyatakan “bersalah” dan dijatuhi hukuman. Oleh karena itu, hakim harus hati- hati, cermat, dan matang menilai dan mempertimbangkan nilai pembukt ian. 22 21 Adami Chazawi, Hukum Pidana Korupsi Di Indonesia , Jakarta: Rajawali Pers, 2016, hal. 358. 22 M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan Kuhap: Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, Dan Peninjauan Kembali Edisi Kedua, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hal. 273. Andi Hamzah juga menegaskan bahwa pembukt ian adalah bagian yang terpenting dalam acara pidana, karena dalam hal pembuktian yang menjadi pertaruhan adalah Universitas Sumatera Utara hak asasi manusia. 23 Secara etimologis, kata “pembuktian” berasal dari kata “bukti” artinya “sesuatu yang dapat menyatakan kebenaran suatu peristiwa”, kemudian mendapat awalan “pem” dan akhiran “an”, artinya proses perbuatan, cara membuktikan sesuatu yang menyatakan kebenaran suatu peristiwa. 24 Menurut Adami Chazawi, yang dimaksud dengan pembuktian adalah suatu proses kegiatan untuk membuktikan sesuatu atau menyatakan kebenaran tentang suatu peristiwa. Kegiatan yang dijalankan dalam sidang pengadilan, pada dasarnya adalah upaya untuk merekonstruksi atau melukiskan kembali suatu peristiwa yang sudah berlalu. Sempurna tidaknya rekonstruksi tersebut bergantung pada proses pembuktian. 25 Menurut Subekti, pembuktian adalah suatu proses bagaimana alat-alat bukti dipergunakan, diajukan, ataupun dipertahankan sesuai hukum acara yang berlaku. 26 Menurut J.C.T. Simorangkir, pembuktian adalah usaha dari yang berwenang untuk mengemukakan kepada hakim sebanyak mungkin hal-hal yang berkenaan dengan suatu perkara yang bertujuan agar supaya dapat dipakai oleh hakim sebagai bahan untuk memberikan keputusan. 27 Dalam kamus hukum yang disusun oleh Rocky marbun dkk, pembuktian diartikan sebagai penyajian alat-alat bukti yang sah menurut hukum kepada hakim yang memeriksa suatu perkara, guna memberikan kepastian tentang kebenaran 23 Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia Edisi Kedua, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, hal. 249. 24 Andi Softan dan Abd. Asis, Hukum Acara Pidana, Suatu Pengantar Jakarta: Kencana, 2014, hal. 230. 25 Adami Chazawi, Loc.Cit. 26 Subekti, Hukum Pembuktian, Jakarta: Pradnya Paramita, 1991, hlm. 7. 27 Andi Sofyan dan Abd. Asis, Loc.Cit. Universitas Sumatera Utara peristiwa yang dikemukakan. 28 M. Yahya Harahap memberikan pengertian pembuktian yang ditinjau dari segi hukum acara pidana yakni, ketentuan yang membatasi sidang pengadilan dalam usaha mencari dan mempertahankan kebenaran. Baik hakim, penuntut umum, terdakwa, atau penasihat hukum, semua terikat pada ketentuan tata cara dan penilaian alat bukti yang ditentukan undang-undang. Penegak hukum tidak dibenarkan bertindak dengan caranya sendiri dalam menilai pembuktian. Dalam mempergunakan alat bukti, tidak boleh bertentangan dengan undang-undang. Bila ditinjau dari segi sistem peradilan hukum pidana, pengertian tersebut cakupannya lebih sempit. Alasannya adalah karena dari penggunaan kata “penyajian alat bukti kepada hakim”, maka pembuktian dianggap sebagai pekerjaan penuntut umum, penasihat hukum, dan terdakwa. Kenyataannya, dalam proses pembuktian sidang pidana hakim bersifat aktif dalam menemukan fakta-fakta dan bukti baru di persidangan. Misalnya, dalam memperoleh fakta baru melalui keterangan saksi, hakim memiliki hak untuk bertanya dan mencari sendiri kebenarannya. Oleh karena itu, pembuktian tidak hanya pekerjaan penuntut umum, penasihat hukum terdakwa, dan terdakwa saja, tetapi juga hakim. Namun, bila yang ditinjau adalah proses pembuktian dalam sistem peradilan perdata, maka pengertian tersebut sudah tepat. Dalam persidangan perdata, kedua belah pihak mengumpulkan dan mengemukakan alat bukti sebanyak-banyaknya, lalu hakim menilai berdasarkan alat-alat bukti tersebut. Dalam persidangan perdata, hakim bersifat pasif. 28 Rocky Marbun, dkk. Kamus Hukum Lengkap, Jakarta: Visimedia, 2012, hal. 223. Universitas Sumatera Utara Terdakwa tidak bisa mempertahankan sesuatu yang dianggapnya bear tanpa mengikuti ketentuan yang telah diatur dalam undang-undang. 29 b Pengertian Alat Bukti Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, maka pembuktian dalam perspektif hukum acara pidana, dapat diartikan sebagai proses untuk membuktikan benar tidaknya tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa dengan menggunakan alat-alat bukti baik yang disajikan oleh penuntut umum, penasihat hukum terdakwa, dan terdakwa sendiri maupun bukti-bukti baru yang ditemukan selama persidangan, yang keseluruhan prosesnya ditentukan oleh undang-undang, sehingga proses pembuktian dilakukan dengan benar dan sah sesuai hukum yang berlaku. Masalah pembuktian tidak terlepas dari hal-hal yang disebut sebagai alat bukti. Alat bukti adalah suatu hal yang digunakan dalam hal pembuktian dalam suatu perkara atau peradilan. Alat bukti memegang peranan penting untuk mempengaruhi penilaian hakim dalam proses pembuktian tersebut. Alat bukti yang kuat dan sah tentu akan memudahkan hakim menilai apakah terdakwa bersalah atau tidak atau pihak manakah yang bersalah. Hari Sasangka dan Lily Roswita dalam bukunya yang berjudul Hukum Pembuktian Dalam Perkara Pidana, menyatakan bahwa pengertian alat bukti adalah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan suatu perbuatan, dimana dengan alat-alat bukti tersebut, dapat dipergunakan sebagai bahan pembuktian 29 M. Yahya Harahap, Op.Cit., hal. 274. Universitas Sumatera Utara guna menimbulkan keyakinan hakim atas kebenaran adanya suatu tindak pidana yang telah dilakukan terdakwa. 30 Menurut M. Yahya Harahap, dalam bukunya Hukum Acara Perdata menyatakan bahwa alat bukti adalah suatu hal berupa bentuk dan jenis yang dapat membantu dalam hal memberi keterangan dan penjelasan tentang sebuah masalah perkara untuk membantu penilaian hakim di dalam pengadilan. 31 Sedangkan menurut kamus hukum, alat bukti adalah alat yang sudah ditentukan di dalam hukum formal yang dapat digunakan sebagai pembuktian di dalam acara persidangan. Berarti, di luar dari ketentuan tersebut tidak dapat digunakan sebagai alat bukti yang sah. 32 Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan di sidang pengadilan. Alat bukti dikenal dalam setiap hukum acara, baik hukum acara perdata, hukum acara pidana, maupun hukum acara lainnya yang berlaku di Indonesia. Dalam hukum acara perdata, alat bukti yang sah adalah bukti surat, bukti saksi, persangkaan, pengakuan, dan sumpah. Sedangkan dalam hukum acara pidana, dalam pasal 184 ayat 1 KUHAP, alat bukti yang sah adalah keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa. 33 Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan. 34 30 Pengertian dari surat menurut hukum acara pidana tidak secara definitif diatur dalam satu pasal khusus, namun dari beberapa pasal dalam http:www.sarjanaku.com201212pengertian-alat-bukti-yang-sah-dalam.html diakses pada tanggal 14 November 2016. 31 http:fauzanjauhari.blogspot.co.id201311teori-pembuktian-alat-alat-bukti-dalam.html diakses pada tanggal 14 November 2016. 32 Rocky Marbun, dkk, Op.Cit., hal. 14. 33 Pasal 185 ayat 1 UU No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. 34 Pasal 186 UU No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Universitas Sumatera Utara KUHAP tetang alat bukti surat, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan surat adalah alat bukti tertulis yang harus dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah. Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena persesuaiannya, baik antara satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya. 35 Keterangan Terdakwa ialah apa yang terdakwa nyatakan di sidang tentang perbuatan yang ia lakukan atau yang ia ketahui sendiri dan alami sendiri. 36

5. Pengertian Tindak Pidana Korupsi