perpindahan masyarakat mendekati pantai walau kondisi sarat dengan konflik, Raja Luka Hutagalung akhirnya digelari dengan julukan Tuanku Dorong.
Tuanku Dorong memulai penataan pemukiman sejak tanggal 02 April 1700 kemudian melengkapi pemukiman Raja dan Parripe penduduk
tersebut sesuai dengan syarat - syarat sebagaimana lazimnya orang batak saat mendirikan pemukiman Mamukka Huta – bahasa Batak. Yang mana
kelengkapannya antara lain : a
Raja b
Panglima c
Datu Nama pemukiman tersebut dahulunya disebut Huta ni Si Balga kampung
si Balga. Namun karena faktor – faktor dialek bahasa mengakibatkan terjadinya perbedan ucapan,yakni;
Si Balga berubah menjadi SiBolga dalam bahasa Batak
Sibolga berubah menjadi Siboga dalam bahasa pesisir
Sibougah dalam bahasa Belanda dan Inggris
Sibaruga dalam bahasa Jepang
3.2. Letak Geografis Sibolga
Kota Sibolga terletak pada 1 44
’
Lintang Utara dan 98 47’ Bujur Timur.
Sebelah utara, timur, selatan dan barat berbatasan dengan kabupaten Tapanuli Tengah. Luas wilayah Sibolga seluas 3.536 Ha yang terdiri dari 1.126,67 Ha
daratan Sumatera, 238,32 Ha daratan kepulauan dan 2,171,01 Ha lautan.
Universitas Sumatera Utara
3.3. Demografi Penduduk
Jumlah penduduk Kota Sibolga menurut sensus penduduk tahun 2008 berjumlah 94.614 jiwa yang terdiri dari 47.420 jiwa penduduk laki-laki dan
47.194 jiwa penduduk perempuan serta 20.565 rumah tangga. Sedangkan hasil sensus penduduk tahun 2000 berjumlah 82.310 jiwa, dengan demikian rata-rata
laju pertumbuhan penduduk per tahun 2000-2008 mencapai 1.99. Bila dibandingkan dengan luas Kota Sibolga 10,77 Km, maka rata-rata tingkat
kepadatan penduduknya mencapai 8.785 jiwa per km dan rata-rata sebanyak 5 jiwa di setiap rumah tangga. Dilihat menurut agama yang dianut berdasarkan hasil
sensus penduduk 2000, penduduk Sibolga sebagian besar adalah beragama Islam 58,46 kemudian Protestan 32,26, Katholik 5,21, Budha 3,67 dan sisanya
Hindu dan lainnya sebanyak 0,3. 3.4. Sistem Kekerabatan
Sistem dan organisasi kemasyarakatan terkait dengan peran manusia sebagai makhluk sosial atau makhluk individu yang tidak dapat melepaskan diri
dari hubungan dengan manusia lain. Sebagai akibat dari hubungan yang terjadi di antara individu-individu manusia kemudian lahir kelompok-kelompok sosial
social group yang dilandasi oleh kesamaan kepentingan bersama. Kota Sibolga terdiri dari beberapa etnis yang mendiami hal ini membuat sistem kekerabatan di
Sibolga berbeda-beda.
a. Untuk etnis batak
Orang batak yang ada di Sibolga, sistem kekerabatan yang diterapkan adalah Dalihan Na Tolu. Pengertian dalihan natolu adalah satuan tungku tempat
memasak yang terdiri dari tiga batu. Pada zamannya, kebiasaan masyarakat Batak
Universitas Sumatera Utara
memasak di atas tiga tumpukan batu dengan bahan bakar kayu. Tiga tungku itu, dalam bahasa Batak disebut dalihan. Falsafah dalihan natolu paopat sihal-sihal
dimaknakan sebagai kebersamaan yang cukup adil dalam kehidupan masyarakat Batak. tiga tungku yang disebut sebagai Dalihan ini bermakna tiga unsur
kekerabatan yakni Hula-Hula, Boru dan Dongan Tubu.
b. Untuk etnis pesisir