Potensi Objek Wisata Museum Simalungun Kota Pematangsiantar Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan

(1)

POTENSI OBJEK WISATA MUSEUM SIMALUNGUN KOTA

PEMATANGSIANTAR UNTUK MENINGKATKAN

KUNJUNGAN WISATAWAN

KERTAS KARYA

OLEH

YOLANDA LUMBANTOBING

082204091

PROGRAM STUDI D3 PARIWISATA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

POTENSI OBJEK WISATA MUSEUM SIMALUNGUN KOTA

PEMATANGSIANTAR UNTUK MENINGKATKAN

KUNJUNGAN WISATAWAN

OLEH

YOLANDA LUMBANTOBING

082204091

Dosen Pembimbing

,

Dosen Pembaca,

Drs. Jhonson Pardosi, M.Si

Drs. Haris Sutan Lubis, M.SP


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kertas Karya

: POTENSI OBJEK WISATA

MUSEUM SIMALUNGUN KOTA

PEMATANGSIANTAR UNTUK

MENINGKATKAN KUNJUNGAN

WISATAWAN

Oleh

: Yolanda Lumantobing

NIM

: 082204091

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A.

NIP. 19511013 197603 1 001

PROGRAM STUDI D3 PARIWISATA

Ketua,

Arwina Sufika, S.E., M.Si.

NIP. 19640821 199802 2 001


(4)

ABSTRAK

Indonesia memiliki keindahan alam yang dihuni oleh berbagai etnik dengan keragaman budaya yang khas dan sangat mendukung pengembangan sektor kepariwisataan. Akan tetapi, sampai saat ini semua potensi dan kekayaan tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal. Hal ini didukung dengan banyaknya berbagai atraksi dan objek wisata di Indonesia yang masih memerlukan sentuhan tangan-tangan para profesional di bidang kepariwisataan.

Dalam rangka meningkatkan salah satu kepariwisataan yang ada di Sumatera Utara, kertas karya ini mengamati tentang pemgembangan potensi yang ada di Museum Simalungun sebagai salah satu objek wisata di Kota Pematangsiantar.

Melalui penelitian ini, dapat diketahui potensi Museum Simalungun yang pantas untuk dikembangkan sebagai wisata budaya agar dapat menarik kunjungan wisatawan dalam dan luar negeri. Selain itu, museum juga berfungsi sebagai tempat menyimpan benda-benda purbakala bangsa Simalungun pada zaman dahulu. Jadi, usaha pemgembangan Museum Simalungun sangat bergantung pada peranan dari berbagai pihak baik dari pemerintah maupun masyarakat.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkat dan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini yang merupakan salah satu syarat bagi penulis meraih gelar Ahli Madya Pariwisata Fakultas Sastra USU Medan. Adapun judul dari kertas karya ini adalah : POTENSI OBJEK WISATA MUSEUM SIMALUNGUN KOTA PEMATANGSIANTAR UNTUK MENINGKATKAN KUNJUNGAN WISATAWAN .

Penulis menyusun kertas karya ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana potensi objek wisata Museum Simalungun dikembangkan oleh Pemerintah dan Masyarakat untuk meningkatkan kunjungan wisatawan. Informasi yang penulis paparkan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya agar pembaca mendapatkan informasi yang jelas dan semoga kertas karya ini juga bermanfaat memberikan sedikit pengetahuan bagi pembaca.

Dalam hal ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Sastra Universita Sumatera Utara.

2. Ibu Arwina Sufika, S.E., M.Si, selaku Ketua Jurusan Program Studi D3 Pariwisata Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Solahuddin Nasution, S.E., MSP, selaku Dosen Koordinator Praktek Bidang Keahlian Usaha Wisata Program Studi Pariwisata Fakultas Sastra USU Medan.


(6)

4. Bapak Drs. Jhonson Pardosi, M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan masukan, petunjuk dan arahan kepada penulis dalam penyusunan kertas karya ini.

5. Bapak Drs. Haris Sutan Lubis, M.SP, selaku dosen pembaca yang telah memberikan arahan kepada penulis dalam penyusunan kertas karya ini.

6. Seluruh staff / Dosen Program Studi Pariwisata, Fakultas Sastra USU Medan yang telah membimbing penulis selama perkuliahan.

7. Kedua orangtua yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun materil sehingga mempermudah penulis menyelesikan kertas karya ini. 8. Pengawas dan karyawan Kantor Yayasan Museum Simalungun

Pematangsiantar yang telah membantu penulis dalam memperoleh data-data. 9. Untuk teman dan sahabat serta rekan-rekan UW 08 yang telah banyak

memberi dukungan kepada penulis.

Kertas karya ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan kata maupun penyampaian informasi. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk menyempurnakan kertas karya ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Maret 2011 Penulis,

Yolanda Lumbantobing 082204091


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ...iii BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1... L

atar Belakang ... 1

1.2... P embatasan Masalah ... 3

1.3... T ujuan Penelitian ... 4

1.4... M anfaat Penulisan ... 4

1.5... M etode Penelitian ... 5

1.6... S itematika Penulisan ... 5

BAB II PEMBAHASAN TEORI ... 7 2.1... P


(8)

2.2... P ariwisata Secara Umum ... 7

2.3... P engertian Pariwisata ... 8

2.3.1...I lmu Pariwisata ... 9

2.3.2...I ndustri Pariwisata Menurut Para Ahli ... 9

2.3.3...W isatawan ... 12

2.4... B erbagai Macam Bentuk Wisata ... 13

2.5... P roduk Industri Pariwisata ... 15

2.6... O bjek dan Daya Tarik Wisata ... 18

2.7... P engertian Kebudayaan ... 21

2.8... P ariwisata Budaya (Cultural Tourism) ... 24

2.9... P engertian Museum ... 25


(9)

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG PEMATANGSIANTAR ... 27 3.1... K

ota Pematangsiantar Secara Umum ... 27

3.2... S ejarah Singkat Kota Pematangsiantar ... 29

3.3... L etak Geografis ... 33

3.4... K ependudukan ... 34

3.5... S arana dan Prasarana ... 36

3.5.1...P endidikan ... 36

3.5.2...T ransportasi ... 37

BAB IV POTENSI OBJEK WISATA MUSEUM SIMALUNGUN KOTA PEMATANGSIANTAR UNTUK MENINGKATKAN KUNJUNGAN WISATAWAN ... 39 4.1... S

ejarah Museum Simalungun ... 39

4.2... L okasi Museum Simalungun ... 43


(10)

4.3... P otensi Museum Simalungun ... 44

4.3.1...P engembangan Museum Simalungun Sebagai Objek Wisata ... 52

4.3.2...R encana / Sasaran dalam Pengembangan Museum

Simalungun untuk Meningkatkan Kunjungan

Wisatawan ... 54

4.3.3...P eranan Pemerintah dan Masyarakat dalam

Pengembangan Museum Simalungun ... 55

4.3.3.1...P eran Pemerintah ... 55

4.3.3.2...P eran Masyarakat ... 58

4.3.4...D ata Kunjungan Wisatawan di Museum Simalungun ... 59

BAB V PENUTUP ... 63 5.1... K


(11)

5.2... S aran ... 63

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

ABSTRAK

Indonesia memiliki keindahan alam yang dihuni oleh berbagai etnik dengan keragaman budaya yang khas dan sangat mendukung pengembangan sektor kepariwisataan. Akan tetapi, sampai saat ini semua potensi dan kekayaan tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal. Hal ini didukung dengan banyaknya berbagai atraksi dan objek wisata di Indonesia yang masih memerlukan sentuhan tangan-tangan para profesional di bidang kepariwisataan.

Dalam rangka meningkatkan salah satu kepariwisataan yang ada di Sumatera Utara, kertas karya ini mengamati tentang pemgembangan potensi yang ada di Museum Simalungun sebagai salah satu objek wisata di Kota Pematangsiantar.

Melalui penelitian ini, dapat diketahui potensi Museum Simalungun yang pantas untuk dikembangkan sebagai wisata budaya agar dapat menarik kunjungan wisatawan dalam dan luar negeri. Selain itu, museum juga berfungsi sebagai tempat menyimpan benda-benda purbakala bangsa Simalungun pada zaman dahulu. Jadi, usaha pemgembangan Museum Simalungun sangat bergantung pada peranan dari berbagai pihak baik dari pemerintah maupun masyarakat.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pariwisata merupakan salah satu penghasil devisa negara, karena itu berbagai cara dilakukan oleh banyak negara untuk menarik lebih banyak lagi arus wisatawan. Pengembangan kepariwisataan dewasa ini sedang giat-giatnya dikembangkan oleh sebagian besar negara termasuk Indonesia.

Perjalanan pariwisata terjadi akibat dari berbagai macam dorongan-dorongan/ motivasi untuk melakukan perjalanan wisata seperti kepentingan bisnis, sosial, budaya, politik, agama, kesehatan, dan lain-lain. Dalam kertas karya ini penulis akan membahas mengenai pariwisata budaya. Salah satu tujuan daripada pariwisata nasional adalah untuk memperkenalkan kebudayaan, keindahan alam, dan kepribadian bangsa, sekaligus membuka lapangan pekerjaan untuk menambah pendapatan masyarakat. Pengembangan pariwisata di Sumatera Utara kaya akan objek-objek wisata dimana setiap daerah memiliki masing-masing potensi yang perlu untuk dikembangkan. Potensi pariwisata itu perlu dikembangkan dan diperkenalkan kepada masyarakat dalam rangka memupuk rasa cinta kepada tanah air serta mempererat persatuan dan kesatuan bangsa.

Kota Pematangsiantar merupakan kota kedua terbesar di Sumatera Utara, terletak 128 Km ke arah Selatan dari Medan. Sepanjang perjalanan Medan-Pematangsiantar banyak terdapat perkebunan karet, cokelat, teh, dan kelapa sawit. Di kota ini juga terdapat peninggalan-peninggalan budaya asli seperti Rumah adat


(14)

Simalungun yang usianya lebih dari 200 tahun dan terdapat pula Museum Simalungun yang akan penulis bahas lebih lanjut.

Museum Simalungun Pematangsiantar terletak di jalan Jendral Sudirman berseberangan dengan kantor pos. Bangunannya yang khas dan unik dengan arsitektur Simalungun, kaya dengan ornamen-ornamen. Di museum ini terdapat benda-benda purbakala suku Simalungun, jenisnya bermacam-macam seperti : alat-alat pertanian, alat-alat-alat-alat tenun, perhiasan, pakaian adat dan aksesorisnya, alat-alat-alat-alat untuk upacara ritual, alat perang yaitu senjata tradisional dan bedil panuras senjata api buatan Portugis. Di samping itu juga terdapat daftar-daftar pustaha (pustaka) tentang perbintangan, pertabiban, pertanian dan sebagainya.

Masih banyak orang beranggapan bahwa museum adalah sebuah gudang tempat menyimpan barang-barang kuno, rongsokan, kotor dan tidak menarik. Padahal museum merupakan lembaga dan tempat yang penting untuk melestarikan benda-benda yang mempunyai nilai-nilai sejarah dan budaya. Kertas karya ini diharapkan dapat menimbulkan kesadaran akan pentingnya warisan budaya yang pernah ada ratusan tahun yang lalu. Dengan kecintaan terhadap budaya sendiri dan semangat pembangunan yang terus-menerus dilakukan, maka niscaya Museum Simalungun akan berkembang dan menarik banyak wisatawan baik domestik maupun mancanegara.

Keterlibatan masyarakat dalam sektor pariwisata merupakan salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan, karena masyarakat ikut berperan serta. Keterlibatan masyarakat menentukan berhasil tidaknya pengembangan kepariwisataan, yakni


(15)

dengan adanya suatu kerja sama yang terarah, sehingga menimbulkan hasil yang diharapkan.

Penulis telah membaca beberapa penelitian dan artikel-artikel yang membahas mengenai Museum Simalungun ini diantaranya, Sejarah Perkembangan Museum di Indonesia oleh Rochtri (2010) yang membahas masalah mengenai perkembangan museum-museum yang ada di Indonesia dan sejarah didirikannya museum tersebut. Selain itu, ada juga artikel yang berjudul Museum Simalungun: Objek wisata yang Mati Suri oleh RS Manihuruk (2009). Artikel ini membahas masalah kerusakan museum dari segi benda-benda peninggalan yang tidak dirawat. Berdasarkan permasalahan di atas, belum ada yang mengkaji tentang potensi yang ada di objek wisata Museum Simalungun untuk meningkatkan kunjungan wisatawan.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian guna mengetahui potensi yang ada pada Museum Simalungun agar dapat dikembangkan oleh pihak pemerintah maupun masyarakat Kota Pematangsiantar untuk meningkatkan kunjungan wisatawan. Hal ini yang merupakan dorongan kepada penulis untuk memilih judul POTENSI OBJEK WISATA MUSEUM SIMALUNGUN KOTA PEMATANGSIANTAR UNTUK MANINGKATKAN KUNJUNGAN WISATAWAN .

1.2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang pemilihan judul yang telah diuraikan di atas, penulis mencoba untuk memberikan batasan terhadap permasalahan. Dalam penulisan kertas karya ini, penulis mencoba membatasi masalah, yaitu: bagaimana mengembangkan


(16)

potensi objek wisata Museum Simalungun oleh pihak pemerintah maupun masyarakat dalam meningkatkan kunjungan wisatawan?

Penulis membatasi masalah dengan tujuan agar tidak terjadi kesulitan dan penyimpangan dalam menyusun kertas karya ini.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pembatasan masalah yang penulis uraikan sebelumnya, maka tujuan dari pembatasan tersebut adalah untuk mengembangkan potensi objek wisata Museum Simalungun oleh pihak pemerintah maupun masyarakat dalam meningkatkan kunjungan wisatawan.

1.4. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat-manfaat yang diharapkan dari penyusunan kertas karya ini adalah: 1. Kertas karya ini disusun untuk memenuhi syarat guna menyelesaikan

perkuliahan pada Fakultas Sastra Program Study Pariwisata Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Kertas karya ini juga akan penulis gunakan sebagai bahan pertanggungjawaban kepada para dosen.

3. Agar dapat dijadikan sebagai bahan bacaan bagi para mahasiswa-mahasiswa yang menginginkan bacaan mengenai objek wisata Museum Simalungun.

4. Untuk menambah informasi wisatawan domestik maupun mancanegara selama mengunjungi objek wisata tersebut.


(17)

5. Sebagai langkah dasar dalam upaya pencapaian tingkat intelektual pribadi penulis maupun memberikan manfaat bagi masyarakat luas.

1.5. Metode Penelitian

Dalam penyusunan kertas karya ini, penulis mencoba mengumpulkan berbagai data baik secara langsung maupun tidak langsung, bersumber dari berbagi pihak. Untuk lebih jelasnya penulis menempuh berbagai cara, yaitu:

1. Library Research

Berdasarkan penelitian perpustakaan yaitu dengan cara membaca buku-buku perpustakaan maupun diktat-diktat yang penulis peroleh selama menjalani perkuliahan di Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Field Research

Penelitian ini merupakan penelitian ke objek wisata Museum Simalungun secara langsung dengan pimpinan daerah setempat maupun masyarakat sehingga berbagai data dan keterangan dapat diperoleh.

1.6. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan kertas karya adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam hal ini penulis menguraikan latar belakang, batasan masalah, tujuan penulisan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.


(18)

Dalam bab ini penulis memaparkan tentang bahasan teori mengenai Pariwisata serta Objek dan Daya Tarik Wisata.

BAB III : GAMBARAN UMUM KOTA PEMATANGSIANTAR

Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang kota Pematangsiantar secara umum, letak geografis, penduduk, sistem mata pencaharian, serta sarana dan prasarana lainnya.

BAB IV : PEMBAHASAN MASALAH

Dalam bab ini penulis akan menguraikan mengenai sejarah objek, penjelasan mengenai kondisi fisik museum, potensi objek, serta peranan pemerintah dan masyarakat dalam mengembangkan objek wisata Museum Simalungun Kota Pematangsiantar.

BAB V : PENUTUP


(19)

BAB II

PEMBAHASAN TEORI

2.1. Potensi Pariwisata

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata Potensi berarti kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan; kekuatan; kesanggupan; daya. Sedangkan kata Pariwisata mempunyai arti segala yang berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi; pelancongan; turisme.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian Potensi Pariwisata adalah kemampuan, kesanggupan, kekuatan, dan daya untuk mengembangkan segala sesuatu yang berhubungan dengan perjalanan, pelancongan, atau kegiatan pariwisata lainnya dalam hal ini pengembangan produk objek dan daya tarik wisata.

2.2. Pariwisata Secara Umum

Perkembangan kepariwisataan yang ada dalam suatu negara dapat meningkatkan devisa bagi negaranya dan bertujuan untuk mensejahterakan rakyatnya. Seiring dengan perkembangan kepariwisataan yang terjadi saat ini, setiap negara telah melakukan perubahan-perubahan yang positif demi meningkatkan produk pariwisata yang akan mereka jual. Pernyataan tersebut didukung oleh teori:

Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1969, khususnya Bab II Pasal 3 yang menyebutkan bahwa tujuan pengembangan pariwisata di Indonesia yaitu: Usaha-usaha pengembangan pariwisata di Indonesia merupakan suatu industri pariwisata dan merupakan bagian dari usaha pengembangan serta pembangunan kesejahteraan masyarakat dan Negara. (Yoeti, 1996:151).


(20)

Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan beberapa tujuan pengembangan kepariwsataan di Indonesia, yaitu:

1. Meningkatkan pendapatan bagi negara (devisa) pada umumnya, perluasan kesempatan berusaha serta lapangan kerja, dan mendorong kegiatan-kegiatan industri penunjang dan industri sampingan lainnya.

2. Memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan Indonesia.

3. Meningkatkan rasa persaudaraan dan persahabatan nasional maupun internasional.

Tujuan di atas jelas terlihat bahwa industri pariwisata dikembangkan di Indonesia dalam rangka mendatangkan dan meningkatkan devisa negara (state revenue). Jadi, segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan kepariwisataan dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan devisa negara.

2.3. Pengertian Pariwisata

Membina dan meningkatkan kesadaran masyarakat di bidang kepariwisataan, dibutuhkan penyebarluasan berbagai pengertian terkait dengan istilah-istilah yang sering digunakan dalam dunia kepariwisataan. Hal tersebut sangat penting sebagai sarana untuk menambah wawasan. Segala yang berhubungan dengan pariwisata adalah: pengertian mengenai pariwisata dan apa saja yang dibutuhkan oleh para wisatawan. Hal ini sangat penting demi perkembangan pariwisata nasional, karena


(21)

masyarakat bersinggungan dengan dunia pariwisata sekaligus mendapat pelajaran, baik secara langsung maupun tidak langsung.

2.3.1. Ilmu Pariwisata

Terdapat pengertian-pengertian mengenai pariwisata yang menitikberatkan kepada kegiatan berwisata dengan tujuan untuk bersenang-senang. Tetapi konsep dalam ilmu pariwisata seharusnya didasari atas moral sehingga tercipta suatu tata krama yang baik selama melakukan perjalanan ke suatu negara/ wilayah. Pernyataan ini didukung oleh pengertian pariwisata berikut:

Secara etimologi, pariwisata berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu kata Pari yang berarti halus maksudnya mempunyai tata krama tinggi dan wisata yang berarti kunjungan atau perjalanan untuk melihat, mendengar, menikmati dan mempelajari sesuatu. Jadi pariwisata berarti menyuguhkan suatu kunjungan secara bertata krama dan berbudi. (Syafie, 2009:15).

Menurut uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ilmu pariwisata adalah ilmu yang mempelajari bagaimana suatu negara baik pemerintahnya menyuguhkan segala keperluan tamu-tamu mereka yang akan datang berkunjung melihat keindahan pemandangan alam, atau sejarah bangsa dan menikmati seni budaya bangsa tersebut secara bertata krama dan halus berbudi dalam arti agamis.

2.3.2. Industri Pariwisata Menurut Para Ahli

Industri Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selain itu, sebagai sektor yang kompleks, pariwisata juga merealisasi industri-industri pendukung seperti cinderamata, akomodasi dan transportasi.


(22)

Ada beberapa pengertian industri pariwisata menurut para ahli sebagai pendukung pengertian di atas, antara lain : Pernyataan Yoeti, mengatakan bahwa industri pariwisata merupakan gabungan dari keseluruhan perusahaan-perusahaan yang menghasilkan produk baik berupa barang maupun jasa yang diperuntukkan bagi wisatawan selama melakukan perjalanannya.

Industri Pariwisata adalah kumpulan dari macam-macam perusahaan yang secara bersama-sama menghasilkan produk barang dan jasa (goods and services) yang dibutuhkan para wisatawan pada khususnya dan traveler pada umumnya selama dalam melakukan perjalanannya. (Yoeti 1982: 140).

Kusudianto (1996: 11), juga mengemukakan pendapatanya tentang pengertian Industri Pariwisata yang merupakan suatu susunan kegiatan dalam organisasi pemerintahan maupun swasta yang berfungsi untuk memasarkan hasil produk wisata bagi wisatawan. Pernyataan tersebut didukung oleh teori :

Industri Pariwisata yang merupakan suatu susunan organisasi, baik pemerintah maupun swasta yang terkait dalam pengembangan, produksi dan pemasaran produk suatu layanan yang memenuhi kebutuhan dari orang yang sedang bepergian .

Teori di atas juga didukung oleh pernyataan yang dikemukakan Damardjati, bahwa industri pariwisata merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan produk wisata yang akan digunakan wisatawan baik secara langsung maupun tidak langsung. Teori tersebut adalah:

Damardjati, mendefinisikan Industri pariwisata adalah rangkuman dari berbagai macam yang secara bersama-sama menghasilakan produk-produk/ jasa-jasa/ layanan-layanan atau services, yang nantinya baik secara langsung maupun tidak langsung akan dibutuhkan oleh wisatawan selama perlawatannya. (dalam Yoeti, 1982: 141).


(23)

Selanjutnya, menurut pendapat Hunzieker dari Bern University (dalam Yoeti, 1982: 141), diambil kesimpulan bahwa setiap hasil produksi baik berupa barang maupun jasa merupakan kegiatan bisnis yang diperuntukkan bagi wisatawan. Pernyataan tersebut terdapat dalam teori: Tourism enterprises are all business entities which by combining various means of production, provide goods and services of a specially tourist nature .

Artinya: Industri pariwisata merupakan seluruh kegiatan bisnis yang menggabungkan berbagai macam hasil produksi berupa barang dan jasa, khususnya bagi para wisatawan

Pernyataan L. J. Lickorish dan A. C. Kershaw (British Travel Association), merangkum beberapa pendapat di atas yang mengelompokkan industri pariwisata ke dalam tiga bagian secara jelas. Pernyataan tersebut adalah:

Tourist enterprises are all those traders together satisfy the need of travelers . a. Primary enterprises, cater to need for transportation, accommodation and

good and travel preparation (Travel Agent, Tour Operator, etc).

b. Secondary enterprises, tourism enterprises provide souvenir and other tourist supplies, entertainment and activities, insurances, banking services, etc. c. Also include in this group are supplier to primary tourist enterprises, public

utilities and enterprise engaged in tourism promotion, advertising agencies and consulting services to other tourist enterprises

Artinya: Industri pariwisata adalah keseluruhan para penjual produk wisata yang bersama-sama memberikan kepuasan kepada wisatawan.

a. Industri pokok, melayani dalam hal transportasi, penginapan dan makanan serta persiapan perjalanan (Travel Agent, Tour Operator, dan lain-lain).

b. Industri tambahan, industri pariwisata yang menyediakan souvenir serta kebutuhan lainnya, hiburan, asuransi, pelayanan bank, dan lainnya.

d. Juga termasuk dalam kelompok penyedia pada industri pokok pariwisata, keperluan masyarakat, dan industri yang menangani promosi pariwisata, agen periklanan, dan konsultan jasa pelayanan pada industri pariwisata lainnya. (dalam Yoeti, 1982: 143).


(24)

Pandangan mengenai pengertian pariwisata, sehingga dapat disimpulkan bahwa Industri Pariwisata adalah suatu industri yang berusaha mengembangkan kualitas dari produk pariwisata (goods and service) baik dari segi transportasi, akomodasi, hingga urusan cenderamata yang dapat memuaskan para wisatawan selama melakukan perjalanan. Jadi, kepuasan wisatawan sangat tergantung kepada kualitas produk dan jasa yang dijual.

2.3.3. Wisatawan

Seseorang atau sekelompok orang yang melakukan suatu perjalanan wisata disebut dengan wisatawan (tourist), jika lama tinggalnya sekurang-kurangnya 24 jam di daerah atau negara yang dikunjungi. Apabila mereka tinggal di daerah atau negara yang dikunjungi dengan waktu kurang dari 24 jam maka mereka disebut pelancong (excurtionist). Batasan-batasan wisatawan secara umum yaitu:

Pengunjung (visitors), yaitu setiap orang yang datang ke suatu daerah atau tempat tinggal lain dan biasanya dengan maksud apapun kecuali untuk melakukan pekerjaan yang menerima upah. Jadi ada dua kategori mengenai sebutan pengunjung, yaitu: Wisatawan (tourist) dan Pelancong (excurtionist).

Wisatawan adalah pengunjung yang tinggal sementara, sekurang-kurangnya 24 jam di suatu negara. Wisatawan dengan maksud perjalanan wisata dapat digolongkan menjadi Pesiar (leasure), yang melakukan perjalanan untuk keperluan rekreasi, liburan, kesehatan, studi, keagamaan dan olahraga. Selain itu ada juga wisatawan yang bepergian karena alasan hubungan dagang, sanak saudara, konferensi, misi, dan sebagainya.


(25)

Pelancong (excurtionist) adalah pengunjung sementara yang tinggal di suatu negara yang dikunjungi dalam waktu kurang dari 24 jam. (Suwantoro, 1997: 4).

2.4. Berbagai Macam Bentuk Wisata

Pariwisata memiliki berbagai macam bentuk kegiatan wisata yang dapat disesuaikan dengan minat ataupun kebutuhan wisatawan. Kegiatan wisata yang dilakukan memiliki tujuan tertentu yang mendatangkan manfaat tersendiri bagi masing-masing wisatawan.

Ada beberapa macam perjalanan wisata bila ditinjau dari berbagai macam segi: 1. Dari segi jumlahnya, wisatawan dibedakan atas:

a. Individual Tour (wisatawan perorangan), yaitu suatu perjalanan wisata yang dilakukan oleh satu orang atau sepasang suami-isteri.

b. Family Group Tour (wisata keluarga), yaitu suatu perjalanan wisata yang dilakukan oleh serombongan keluarga yang masih mempunyai hubungan kekerabatan satu sama lain.

c. Group Tour (wisata rombongn), yaitu suatu perjalanan wisata yang dilakukan bersama-sama dengan dipimpin oleh seorang yang bertanggung jawab atas keselamatan dan kebutuhan anggotanya. Biasanya paling sedikit 10 orang, dengan dilengkapi diskon dari perusahaan principal bagi orang yang kesebelas. Potongan ini berkisar antara 25 hingga 50 % dari ongkos penginapan atau penerbangan.

2. Dari segi kepengaturannya, wisata dibedakan atas:

a. Pra-arranged Tour (wisata berencana), yaitu suatu perjalanan wisata yang jauh hari sebelumnya telah diatur segala sesuatunya, baik transportasi, akomodasi maupun objek-objek yang akan dikunjungi.

b. Package Tour (paket wisata), yaitu perusahaan Biro Perjalanan Wisata yang telah bekerja sama menyelenggarakan paket wisata yang mencakup biaya perjalanan, hotel, ataupun fasilitas lainya yang merupakan suatu komposisi perjalanan yang disusun guna memberikan kemudahan dan kepraktisan dalam melakukan perjalanan wisata.

c. Coach Tour (wisata terpimpin), yaitu suatu paket perjalanan ekskursi yang dijual oleh biro perjalanan dengan dipimpin oleh seorang pemandu wisata dan merupakan perjalanan wisata yang dilakukan secara rutin, dalam jangka waktu yang telah ditetapkan dan dengan rute perjalanan yang tertentu pula.


(26)

d. Special Arranged Tour (wisata khusus), yaitu suatu perjalanan wisata yang disusun secara khusus guna memenuhi permintaan seorang langganan atau lebih sesuai keinginannya.

e. Optional Tour (wisata tambahan), yaitu suatu perjalanan wisata tambahan di luar pengaturan yang telah disusun dan diperjanjikan pelaksanaannya, yang dilakukan atas permintaan pelanggan.

3. Dari segi maksud dan tujuan, wisata dibedakan atas:

a. Holiday Tour (wisata liburan), yaitu suatu perjalanan wisata yang diselenggarakan dan diikuti oleh anggotanya guna berlibur, bersenang-senang, dan menghibur diri.

b. Familiarization Tour (wisata pengenalan), yaitu suatu perjalanan yang dimaksudkan guna mengenal lebih lanjut bidang atau daerah yang mempunyai kaitan dengan pekerjaanya.

c. Educational Tour (wisata pendidikan), yaitu suatu perjalanan wisata yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran, studi perbandingan ataupun pengetahuan mengenai bidang kerja yang dikunjunginya.

d. Scientific Tour (wisata pengetahuan), yaitu perjalanan wisata yang tujuan pokoknya adalah untuk memperoleh pengetahuan dan penyelidikan terhadap sesuatu bidang ilmu pengetahuan.

e. Pileimage Tour (wisata keagamaan), yaitu perjalanan wisata yang dimaksudkan guna melakukan ibadah keagamaan.

f. Special Mission Tour (wisata kunjungan khusus), yaitu suatu perjalanan wisata yang dilakukan dengan maksud khusus, misalnya misi dagang, kesenian, dan lain-lain.

g. Hunting Tour (wisata perburuan), yaitu suatu kunjungan wisata yang dimaksudkan untuk menyelenggarakan perburuan biantang yang diijinkan oleh penguasa setempat sebagai hiburan semata.

4. Dari segi penyelenggarannya, wisata dibedakan atas:

a. Ekskursi (Excursion), yaitu suatu perjalanan wisata jarak pendek yang ditempuh kurang dari 24 jam guna mengunjungi satu atau lebih objek wisata. b. Safari Tour, yaitu suatu perjalanan wisata yang diselenggarakan secara khusus

dengan perlengkapan maupun peralatan khusus yang tujuan maupun objeknya bukan merupakan objek wisata pada umumnya.

c. Cruise Tour, yaitu perjalanan wisata dengan menggunakan kapal pesiar mengunjungi objek-objek wisata bahari dan objek wisata di darat dengan menggunakan kapal pesiar sebagai basis pemberangkatannya.

d. Youth Tour (wisata remaja), yaitu kunjungan wisata yang diselenggarakan khusus bagi para remaja menurut golongan umur yang ditetapkan negara masing-masing.

e. Marine Tour(wisata bahari), yaitu suatu kunjungn ke objek wisata khususnya untuk menyaksikan keindahan lautan wreck-diving (menyelam) dengan perlengkapan selam lengkap. (Suwantoro, 1997: 14)


(27)

Menurut uraian-uraian di atas, maka dapat disimpulan bahwa motif wisatawan untuk mengadakan perjalanan wisata adalah: akibat dorongan kebutuhan untuk hiburan dan berekreasi; dorongan kebutuhan pendidikan dan penelitian; dorongan kebutuhan keagamaan; dorongan kebutuhan kesehatan; dorongan atas minat terhadap kebudayaan dan kesenian; dorongan atas minat olahraga; dorongan kepentingan hubungan keluarga; dorongan kepentingan politik; dorongan kebutuhan minat khusus seperti wisata bahari, wisata buru, dan lain-lain.

2.5. Produk Industri Pariwisata

Produk dalam ilmu ekonomi adalah sesuatu yang dihasilkan melalui proses produksi. Dalam pengertian ini ditekankan bahwa tujuan akhir dari suatu proses produksi adalah suatu barang (produk) yang dapat digunakan untuk beberapa tujuan guna memenuhi kebutuhan manusia.

Usaha untuk memenuhi kebutuhan manusia, di dalam ilmu ekonomi, dikelompokkan dalam tiga bagian, yaituProduction, Marketing,danConsumption.

1. Production(produksi) adalah suatu rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan penciptaan suatu barang dan jasa dalam bentuk yang diinginkan (Form Utility).

2. Marketing (pemasaran) adalah kegiatan dalam rangka penciptaan yang tidak hanya berhubungan dengan kegunaan tempat (Place Utility) dan kegunaan waktu, tetapi juga penciptaan kegunaan kepemilikan.

3. Consumption, biasa disebut dengan pemakaian, yang tidak lain adalah untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Utility adalah kapasitas suatu barang atau jasa untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia. Produk pariwisata bukanlah produk yang nyata, karena merupakan rangkaian jasa yang tidak hanya bersifat ekonomis, tetapi juga bersifat sosial, psikologis dan alamiah. Walaupun produk pariwisata itu sendiri sebagian besar dipengaruhi oleh faktor ekonomi.


(28)

Jadi kesimpulannya, produk pariwisata merupakan rangkaian dari berbagai jasa yang saling terkait, yaitu jasa yang dihasilkan dari berbagai perusahaan (segi ekonomis), jasa masyarakat (segi sosial/ psikologis), dan jasa alam.

a. Jasa yang disediakan perusahaan antara lain jasa transportasi, akomodasi, pelayanan makanan dan minuman, jasa tour, hiburan, dan sebagainya.

b. Jasa yang disediakan masyarakat dan pemerintah antara lain berbagai prasarana fasilitas umum, kemudahan, keramahtamahan, adat istiadat, seni budaya, dan lain-lain.

c. Jasa yang disediakan alam antara lain pemandangan alam, pegunungan, pantai, gua alam, taman laut, dan sebagainya. Produk pariwisata juga merupakan gabungan dari beberapa komponen, yaitu:

a. Atraksi yang terdapat di suatu Daerah Tujuan Wisata. b. Fasilitas yang tersedia.

c. Aksesibilitas dari dan ke Daerah Tujuan Wisata. Ciri-ciri produk wisata adalah:

1. Hasil atau produk pariwisata tidak dapat dipindahkan. Karena itu dalam penjualannya tidak mungkin produk itu dibawa kepada konsumen. Sebaliknya, konsumen (wisatawan) yang harus dibawa ke tempat dimana produk itu dihasilkan. Hal ini berlainan dengan industri barang dimana hasil dan produknya dapat dipindahkan kemana barang tersebut diperlukan oleh konsumen.

2. Produksi dan konsumsi terjadi pada saat yang sama. Tanpa adanya konsumen yang membeli produk/ jasa maka tidak akan terjadi produksi.

3. Produk wisata tidak menggunakan standar ukuran fisik tetapi menggunakan standar pelayanan yang didasarkan atas suatu kriteria tertentu.

4. Konsumen tidak dapat mencicipi atau mencoba contoh produk itu sebelumnya, bahkan tidak dapat mengetahui atau menguji produk itu sebelumnya.

5. Hasil atau produk wisata itu banyak tergantung pada tenaga manusia dan hanya sedikit yang mempergunakan mesin.

6. Produk wisata merupakan usaha yang mengandung resiko besar. (Suwantoro. 1997: 48).

Produk pariwisata memiliki hubungan yang erat dengan kunjungan wisatawan karena menentukan pembentukan citra (image) yang sangat jelas terlihat dari pola perjalanan wisatawan di suatu negara atau daerah. Kualitas produk/ jasa sangat menentukan kebutuhan dan kepuasan wisatawan selama perjalanannya.


(29)

Seperti yang dikemukakan oleh Medlik dan Middleton (dalam Wahab, 1992: 41) bahwa produk pariwisata adalah semua jasa-jasa (services) yang dibutuhkan wisatawan sejak ia berangkat meninggalkan rumah sampai ia tiba di daerah tujuan wisata yang telah dipilihnya hingga ia kembali ke daerah asalnya.

Adapun produk-produk atau jasa-jasa tersebut adalah : a. Biro Perjalanan Wisata

Memberikan informasi tentang objek wisata yang ada di DTW, dan mengurus dokumen-dokumen perjalanan, serta mengatur rencana perjalanan dan kegiatan-kegiatan pariwisata lainnya.

b. Transportasi darat, laut, dan udara

Memberikan pelayanan kepada wisatawan berupa alat transportasi yang akan membawanya ke DTW yang ia pilih.

c. Jasa akomodasi/ perhotelan, bar, restoran, dan fasilitas lainnya.

d. Jasa transportasi lokal (bus, taksi, coach) dalam melakukan city sight seeing atau excursion pada objek wisata dan atraksi wisata lain.

e. Objek wisata atau atraksi yang terdapat di daerah tujuan wisata sebagai daya tarik agar orang berkenan berkunjung ke daerah tujuan wisata tersebut.

f. Jasa souvenir shop dan handicraft serta shoping center, tempat wisatawan belanja atau membeli buah tangan yang akan dibawa pulang oleh wisatawan. g. Perusahaan pendukung seperti post card, perangko, money changer, bank, dan

lainnya.

Produk industri pariwisata terdiri dari berbagai macam produk, dikemukakan oleh Suwantoro, antara lain:

1. Produk nyata (Tangible Product) yaitu:

a. Prasarana pariwisata (infrastruktur) seperti jalan, bandara, pelabuhan, telekomunikasi, dan lainnya.

b. Sarana pariwisata (superstruktur) seperti hotel, restoran, alat transportasi, dan sebagainya.

c. Objek dan daya tarik wisata seperti sumber daya alam, budaya, sejarah, beserta atraksi-atraksinya.

2. Produk tidak nyata (Intangible Product) yaitu:

a. Service (pelayanan) yaitu sumber daya manusia yang memiliki keahlian dalam teknik pelayanan.

b. Sapta pesona.

Perubahan situasi perekonomian, politik, sikap suatu masyarakat, akan mempengaruhi investasi di bidang pariwisata. Citra pariwisata dan kesan (image)


(30)

perjalanan seorang wisatawan di suatu daerah pada hakikatnya tergantung pada produk wisata yang tersedia. Untuk meningkatkan citra dan mutu produk serta layanan pariwisata diperlukan tenaga-tenaga pengelola dan pelaksana yang profesional baik dikalangan industri pariwisata, daerah-daerah pariwisata maupun instansi yang berkaitan dengan industri pariwisata. (Suwantoro,1997).

2.6. Objek dan Daya Tarik Wisata

Menurut Undang-Undang Kepariwisataan No. 10 tahun 2009 Pasal 1 mengatakan bahwa : daya tarik wisata adalah sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

Dapat disimpulkan beberapa unsur yang terkandung dalam pengertian di atas yaitu: (1) setiap daya tarik wisata memiliki keunikan, keindahan; (2) daya tarik dapat berupa alam, budaya, atau hasil karya manusia yang berseni tinggi dan layak untuk dijadikan suatu produk; (3) yang menjadi sasaran utama adalah wisatawan.

Apabila dibandingkan dengan pengertian objek dan daya tarik wisata menurut Undang-Undang Kepariwisataan No. 9 Tahun 1990 yang menjadi sasaran perjalanan wisata meliputi :

1. Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna, seperti: pemandangan alam, panorama indah, hutan rimba dengan tumbuhan hutan tropis, serta binatang-binatang langka.

2. Karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro (pertanian), wisata tirta (air), wisata petualangan, taman rekreasi, dan tempat hiburan.

3. Sasaran wisata minat khusus, seperti: berburu, mendaki gunung, gua, industri dan kerajinan, tempat perbelanjaan, sungai air deras, tempat-tempat ibadah, tempat-tempat ziarah, dan lain-lain.


(31)

Pada Pasal 1 dalam Undang-Undang Kepariwisataan No. 10 Tahun 2009 dijelaskan pula pengertian kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah, dan pengusaha. Berdasarkan pengertian di atas, dengan demikian dapat dijelaskan pada Pasal 4 bahwa:

Kepariwisataan bertujuan untuk:

a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi; b. Meningkatkan kesejahteraan rakyat; c. Menghapus kemiskinan;

d. Mengatasi pengangguran;

e. Melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya; f. Memajukan kebudayaan;

g. Mengangkat citra bangsa; h. Memupuk rasa cinta tanah air;

i. Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; dan j. Mempererat persahabatan antar bangsa.

Konsep pengertian pariwisata di atas memang sudah cukup untuk menentukan atau menilai apakah suatu daerah dapat dikatakan sebagai Daerah Tujuan Wisata, Tetapi objek wisata tersebut sebaiknya memiliki kriteria-kriteria yang memenuhi syarat serta berpotensi sehingga layak untuk dijual.

Ada tiga kriteria yang menentukan suatu objek wisata dapat diminati wisatawan, yakni:

a. Something To See adalah objek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu yang bias dilihat atau dijadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Dengan kata lain objek tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu untuk menyedot minat dari wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut. b. Something To Do adalah agar wisatawan bisa melakukan sesuatu yang

berguna untuk memberikan perasaan senang, bahagia, relax, berupa fasilitas rekreasi baik arena bermain atau tempat makan, terutama makanan khas dari


(32)

tempat tersebut sehingga mampu membuat wisatawan lebih betah tinggal di sana.

c. Something To Buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang pada umumnya adalah ciri khas atau ikon dari daerah tersebut, sehingga bisa dijadikan sebagai oleh-oleh. (Yoeti 1985:164).

Agar suatu objek wisata dapat dijadikan sebagai salah satu objek wisata yang menarik, maka faktor yang sangat menunjang adalah kelengkapan dari sarana dan prasarana objek wisata tersebut. Karena sarana dan prasarana juga sangat diperlukan untuk mendukung pengembangan objek wisata. Menurut Yoeti dalam bukunya

Pengantar Ilmu Pariwisata (1985: 181), mengatakan:

Prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang, sehingga dapat memberikan pelayanan untuk memuaskan kebutuhan wisatawan yang beraneka ragam.

Prasaran tersebut antara lain:

1. Perhubungan: jalan raya, rel kereta api, pelabuhan udara dan laut, terminal. 2. Instalasi pembangkit listrik dan instalasi air bersih.

3. Sistem telekomunikasi, baik itu telepon, telegraf, radio, televisi, kantor pos, dan lain-lain.

4. Pelayanan kesehatan, baik puskesmas atau rumah sakit.

5. Pelayanan keamanan, baik pos satpam penjaga objek wisata maupun pos-pos polisi untuk menjaga keamanan di sekitar objek wisata.

6. Pelayanan wisatawan, baik berupa pusat informasi atau kantor pemandu wisata.

7. Pom bensin. 8. Dan lain-lain.

Objek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu Daerah Tujuan Wisata. Objek dan daya tarik wisata merupakan salah satu unsur dalam produk pariwisata yang harus mendapat perhatian khusus dari berbagai pihak guna menunjang perkembangan kepariwisataan.

Pengusahaan objek dan daya tarik wisata dikelompokkan ke dalam: a. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam

b. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata budaya c. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata minat khusus


(33)

Dalam kedudukannya yang sangat menentukan itu maka daya tarik wisata harus dirancang dan dibangun secara professional sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang. Membangun suatu objek wisata harus dirancang sedemikian rupa berdasarkan kriteria tertentu.

Umumnya daya tarik suatu objek wisata berdasarkan pada:

a. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan bersih.

b. Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya. c. Adanya ciri khusus/ spesifikasi yang bersifat langka.

d. Adanya sarana/ prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir.

e. Objek wisata alam mempunyai daya tarik karena keindahan alam pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan, dan sebagainya.

f. Objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam suatu objek buah karya manusia pada masa lampau. (Suwantoro, 1997: 20).

2.7. Pengertian Kebudayaan

Kebudayaan erat kaitannya dengan berbagai disiplin ilmu pengetahuan, baik eksakta maupun ilmu-ilmu sosial, karena membicarakan tentang fenomena masyarakat. Kebudayaan adalah seluruh totalitas dari pemikiran, aktivitas, dan hasil karya manusia yang tidak berakar dari dorongan naluri tetapi diperoleh melalui proses belajar. Syafiie, dalam bukunya Pengantar Ilmu Pariwisata (2009: 34) mengutarakan pengertian kebudayaan sebagai berikut:

Kebudayaan dalam Bahasa Inggris adalah Culture dalam Bahasa Latin adalah Colere dan dalan Bahasa Indonesia juga diistilahkan dengan peradaban atau budi yang dalam Bahasa Arab disebut Akhlaq .

Di Indonesia kebudayaan secara etimologi berasal dari kata Sansekerta yaitu Buddhayah , bentuk jamak dari Buddhi (akal) sehingga dikembangkan menjadi budi-daya, yaitu kemampuan akal budi seseorang atau sekelompok manusia.

Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia, dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar.


(34)

Menurut Zoetmulder, kebudayaan adalah perkembangan terpimpin oleh manusia budayawan dari kemungkinan-kemungkinan dan tenaga-tenaga alam terutama alam manusia, sehingga ia merupakan suatu kesatuan yang harmonis.

Kebudayaan mengandung beberapa unsur, dimana dalam setiap masing-masing unsur memiliki hubungan yang saling berkaitan satu sama lain. Terdapat tujuh unsur kebudayaan yang sudah pasti dapat ditemukan di seluruh belahan dunia, baik yang hidup dalam masyarakat pedesaan kecil, maupun masyarakat perkotaan. Unsur-unsur kebudayaan tersebut antara lain:

1. Sistem Religi.

Dalam sistem ini umumnya mengandung sistem tentang kepercayaan dan pandangan manusia tentang dunia alam, hidupnya, maupun maut, dan sebagainya, tentang kesustraan suci/ mitologi seperti pengetahuannya dan hal-hal yang bersifat tabu atau pantangan, dan lain-lain tentang sistem upacara yang bertujuan menjalankan ide-ide yang terkandung dalam sistem kepercayaan. Konsep ini sangat berpengaruh pada pola pikir masyarakat baik secara individu maupun kolektif.

2. Organisasi Sosial.

Dalam hal ini organisasi tidak harus selalu bersifat formal, namun dapat juga bersifat nonformal. Organisasi yang paling kecil dalam masyarakat adalah keluarga atau sistem kekerabatan. Dari organisasi ini setiap anggota masyarakat akan merasa terikat dengan sistem organisasi lain misalnya sistem hukum, sistem perkawinan, organisasi politik, dan sebagainya.

3. Sistem Pengetahuan.

Tiap-tiap suku bangsa di dunia umumnya mempunyai pengetahuan tertentu yang di dapat dari hasil pengalaman dan disimpulkan ke dalam suatu rumusan atau teori tertentu yang mempengaruhi pola pikir masyarakat itu sendiri. Misalnya pengetahuan tentang musim, sifat-sifat dari gejala alam dan bintang, pengetahuan tentang ilmu pengobatan, pengetahuan akan ilmu menghitung angka, mengukur waktu/ tanggal, dan sebagainya.

4. Bahasa.

Bahasa merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia yang berguna agar dapat berinteraksi dengan sesama manusia. Bahasa terdiri dari tiga macam yaitu bahasa lisan, bahasa tulis, dan bahasa isyarat. Bahasa ini juga penting dalam pengembangan kebudayaan, karena tanpa bahasa maka satu masyarakat tidak dapat mengembangkan kebudayaannya.


(35)

5. Sistem Mata Pencaharian Hidup.

Dapat diperinci ke dalam beberapa sub-unsur seperti: perburuan, perladangan, pertanian, peternakan, perdagangan, perkebunan, industri kerajinan, industri pertambangan, industri jasa, dan industri manufaktur. Tiap bagian itu mempunyai wujudnya sebagai sistem budaya yang akan kita sebut adat.

6. Kesenian.

Secara garis besar kesenian dibagi menjadi dua yaitu seni rupa dan seni suara, karena seni hanya dapat dinikmati oleh mata maupun telinga. Seni rupa adalah seni yang dinikmati oleh indra penglihatan atau mata, sedangkan seni suara adalah seni yang dinikmati oleh indra pendengaran atau telinga. Kesenian pada zaman dahulu selalu dikaitkan dengan keagamaan, dan sebagai dasar-dasar rasa keindahan yang diwujudkan dalam motif-motif perhiasan, nyanyian dan tarian rakyat, ataupun simbol-simbol atau lambang akan suatu benda yang akan dilukiskan/ digambar.

7. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi.

Sistem peralatan hidup dan teknologi dari suatu suku bangsa mengandung unsur-unsur khusus, diantaranya mengenai bahan-bahan yang digunakan, cara pembuatannya, tujuan atau manfaat dari alat tersebut. Proses pembuatan dan bentuk peralatan hidup tersebut akan selalu berkembang seiring dengan semakin bertambahnya pengetahuan manusia. Paling sedikit tujuh macam peralatan hidup dalan unsur kebudayaan dalam fisik masyarakat, yaitu: alat-alat produktif (seperti alat untuk memotong, memukul, menggiling, dan sebagainya), senjata, wadah, makanan dan minuman, pakaian, dan perhiasan, tempat berlindung dan perumahan, serta alat-alat transportasi. (Koentjaraningrat, 1969: 79).

Susunan unsur-unsur kebudayaan di atas dibuat dengan sengaja untuk menggambarkan unsur-unsur mulai dari yang paling sukar berubah atau terpengaruh oleh kebudayaan lain, hingga unsur-unsur yang paling mudah berubah atau diganti dengan unsur kebudayaan modern yang berasal dari budaya asing.

Kebudayaan dan pariwisata saling berhubungan erat, karena hubungan yang terjalin antara negara yang satu dengan negara lain dibentuk melalui pariwisata yang merupakan salah satu faktor utama untuk meyebarkan ide-ide atau pengertian tentang kebudayaan. Hubungan kebudayaan dan pariwisata dinyatakan dari penggunaan


(36)

kekayaan budaya yang dijadikan sebagai salah satu daya tarik wisata baik berupa peninggalan sejarah, atraksi budaya, dan sebagainya.

2.8. Pariwisata Budaya (Cultural Tourism)

Pariwisata budaya ditandai oleh adanya rangkaian motivasi seperti keinginan untuk belajar dan studi di pusat-pusat pengajaran dan penelitian, keinginan untuk mempelajari adat-istiadat, kelembagaan, cara hidup rakyat di negara lain, untuk mengunjungi monumen bersejarah peninggalan peradaban masa lalu atau sebaliknya penemuan masa kini, pusat-pusat kesenian, pusat-pusat keagamaan, atau juga keinginan untuk ikut serta dalam festival-festival seni musik, teater, tarian rakyat, dan lain-lain.

Sebagai contoh objek wisata budaya dapat dikategorikan menjadi 8 jenis (Dirjen Pariwisata, 1988: 26), yaitu:

1. Peninggalan sejarah. 2. Museum.

3. Art Gallery. 4. Taman Budaya. 5. Atraksi Seni.

6. Desa kerajinan/ Seni Rupa. 7. Upacara Adat.

8. Perkampungan Tradisional.

Wisata budaya berebeda dengan wisata konvensi yang merupakan perpaduan antara bisnis dan rekreasi dimana unsur wisata hanya sebgai pleasure time (bersenang-senang) sedangkan wisata budaya difokuskan pada studi dan research di samping berekreasi.


(37)

2.8.1. Pengertian Museum

Museum berasal dari kata Latin museion , yaitu kuil untuk sembilan dewi Muse, anak-anak Dewa Zeus yang tugas utamanya adalah menghibur. Museum berkembang menjadi tempat kerja ahli-ahli pikir zaman Yunani kuno, seperti sekolahnya Pythagoras dan Plato. Museum dianggap tempat penyelidikan dan pendidikan filsafat sebagai ruang lingkup ilmu dan kesenian, serta tempat pembaktian diri terhadap ke sembilan Dewi Muse.

Museum merupakan suatu fenomena sosial atau kultural dan mengikuti sejarah perkembangan masyarakat dan kebudayaan yang menggunakan museum itu sebagai prasarana sosial atau kebudayaan.

Seiring perkembangan zaman, gedung museum tersebut yang pada mulanya tempat pengumpulan benda-benda dan alat-alat yang diperlukan bagi penyelidikan ilmu dan kesenian, ada yang berubah menjadi tempat mengumpulkan benda-benda yang dianggap aneh. Perkembangan ini meningkat pada abad pertengahan dimana yang disebut museum adalah tempat benda-benda pribadi milik pangeran, bangsawan, para pencipta seni dan budaya, para pencipta ilmu pengetahuan yang mencerminkan minat atau kesenangan pemiliknya. (Tim Direktorat Museum, 2010).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa museum tidak hanya digunakan sebagai tempat untuk menyimpan benda-benda kuno yang sudah tidak terpakai dalam arti tidak memiliki nilai, tetapi museum memiliki arti yang begitu besar pada setiap negara. Museum mencerminkan sejarah lahirnya suatu negara/ daerah, seperti ungkapan yang sering kita dengar Jangan sekali-kali melupakan sejarah . Melalui


(38)

keberadaan museum, bangsa Indonesia dapat melihat diri dan lingkungannya pada masa lalu yang dapat dijadikan pijakan dalam mengisi kemerdekaan dan melaksanakan pembangunan nasional.


(39)

BAB III

GAMBARAN UMUM TENTANG PEMATANGSIANTAR

3.1. Kota Pematangsiantar Secara Umum

Kota Pematangsiantar adalah salah satu kota di Provinsi Sumatera Utara, dan kota terbesar kedua setelah Medan. Letak Pematangsiantar yang strategis, dilintasi oleh Jalan Raya Lintas Sumatera. Kota Pematangsiantar yang hanya berjarak 128 km dari Medan dan 52 km dari Parapat sering menjadi kota perlintasan bagi wisatawan yang hendak ke Danau Toba. Pematangsiantar merupakan pusat kebudayaan suku Batak Simalungun yang mempunyai fasilitas seperti : Hotel, Restoran, Pasar swalayan, tempat hiburan anak dan objek wisata, seperti : Kebun Binatang, Taman Bunga, Museum Simalungun dan Souvenir Shop. Di kota ini masih banyak terdapat sepeda motor BSA model lama sebagai becak bermesin yang menimbulkan bunyi yang keras.

Wakil Presiden Republik Indonesia yang ke-3 Adam Malik, lahir di kota ini pada 22 Juli 1917. Pematangsiantar pernah menerima Piala Adipura pada tahun 1993 atas kebersihan dan kelestarian lingkungan kotanya. Sementara itu, karena ketertiban pengaturan lalu lintasnya, kota ini juga pernah meraih penghargaan Piala Wahana Tata Nugraha pada tahun 1996. Sektor industri yang menjadi tulang punggung perekonomian kota yang terletak di tengah-tengah Kabupaten Simalungun ini adalah industri besar dan sedang. Dari total kegiatan ekonomi di tahun 2000 yang mencapai Rp 1,69 triliun, pangsa pasar industri mencapai 38,18 persen atau Rp 646 milyar.


(40)

Sektor perdagangan, hotel dan restoran menyusul di urutan kedua, dengan sumbangan 22,77 persen atau Rp 385 milyar.

Kota Pematangsiantar dengan letaknya yang strategis menambah dinamika kehidupan di kota yang berpenduduk hampir seperempat juta jiwa ini. Keanekaragaman agama dan sosial budaya mutlak dipertimbangkan dalam merumuskan program pembangunan dalam memelihara ketertiban, kemanan, kerukunan antar umat beragama dan kerja sama antar etnis.

Pada waktu siang atau malam hari kehidupan di kota ini sepertinya tidak pernah surut dilihat dari aktivitas masyarakatnya. Kehidupan di kota ini aman dan kondusif sehingga menghidupkan perekonomian masyarakatnya. Dengan keadaan tersebut, kota Pematangsiantar mempunyai nilai positif tersendiri untuk berinvestasi karena disamping aman, tertib dan tentram, jumlah penduduk yang relatif banyak dan bahan baku yang mencukupi khususnya yang berasal dari daerah pertanian.

Dibidang Pariwisata, kota Pematangsiantar yang posisinya dikelilingi oleh Kabupaten Simalungun dengan tujuan wisata Parapat-Samosir, Haranggaol serta perkebunan teh, karet dan kelapa sawit (agrowisata). Pematangsiantar merupakan kota penghubung ke Utara (Medan dan Banda Aceh), ke Timur (Tanjung Balai dan Kisaran), ke Selatan (Sibolga dan Padang Sidempuan), serta ke Barat (Kabanjahe dan Kutacane), sebagai kota penghubung yang didukung berbagai fasilitas pendukung.


(41)

3.2. Sejarah Singkat Kota Pematangsiantar

Sebelum Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Pematangsiantar merupakan Daerah kerajaan. Pematangsiantar yang berkedudukan di Pulau Holing dan raja terakhir dari dinasti ini keturunan marga Damanik yaitu Tuan Sang Nawaluh Damanik, yang memegang kekuasaan sebagai raja tahun 1906.

Disekitar Pulau Holing kemudian berkembang menjadi perkampungan tempat tinggal penduduk diantaranya Kampung Suhi Haluan, Siantar Bayu, Suhi Kahean, Pantoan, Suhi Bah Bosar, dan Tomuan. Daerah-daerah tersebut kemudian menjadi daerah hukum Kota Pematangsiantar yaitu:

1. Pulau Holing menjadi kampung Pematang 2. Siantar Bayu menjadi Kampung Pusat Kota

3. Suhi Kahean menjadi Kampung Sipinggol-Pinggol, Kampung Melayu, Martoba, Sukadame, dan Bane.

4. Suhi Bah Bosar menjadi Kampung Kristen, Karo, Tomuan, Pantoan, Toba, dan Martimbang.

Setelah Belanda memamusuki Daerah Sumatera Utara, Daerah Simalungun menjadi daerah kekuasaan Belanda sehingga pada tahun 1907 berakhirlah kekuasaan raja-raja. Kontroleur Belanda yang semula berkedudukan di Perdagangan, pada tahun 1907 dipindahkan ke Pematangsiantar. Sejak itu Pematangsiantar berkembang menjadi daerah yang banyak dikunjungi pendatang baru, Bangsa Cina mendiami Kawasan TimbangGalung dan Kampung Melayu.


(42)

Pada tahun 1910 didirikan Badan Persiapan Kota Pematangsiantar, kemudian pada tanggal 1 Juli 1917 berdasarkan Stad Blad No.285 Pematangsiantar berubah menjadi Gemente yang mempunyai otonomi sendiri. Sejak Januari 1939 berdasarkan Stad Blad No.717 berubah menjadi Gemente yang mempunyai Dewan.

Pada zaman Jepang berubah menjadi Siantar State dan Dewan dihapus. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Pematangsiantar kembali menjadi Daerah Otonomi. Berdasarkan Undang-Undang No.22/ 1948 status Gemente menjadi Kota Kabupaten Simalungun dan Walikota di rangkap oleh Bupati Simalungun sampai tahun 1957.

Berdasarkan UU No. 1/1957 Pematangsiantar berubah menjadi Kota Praja Penuh dan dengan keluarnya Undang-Undang No.18/ 1965, berubah menjadi Kota, dan dengan keluarnya Undang-Undang No.5/1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintah di Daerah berubah menjadi Daerah tingkat II Pematangsiantar sampai sekarang.

Berdasarkan Perturan Pemerintah No. 35 Tahun 1981 Kota Daerah Tingkat II Pematangsiantar terbagi atas empat wilayah kecamatan terdiri atas 29 Desa/ Kelurahan dengan luas wilayah 12,48 Km2 yang peresmiannya dilaksanakan oleh

Gubernur Sumatera Utara pada tanggal 17 Maret 1982. Kecamatan-kecamatan tersebut yaitu:

1. Kecamatan Siantar Barat 2. Kecamatan Siantar Timur 3. Kecamatan Siantar Utara 4. Kecamatan Siantar Selatan


(43)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 15 tahun 1986 tanggal 10 Maret 1986 Kota Daerah Tingkat II Pematangsiantar diperluas menjadi 6 wilayah kecamatan, dimana 9 desa/ kelurahan dari wilayah Kabupaten Simalungun masuk menjadi wilayah Kota Pematangsiantar, sehingga Kota Pematangsiantar terdiri dari 38 desa/ kelurahan dengan luas wilayah menjadi 70,230 Km2.

Kecamatan-kecamatan tersebut adalah: 1. Kecamatan Siantar Barat 2. Kecamatan Siantar Timur 3. Kecamatan Siantar Utara 4. Kecamatan Siantar Selatan 5. Kecamatan Siantar Marihat, dan 6. Kecamatan Siantar Martoba

Selanjutnya, pada tanggal 23 Mei 1994 dikeluarkan kesepakatan bersama Penyesuaian Batas Wilayah Administrasi antara Kota Pematangsiantar dan Kabupaten Simalungun dengan SKB Bersama No: 136/ 3140/ 1994 dan 136/ 4620/ 1994. Adapun hasil kesepakatan tersebut adalah wilayah kota Pematansiantar menjadi seluas 79,9706 Km2.

Pada tahun 1997 Wilayah Administrasi di Kota Pematangsiantar mengalami perubahan status sesuai dengan SK yang meliputi :

ï‚· SK Gubsu No. 140. 050. K/ 97 tertanggal 13 Pebruari 1997 dan direslisasikan oleh SK Walikota KDH Tk II Kota Pematansiantar No. 140/ 1961/Pem/97


(44)

tertanggal 15 April 1997 tentang: Pembentukan Lima Kelurahan Persiapan Di Kec. Siantar Martoba.

ï‚· SK Gubsu No. 140/ 2610. K/95 tertanggal 4 Oktober 1995 serta direalisasikan oleh SK Walikota KDH Tk II Kota Pematangsiantar No. 140/ 1961/ Pem/ 97 tertanggal 2 Juli 1997 tentang Perubahan Status 9 desa menjadi kelurahan. Sehingga pada tahun 1997 wilayah administrasi Kota Pematangsiantar menjadi 43 Kelurahan.

Pada tahun 2007, diterbitkan 5 Peraturan Daerah tentang pemekaran wilayah administrasi kota Pematangsiantar, yaitu:

1. Peraturan Daerah No. 3 tahun 2007 tentang Pembentukan Kecamatan Siantar Sitalasari.

2. Peraturan Daerah No. 6 tahun 2007 tentang Pembentukan Kecamatan Siantar Marimbun.

3. Peraturan Daerah No.7 tahun 2007 tentang Pembentukan Kelurahan Bah Sorma.

4. Peraturan Daerah No. 8 tahun 2007 tentang Pembentukan Kelurahan Tanjung Tongah, Naga Pitu dan Tanjung Pinggir.

5. Peraturan Daerah No. 9 tahun 2007 tentang Pembentukan Kelurahan Parhorasan Nauli, Sukamakmur, Marihat Jaya, Tong Marimbun, Mekar Nauli, dan Nagahuta Timur.


(45)

Dengan demikian jumlah Kecamatan di Kota Pematangsiantar ada sebanyak delapan kecamatan dengan jumlah kelurahan sebanyak 53 Kelurahan. (BPS, 2010: xxxiv)

Adapun Visi dan Misi Walikota Pematangsiantar periode 2006- 2010 adalah menjadikan kota Pematangsiantar menjadi kota IDAMAN , yaitu : Indah, Damai, Mandiri dan melalui prinsip3E, yaitu: Efektif, Efisien, dan Ekonomis.

Artinya menjadikan kota Pematangsiantar menjadi kota yang Indah, Damai dan Mandiri melalui penerapan prinsip-prinsip Efektifitas, Efesien dan Ekonomis.

3.3. Letak Geografis

Kota Pematangsiantar terletak pada garis 2º 53 20 - 3º 01 00 Lintang Utara dan 99º 1 00 - 99º 6 35 Bujur Timur, berada di tengah-tengah wilayah Kabupaten Simalungun. Luas daratan Kota Pematangsiantar adalah 79,971 Km2 terletak

400-500 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan luas wilayah menurut kecamatan, kecamatan yang terluas adalah Siantar Sitalasari dengan luas wilayah 22,723 Km2

atau sama dengan 28,41 persen dari total luas wilayah Kota Pematangsiantar. (BPS, 2010: 2).


(46)

Luas Daerah Menurut Kecamatan

No. Kecamatan/ Distrik Luas/ Area(Km2) Rasio TerhadapTotal (%)

1. Siantar Marihat 7.825 9,78

2. Siantar Marimbun 18.006 22,52

3. Siantar Selatan 2.020 2,53

4. Siantar Barat 3.205 4,01

5. Siantar Utara 3.650 4,56

6. Siantar Timur 4.520 5,65

7. Siantar Martoba 18.022 22,54

8. Siantar Sitalasari 22.723 28,41

Jumlah/ Total 79.971 100,00

Sumber: BPS Pematangsiantar dalam Angka (2010: 4).

Dilihat dari data statistik di atas, dapat diambil kesimpulan dengan memperbandingkan luas wilayah masing-masing kecamatan dari yang paling kecil hingga yang terluas. Data statistik menunjukkan bahwa Kecamatan Siantar Sitalasari memiliki luas wilayah yang cukup besar dan Kecamatan Siantar Selatan adalah kecamatan dengan luas wilayah yang terkecil.

3.4. Kependudukan

Pada dasarnya penduduk merupakan modal dasar pembangunan, Oleh karena itu data statistik kependudukan mutlak diperlukan untuk kepentingan perencanaan pembangunan dengan segala aspeknya. Pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang


(47)

dengan pertumbuhan kesempatan kerja, mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran.

Pada tahun 2009 penduduk Kota Pematangsiantar mencapai 250.997 jiwa dengan kepadatan penduduk 3.146 jiwa per km2. Sedangkan laju pertumbuhan

penduduk Kota Pematangsiantar pada tahun 2009 sebesar 0,40 persen.

Penduduk perempuan di Kota Pematangsiantar lebih banyak dari penduduk laki-laki. Pada tahun 2009 penduduk Kota Pematangsiantar yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 127.481 jiwa. Dengan demikian sex ratio Kota Pematangsiantar sebesar 96,84. (BPS 2010: 32).

Luas Wilayah, Jumlah Kelurahan, dan Jumlah Penduduk Kota Pematangsiantar. No. Kecamatan Luas Area

(Km2)

Jumlah Kelurahan Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk (per Km2)

1. Siantar Marihat 7,825 7 19.697 2.517

2. Siantar

Marimbun 18,006 6 13.393 744

3. Siantar Selatan 2,020 6 21.920 10.851

4. Siantar Barat 3,650 8 48.811 15.230

5. Siantar Utara 3,650 7 51.632 14.146

6. Siantar Timur 4,520 7 44.093 9.755

7. Siantar Martoba 18.022 7 28.250 1.568

8. Siantar Sitalasari

22,723 5 23.201 1.021

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Pematangsiantar

Data statistik di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang ada di wilayah Siantar Utara lebih besar daripada di wilayah lainnya. Urutan selanjutnya ada


(48)

di posisi Siantar Barat yaitu lokasi Museum Simalungun berada. Menurut data statistik yang penulis peroleh, selama tahun 2005 s/d 2010 jumlah kunjungan wisatawan domestik yang datang hanya sekitar 2.618 orang dari keseluruhan wilayah, mencakup anak-anak, dewasa, SD, SMP, SMA, dan umum. Terlihat jelas bahwa minat masyarakat terhadap wisata budaya khususnya kepada museum Simalungun ternyata masih kurang jika dibandingkan dengan jumlah kunjungan pada tahun 1980-an y1980-ang mencapai 6.000 pengunjung domestik d1980-an wisataw1980-an m1980-anc1980-anegara seb1980-anyak 35.000 pengunjung.

3.5. Sarana dan Prasarana 3.5.1. Pendidikan

Peningkatan partisipasi sekolah penduduk tentunya harus diimbangi dengan penyediaan sarana fisik pendidikan maupun tenaga guru yang memadai. Berikut ini adalah data statistik yang menunjukkan banyaknya jumlah keseluruhan sekolah, jumlah murid, dan guru di Kota Pematangsiantar.

Jumlah Sekolah, Gedung, Ruang Belajar, Murid, dan Guru TK, SMP, SMA, dan SMK

Pada Tahun 2009

No. TingkatSekolah Sekolah Gedung Belajar Murid GuruRuang

1. Taman Kanak-Kanak 23 23 105 2.574 162

2. Sekolah Dasar 159 159 1.112 32.025 1.801

3. SMP 40 40 482 19.394 1.368

4. SMA 30 30 406 16.259 1.257

5. SMK 36 36 338 11.595 1.000


(49)

Pada tingkat pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK), jumlah sekolah pada tahun 2009 ada sebanyak 23 buah dengan jumlah guru sebanyak 162 orang dan murid 2.574 orang. Jumlah Sekolah Dasar ada sebanyak 159 sekolah dengan jumlah guru 1.801 orang dan jumlah murid sebanyak 32.025 orang. Sementara jumlah Sekolah Menengah Pertama (SMP) ada sebanyak 40 sekolah dengan jumlah guru 1.368 dan jumlah murid sebanyak 19.394 orang. Pada tahun yang sama jumlah Sekolah Menengah Atas (SMA) ada sebanyak 30 sekolah dengan jumlah guru 1.275 orang dan murid sebbanyak 16.259 orang, dan untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ada sebanyak 36 sekolah dengan jumlah guru 1.000 orang dan murid sebanyak 11.595 orang. (BPS, 2010: 79).

Melalui data statistik di atas, bila dihubungkan dengan kepariwisataan khususnya wisata budaya, para siswa baik TK, SD, SMP, dan SMA seharusnya mendapat pengetahuan tentang kebudayaan daerah asalnya. Dilihat dari data di atas, siswa SD yang berjumlah lebih banyak belum tentu separuhnya dituntun untuk mengunjungi Museum Simalungun yang lebih memberikan banyak pelajaran budaya. Padahal, justru di usia sedini inilah para pengajar memberikan pengenalan tentang museum kepada murid-murid agar lebih mengerti dan kelak mereka dapat mempertahankan budayanya.

3.5.3. Transportasi

Pematangsiantar dapat diakses melalui dua sarana transportasi darat, yaitu bus dan kereta api. Pada tahun 2009 jumlah kendaraan angkutan penumpang dan barang


(50)

ada sebanyak 2.923 unit yang dimiliki oleh 59 perusahaan, dengan jenis angkutan Mopen Kota sebanyak 1.370, Bus Umum sebanyak 444 unit, Taxi sebanyak 66 buah, Gerobak Umum sebanyak 447 unit dan Bus Kota sebanyak 596 unit.

Secara umum, transportasi dalam kota dilayani oleh sarana Angkutan Kota dan Becak Motor atau Becak Sepeda. Terminal Bus terbesar di Pematang Siantar terdapat di Terminal Parluasan, yang merupakan titik transit bagi hampir seluruh Angkutan dalam dan luar Kota. (BPS 2010: 74).

Jenis Sarana Angkutan di Pematangsiantar

No. Jumlah Sarana Angkutan Perusahaan Kendaraan

1. Mopen Kota 24 1.370

2. Bus Kota 13 596

3. Bus Umum 10 444

4. Taksi 3 66

5. Gerobak Umum 9 447

6. Becak Bermesin -

-7. Becak Tidak Bermesin -

-8. Sado -

-Jumlah/ Total 59 2.923

Sumber : BPS Pematangsiantar 2010

Salah satu faktor yang mempengaruhi berkembangnya objek wisata dalam satu daerah adalah lancarnya sarana transportasi. Wisatawan pada umumnya lebih senang menggunakan jenis angkutan tradisional yang menjadi ciri khas dari suatu daerah. Dari data statistik di atas, jumlah taksi masih sangat kurang di kota Pematangsiantar, padahal taksi merupakan alat angkutan yang lebih sering digunakan wisatawan untuk mempermudah perjalanannya. Wisatawan asing lebih senang


(51)

mengguanakan alat angkutan tradisional seperti becak, sado, dan lain-lain. Tetapi di kota ini alat angkutan tradisional seperti Becak BSA Siantar sudah semakin berkurang.


(52)

BAB IV

POTENSI OBJEK WISATA MUSEUM SIMALUNGUN KOTA

PEMATANGSIANTAR UNTUK MENINGKATKAN

KUNJUNGAN WISATAWAN

4.1. Sejarah Museum Simalungun

Tahun 1928, pemuka-pemuka masyarakat, raja-raja adat, dan cerdik-pandai Simalungun di Pematangsiantar mengadakan pertemuan/ musyawarah mengenai usaha membangun daerah Simalungun baik di bidang pertanian, pendidikan, ekonomi, dan kebudayaan. Satu dari pembicaraan itu menjadi pokok pembahasan yaitu mengenai kebudayaan dan barang purbakala. Telah disadari bila barang-barang kuno, barang-barang purbakala itu tidak mendapat perhatian, maka diperkirakan akan hilang lenyap tidak berbekas lagi. Melalui mufakat itu telah disinggung bagaimana usaha-usaha dari beberapa perkumpulan, yang mengeluarkan majalah seperti Sinar Simalungun oleh Simalungun Sapanriahan. Selain itu ada juga Sinalsal oleh Komite Na Ra Marpodah, Surat Kabar Warta Baru , dan surat kabar Cerdas . Semuanya meminta perhatian agar terjadi satu usaha mengumpulkan, mempelajari, melestarikan barang-barang yang pernah dimiliki oleh nenek moyang di daerah Simalungun dahulunya. Untuk usaha tersebut, dibentuklah satu dewan bernama Dewan Pengawas Museum Simalungun oleh Harungguan Raja-Raja Simalungun sehingga terdapat susunan pengurus sebagai berikut :

Ketua : A. H. Doornik (Ketua Kerapatan Na Bolon). Sekretaris : T. Maja Purba (Kepala Mantri Algemene Dienst). Penasiha : Dr. P. Voorhoeve, Taalambtenaar.


(53)

Anggota- anggota :

1. T. Mogang Purba, Raja Purba utusan raja-raja. 2. Jaudin Saragih Penghulu Balei.

3. Tn. R. H. Volbeda, Adm Perkebunan Laras.

Akibat Harungguan raja-raja Simalungun di kala itu berada di dua tempat yaitu di Pematangsiantar dan di Saribudolok, ada suara-suara meminta agar tempat/ kantor pengasuhan berada di Saribudolok (Pematang Raya). Akhirnya kesepakatan jatuh pada wilayah Pematangsiantar yang lebih strategis karena wisatawan dari Medan, Tebing Tinggi, Tanjung Balai, dan Tapanuli mudah menjangkau daerah ini dibandingkan dengan Pematang Raya.

Tanah tempat museum didirikan yaitu di Jalan Jenderal Sudirman, yakni tanah yang diberikan oleh Burgemeester (walikota). Sumbangan dari Pemerintah telah diterima sebesar 1.650 Gulden, maka pada 10 April 1939 mulai didirikan Museum Simalungun berbentuk balei bolon saja, karena biaya untuk membentuk rumah bolon belum mencukupi pada saat itu. Struktur museum menggunakan galang sebanyak empat buah, atap ijuk, dinding papan/ nibung, dan sampingnya memakai para-para/ etalase. Barang-barang kuno/ purbakala disusun di dalam etalase/ para-para, sangkutan pakaian dan lain-lain.

Peresmian Museum Simalungun Pematangsiantar diadakan pada 30 April 1940 di palugendang Simalungun, diiringi oleh tari-tarian serta didahului acara mengusir roh-roh jahat dipercaya agar penghuni museum ini dalam keadaan baik-baik saja. Hampir semua instansi-instansi, raja-raja, pejabat-pejabat, dan masyarakat pengemuka adat


(54)

menghadiri acara tersebut. Rumah Pusaka Simalungun ini diresmikan oleh Pemerintah, papan nama Rumah Pusaka tercantum dalam kertas, tetapi agar lebih meluas dalam pengertian maka disebut sebagai Museum . Di samping Museum Simalungun ini, dibangun juga kantor tempat petugas-petugas harian dan dibelakang kantor tersebut dibangun sebuah tempat penjaga pekarangan museum (sekarang bangunan itu sudah dipindahkan ke belakang gedung Tari-Tarian).

Sekretaris Jenderal Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pernah berkunjung ke museum ini tahun 1954. Ia sangat prihatin melihat keadaan museum tersebut, sehingga ia berjanji akan memberikan bantuan seperlunya kepada Museum Simalungun ini. Akibat kunjungan tersebut di atas, maka Pemerintah Kabupaten Simalungun merealisir untuk membentuk satu badan yang bertugas mengembangkan usaha-usaha perawatan barang, dan lain-lain. Maka terbentuklah Yayasan Museum Simalungun yang susunannya sebagai berikut:

Ketua Umum : Farel Pasaribu, (Bupati Simalungun) Ketua I : Bonifacius Sianga, (P.S)

Ketua II : Djontari Damanik, (Kepala Penerangan Kab. Simalungun)

Sekretaris :J. E. Saragih, (Pelaksana) Pimpinan Kebudayaan Sekretaris II : Rudolf Purba, (Kep. SMP IV)

Bendahara : Frinus Saragih, (A. Wed. Siantar) Pembantu-Pembantu : 1. Mr. T. Jaidin Purba, SH


(55)

3. Firman Damanik, Kepala SMEA Negeri 4. Andaraya Saragih

5. T. Baja Purba/ Bupati

6. Abd. Gani Nasution, Kepala Blasting P. Siantar 7. Amir Nurrasyid

8. Iskandar Muda Tambunan Pengurus Yayasan ini tahun 1960 berubah menjadi :

Ketua Umum : Rajamin Purba, SH

Ketua I : T. Moesa Sianaga

Ketua II : Lodewijk Purba

Ketua III : Hulman Hutabarat

Sekretaris I : J. E. Saragih Sekretaris II : Rudolf Purba

Bendahara : R. E. Damanik

Di masa kepengurusan tersebut terjadi pemagaran besi pekarangan Yayasan Museum Simalungun dari kawat duri diganti dengan besi, berdirinya Gedung Tari-Tarian seterusnya diserahkan pula pengasuhannya kepada Yayasan Museum Simalungun. Yayasan ini mendirikan rumah pegawai Museum Simalungun di kompleks belakang Gedung Tari-tarian, memasang lampu penerangan di dalam pekarangan Yayasan Museum Simalungun, mendirikan kios-kios 6 buah, ukir-ukiran yang dibuat menghadap ke museum, mengangkat batu Purbakala yang diletakkan di dalam pekarangan, serta membuat kolam kecil di muka museum, yang dapat menarik


(56)

perhatian pengunjung museum. Bangunan-bangunan yang ada di Museum Simalungun, yaitu:

1. Rumah Pusaka/ Museum.

2. Rumah/ Gedong Kantor Museum.

3. Rumah tempat barang purbakala, hembusan api. 4. Gedong Tari-tarian.

5. Rumah Pegawai Museum di belakang museum kompleks pekarangan.

6. Kios-kios menghadap jalan besar (Jend. Sudirman, No. 10) sebanyak 6 buah. (Kantor Yayasan Museum Simalungun 2010).

4.2. Lokasi Museum Simalungun

Museum Simalungun terletak di Jalan Jenderal Sudirman No. 10 tepat disebelah kantor Polres Simalungun. Museum ini dibangun pada 10 April 1939 oleh raja-raja Simalungun dengan biaya sebesar 1.650 gulden, dan diresmikan pada 30 April 1940. Tujuan pembangunan museum pada saat itu adalah untuk menjaga benda-benda yang bernilai sejarah tinggi agar tidak rusak dan lenyap ditelan zaman. Museum Simalungun dibuka setiap hari Minggu, mulai pukul 08.00 s/d 17.00 Wib.

Kepada setiap pengunjung Museum Simalungun tidak dikenakan karcis masuk, tetapi hanya berupa sumbangan untuk pemeliharaan dan perawatan benda-benda purbakala Simalungun.


(57)

4.3. Potensi Museum Simalungun

Meskipun umur Museum Simalungun ini sudah berumur 70 tahun sejak berdiri/ lahir sampai sekarang, namun daya tarik yang ada tetap kuat hanya saja tongkat yang menopang museum ini kurang kuat, karena masyarakat hanya mau melihat saja tetapi kurang berminat untuk bekerja sama memperkuat tegaknya tongkat museum itu sendiri. Museum Simalungun merupakan museum pertama di Sumatera Utara dan museum tertua di provinsi ini. Museum Simalungun menyimpan benda-benda purbakala asli yang berasal dari kebudayaan rakyat Simalungun pada zaman dahulu.

Jenis koleksi terdiri dari etnografika, numistika, dan keramikologie yang jumlah keseluruhannya sebanyak 860 buah yang terdiri dari alat-alat rumah tangga, alat-alat pertanian, alat-alat perikanan, alat-alat peternakan, alat-alat kesenian, alat-alat perhiasan, alat-alat industri, alat-alat kearcaan, alat-alat senjata, alat-alat perpustakaan, alat-alat olahraga, alat-alat karya lain, dan alat transport (berupa lukisan becak BSA Siantar).

Berikut ini daftar-daftar koleksi benda purbakala di Museum Simalungun yang sudah dikonservasi:

No. Fungsi Koleksi Nama Koleksi Jumlah Keterangan

I. ALAT-ALAT

RUMAH TANGGA

Parborasan 1 Tempat beras

Salangan Pinggan 3 Penyimpanan piring. Gayang-gayang 4 Penyimpanan ikan. Hopuk Kulit Kayu 2 Tempat benang.

Tatabu 2 Tempat air.


(58)

Tuppanan 14 Tempat piring nasi.

Haronduk 4 Tempat ramu-rauan masakan

dapur.

Garpei 17 Tempat/ alas periuk dan

kuali.

Pardekke-dekkean 1 Tempat ikan.

Sayohan 2 Penjerang.

Hude-hude 2 Tempat kain.

Tapongan 2 Bakul tempat nasi.

Hopuk Hotang 2 Tempat benang.

Tabung/ Pot-pot

kayu 3 Tempat perhiasan.

Tuppanan Suluh 1 Alas lampu.

Lohar 1 Tempat daging

Abal-abal 6 Tempat ikan.

Singgung 1 Alat mengembus di dapur.

Solpah 1 Tempat minyak (taboh).

Hitang 2 Tempat tuak (bagot).

Sonduk buluh 2 Sendok nasi.

Talam resseng 1 Piring nasi.

Baluhat 1 Tempat air di rumah.

Garigit 2 Tempat air di lading.

Salung 3 Gelas air minum.

Ramboan 1 Tempat pembuangan air.

Parlassinan 1 Tempat cabe.

Timba-timba 1 Gayung air.

Sakkalan 2 Alas untuk memotong

daging.

Tutup 1 Tutup periuk.


(59)

Dondang 2 Periuk kuningan.

Hudon tanoh 1 Periuk dari tanah tempat nasi. Buluh

panlomangan 1 Tempat daging di lemang. Panggilingan 1 Penggilingan cabe.

Tandok 1 Tempat keperluan dapur.

Gappil 10 Tempat ramuan obat.

Appang-appang 1 Tutup tinombu dari kulit kambing.

Pinggan jarojak 3 Piring nasi untuk pengetua. Pinggan pasu ijo 1 Piring nasi untuk raja. Pinggan pasu biru 1 Piring nasi untuk raja. Tutup serek dari

porselin 1 Tutup cerek dari porselin. Panggilingan ni

lassina dari kayu 1 Penggilingan cabe.

Humbar 3 Tempat sayur.

Tambahur 2 Piring nasi di ladang.

Garung 8 Cangkir minuman.

Batil kecil 1 Pencucian tangan. Tabung kuningan 1 Tempat penyimpanan

perhiasan. Tutup batil 11 Tutup batil. Talam berkaki 1 Piring nasi.

Sagakan 10 Alas lampu teplok.

Batil besar 5 Tempat cuci tangan Batil paranggiran 9 Tempat anggir. Serek kuningan 2 Tempat air minum.

Pardembanan 1 Tempat sirih.

Partijuran 3 Tempat pembuangan ampas


(60)

Talam 42 Piring nasi.

Samborik 8 Tempat buah-buahan.

Kaki pahar 2 Alas pahar.

Anduri 4 Untuk menampai beras.

Pinggan tapak 1 Tempat cabe yang sudah digiling.

Tutup tengkoh 1 Tutup tengko kopi.

Hopuk 1 Tempat perhiasan.

Sarib 5 Gelas minuman untuk bagot.

Tabung kuningan 1 Tempat perhiasan.

Tutup serek 1 Tutup cerek dari kuningan. Talam perhiasan 4 Hiasan dinding.

Parminakan 1 Tempat minyak.

Pahar besar 13 Alas piring nasi untuk raja. Hopuk marborgok 1 Tempat kain.

Sapah kayu 10 Piring nasi.

Gayang-gayang

sarib 1 Penyimpanan jeruk purut.

Liter 2 Alat takaran beras.

II. ALAT-ALAT

PERTANIAN

Roppa rarat 2 Pengikat barang-barang yang retak.

Puhot 2 Rajut menangkap burung.

Huting tandang 2 Perangkap tikus.

We-wean 2 Pemintal tali.

Tajak pakkuh 4 Alat membajak tanah. Tagan tagan 2 Alat mencetak gula merah. Haes haes 3 Alat membersihkan ladang. Tajak besi 4 Alat pelobang tanah. Parlobong/ ordang 9 Alat melobangi tanah


(61)

Bal-bal 1 Alat penyadap nira.

Hotuk 1 Alat mengusir hewan-hewan.

Hortuk-hortuk 1 Alat untuk mengusir burung. Garung parpulutan 1 Tempat getah menyekat

burung.

Bosik baliung 2 Gagak kampak.

Hudali 2 Cangkul di ladang.

Agadi 1 Alat menyadap nira.

Losung 1 Alat penumbuk padi

Kais-kais ni gula 1 Alat memasak gula Pangar sami 1 Alat untuk mengeluarkan

resam. III. ALAT-ALAT

PETERNAKAN

Hirang-hirang 4 Tempat ikan waktu di sungai. Pangapor 1 Alat penyaringan pintu air.

Hole 1 Alat pendayung perahu/ solu.

Taduhan 1 Tempat ikan sewaktu

disawah.

Hail 1 Pancing/ alat penangkap ikan.

Solu 1 Transport di danau untuk

nelayan.

IV. ALAT-ALAT

PETERNAKAN

Gading gajah 2 Gading gajah.

Sorhop 1 Alat mengangkap burung.

Gagar 1 Angkak ayam.

Suhud 1 Kandang ayam.

Tanggungan 1 Tempat makanan babi.

Ranjut 1 Tempat penyimpanan

tanggiling. Harang-harang ni

leto 1 Sangkar burung puyuh.

Gipul 1 Sejenis hewan yang bernama

beruang.


(62)

V. ALAT-ALAT KESENIAN

Ogung 27 Alat musik.

Mong-mongan 9 Alat musik.

Salangan ni ogung 1 Tempat ogong. Salangan ni

mong-mongan 2 Tempat mong-mongan.

Hesek 2 Alat musik.

Gondang kuningan 8 Gondang/ Alat musik. Gondang

sipitu-pitu 7 Alat musik.

Gondang si

dua-dua 2 Alat musik.

Gong buluh 1 Alat musik.

Garattung pakkuh 1 Alat musik.

Salingung 4 Alat musik.

Sarunei bolon 2 Alat musik tiup.

Toping 2 Alat kesenian.

Podang hayu 2 Alat kesenian.

Sordam 2 Alat musik tiup.

Hodong-hodong

buluh 2 Alat kesenian.

Hodong-hodong

bosi 4 Alat kesenian.

Husapi 2 Alat musik petik.

Arbab 2 Alat musik gesek.

Jatjaulung 3 Alat kesenian.

Palu-palu ogung 2 Pemukul ogung.

VI. ALAT-ALAT

PERHIASAN

Suhul gading 1 Pisau kebesaran.

Raod bad 2 Pisau kebesaran.

Pisou wali 2 Pisau kebesaran.

Raot 1 Pisau biasa.


(63)

Giring-giring 1 Alat untuk dipasang pada lembu, kuda guna untuk mengusir harimau.

Bajut 3 Tempat ramuan sirih.

Pangupas 3 Alat untuk mengupas/

membelah pinang. Tagan silakkitang 1 Tempat kapur sirih. Tagan ambasang 2 Tempat kapur sirih. Lupak-lupak 2 Tempat pinang tembakau,

gambir. Batil perdembanan 3 Tempat sirih.

Lampu damar 4 Lampu perhiasan.

Buah banban 3 Perhiasan wanita. Rantai gotong 3 Perhiasan untuk pria.

Puei 2 Pisau untuk puang bolon.

Panggayungan 2 Pisau untuk wanita. Susuk sanggul 7 Perhiasan untuk wanita. Rudang hapias 1 Perhiasan untuk pria. Gondit kain 2 Ikat pinggang pria. Golang

sibaganding 1 Gelang untuk pria.

Gotong 5 Topi adat pria.

Bulang-bulang 3 Topi adat wanita. VII. ALAT-ALAT

INDUSTRI

Loting 1 Alat untuk membuat api.

Dasing 3 Timbangan/ kilo.

Batu porkas 6 Alat untuk membuat api.

Sihat 5 Alat perekat gagang pisau.

Jakka 8 Alat membelah daun pandan.

Polas 1 Untuk melicinkan benda.

Alat tonun 1 Alat untuk mencetak

perhiasan


(64)

Hayu partonunan 2 Alat tenun.

Panghululan 4 Alat untuk memintal benang.

Losung kayu 1 Penumbukan padi

VIII. ALAT-ALAT SENJATA

Ultop 2 Alat penangkap ikan.

Tanja 7 Alat perang.

Sior-sior 2 Alat perang.

Gattar 3 Alat penangkis.

Buluh ajimat 3 Anti peluru.

Podang 3 Alat perang.

Bodil 23 Alat perang.

Mariam 6 Alat perang.

Tatabu parmasiuan 10 Tempat mesiu.

IX. ALAT-ALAT

PERPUSTAKAAN

Pustaha 17 Nama-nama obat, pertanian, dan metrologie.

Buluh suratan 27 Nama penanggalan Batak Simalungun.

Tukkot marsurat 1 Tangkal setan.

Tondung 1 Alat untuk lihat nasib.

Buluh suratan yang

panjang 5 Nama-nama obat.

X. ALAT-ALAT

KEARCAAN

Toping 6 Alat hiburan pada saat

melayat.

Gana-gana batu 12 Batu yang dipahat. Tunggal panaluan 4 Tongkat kayu berbentu

kepala manusia.

Bohi-bohi 1 Topeng.

XI. ALAT-ALAT

OLAHRAGA

Layap-layap 2 Alat untuk melewati lumpur. Jalekkat 2 Alat olahraga yang terbuat

dari dua bambu setinggi 2 meter.

Papan margajak 1 Alat permainan


(1)

asing masih berminat mengunjungi Museum Simalungun karena daya tarik museum masih kuat dan melihat kondisi barang purbakala yang asli berasal dari rumah tangga penduduk atau kerajaan Simalungun yang sudah berumur ratusan tahun. Maka demi mengembangkan wisata budaya tersebut, YMS mengharapkan ketegasan dari Pemerintah untuk mencabut peringatan larangan kunjungan wisata di Indonesia.


(2)

75

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Museum Simalungun Pematangsiantar merupakan salah satu objek wisata yang sangat potensial untuk dikembangkan. Selain sebagai salah satu objek wisata, juga dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan dan pengembangan pengetahuan bagi masyarakat. Museum simalungun juga dapat difungsikan sebagai tempat melaksanakan kegiatan konservasi, yaitu : kegiatan pelestarian yang bertujuan untuk menjaga benda-benda purbakala agar terpelihara dengan baik. Hal tersebut didukung oleh keterkaitan berbagai pihak yang merasa Museum Simalungun memiliki masa depan untuk dikembangkan.

Pihak Pemerintah Kabupaten Simalungun dan Pemko Pematangsiantar turut membantu dalam pengembangan museum, dengan memberikan dana bantuan pemeliharaan dan perawatan rutin setiap tahun.

Pihak masyarakat memiliki peranan penting dalam pengembangan museum dengan membentuk satu lembaga organisasi yaitu Yayasan Museum Simalungun (YMS). Lembaga YMS dipercaya oleh Pemerintah untuk melakukan tugas-tugas pengelolaan museum.

5.2. Saran

Hubungan Masyarakat dan Pemerintah seharusnya berjalan dengan baik karena Pemerintah akan lebih banyak memberikan bantuan kepada lembaga, begitu juga


(3)

sebaliknya. Peningkatan kunjungan wisatawan khususnya Wisatawan Asing tergantung pada kualitas pemerintah dan masyarakat dalam mengembangkan dan melestarikan hasil peninggalan budaya bangsa Simalungun. Selain itu, upaya promosi juga dibutuhkan agar wisatawan mengetahui informasi tentang museum serta potensi-potensinya.

Demi perkembangan museum, pemerintah diharapkan dapat memberikan perhatian lebih terhadap pengembangan museum yang menyimpan berbagai bukti nyata kehidupan bangsa Simalungun pada zaman dulu. Pemerintah juga harus turut menyusun rencana-rencana pengembangan museum, di samping memberikan bantuan berupa dana.

Masyarakat dalam hal ini lembaga YMS diharapkan merencanakan program-program lain di luar pelestarian dan perawatan agar museum tidak selalu terkesan monoton dan wisatawan tertarik mengunjungi museum ini. Apabila peran Pemerintah dan masyarakat berjalan dengan baik, maka upaya perencanaan yang telah ada dapat terselenggara sesuai dengan yang diharapkan.


(4)

77

DAFTAR PUSTAKA

Yoeti, Oka A. 1983.Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Angkasa. Yoeti, A, Oka. 1996.Pemasaran Pariwisata. Bandung : Angkasa.

Kencana, Syafiie Inu. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Mandar Maju. Karyono, A. 1997.Kepariwisataan.Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia. Undang-Undang Kepariwisataan No. 10 Tahun 2009.

Direktoral Jenderal Pariwisata. 1988. Pariwisata Nusantara Indonesia. Jakarta : Keramat Raya.

Badan Pusat Statistik. 2010. Pematangsiantar Dalam Angka 2010.

Brosur dan Booklet. 2010. Kantor Yayasan Museum Simalungun Pematangsiantar.


(5)

(6)

79