Upaya Pengembangan Potensi Objek-Objek Wisata Kota Sibolga Sebagai Daerah Tujuan Wisata

(1)

UPAYA PENGEMBANGAN POTENSI OBJEK-OBJEK

WISATA KOTA SIBOLGA SEBAGAI DAERAH TUJUAN

WISATA

KERTAS KARYA

OLEH

SRI SUKASIH LUMBANTORUAN

082204082

PROGRAM STUDI D3 PARIWISATA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kertas Karya

: UPAYA PENGEMBANGAN

POTENSI OBJEK-OBJEK

WISATA KOTA SIBOLGA

SEBAGAI DAERAH TUJUAN

WISATA

Oleh

: Sri Sukasih Lumbantoruan

NIM

: 082204082

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A.

NIP. 19511013 197603 1 001

PROGRAM STUDI D3 PARIWISATA

Ketua,

Arwina Sufika, S.E., M.Si.

NIP. 19640821 199802 2 001


(3)

LEMBAR PERSETUJUAN

UPAYA PENGEMBANGAN POTENSI OBJEK-OBJEK

WISATA KOTA SIBOLGA SEBAGAI DAERAH TUJUAN

WISATA

OLEH

SRISUKASIH LUMBANTORUAN

082204082

Dosen Pembimbing,

Dosen Pembaca,

Drs. Gustanto, M.Hum. Drs. Ridwan Azhar, M.Hum.

NIP. 19630805 198903 1 004

NIP. 19550923 198203 1 001


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur bagi Allah Yang Maha baik, karena atas berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini dengan baik. Adapun judul kertas karya ini adalah “Upaya Pengembangan Potensi Objek - Objek Wisata Kota

Sibolga Sebagai Daerah Tujuan Wisata”. Kertas karya ini merupakan suatu

kewajiban bagi mahasiswa program Studi Pariwisata sebagai salah satu syarat, untuk meraih gelar Ahli Madya Pariwisata di Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Penulisan kertas karya ini penulis mendapat banyak kendala terutama disebabkan oleh terbatasnya kemampuan dan bahan referensi yang dimiliki. Akan tetapi, berkat dorongan semangat, motivasi, bimbingan, pengarahan dan saran dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini.

Penulis mengucapkan terima kasih dengan segala kerendahan hati kepada:

1. Bapak Dr. Syahron, M.A, selaku dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Arwina Sufika, S.E., M.Si, selaku ketua Prodi Pariwisata Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Drs. Gustanto, M.hum, selaku dosen pembimbing, terima kasih penulis ucapkan atas bimbingan yang sudah Bapak berikan kepada penulis 4. Bapak Drs. Ridwan Azhar, M.Hum, selaku dosen pembaca. Terima kasih

penulis ucapkan atas bimbingan yang sudah Bapak berikan kepada penulis.


(5)

5. Bapak Solahuddin Nasution, S.E, MSP, selaku Koordinator Praktek Bidang Keahlian Usaha Wisata, Jurusan Pariwisata Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.

6. Teristimewa kedua Orangtua penulis tercinta Papa R. Lumbantoruan,S.Pd dan Mama T. Br Aritonang yang selalu memberikan kasih sayang dan doa yang tulus kepada penulis serta dukungan moril dan materi mulai dari awal kuliah hingga penulis bisa menyelesaikan kertas karya ini. Kertas karya ini penulis persembahkan buat kedua orangtua penulis sebagai tanda bakti dan cinta penulis kepadamu. Terima kasih untuk Papa & mama penulis atas doa dan dukungan serta cinta kasihmu selama ini.

7. Saudara penulis Dewi, Tetti, Fransiskus, Christian yang selalu membantu dan berdoa bagi penulis terima kasih atas semuanya,

8. Teman-teman penulis di SMAN 1 Siabu ’05 Immanuel, Simon, Fitler, Ali, Jonester, Adi, Henny, Dini, Dewi, Endang, Wina, Mey, Imelda terima kasih atas doa dan motivasinya serta persahabatan yang terjalin selama ini,

9. Teman-teman penulis Lenny, Mutiara, Denny, Lidya, Evany, Mardiana, Chya terima kasih atas persahabatannya selama ini dan terkhusus buat seseorang yang selalu membantu penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini terima kasih atas waktu, dukungan dan bantuannya kepada penulis selama ini.

10.Rekan-rekan seperjuangan penulis di UW’08 dan Perhotelan’08 terima kasih atas kebersamaannya yang tercipta selama kurang lebih 3 tahun ini.


(6)

11.Tidak lupa buat rekan-rekan di Marsada Roha, terima kasih atas dukungan serta doa-doanya selama ini.

Penulis telah mencurahkan segala kemampuan, tenaga, dan pikiran serta waktu dalam menyelesaikan kertas karya ini. Namun demikian penulis menyadari bahwa kertas karya ini memiliki banyak kekurangan. Untuk itu dengan segala kerendahan hati sebagai manusia biasa penulis mengharapkan saran dan masukan yang membangun dari para pembaca. Semoga kertas karya ini dapat berguna bagi para pembaca.

Medan, Maret 2011 Penulis

SRISUKASIH L. TORUAN NIM : 082204082


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

ABSTRAK ... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judul ... 1

1.2. Pembatasan Masalah... 4

1.3. Tujuan Penulisan ... 4

1.4. Metode Penulisan ... 5

1.5. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1. Pariwisata Sebagai Ilmu ... 7

2.2. Pengertian Pariwisata dan Kepariwisataan ... 11

2.3. Pengertian Objek dan Atraksi Wisata ... 14

2.4. Pengertian Sarana dan Prasarana Kepariwisataan ... 15

2.5. Pengertian Produk Pariwisata ... 17

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA SIBOLGA 3.1. Sejarah Kota Sibolga ... 21

3.2. Letak Geografis ... 24

3.3. Demografi Penduduk ... 25

3.4. Sistem Kekerabatan ... 25

3.5. Sistem Mata Pencaharian ... 27

3.6. Potensi Objek Wisata Sibolga ... 27

3.6.1. Defenisi Objek dan Potensi Wisata ... 28


(8)

3.6.3. Pengertian Wisata Sejarah ... 31

3.6.4. Pengertian Wisata Budaya ... 32

3.6.5. Pengertian Wisata Kuliner ... 33

BAB IV UPAYA PENGEMBANGAN OBJEK-OBJEK WISATA SIBOLGA 4.1. Objek-Objek Wisata di Kota Sibolga ... 35

4.1.1. Objek Wisata Bahari ... 35

4.1.2. Objek Wisata Sejarah ... 36

4.1.3. Objek Wisata Kuliner ... 37

4.2. Upaya Pengembangan Potensi Objek-Objek Wisata Sibolga ... 39

4.3. Tujuan Pengembangan Objek Wisata... 42

4.4. Kendala yang Dihadapi Dalam Mengembangkan Potensi Wisata 43 4.5. Dampak Pengembangan Pariwisata ... 43

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan ... 45

5.2. Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 47 LAMPIRIRAN FOTO


(9)

ABSTRAK

Penulisan kertas karya ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang potensi objek-objek wisata yang ada di Sibolga serta kondisi objek-objek wisata tersebut. Sebagai salah satu kota dengan keanekaragaman wisata yang dimiliki Sibolga layak untuk dijadikan sebagai salah satu Daerah Tujuan Wisata. Hal ini dapat kita lihat dari jenis-jenis wisata yang ada, misalnya wisata bahari, wisata alam, wisata budaya, wisata sejarah serta wisata kuliner.

Untuk mengoptimalkan kunjungan wisatawan ke Sibolga, maka perlu adanya pengembangan objek-objek wisata, sarana dan prasarana pendukung pariwisata serta pembenahan informasi mengenai objek-objek wisata yanga ada. Karena dengan pengembangan pariwisata yang dilakukan maka semua tujuan pariwisata akan terwujud.

Usaha pemerintah untuk menggalakkan pariwisata sebagai sumber devisa negara serta sebagai penunjang perekonomian masyarakat maka perlu adanya dukungan secara nyata oleh semua pihak. Baik itu datang dari kalangan pengusaha, dinas pariwisata, serta dari masyarakat itu sendiri.

Oleh karena itu, pemerintah terus berupaya dalam pengembangan sektor pariwisata. Karena pada saat sekarang ini sektor pariwisata merupakan suatu hal yang sangat penting dalam penunjang perkonomian rakyat dan pengurangan jumlah pengangguran sekaligus kemiskinan serta menjadi sumber devisa bagi negara.

Keyword : Pariwisata, Objek-Objek Wisata, Pengembangan, Kunjungan.


(10)

ABSTRAK

Penulisan kertas karya ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang potensi objek-objek wisata yang ada di Sibolga serta kondisi objek-objek wisata tersebut. Sebagai salah satu kota dengan keanekaragaman wisata yang dimiliki Sibolga layak untuk dijadikan sebagai salah satu Daerah Tujuan Wisata. Hal ini dapat kita lihat dari jenis-jenis wisata yang ada, misalnya wisata bahari, wisata alam, wisata budaya, wisata sejarah serta wisata kuliner.

Untuk mengoptimalkan kunjungan wisatawan ke Sibolga, maka perlu adanya pengembangan objek-objek wisata, sarana dan prasarana pendukung pariwisata serta pembenahan informasi mengenai objek-objek wisata yanga ada. Karena dengan pengembangan pariwisata yang dilakukan maka semua tujuan pariwisata akan terwujud.

Usaha pemerintah untuk menggalakkan pariwisata sebagai sumber devisa negara serta sebagai penunjang perekonomian masyarakat maka perlu adanya dukungan secara nyata oleh semua pihak. Baik itu datang dari kalangan pengusaha, dinas pariwisata, serta dari masyarakat itu sendiri.

Oleh karena itu, pemerintah terus berupaya dalam pengembangan sektor pariwisata. Karena pada saat sekarang ini sektor pariwisata merupakan suatu hal yang sangat penting dalam penunjang perkonomian rakyat dan pengurangan jumlah pengangguran sekaligus kemiskinan serta menjadi sumber devisa bagi negara.

Keyword : Pariwisata, Objek-Objek Wisata, Pengembangan, Kunjungan.


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Alasan Pemilihan Judul

Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki kekayaan alam yang cukup besar dengan beribu-ribu pulau, keanekaragaman pesona alam, suku, budaya dan berbagai peninggalan sejarah menjadikan negara ini layak untuk menjadi salah satu daerah tujuan wisata pilihan bagi para wisatawan mancanegara dan juga wisatawan domestik sendiri. Hal ini jugalah yang membuat pemerintah Indonesia mencanangkan pariwisata sebagai salah satu sektor andalan di Indonesia karena Indonesia memiliki potensi wisata yang sangat baik. Dikatakan sangat baik karena sekarang ini kegiatan pariwisata dan usaha-usaha yang ada di dalamnya telah terkoordinir sedemikian rupa, dalam arti telah memiliki lembaga-lembaga yang khusus untuk menangani masalah-masalah yang timbul dalam berbagai usaha yang ada di dalamnya.

Indonesia yang terdiri atas beribu-ribu pulau salah satunya adalah Pulau Sumatera khususnya propinsi Sumatera Utara. Propinsi ini merupakan salah satu propinsi yang ada di Indonesia yang memiliki kekayaan wisata alam, budaya, bangunan bersejarah, serta wisata kuliner yang sangat terkenal baik di dalam maupun di luar negeri. Ada banyak wisata alam yang menjadi primadona bagi Sumatera Utara misalnya, Danau Toba, Tangkahan, Bukit Lawang, Berastagi dan lain sebagainya. Begitu juga halnya dengan wisata bangunan bersejarah yang ada di Sumatera Utara banyak kita jumpai baik di ibu kota Propinsi Sumatera Utara yaitu Medan maupun di kota-kota lain yang berada di propinsi tersebut. Adapun


(12)

wisata bangunan bersejarah antara lain : Kantor pos, Bank BRI, Rumah Tjong A Fie, Istana Deli, dan lain sebagainya. Wisata budaya dan kuliner juga banyak dijumpai di Propinsi Sumatera Utara adapun wisata budaya yang dimiliki propinsi ini terdapat di kabupaten Tapanuli Tengah yaitu kebudayaan etnis Pesisir, di Kabupaten Toba Samosir yaitu kebudayaan Batak Toba, tor-tor si gale-gale dan lain sebagainya. Selain kebudayaan, kuliner Sumatera Utara juga cukup beraneka ragam hal ini disebabkan oleh setiap kota yang ada di Sumatera Utara memiliki kuliner masing-masing kota serta disebabkan suku dan etnis budaya yang beraneka ragam.

Salah satu kabupaten yang terdapat di Sumatera Utara memiliki potensi untuk dijadikan sebagai salah satu daerah tujuan wisata yaitu kabupaten Tapanuli Tengah khususnya kota Sibolga. Kebudayaan, sejarah serta pesona alam yang dimiliki kota Sibolga sudah sepantasnya dipromosikan baik di dalam maupun ke luar negeri dan peningkatan pembangunan pariwisata secara terencana, terarah, terpadu dan efektif.

Kota Sibolga merupakan ibu kota kabupaten Tapanuli Tengah. Kota ini tumbuh dari sebuah dusun kecil di Teluk Tapian Nauli. Sibolga merupakan sebuah kota bahari yang berfungsi melayani kepentingan perdagangan antar pulau maupun antar negara serta melayani para pelaut yang datang dari berbagai penjuru negeri yang hendak beristirahat atau sekedar bertamasya. Sibolga juga terdiri dari 2 (dua) etnis dominan yaitu etnis Batak Toba dan etnis Pesisir.

Kota Sibolga mempunyai luas wilayah seluas 3.536 Ha yang terdiri dari 1.126,67 Ha daratan Sumatera, 238,32 Ha daratan kepulauan dan 2.171,01 Ha lautan. Pulau-pulau yang termasuk dalam kawasan Kota Sibolga adalah pulau


(13)

Poncan Gadang, pulau Poncan Kete, dan pulau Sarudik. Sedangkan wilayah administrasi pemerintahan kota Sibolga terdiri dari 4 (empat) wilayah kecamatan yaitu kecamatan Sibolga Utara, kecamatan Sibolga Kota, kecamatan Sibolga Selatan dan kecamatan Sibolga Sambas.

Dilihat dari sisi kepariwisataan, kota Sibolga sangat potensial untuk dijadikan sebagai daerah tujuan wisata karena di samping keindahan alam pegunungan, pantai, taman laut, pulau-pulau dan makanan khas yang menjadi daya tarik andalan bagi wisatawan, Sibolga juga kaya akan peninggalan bersejarah, adat dan budaya. Letak sibolga juga sangat strategis untuk perjalanan wisata bagi wisatawan hal ini dikarenakan kota Sibolga merupakan titik sentral bagi wisatawan yang akan melanjutkan perjalanan ke daerah-daerah disekitarnya seperti Pulau Nias, Provinsi Sumatera Barat dan Nanggro Aceh.

Segala potensi wisata yang ada serta didukung dengan letak yang strategis untuk perjalanan wisata membuat Sibolga sangat cocok untuk dijadikan sebagai daerah tujuan wisata (DTW). Namun, keberadaan objek-objek wisata yang ada belum sepenuhnya mendapat perhatian dari pemerintah serta masyarakat setempat hal ini dapat dilihat dari kondisi objek-objek wisata yang ada di Sibolga serta kurangnya informasi mengenai objek-objek wisata yang ada. Oleh karena itu, untuk menjadikan Sibolga sebagai daerah tujuan wisata perlu adanya pembenahan dari lembaga kepariwisataan itu sendiri dan juga masyarakat sebagai insan pariwisata. Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk memilih judul kertas karya ini adalah “Upaya Pengembangan Potensi Objek-Objek Wisata


(14)

Adapun yang menjadi alasan penulis dalam memilih judul ini adalah:

1. Keanekaragaman wisata yang dimiliki oleh kota Sibolga masih sangat minim diketahui oleh masyarakat serta kondisi objek-objek wisata tidak terurus hal ini menyebabkan jarangnya wisatawan datang ke Sibolga untuk melakukan kegiatan wisatanya baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik sendiri.

2. Penulis ingin menyumbangkan buah pikiran daya upaya pelestarian dan pengembangan objek wisata serta ikut mempromosikan potensi wisata yang dimiliki kota Sibolga

1.2. Pembatasan Masalah

Kota Sibolga merupakan kota yang memiliki beberapa aset pariwisata yang sangat berpotensi dalam mendatangkan wisatawan. Adapun aset pariwisata yang dimiliki antara lain yaitu wisata bahari, wisata budaya, wisata sejarah dan wisata kuliner. Guna memudahkan pembahasan, maka penulis membatasi masalah terhadap judul yang akan dibicarakan dalam kertas karya ini. Dengan demikian, pembahasan kertas karya ini dititikberatkan pada masalah pengembangan objek-objek wisata yang ada di kabupaten Sibolga.

1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan kertas karya ini adalah:

1. Sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar ahli madya pariwisata pada program D-III Pariwisata bidang keahlian Usaha Wisata di Fakultas Sastra USU Medan.

2. Untuk mengetahui prospek serta permasalahan-permasalahan yang menjadi kendala dalam pengembangan objek wisata Sibolga.


(15)

3. Untuk memperkenalkan keanekaragaman aset wisata yang dimiliki oleh kabupaten sibolga sehingga menjadi daerah tujuan wisata pilihan bagi para wisatawan.

1.4. Metode Penulisan

Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan metode sebagai berikut: 1. Library Research (Penelitian Perpustakaan)

Penelitian berdasarkan bahan kepustakaan yang berkaitan dengan objek penulisan berupa buku, majalah, surat kabar dan brosur-brosur.

2. Field Research ( Penelitian Lapangan)

Penelitian yang dilakukan langsung ke lapangan tempat kegiatan penyelenggaraan kegiatan wisata untuk memperoleh data dan informasi.

1.5. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan suatu hasil kerja yang teratur dan terarah maka perlu adanya garis-garis besar tentang pokok yang akan dibahas. Adapun pokok-pokok pembahasan di dalam kertas karya ini dikelompokkan dalam beberapa bab sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Memuat mengenai alasan pemilihan judul, pembatasan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II : Uraian Teoritis Tentang Kepariwisataan

Mencakup tentang pariwisata sebagai ilmu, pengertian pariwisata dan kepariwisataan, pengertian objek dan atraksi


(16)

wisata, pengertian sarana dan prasarana kepariwisataan serta pengertian produk pariwisata.

BAB III : Gambaran Umum Kota Sibolga

Meliputi beberapa hal yaitu sejarah singkat kota Sibolga, letak geografis, demografi penduduk, sistem kekerabatan, sistem mata pencaharian penduduk, potensi objek wisata kota Sibolga

BAB IV : Upaya Pengembangan Objek Wisata Kabupaten Sibolga

Sebagai Daerah Tujuan Wisata

Meliputi tentang objek-objek wisata di kabupaten Sibolga, upaya pengembangan objek-objek wisata di kota Sibolga, kendala yang dihadapi dalam mengembangkan potensi pariwisata Sibolga, dampak positif dan negatif pengembangan pariwisata.

BAB V : Penutup


(17)

BAB II

URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN

2.1. Pariwisata Sebagai Ilmu

Peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi diberbagai negara tidak diragukan lagi. Banyak negara mengembangkan potensi pariwisata dengan serius karena pariwisata bisa mendatangkan devisa bagi negara, pengurangan angka pengangguran serta pengentasan kemiskinan.

Umumnya pariwisata dianggap dan diperlakukan hanya sebuah “industri” padahal sebagaimana dikemukakan oleh Smith dan Eadington (1992) dalam buku

pengantar pariwista I Gde Pitana dan I Ketut Surya Diarta (2009) pariwisata

sangat layak untuk dipandang sebagai objek kajian dan dikembangkan sebagai ilmu, karena mempunyai sejarah, pustaka, dan prinsip-prinsip yang terstruktur serta berbagai aspek keilmuan lainnya.

Tanggal 31 Maret 2008 menjadi hari yang sangat bersejarah bagi kepariwisataan di Indonesia karena hari itu pariwisata akhirnya diakui sebagai Ilmu di Indonesia. Pada tangggal tersebut keluar surat dari Dirjen Dikti Depdiknas No.947/D/T/2008 dan 948/D/T/2008 yang ditujukan kepada Mentri Kebudayaan dan Pariwisata yang secara eksplisit menyebutkan bahwa Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dapat menyetujui pembukaan jenjang Program Sarjana (S1) dalam beberapa program studi pada STP Bali dan STP Bandung. Dengan dikeluarkannya izin pembukaan program studi jenjang sarjana (akademik) oleh mentri kebudayaan dan pariwisata hal ini juga berarti ada pengakuan secara


(18)

formal bahwa pariwisata bukanlah sebuah industri melainkan suatu disiplin Ilmu yang sejajar dengan disiplin ilmu-ilmu lainnya.

Pengakuan formal pariwisata sebagai ilmu di Indonesia merupakan hasil kerja keras seluruh stakeholders pariwisata Indonesia. Perjuangan untuk menjadikan pariwisata sebagai ilmu dimulai pada awal tahun 1980-an hal ini terkait dengan rencana pendirian Program Studi Ilmu Kepariwisataan di Universitas Udayana. Namun perjuangan untuk menjadikan pariwisata sebagai ilmu terkesan mati suri, pada tahun 2006 perjuangan tersebut kembali digerakkan dengan mendapatkan dukungan penuh dari mentri kebudayaan dan pariwisata Ir. Jero Wacik, SE. Melalui Badan Pengembangan Sumber Daya Budpar, Depbudpar bekerja sama dengan Hildiktipari mengadakan rapat koordinasi pendidikan pariwisata pada 24 Agustus 2006 di gedung Sapta Pesona Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Jakarta. Dari hasil rapat tersebut lahir “Deklarasi Pariwisata Sebagai ilmu” yaitu berisi dua pokok poin. Pertama, pariwisata adalah cabang ilmu yang mandiri, yang sejajar dengan ilmu-ilmu lain dan kedua, Progaram S1, S2, S3 ilmu pariwisata di berbagai lembaga pendidikan tinggi sudah layak diberikan izin oleh Departemen Pendidikan Sosial.

Pariwisata dikatakan sebagai ilmu karena secara konseptual, ilmu adalah suatu pengetahuan sistematis yang diperoleh berdasarkan pengalaman (empirik) dan percobaan (eksperimen) dengan metode-metode yang dapat diuji, serta minimal memiliki 3 syarat dasar yakni: ontologi (objek atau fokus yang dikaji), epistemologi (metodologi untuk memperoleh pengetahuan) dan aksiologi (nilai manfaat pengetahuan) ketiga aspek ilmu tersebut dimiliki oleh pariwisata. Di dalam pariwisata ketiga syarat dasar dikatakan sebagai suatu disiplin ilmu yang


(19)

sejajar dengan ilmu-ilmu lainnya bisa diuji dengan menggunakan ketiga aspek tersebut.

1) Aspek Ontologi

Ilmu pariwisata harus mampu menyediakan informasi ilmiah yang lengkap tentang hakikat pelancongan, gejala pariwisata, wisatawannya sendiri, prasarana dan sarana pariwisata, objek – objek yang dikunjungi, sistem dan organisasi, dan kegiatan bisnisnya serta semua komponen pendukung di daerah asal wisatawan maupun di daerah destinasi wisata. Ilmu pariwisata juga harus dibangun berdasarkan suatu penjelasan yang mendalam, tidak terburu – buru dan perlu dibuatkan taksonominya.

Setiap ilmu memiliki objek material dan objek formal. Objek material adalah seluruh lingkup (makro) yang dikaji suatu ilmu. Objek formal adalah bagian tertentu dari objek material yang menjadi perhatian khusus dalam kajian ilmu tersebut. Secara asumtif dapat dikatakan bahwa objek formal kajian (aspek ontologi) ilmu pariwisata adalah masyarakat. Oleh sebab itu, pariwisata dapat diposisikan sebagai salah satu cabang ilmu sosial karena focus of interest-nya adalah kehidupan masyarakat manusia.

Dengan demikian fenomena pariwisata dapat difokuskan pada tiga unsur yakni: pergerakan wisatawan, aktivitas masyarakat yang memfasilitasi pergerakan wisatawan dan implikasi atau akibat-akibat pergerakan wisatawan dan aktivitas masyarakat yang memfasilitasinya terhadap kehidupan masyarakat secara luas.

2) Aspek Epistemologi

Aspek epistemologi pariwisata menunjukkan pada cara-cara memperoleh kebenaran atas objek ilmu. Kebenaran yang dimaksud adalah kebenaran ilmiah,


(20)

yakni didasarkan pada suatu logika berpikir yang rasional, objektif, dan dapat diuji secara empirik. Sebagai contoh, pergerakan wisatawan sebagai salah satu objek formal “ilmu” pariwisata dipelajari dengan menggunakan suatu metode berpikir rasional. Misalnya, pergerakan wisatawan terjadi akibat adanya interaksi antara ketersediaan sumberdaya (waktu luang, uang, infrastuktur) dengan kebutuhan mereka untuk menikmati perbedaan dengan lingkungan sehari-hari.

Pergerakan wisatawan, aktivitas masyarakat yang memfasilitasinya maupun implikasi kedua-duanya terhadap kehidupan masyarakat secara luas merupakan suatu kesatuan yang saling berhubungan atau saling mempengaruhi. Setiap pergerakan wisatawan selalu diikuti dengan penyediaan fasilitas wisata dan interaksi keduanya akan menimbulkan konsekuensi-konsenkuensi logis dibidang ekonomi, sosial, budaya, ekologi bahkan politik.

3) Aspek Aksiologi

Aksiologi merupakan aspek ilmu yang sangat penting. Perjalanan dan pergerakan wisatawan adalah salah satu bentuk kegiatan dasar manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang beragam baik dalam bentuk pengalaman, pencerahan, penyegaran fisik dan psikis maupun dalam bentuk aktualisasi diri.

Masalah yang mungkin muncul dari pergerakan itu adalah bahwa penyediaan media yang lebih tepat dan sesuai dengan kebutuhan wisatawan akan terbatas. Akibatnya muncul persoalan baru pada penurunan derajat kepuasan wisata dan penurunan mutu jasa yang ditawarkan. Untuk mengatasi persoalan pariwisata sebagai ilmu akan terus mencoba menemukan cara-cara yang lebih tepat dan memberikan dampak positif bagi pemenuhan kesejahteraan manusia.


(21)

2.2. Pengertian Pariwisata dan Kepariwisataan

Drs. Oka A Yoeti dalam bukunya Pengantar Ilmu Pariwisata, 1996 menjelaskan tentang beberapa defenisi pariwisata. Kata pariwisata berasal dari bahasa Sanskerta, sesungguhnya bukanlah berarti “tourisme” (bahasa Belanda) atau “tourism” (bahasa Inggris). Kata pariwisata terdiri atas dua suku kata yaitu masing-masing kata “pari” dan “wisata”.

Pari, berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap.

Wisata, berati perjalanan, bepergian yang dalam hal ini sinonim dengan

kata travel dalam bahasa Inggris.

Jadi secara harafiah dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ketempat lain. Namun para ahli pariwisata mendefenisikan pariwisata sebagai berikut:

- Herman V. Schulalard, seorang ahli ekonomi bangsa Australia dalam tahun 1990 memberikan batasan pariwisata sebagai berikut:

Kepariwisataan (tuorism) adalah sejumlah kegiatan, terutama yang ada

kaitannya dengan dengan kegiatan perekonomian yang secara langsung berhubungan dengan masuknya, adanya pendiaman dan bergeraknya orang-orang asing keluar masuk kota, daerah atau negara.

- E. Guyer Freuler merumuskan pengertian pariwisata sebagai berikut: pariwisata dalam artian modern adalah merupakan fenomena dari jaman sekarang, yang didasarkan atas kebutuhan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar dan menumbuhkan cinta terhadap keindahan alam dan pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat manusia sebagai hasil daripada


(22)

perkembangan perniagaan, industri, perdagangan serta penyempurnaan dari pada alat-alat pengangkutan.

- Oka A.Yoeti memberikan defenisi pariwisata sebagai berikut:

pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ketempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafkah ditempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan rekreasi.

Defenisi pariwisata yang dikemukakan oleh para pakar pariwisata tidak dapat persis sama karena pariwisata bersifat fleksibel apa yang dilihat dan dirasakan itu yang tertuang dalam pemaknaan pariwisata.

Berbeda dengan pengertian pariwisata kata kepariwisataan mengandung arti yaitu keseluruhan daripada gejala-gejala yang ditimbulkan oleh perjalanan dan pendiaman orang-orang asing serta penyediaan tempat tinggal sementara dengan maksud tidak tinggal menetap dan tidak memperoleh penghasilan dari aktifitas yang bersifat sementara itu.

Menurut para ahli pariwisata mengemukakan defenisi kepariwisataan sesuai dengan beberapa batasan tentang pariwisata antara lain:

- Dr. Hubert Gulden

Kepariwisataan adalah suatu seni dari lalu lintas orang, dalam mana manusia-manusia berdiam di suatu tempat asing untuk maksud tertentu, tetapi dengan kediamannya itu tidak boleh dimaksudkan akan tinggal menetap untuk melakukan pekerjaan selama-lamanya atau meskipun sementara waktu.


(23)

- Dr. R. Gluckmann

Kepariwisataan diartikan sebagai keseluruhan hubungan antara manusia yang hanya berada sementara waktu dalam suatu tempat kediaman dan berhubungan dengan manusia-manusia yang tinggal di tempat itu.

- Ketetapan MPRS No I-II Tahun 1960

Kepariwisataan dalam dunia modern pada hakekatnya adalah suatu cara untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam memberi liburan rohani dan jasmani setelah beberapa waktu bekerja serta mempunyai modal untuk melihat-lihat daerah lain (pariwisata dalam negeri) atau negara-negara lain (pariwisata luar negeri).

Dalam pengertian kepariwisataan yang telah dikemukakan di atas terdapat beberapa faktor penting yang ada dalam batasan suatu defenisi pariwisata antara lain:

a) Perjalanan itu dilakukan sementara waktu

b) Perjalanan itu dilakukan dari suatu tempat ketempat lainnya

c) Perjalanan yang dilakukan walaupun apa bentuknya harus selalu dikaitkan dengan bertamasya atau rekreasi.

d) Orang yang melakukan perjalanan itu tidak bernaksud untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi tetapi semata-mata sebagai konsumen di tempat tersebut.


(24)

2.3. Pengertian Objek dan Atraksi Wisata

Objek dan atraksi wisata merupakan salah satu syarat suatu daerah dikatakan sebagai Daerah Tujuan Wisata (DTW) dengan tidak adanya objek atau atraksi wisata di suatu daerah maka daerah tersebut tidak mempunyai daya tarik bagi orang-orang untuk berkunjung.

Daya tarik wisata ada dua (2) yaitu:

1. Daya tarik wisata yang bersifat “nature attraction” atau biasa disebut dengan objek wisata. Pengertian dari objek wisata adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata berupa benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam smesta yang menjadi daya tarik bagi orang-orang untuk berkunjung.

Kelompok yang termasuk di dalamnya ialah:

a. Iklim, misalnya cuaca cerah (clean air), banyak cahaya matahari (sunny

day), sejuk (mild), kering (dry), dan sebagainya.

b. bentuk tanah dan pemandangan (land cinfiguration and landscape). Lembah pegunungan (scenic mountain), sungai (river), danau (lakes), pantai (beach), air terjun (water fall), dan sebagainya.

c. fauna dan flora, seperti tanaman-tanaman yang aneh, binatang buas (wild

life), cagar alam (nation park,), dan sebagainya

2. Daya tarik wisata yang bersifat “ man-made attraction ” atau disebut dengan atraksi wisata. Pengertian dari atraksi wisata adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata yang menjadi daya tarik bagi orang-orang dan merupakan hasil cipta manusia.


(25)

kelompok ini yang termasuk di dalamnya yaitu benda-benda bersejarah, kebudayaan dan keagamaan misalnya:

- Monumen bersejarah dan sisa peralatan masa lampau - Museum, art galery, kesenian rakyat, handicraft - Acara tradisional, pameran, upacara perkawinan

- Rumah-rumah beribadah seperti Mesjid, Gereja dan Candi maupun pura.

2.4. Pengertian Sarana dan Prasarana Pariwisata

Sarana maupun prasarana kepariwisataan sesungguhnya merupakan tourist

supply karena apabila kita hendak mengembangkan suatu pariwisata kita

seharusnya terlebih dahulu melengkapi sarana dan prasarana kepariwisataan. Karena dengan tidak adanya sarana dan prasarana yang mendukung wisata maka pariwisata tidak akan pernah berkembang.

Sarana kepariwisataan terdiri atas tiga macam di mana ketiganya saling melengkapi, yakni:

a) Sarana pokok kepariwisataan (main tourism superstructure)

Pokok kepariwisataan adalah perusahaan-perusahan yang hidup dan kehidupannya sangat tergantung kepada lalu lintas wisatawan dan travelers lainnya. Fungsinya adalah menyediakan fasilitas pokok yang dapat memberikan pelayanan bagi kedatangan wisatawan.

Sarana pokok kepariwisataan antara lain:

Receptive Tourist plant yaitu perusahaan-perusahaan yang kegiatannya

mempersiapkan dan merencanakan perjalanan wisatawan seperti travel agent, toup operator, touris transportation (tourist bus, coach bus, taxi, rent-a-car dan sebagainya)


(26)

Residential tourist plant yaitu perusahaan-perusahaan yang memberikan

pelayanan untuk menginap, menyediakan makanan dan minuman di daerah tujuan, misalnya: hotel, motel, cottages, camping area, bar dan restaurant, coffee shop, cafetaria, grill room, dan sebagainya.

b) Sarana pelengkap kepariwisataan (supplementing tourism superstructure) Sarana pelengkap kepariwisataan adalah fasilitas-fasilitas yang dapat melengkapi sarana pokok sedemikian rupa, sehingga fungsinya dapat membuat wisatawan lebih lama tinggal di tempat atau di daerah yang dikunjungi.

Yang termasuk dalam sarana pelengkap kepariwisataan adalah:

Recreatit and spotive plant, misalnya: fasilitas untuk berolah raga, ski, golf course, tennis court, swimming pool, hunting safari, boating facilities.

c) Sarana penunjang kepariwisataan (supporting tourism superstructure)

Sarana penunjang kepariwisataan adalah fasilitas yang diperlukan wisatawan khususnya business tourist, fungsinya tidak hanya melengkapi sarana pokok dan sarana pelengkap, tapi fungsi yang lebih penting adalah membuat wisatawan lebih banyak membelanjakan uangnya di tempat atau di daerah yang dikunjungi. Misalnya: Night Club, Steambath, Casino, Souvenir Shop, dan sebagainya.

Sedangkan yang dimaksud dengan prasarana (infrastucture) adalah semua fasilitas yang memungkinkan proses perekonomian dapat berjalan dengan lancar sedemikian rupa, sehingga dapat memudahkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam pengertian ini yang termasuk dalam prasarana adalah:


(27)

Prasarana umum (General Infrastucture)

Yaitu prasarana yang menyangkut kebutuhan umum bagi kelancaran perekonomian.

Adapun yang termasuk dalam kelompok ini diantaranya ialah: - Sistem penyediaan air bersih

- Pembangkit tenaga listrik

- Jaringan jalan raya dan jembatan - Airport, pelabuhan, station, terminal

- Kapal tambang (ferry), kereta api dan lain-lain - Telekomunikasi

Kebutuhan masyarakat banyak (basic needs of civilized life)

Yaitu prasarana yang menyangkut kebutuhan masyarakat banyak dan yang termasuk dalam kelompok ini adalah Rumah sakit, apotik, pompa bensin, kantor pos, polisi, pengadilan, badan legislatif, pemerintahan umum, bank, dan sebagainya.

2.5. Pengertian Produk Pariwisata

Kata produk mengandung arti hasil, jadi menurut pengertian tersebut yang dimaksud dengan produk pariwisata adalah semua jasa-jasa (service) yang dibutuhkan wisatawan semenjak ia berangkat meninggalkan tempat kediamannya sampai ia ke rumah di mana ia tinggal. Produk pariwisata terdiri dari berbagai macam unsur atau merupakan suatu “package” yang tak terpisah. Dari pengertian tersebut dapat kita menyimpulkan bahwa pengertian Industri pariwisata adalah kumpulan dari macam-macam perusahaan yang secara bersama menghasilkan


(28)

barang dan jasa (goods & service) yang dibutuhkan para wisatawan khususnya dan traveller pada umumnya, selama dalam perjalanannya.

Pengertian industri pariwisata ditinjau dari ekonomi ada dua yaitu: Pengertian industri pariwisata ditinjau dari segi ekonomi mikro yaitu industri pariwisata adalah setiap unit produksi yang dapat menghasilkan produk atau jasa tertentu. Atas dasar pengertian ini hotel atau transportasi secara sendiri-sendiri dapat disebut sebagai industri pariwisata (dalam pengertian sempit). Sedangkan dalam pengertian ekonomi makro, yang dimaksud dengan industri pariwisata adalah kesuluruhan unit-unit produksi ( travel agent, tourist transportation, hotel,

catering trade, tour operator, touriet onbjects, tourist attraction, and souvenirshop), baik yang tempat kedudukannya di daerah, dalam negeri atau luar

negeri yang ada kaitannya dengan perjalanan wisatawan yang bersangkutan. ( dalam buku pemasaran Oka A.Yoety, 1979)

Sesungguhnya produk pariwisata dapat dikelompokkan dalam dua (2) kategori yaitu:

- Main product adalah produk utama pariwisata yang sangat berperan penting

dalam perjalanan wisatawan misalnya Tranportasi, Akomodasi, food and

beverage ( F& B), Souvenir dan Entertainment, travel dan lain sebagainya.

- Supporting product adalah produk pariwisata yang kedudukannya hanya

sebagai pelengkap/pendukung dalam perjalanan wisatawan misalnya photo

supplier, post office, bank dan lain sebagainya.

Dipandang dari segi ciri-ciri produk, produk industri pariwisata sangat berbeda dengan produk industri lainnya. Di mana ciri-ciri dari produk industri pariwisata adalah sebagai berikut:


(29)

1. Produk industri pariwisata tidak dapat dipindahkan oleh sebab itu, dalam penjualannya tidak mungkin pelayanan itu sendiri dibawa kepada konsumen akan tetapi, konsumen (wisatawan) yang harus datang ketempat produk tersebut dihasilkan. Namun dalam industri barang biasa hasil atau produknya dapat dipindahkan kemana barang itu dibutuhkan atau diinginkan konsumen

2. Pada umumnya peranan perantara (middlemen) tidak diperlukan, karena proses produksi terjadi pada saat yang bersamaan dengan konsumsi. Satu-satunya perantara yang merupakan saluran (channel) dalam penjualan jasa-jasa industri pariwisata hanyalah travel agent atau tour operator.

3. Produk pariwisata tidak dapat ditimbun seperti halnya terjadi pada industri barang lainnya, di mana penimbunan hanya merupakan kebiasaan untuk meningkatkan permintaan.

4. Produk industri pariwisata tidak mempunyai standar atau ukuran yang objektif, seperti halnya industri barang lainnya yang mempunyai ukuran panjang, lebar, isi dan lain-lain. Di sini hanya menggunakan patokan bagus, jelek atau puas atau tidaknya orang yang diberi pelayanan.

5. Permintaan (demand) terhadap produk industri pariwisata tidak tetap dan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor non-ekonomis. Terjadinya kekacauan atau peperangan atau bencana alam, akan mengakibatkan menurunnya permintaan. Sebaliknya bila mana musim liburan dengan kondisi normal maka permintaan akan meningkat, sehingga terjadi kekurangan dalam supply.


(30)

6. Calon konsumen tidak dapat mencoba atau mencicipi produk yang dibelinya. Dia hanya dapat melihat dari brochures ( leaflet, booklet, poster) melalui slides, tv, atau film yang dibuat khusus untuk itu.

7. Dari segi kepemilikan usaha, penyediaan produk industri pariwisata dengan membangun sarana-sarana kepariwisataan yang benar, sedangkan elastisitas permintaan ( demand) sangat kuat.

Dari ciri tersebut jelas terlihat perbedaan antara produk industri pariwisata dengan produk barang lainnya. Produk industri pariwisata tidak berbentuk barang namun berupa pelayanan jasa sehingga produk yang dijual di dalam industri pariwisata berupa kenangan atau rasa puas yang akan didapat oleh wisatawan dari tempat atau daerah yang ia kunjungi.


(31)

BAB III

GAMBARAN UMUM KOTA SIBOLGA

3.1. Sejarah Kota Sibolga

Pantai Barat Sumatera, mempunyai kaitan panjang dalam lintasan sejarah. Sejak dahulu daerah ini telah dikunjungi para pelaut yang datang dari dalam dan luar negeri dengan tujuan berdagang. Masyarakat pedalaman di dataran Sumatera bagian barat sangat butuh akan hasil laut dan garam yang diproduksi di sekitar pantai barat Sumatera, sebaliknya masyarakat pesisir pantai memerlukan hasil pertanian dan hasil hutan. Pada waktu itu orang –orang dari Batak Toba membeli garam dari penduduk yang mengolah garam di pulau Mursala namun, ada juga sebagian yang pergi ke pantai Timur Sumatera. Sebelum Sibolga berdiri, pemukiman penduduk berada di sekitar Tapian Nauli misalnya: Jago-jago, Pargudangan, Poriaha, Sorkam dan Barus.

Tahun 1523 terjadi pertikaian antara orang Batak Timur dengan Aceh. orang Batak meminta pertolongan kepada Portugis di Malaka namun, mereka tetap kalah. Menghadapi kekalahan dan untuk menghadapi terjadinya pertikaian baru, banyak orang-orang batak melakukan perjalanan ke Pantai Barat. Ini mangakibatkan rute perjalanan semakin ramai.

Melihat kondisi alam Teluk Tapian Nauli yang sangat strategis untuk berlabuh, didukung oleh keindahan alam dan laut yang tenang menjadikan hubungan antar masyarakat pesisir dan pendalaman tetap terjalin. Belanda yang juga melihat kelebihan daerah Teluk Sibolga, mulai singgah di Tapian Nauli pada 14 Desenber 1601 dengan dua (2) buah kapal yang dipimpin oleh Gerard de Roji


(32)

dan Laurens Deckter. Mereka membeli rempah-rempah dan hasil hutan Tapian Nauli yang pada saat itu telah mulai sebagai lintasan perdagangan juga diramaikan oleh para pedagang dari Eropa, Arab, India dan Cina.

Saat perdagangan semakin ramai, VOC, perusahaan dagang Belanda mulai ikut berperan serta dan berusaha keras merebut jalur perdagangan yang ada dengan cara penyediaan pengawalan perdagangan oleh kapal perang, persaingan pun tidak dapat dihindari. Belanda yang kontra dengan Inggris memicu pertikaian yang menjurus pada peperangan.

Saat itu Ompu Datu Hurinjom Hutagalung yang berasal dari Silindung membuat pemukiman di Simaninggir, sebuah kawasan dekat dengan Bonan dolok, 10 Km sebelah utara Sibolga. Tempat tersebut berada di ketinggian yang dapat langsung memantau ke Teluk Tapian Nauli, akhirnya daerah ini berfungsi sebagai persinggahan bagi orang yang melakukan perjalanan dari Silindung (Batak Toba) ke daerah pantai untuk melakukan perdagangan.

Perawakan Ompu Datu Hurinjum tinggi besar, dalam bahasa batak disebut

balga. Para pedagang pribumi sering berkata “Beta singgah tu inganan si balga-i”,

karena bagi orang batak sangat tabu menyebut nama orang yang disegani, nama julukan itu tetap disebut orang sampai kepada cucunya.

Ketika Ompu Datu Hurinjom Hutagalung menetap di Simaninggir, situasi di teluk Tapian Nauli masih tenang akan tetapi, dengan masuknya orang-orang Eropa ke daerah Teluk untuk melakukan perdagangan mengakibatkan keadaan menjadi kacau karena mereka ingin melakukan monopoli dan persaingan ini selalu diakhiri dengan konflik.


(33)

Melihat kondisi ini, Datu Hurinjom melakukan konsolidasi dengan penduduk pribumi untuk mencari cara menghadapi Si Bottar Mata ( julukan pada orang Eropa). Kemudian Datu Hurinjom mulai memindahkan tempat tinggal ke daerah pantai yakni Mela Dolok kemudian berpindah lagi ke Simare-mare). Perpindahan ini dilanjutkan oleh anaknya Ompu Datu Timbo dan keturunannya bernama Raja Luka.

Belanda mulai mendapat perlawanan dari penduduk pribumi. Menghadapi situasi demikian, Belanda mulai mendirikan Loji di Barus (tahun 1669) yang saat itu Inggris mendirikan Loji di Bengkulu dan Pariaman (Tahun 1685) demi kepentingan perusahaan mereka yang bernama East Indian Company, Loji Inggris di Bengkulu ini dikenal dengan nama Port Marlborough.

Penduduk pribumi sangat lemah tanpa perlengkapan apapun menghadapi tekanan orang Eropa yang telah berpengalaman dalam perang. Untuk itu, saat melakukan koordinasi dengan para penduduk, Datu Hurinjom menawarkan siasat menghadapi musuh dengan filosofi lunak “pergunakan tenaga musuh untuk memenangkan cita-citamu”. Siasat ini berhasil hampir satu dekade (1681-1690) Inggris mensuplai senjata kepada pemberontak untuk melawan Belanda. Perang bergejolak dengan sistem gerilya di Tapian Nauli, Sorkam dan Barus. Pada saat itu Belanda berhasil menangkap raja Lela Wangsa Barus dan kemudian mengasingkannya ke Goode Hop – Afrika Selatan.

Salah satu keturunan Datu Hurinjom yang bernama Raja Luka, menilai kondisi semakin kacau dan merasa perlu memindahkan pemukiman masyarakat dari daerah Simare-mare ke daerah pantai. Berkat jasanya dalam mendorong


(34)

perpindahan masyarakat mendekati pantai walau kondisi sarat dengan konflik, Raja Luka Hutagalung akhirnya digelari dengan julukan Tuanku Dorong.

Tuanku Dorong memulai penataan pemukiman sejak tanggal 02 April 1700 kemudian melengkapi pemukiman Raja dan Parripe (penduduk) tersebut sesuai dengan syarat - syarat sebagaimana lazimnya orang batak saat mendirikan pemukiman (Mamukka Huta – bahasa Batak). Yang mana kelengkapannya antara lain :

a) Raja b) Panglima c) Datu

Nama pemukiman tersebut dahulunya disebut Huta ni Si Balga (kampung si Balga). Namun karena faktor – faktor dialek bahasa mengakibatkan terjadinya perbedan ucapan,yakni;

 Si Balga berubah menjadi SiBolga ( dalam bahasa Batak )

 Sibolga berubah menjadi Siboga ( dalam bahasa pesisir )

 Sibougah ( dalam bahasa Belanda dan Inggris )

 Sibaruga ( dalam bahasa Jepang )

3.2. Letak Geografis Sibolga

Kota Sibolga terletak pada 1044’ Lintang Utara dan 98047’ Bujur Timur. Sebelah utara, timur, selatan dan barat berbatasan dengan kabupaten Tapanuli Tengah. Luas wilayah Sibolga seluas 3.536 Ha yang terdiri dari 1.126,67 Ha daratan Sumatera, 238,32 Ha daratan kepulauan dan 2,171,01 Ha lautan.


(35)

3.3. Demografi Penduduk

Jumlah penduduk Kota Sibolga menurut sensus penduduk tahun 2008 berjumlah 94.614 jiwa yang terdiri dari 47.420 jiwa penduduk laki-laki dan 47.194 jiwa penduduk perempuan serta 20.565 rumah tangga. Sedangkan hasil sensus penduduk tahun 2000 berjumlah 82.310 jiwa, dengan demikian rata-rata laju pertumbuhan penduduk per tahun (2000-2008) mencapai 1.99%. Bila dibandingkan dengan luas Kota Sibolga (10,77 Km), maka rata-rata tingkat kepadatan penduduknya mencapai 8.785 jiwa per km dan rata-rata sebanyak 5 jiwa di setiap rumah tangga. Dilihat menurut agama yang dianut berdasarkan hasil sensus penduduk 2000, penduduk Sibolga sebagian besar adalah beragama Islam 58,46% kemudian Protestan 32,26%, Katholik 5,21%, Budha 3,67% dan sisanya Hindu dan lainnya sebanyak 0,3%.

3.4. Sistem Kekerabatan

Sistem dan organisasi kemasyarakatan terkait dengan peran manusia sebagai makhluk sosial atau makhluk individu yang tidak dapat melepaskan diri dari hubungan dengan manusia lain. Sebagai akibat dari hubungan yang terjadi di antara individu-individu (manusia) kemudian lahir kelompok-kelompok sosial (social group) yang dilandasi oleh kesamaan kepentingan bersama. Kota Sibolga terdiri dari beberapa etnis yang mendiami hal ini membuat sistem kekerabatan di Sibolga berbeda-beda.

a. Untuk etnis batak

Orang batak yang ada di Sibolga, sistem kekerabatan yang diterapkan adalah Dalihan Na Tolu. Pengertian dalihan natolu adalah satuan tungku tempat memasak yang terdiri dari tiga batu. Pada zamannya, kebiasaan masyarakat Batak


(36)

memasak di atas tiga tumpukan batu dengan bahan bakar kayu. Tiga tungku itu, dalam bahasa Batak disebut dalihan. Falsafah dalihan natolu paopat sihal-sihal dimaknakan sebagai kebersamaan yang cukup adil dalam kehidupan masyarakat Batak. tiga tungku yang disebut sebagai Dalihan ini bermakna tiga unsur kekerabatan yakni Hula-Hula, Boru dan Dongan Tubu.

b. Untuk etnis pesisir

Orang pesisir pemakaian Adat Sumando yang nota bene adalah budaya yang berasal dari daerah Minangkabau. Kedatangan kaum paderi ke tanah Barus dan menyebarkan pengaruhnya dalam adat istiadat di daerah itu hal ini juga sampai ke pesisir Sibolga.

Juga tertulis dalam sejarah, pengaruh budaya Minangkabau terlihat jelas pada pada tanggal 11 Maret 1815 saat disepakatinya Perjanjian Tigo Badusanak yang dipelopori oleh raja Sibolga saat itu dan diikuti oleh :

1). Raja Bandaro Poncan 2). Sutan Bagindo Tapian Nauli 3). Dt. Bandaro Kayo Kalangan 4). Dt. Rajo Amat Sorkam Kanan 5). Raja Bukit Sorkam Kiri

6). Raja Lumut

Perjanjian ini memuat 16 pasal perjanjian dengan isi pokok sebagai berikut: a. Bila terdapat perselisihan di antara Raja ataupun pemimpin Negeri

maka cukup


(37)

b. Kalau konflik tersebut tidak dapat diatasi, maka akan diserahkan pada Resident di Pulau Poncan.

c. Pasal 5 ditujukan khusus pada Raja Sibolga, raja diminta meramaikan negerinya dengan menerima kedatangan penduduk dari daerah sekitar yang ingin menetap di Sibolga.

Yang menarik dari penggunaan sistem kekerabatan etnis Pesisir adalah penerapan Adat Sumando tidak menjadikan masyarakat pesisir mengadopsi aturan maternalistik/garis keturunan ibu atau pendimonasian pihak keluarga ibu tapi tetap mengadopsi adat Batak yang paternalistik dengan tetap memakai marga dari pihak ayah juga terlihat dari adat perkawinan dimana peminangan dilaksanakan oleh pihak lelaki bukan oleh pihak perempuan.

3.5. Sistem Mata Pencaharian

Kota Sibolga merupakan kota yang berada di pinggiran pantai yang luas daerah perairannya lebih luas dibandingkan dengan luas daratannya. Hal ini membuat masyarakat kota Sibolga sebagian besar mata pencahariannya adalah sebagai nelayan. Selain nelayan masyarakat Sibolga juga memiliki sistem mata pencaharian lain seperti petani dan peternak hal ini dapat dilihat dari hamparan sawah yang luas serta ternak-ternak kerbau yang terdapat di desa Tukka. Ini membuktikan bahwa masyarakat Sibolga juga hidup dari hasil pertanian dan peternakan. Selain dari itu pegawai negeri, pegawai swasta, wira usaha serta pedagang juga merupakan mata pencaharian sebagian masyarakat Sibolga.

3.6. Potensi Objek Wisata Sibolga

Sibolga merupakan salah satu kota yang ada di Sumatera Utara yang terdiri dari berbagai aneka wisata yang berpotensi untuk mendatangkan para


(38)

wisatawan. Jenis potensi wisata yang dimiliki Sibolga yakni: wisata alam, wisata sejarah dan wisata kuliner dan wisata budaya. Akan tetapi, wisata budaya dapat kita temui hanya pada saat-saat tertentu saja.

3.6.1 Defenisi Potensi dan Objek Wisata

Pengertian dari potensi wisata adalah daya tarik yang terkandung pada suatu daerah untuk dikembangkan menjadi suatu objek wisata yang menarik dan juga mampu mendatangkan wisatawan untuk berkunjung ke daerah tersebut. Sedangkan objek wisata adalah perwujudan ciptaan manusia, tata hidup seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi. Selanjutnya Direktorat Perlindungan dan Pengawetan Alam mengasumsikan objek wisata adalah pembinaan terhadap kawasan beserta seluruh isinya maupun terhadap aspek pengusahaan yang meliputi kegiatan pemeliharaan dan pengawasan terhadap kawasan wisata. Objek wisata yang mempunyai unsur fisik lingkungan berupa tumbuhan, satwa, geomorfologi, tanah, air, udara, dan lain sebagainya serta suatu atribut dari lingkungan yang menurut anggapan manusia memiliki nilai tertentu seperti keindahan, keunikan, kelangkaan, kekhasan, keragaman, bentangan alam dan keutuhan (Anonymous, 1987) dalam blogspot soemarno.multiply.multiplycontent.com.

3.6.2 Wisata Alam

Wisata alam merupakan salah satu potensi wisata yang terdapat di kota Sibolga, adapun pengertian wisata alam adalah bentuk kegiatan rekreasi dan pariwisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam, baik dalam keadaan alami maupun setelah ada usaha budi daya, sehingga memungkinkan wisatawan memperoleh kesegaran jasmani dan rohania, mendapatkan pengetahuan dan


(39)

pengalaman serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Anonymous, 1982) dalam blogspot soemarno.multiply.multiplycontent.com.

Menurut Undang-undang No.5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam. Sedangkan kawasan konservasi sendiri adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Pasal 31 dari Undang-undang No.5 tahun 1990 menyebutkan bahwa dalam taman wisata alam dapat dilakukan kegiatan untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budi daya dan wisata alam. Pasal 34 menyebutkan pula bahwa pengelolaan taman wisata dilaksanakan oleh Pemerintah.

Obyek wisata alam yang ada di Indonesia dikelompokkan menjadi dua obyek wisata alam yaitu obyek wisata yang terdapat di luar kawasan konservasi dan obyek wisata yang terdapat di dalam kawasan konservasi yang terdiri dari taman nasional, taman wisata, taman buru, taman laut dan taman hutan raya. Semua kawasan ini berada di bawah tanggung jawab Direktorat Jendral Perlindungan dan Pelestarian Alam. Kegiatan rekreasi yang dapat dilakukan berupa lintas alam, mendaki gunung, mendayung, berenang, menyelam, ski air, menyusur sungai arus deras, berburu (di taman buru). Sedangkan obyek wisata yang terdapat di luar kawasan konservasi dikelola oleh Pemerintah Daerah, Pihak Swasta dan Perum Perhutani, salah satunya adalah Wana Wisata.


(40)

Adapun prinsip-prinsip wisata alam antara lain:

a) Menurut Undang-Undang Kepariwisataan No. 9 Tahun 1990, penyelenggaraan pariwisata dilaksanakan dengan tetap memelihara kelestarian dan mendorong upaya peningkatan mutu lingkungan hidup serta obyek dan daya tarik wisata itu sendiri, nilai-nilai budaya bangsa yang menuju ke arah kemajuan adab, mempertinggi derajat kemanusiaan, kesusilaan dan ketertiban umum guna memperkokoh jati diri bangsa dalam rangka mewujudkan wawasan Nusantara.

b) Selanjutnya, prinsip wisata yang paling berhasil mengkombinasikan sejumlah minat yang berbeda diantaranya olah raga, satwa liar, pakaian setempat, tempat bersejarah, pemandangan yang mengagumkan, makanan. c) Potensi wisata alam (kawasan yang dilindungi) akan turun dengan cepat bila biaya, waktu dan ketidaknyamanan perjalanan meningkat atau bila bahaya selalu mengintai.

d) Fasilitas-fasilitas yang memadai diperlukan agar pengunjung dapat menikmati keindahan atau kebudayaan daerah tersebut. Penerangan disampaikan kepada pengunjung mengingat akan pentingnya keselamatan pengunjung dan kelestarian alam dan kebersihan lingkungan.

Di kota Sibolga yang menjadi objek wisata alam adalah bukit tor simarbarimbing dan pulau-pulau dengan pantai serta airnya yang jernih sangat cocok untuk melakukan kegiatan rekreasi seperti menyelam, berenang serta ditambah dengan permainan air seperti banana boat, sky air dan sebagainya.


(41)

3.6.3 Wisata Sejarah

Kata sejarah mengandung arti peristiwa yang terjadi di masa lampau yang dialami manusia. Dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau meninggalkan bangunan atau benda-benda yang sangat bernilai dan penting untuk diketahui. Bangunan-bangunan tua serta benda-benda bersejarah lainnya sangat potensif untuk dijadikan sebagai objek wisata yaitu wisata sejarah. Jadi, pengertian dari wisata sejarah adalah suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahuitentang simbol, bangunan, benda-benda tua dan sejarah serta untuk menambah pengetahuan akan peristiwa-peristiwa di masa lampau.

Wisata jenis ini sangat potensial untuk mendatangkan wisatawan oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan wisata sejarah antara lain:

1. Upaya pelestarian situs atau bangunan-bangunan tua/bersejarah 2. Menjaga kebersihan daerah objek wisata sejarah

3. Adanya sarana dan prasarana menuju tempat wisata

4. Melakukan promosi tentang objek-objek wisata bersejarah.

Kota Sibolga sering juga disebut dengan kota tua hal ini disebabkan banyaknya bangunan-bangunan tua yang terdapat di kota Sibolga dengan berbagai sejarah yang dimilikinya. Situs bangunan tua atau bersejarah yang ada di kota Sibolga sangat berpotensi dalam mendatangkan wisatwan. Apabila pengelolaan wisata sejarah terlaksana dengan baik maka tidak hanya menarik dari segi ekonomi karena memacu pendapatan dari kedatangan wisatawan dan masuknya


(42)

investasi namun wisata sejarah bahkan bisa jauh lebih potensial dari wisata jenis lain seperti: wisata belanja, wisata alam dan lingkungan yang terdapat di Sibolga.

3.6.4 Wisata Budaya

Kata budaya berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah yang dalam arti jamak yaitu buddhi. Pengertian budaya yang dikemukakan oleh E.B.Tylor adalah keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat istiadat, dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Indonesia terkenal akan keanekaragaman suku dan budaya yang dimiliki sehingga membuat Indonesia banyak dikunjungi oleh wisatawan dengan tujuan untuk melakukan wisata budaya. Wisata budaya merupakan suatu perjalanan yang dilakukan oleh calon wisatawan dengan maksud untuk mengetahui hal-hal yang berbeda dengan budaya yang ada di daerah calon wisatawan hal ini dikarenakan kebudayaan setiap daerah atau negara selalu berbeda-beda.

Adapun alasan atau motivasi wisatawan melakukan perjalanan wisata budaya antara lain:

1. Ingin melihat bagaimana rakyat suatu negara lain bekerja dan bagaimana cara hidupnya

2. Ingin menyaksikan tarian tradisonal yang ada di suatu daerah, festival, adat istiadat serta events yang berhubungan dengan budaya dari masyarakat.

Berbagai warisan sejarah kepurbakalaan serta eksistensi sosial dan budaya yang unik dan khas ditengah masyarakat kota Sibolga memberikan karakteristik dan kekayaan nilai-nilai budaya yang hingga saat ini dapat dilihat pada pola/tradisi kehidupan masyarakat kepulauan dan pesisir. Wisata budaya yang


(43)

dapat kita lihat di kota Sibolga yaitu tentang bagaimana cara masyarakat sibolga dalam melakukan penangkapan ikan, events yang berhubungan tentang budaya Sibolga yang ditampilkan pada waktu yang tertentu misalnya ogek dan uning serta adat istiadat masyarakat Sibolga, misalnya tata adat perkawinan baik etnis Pesisir maupun etnis Batak Toba.

Segala keanekaragaman nilai-nilai budaya yang ada menjadikan kota ini cocok dijadikan sebagai salah satu kota yang berpotensi untuk wisata budaya. Wisata jenis ini menjual kekayaan budaya yang memiliki nilai dan daya tarik tersendiri, sebagai penunjang bagi pengembangan sektor pariwisata.

3.5. Wisata Kuliner

Kuliner adalah suatu bagian hidup yang erat kaitannya dengan konsumsi makanan sehari-hari. Kuliner tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari karena setiap orang memerlukan makanan untuk kebutuhan hidupnya. Dari pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa wisata kuliner adalah suatu aktivitas perjalanan yang dilakukan untuk menikmati makanan-makanan khas suatu daerah biasanya wisata jenis ini dilakukan bersamaan dengan wisata lainnya.

Wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah akan membutuhkan makanan untuk kebutuhannya. Sebagian besar dari wisatawan lebih memilih makanan khas dari daerah yang dikunjungi. Hal inilah yang membuat wisata kuliner juga sangat berperan dalam perkembangan ekonomi masyarakat.

Kota sibolga selain memiliki wisata bahari, wisata budaya dan wisata sejarah juga memiliki wisata kuliner. Letaknya yang berada di tepi laut membuat makanan khas dari kota ini berupa makanan jenis sea food. Adapun makanan khas kota Sibolga antara lain panggang geleng, panggang paccak, ikan sambam dan


(44)

sebagainya. Ada banyak tempat untuk menikmati makanan khas kota ini karena hampir semua warung makan di kota ini menyediakan makanan khas kota Sibolga.

Potensi wisata yang ada di kota Sibolga baik wisata bahari, wisata sejarah, wisata budaya dan wisata kuliner merupakan sesuatu yang harus dikembangkan. Keindahan pulau, pantai dengan pasir putihnya, beningnya air serta ditambah dengan wisata sejarah dengan bangunan-bangunan tua dan juga kuliner yang sangat khas dari kota ini membuat kota Sibolga berpotensi untuk menjadi salah satu daerah tujuan wisata apalagi letaknya yang sangat strategis bagi wisatawan untuk melanjutkan perjalanan ke daerah lain misalnya Nias, Sumtera Barat dan Nangro Aceh. Semua potensi yang dimiliki dapat menarik perhatian wisatawan untuk berkunjung ke Sibolga, dengan banyaknya wisatawan yang berkunjung hal ini membuat perekonomian daerah akan meningkat.


(45)

BAB IV

UPAYA PENGEMBANGAN OBJEK – OBJEK WISATA KOTA

SIBOLGA SEBAGAI DAERAH TUJUAN WISATA

4.1. Objek – Objek Wisata di Kota Sibolga

4.1.1 Wisata Bahari

Kota Sibolga yang luas perairannya lebih luas dibandingkan daratan membuat kota ini lebih terkenal akan wisata baharinya. Adapun tempat-tempat wisata yang berpotensi antara lain:

1). Pulau Poncan Gadang

Pulau Poncan Gadang merupakan salah satu tempat objek wisata yang terkenal di Sibolga. Pada saat sekarang ini orang yang hendak melakukan perjalanan wisata ke Sibolga destinasi utamanya adalah Pulau Poncan berbeda dengan beberapa tahun sebelumnya dimana pantai Pandan yang menjadi destinasi utama bagi wisatawan.

Pulau ini terkenal karena memiliki keindahan pantai dengan pasir putihnya menambah keeksotisan pulau Poncan Gadang. Warga yang mengunjungi lokasi pulau ini tidak hanya melihat pantainya yang indah atau menginap di penginapan yang ada di pulau itu, melainkan juga untuk mandi dan berenang di pinggir pantai serta daerah ini cocok untuk memancing dan tempat menyelam bagi wisatawan lokal dan mancanegara.

Menurut cerita seorang warga Sibolga, Pulau Poncan itu dulunya tempat persembunyian bagi tentera Jepang dan juga memiliki goa yang cukup panjang,


(46)

namun tidak pernah dimasuki masyarakat. Pulau ini berjarak sekitar lebih kurang 3 mil dari pantai Sibolga atau 364 Km arah timur Kota Medan.

Namun sangat disayangkan keindahan Pulau Poncan Gadang tercemar akibat banyaknya sampah yang berserakan di sekitar pinggiran pantai. Hal ini di karenakan minimnya perhatian pemerintah setempat dan lembaga yang bertugas dibidang pariwisata serta minimnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pariwisata dalam pembangunan ekonomi sehingga membuang sampah ke laut dengan sembarangan.

2) Pulau Poncan Ketek

Kondisi Pulau Poncan Ketek tidak jauh berbeda dengan Pulau Poncan Gadang, hanya saja area Pulau Poncan Ketek lebih kecil (ketek = kecil).

Terletak di samping Pulau Poncan Gadang dan juga dapat dijangkau dengan Speed Boat atau perahu. Dahulu pulau ini dihuni oleh penduduk namun pada saat sekarang pulau ini tampak kosong tak berpenduduk berbeda dengan poncan gadang. Di Poncan Gadang masih terdapat villa tempat istirahat yang merupakan kesatuan dari salah satu hotel di Sibolga.

4.1.2 Wisata Sejarah

Situs bangunan tua yang sarat akan sejarah yang terdapat di kota Sibolga membuat kota ini juga berpotensi menjadi tempat wisata sejarah guna untuk memperdalam pengetahuan kita akan sejarah-sejarah yang terjadi di masa lampau. Adapun situs bangunan tua yang ada di kota Sibolga antara lain:

1.Tangga seratus dan Goa Tangga Seratus

Objek wisata ini terletak di jalan sutoyo siswomiharjo kelurahan pasar baru dan yang paling menonjol pada peninggalan sejarah dari masa penjajahan


(47)

Belanda. Objek ini dikenal dengan nama Tanggo Saratus walau pada kenyataannya jumlah tangga yang ada berjumlah 293 anak tangga. Juga terdapat goa dilereng bukit dibawah tangga seratus. Berbentuk terowongan dan mempunyai dua pintu yang menghadap ke arah selatan. Dinding gua terbuat dari batu andesit muda dan selalu lembab karena tetesan air yang berasal dari dinding atas.

2. Gua Sikaje-kaje

Gua ini terletak di lereng bukit Si Kaje-kaje, Kelurahan Aek Manis. Gua ini berbentuk terowongan setengah lingkaran dan mempunyai dua pintu. Didalam gua terdapat empat rongga, yang diperkirakan sebagai tempat menginterogasi tawanan pada masa penjajahan.

Gua ini belum di ekspos oleh Dinas Pariwisata kota Sibolga,hal ini dilihat dari brosur-brosur kota Sibolga gua Si Kaje-kaje belum masuk terdaftar sebagai objek wisata yang diperkenalkan di Kota Sibolga.

3. Benteng Sihopo-hopo

Terletak di Kelurahan Aek Manis, benteng ini berbentuk segi empat dan terbuat dari beton cor. Pintu masuk ke benteng ini ada dua buah, terletak di sisi barat dan sisi timur. Dibagian atas kedua pintu terdapat lubang yang diperkirakan sebagai bekas daun pintu. Ruangan dalam terdiri dari dua ruangan dan benteng berbentuk segi empat, masing-masing memiliki tiga buah lubang angin.

4.1.3 Wisata Kuliner

Wisata kuliner merupakan jenis wisata yang berhubungan dengan makanan dan juga merupakan apresiasi dari kebudayaan daerah itu sendiri. Wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah selain mengunjungi objek-objek


(48)

wisata seperti wisata bahari dan sejarah juga ingin menikmati kuliner khas daerah yang ia kunjungi. Sibolga sebagai daerah perairan yang terkenal akan hasil tangkapan laut yang masih segar membuat kuliner di daerah ini sebagian besar berupa makanan sea food akan tetapi, ada juga daerah yang kulinernya berbeda dari yang umumnya.

Adapun tempat-tempat untuk menikmati kuliner khas Sibolga antara lain: 1. Sibolga Square

Sibolga square merupakan tempat jualan makanan khas di kota Sibolga yang buka hanya pada malam hari, keunikan dari tempat ini yaitu tenda-tenda para penjual makanan didirikan pas di badan jalan. Apabila malam sudah menjelang sebelah badan jalan ditutup untuk alat angkutan dan dialihkan ke jalan lain, hal ini tidak menjadi masalah lagi bagi pengguna atau penjual makanan karena sudah mendapat ijin dari pemerintah untuk mendirikan tenda-tenda warung makan. Di Sibolga square kita dapat menemukan makanan khas Sibolga seperti panggang paccak, ikan sambam, serta aneka makanan dapat kita jumpai di sini. 2. Pantai kalangan

Pantai kalangan merupakan tempat favorit bagi keluarga untuk menikmati liburan. Letaknya yang berada di tepi laut membuat tempat ini cocok untuk menjadi tempat wisata pilihan. Di pantai kalangan ini kita dapat menjumpai pondok-pondok tempat istirahat dan bersantai bagi para wisatawan. Selain tempat istirahat tempat ini juga menyediakan makanan yang berbau sea food yang masih segar dan juga makanan khas Sibolga yaitu panggang geleng dan panggang paccak.


(49)

3. Desa Tukka

Desa Tukka merupakan salah satu desa yang menyediakan kuliner yang berbeda dengan kuliner yang ada di tempat lain jika di Sibolga Square dan Pantai kalangan menyediakan makanan laut di tempat ini menyediakan kuliner yang sangat jarang di jumpai di daerah mana pun.

Desa Tukka terkenal akan kekhasan kulinernya, di desa ini ada satu warung makan yang khusus menyediakan gulai dan sop Kelelawar. Banyak wisatawan yang datang ke desa ini untuk menikmati kuliner khas desa Tukka selain kenikmatan akan daging kelelawar, kuliner ini juga dipercaya dapat menyembuhkan penyakit seperti asma serta dapat meningkatkan stamina tubuh hal ini lah yang membuat para wisatawan berburu jenis kuliner ini. Meskipun Desa Tukka berada jauh dari kota dan sarana menuju desa ini juga masih sangat buruk jenis kuliner ini masih tetap diburu oleh para penikmat daging kelelawar.

4.2. Upaya Pengembangan Potensi Objek-Objek Wisata Kota Sibolga

Pengembangan suatu objek wisata memerlukan teknik perencanaan yang baik dan tepat. Teknik pengembangan itu harus menggabungkan beberapa aspek penunjang kesuksesan pariwisata. Aspek-aspek tersebut adalah aspek aksesbilitasi (tarnsportasi dan saluran pemasaran), karaktristik infrastruktur pariwisata, tingkat interaksi sosial, keterkaitan dengan sektor lain, dan daya tahan akan dampak pariwisata. Adapun elemen-elamen dalam konsep pengembangan objek wisata antara lain:

1). Aksesbilitasi

Dalam pengembangan pariwisata sebagai sebuah sistem faktor aksesbilitasi, baik berupa perencanaan perjalanan, penyediaan informasi mengenai


(50)

rute dan destinasi, ketersediaan sarana akomodasi dan transportasi, ataupun kemudahan lain untuk mencapai objek wisata menjadi penentu berhasilnya peluang pengembangan objek wisata. Aksesbilitasi juga menyangkut manajemen informasi kawasan pengembangan bagi calon wisatawan mengingat keunikan objek wisata. Akses informasi bisa dari mulut ke mulut, dari keluarga dan teman serta buku pariwisata, brosur, tabloid dan iklan. Semakin mudah aksesbilititasi ke objek wisata maka semakin besar peluang pengembangannya.

2). Kompatibilitas dengan kegiatan lain

Tidak dapat dipungkiri keberhasilan pengembangan objek wisata sangat ditentukan oleh kompatibilitasnya terhadap aktivitas lain di kawasan pengembangan. Sifat interdependensi, baik sumber daya maupun dampak suatu kegiatan di suatu kawasan terhadap kawasan lain menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan pengembangan objek wisata. Satu hal yang perlu di perhatikan adalah sampai level mana sebuah pengembangan kawasan dapat mempengaruhi kawasan lain dan kondisi yang bagaimana yang paling optimal dan baik untuk menunjang kawasan pengembangan.

Beberapa aktivitas mempunyai dampak langsung, seperti penebangan hutan, pembuangan limbah, penangkapan ikan dan pengambilan trumbu karang dan sebagainya. Jika aktivitas seperti itu terus berlangsung akan mengurangi kompatibilitas terhadap konsep pengembangan objek wisata.

3). Karakteristik Sarana dan Prasarana Pariwisata

Penyediaan sarana dan prasarana sangat menentukan peluang pengembangan suatu objek wisata. Penataan sarana pariwisata termasuk di dalamnya pengadaan fasilitas baru, akomodasi, tempat perbelanjaan, fasilitas


(51)

hiburan, serta penataan akses lalu lintas ke kawasan, sangat menentukan keberhasilan pengembangan objek wisata tersebut. Penyediaan sarana dan prasarana pariwisata yang tidak mempunyai karakteristik tidak sesuai dengan ekosistem dan sifat alamiah objek wisata mungkin akan memperkecil peluang keberhasilan pengembangan kawasan objek wista tersebut.

4). Interaksi Sosial

Kedatangan wisatawan pada suatu objek wisata, apalagi objek wisata yang mengandalkan sumber daya alam dan kehidupan ekosistem sebagai atraksi utamanya, mempunyai potensi untuk merusak keseimbangan ekosistem tersebut. Dalam derajat tertentu, ekosistem sosial dan ekosistem alamiah akan terpengaruhi. Konsekuensinya, eksistensi kawasan tersebut akan selalu dalam ancaman degradasi kualitas.

Dalam sistem kepariwisataan, ada dua kondisi interaksi manusia yang harus dipertimbangkan. Pertama, interaksi manusia dengan lingkungan/ekosistem yang mempengaruhi ekosistem alam. Kedua, interaksi antar wisatwan dengan komunitas lokal yang dapat mempengaruhi ekosistem sosial. Interaksi ini dapat berupa adaptasi atau peningkatan kadar gangguan yang dirasakan oleh komunitas lokal seiring dengan peningkatan jumlah wisatawan yang melampaui ambang batas atau daya dukung sosial.

5). Tingkat akseptabilitas komunitas lokal terhadap keberadaan wisatawan

Keberadaan orang baru di suatu wilayah akan mengakibatkan terjadinya keseimbangan baru pada sistem sosial di wilayah tersebut untuk memastikan sistem sosial tersebut tetap stabil. Keseimbangan baru tersebut dapat dicapai baik melalui makanisme damai atau konflik terlebih dahulu. Tingkat penerimaan


(52)

atau akseptabilitas komunitas lokal terhadap datangnya wisatawan di kawasan tersebut akan menimbulkan reaksi dalam derajat tertentu. Tingkat dan sifat reaksi (damai/konflik) sangat ditentukan oleh derajat akibat yang akan ditimbulkannya dan kemampuan pengendalian oleh komuitas lokal. Semakin buruk sistem kendali terhadap kedua faktor tersebut maka peluang pengembangan objek wisata akan semakin kecil.

6). Derajat manajemen kontrol

Derajat manajemen kontrol mencerminkan kelenturan pengelolaan objek wisata. Kecenderungan wisata ke depan adalah penonjolan pengalaman pribadi yang memerlukan kecermatan pengelolaan objek wisata agar mampu memuaskan sifat petualangan dari wisatawan. Konsekuansinya pengelolaan objek wisata memerlukan paket wisata yang individualized dan personal. Keberhasilan manajeman kontrol dalam menyeimbangkan hasrat wisatawan yang menginginkan pengalaman dan petualangan yang spesifik dengan penyediaan atraksi wisata yang sesuai akan menentukan tingkat keberhasilah peluang objek wisata.

4.3. Tujuan Pengembangan Objek Wisata

Sesuai perkembangan, kepariwisataan bertujuan memberikan keuntungan bagi wisatawan maupun warga setempat. Pariwisata dapat memberikan kehidupan yang standar kepada warga setempat melalui keuntungan ekonomi yang didapat dari tempat tujuan wisata. untuk mencapai tujuan pemerintah setempat serta lembaga yang bersangkutan dibidangnya harus memperhatikan perkembangan infrastruktur dan fasilitas rekreasi. Hal tersebut dilakukan melalui pemeliharaan kebudayaan, sejarah dan taraf pengembangan ekonomi dan suatu tempat tujuan wisata yang masuk dalam pendapatan untuk wisatawan akibatnya akan


(53)

menjadikan pengalaman yang unik dari tempat wisata. Pada saat yang sama ada nilai-nilai yang membawa serta dalam perkembangan kepariwisataan.oleh sebab itu, perkembangan pariwisata dapat memperbesar keuntungan sambil memperkecil masalah-masalah yang ada.

4.4. Kendala yang Dihadapi Dalam Mengembangkan Potensi Pariwisata

Sibolga

1. Minimnya perhatian pemerintah terhadap keberadaan pariwisata di Sibolga 2. Kurangnnya kesadaran akan pentingnya pariwisata dalam peningkatan ekonomi masyarakat setempat

3. Kurangnya promosi wisata tentang objek wisata yang ada di kota Sibolga 4. Minimnya dukungan sarana dan prasarana infarastruktur pariwisata

5. Kurangnya kesadaran masyarakat setempat akan kebersihan yang merupakan faktor pendukung majunya objek wisata di kota Sibolga.

4.5. Dampak Positif dan Negatif Pengembangan Pariwisata Sibolga Dampak positif pariwisata

a. Pendapatan dari penukaran valuta asing (Devisa negara) b. Menyehatkan neraca perdangangan luar negeri

c. Pendapatan dari usaha atau bisnis pariwisata d. Pendapatan pemerintah

e. Meningkatnya penyerapan tenaga kerja

f. Meningkatnya permintaan akan produk pertanian lokal

g. Memacu pengembangan lokasi di atau lahan yang kurang produktif.


(54)

Dampak negatif pariwisata

a. Efek peniruan

b. Terlalu sesaknya orang

c. Penggunaan infrastruktur berlebihan d. Polusi desain arsitektur

e. Hilangnya kebudayaan lokal f. Kerusakan terhadap cagar budaya g. Perusakan habitat kehidupan liar h. Polusi dan pencemaran limbah lainnya.


(55)

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Pengembangan pariwisata akan memberi dampak bagi pola kehidupan masyarakat yang berada disekitar destinasi pariwisata. Dengan berkembangnya pariwisata disuatu daerah maka pembangunan ekonomi masyarakat sekitar destinasi pariwisata khususnya Sibolga perlahan akan meningkat. Hal ini dikarenakan pariwisata merupakan suatu sumber pendapatan yang sudah diakui oleh dunia. Dimana di dalam diri orang-orang memiliki kebutuhan akan relaksasi atau ketenangan akibat rutinitas yang dilakukan hal ini berarti pariwisata sudah menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi.

Penulis menyimpulkan bahwa kota Sibolga dapat berkembang menjadi daerah tujuan wisata apabila memperhatikan beberapa hal berikut:

• Kelengkapan sarana dan prasarana penunjang pariwisata

• Kebersihan serta kelestarian objek-objek wisata

• Keamanan dan kenyamanan tempat wisata.

5.2. Saran

Objek-objek wisata yang ada di Kota Sibolga sudah memiliki potensi untuk dijadikan sebagai sumber pendapatan dan pembangunan ekonomi bagi masyarakat. Hanya saja Sibolga sekarang ini perlu pengembangan dan perhatian akan keberadaan pariwisata yang dimiliki.


(56)

Sebagai insan pariwisata saran penulis dalam pengembangan pariwisata Sibolga antara lain:

1) Pemerintah Sibolga khususnya lembaga yang bergerak di bidang pariwisata hendaknya memberikan perhatian akan keberadaan destinasi pariwisata yang dimiliki misalnya;

• Membenahi sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pariwisata.

• Melakukan promosi tentang objek-objek wisata yang ada.

• Menjaga kelestarian objek-objek wisata,

• Melakukan penyuluhan bagi masyarakat dalam menjaga kebersihan kota, laut serta tempat-tempat wisata lainnya karena pentingnya peranan pariwisata dalam peningkatan perekonomian.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Biro Pusat Statistik. 2010. BPS-Stasistics of Sibolga. Medan.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemuda dan Olahraga. 2011. Sejarah

Sibolga. Sibolga.

Happy dan Herman Bahar. 2002. Pengantar Pariwisata. Bandung. Alfabet. Pitana,I Gede dan Ketut Surya Dirta. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata.

Yogyakarta. ANDI.

Yoeti,Oka A. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung. Angkasa. ---. 1979. Pemasaran Pariwisata. Bandung. Angkasa.


(58)

LAMPIRAN foto

1. WISATA BAHARI/ALAM

PULAU PONCAN GADANG

(Gambar kondisi Pulau Poncan Gadang (Sampah-sampah yang berserkan di pantai

yang tidak mendukung pariwisata Sibolga) mengurangi keindahan pantai

(Potensi wisata pulau poncan Gadang ku- (Tidak adanya aktivitas misatawan yang

rang diperhatikan dilihat dari kebersihan tampak di pulau Poncan Gadang)


(59)

(Gambar kondisi pantai di depan vila) (Gambar kapal pengangkut wisatawan

yang hendak ke Pulau Poncan)

PULAU SARUDIK

(Gambar pulau Sarudik dilihat dari pulau Poncan Gadang)

PULAU PONCAN KETEK

(Gambar kondisi Pulau Poncan Ketek) (Sampah-sampah yangberserakan


(60)

(Gambar pantai di pulau Poncan Ketek (Gambar keindahan pantai pulau Poncan

yang tidak ada aktivitas wisatawan) Ketekdengan ombak serta air yang

jernih)

PANTAI KUTAI DI DESA MELA (SIBOLGA)

(Gambar anak-anak sedang bermain di (Gambar warung-warung makan di pantai

pantai kutai) kutai)


(61)

2. WISATA SEJARAH

(Gambar Tangga Seratus)

3. KULINER SIBOLGA

(Ikan Sambam) PERKAMPUNGAN NELAYAN

(Gambar Desa Panomboman)


(62)

ALAT PENANGKAPAN IKAN TRADISIONAL

(Gambar Bagan) (Gambar Perahu)

(Gambar bagan boat) (Gambar aktivitas masyarakat yang sedang

menangkap ikan dengan menggunakan jaring)


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Biro Pusat Statistik. 2010. BPS-Stasistics of Sibolga. Medan.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemuda dan Olahraga. 2011. Sejarah Sibolga. Sibolga.

Happy dan Herman Bahar. 2002. Pengantar Pariwisata. Bandung. Alfabet. Pitana,I Gede dan Ketut Surya Dirta. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata.

Yogyakarta. ANDI.

Yoeti,Oka A. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung. Angkasa. ---. 1979. Pemasaran Pariwisata. Bandung. Angkasa.


(2)

LAMPIRAN foto

1. WISATA BAHARI/ALAM

PULAU PONCAN GADANG

(Gambar kondisi Pulau Poncan Gadang (Sampah-sampah yang berserkan di pantai

yang tidak mendukung pariwisata Sibolga) mengurangi keindahan pantai

(Potensi wisata pulau poncan Gadang ku- (Tidak adanya aktivitas misatawan yang

rang diperhatikan dilihat dari kebersihan tampak di pulau Poncan Gadang) pantainya)


(3)

(Gambar kondisi pantai di depan vila) (Gambar kapal pengangkut wisatawan

yang hendak ke Pulau Poncan)

PULAU SARUDIK

(Gambar pulau Sarudik dilihat dari pulau Poncan Gadang)

PULAU PONCAN KETEK

(Gambar kondisi Pulau Poncan Ketek) (Sampah-sampah yangberserakan mengurangi keindahan pantai)


(4)

(Gambar pantai di pulau Poncan Ketek (Gambar keindahan pantai pulau Poncan yang tidak ada aktivitas wisatawan) Ketekdengan ombak serta air yang

jernih)

PANTAI KUTAI DI DESA MELA (SIBOLGA)

(Gambar anak-anak sedang bermain di (Gambar warung-warung makan di pantai pantai kutai) kutai)


(5)

2. WISATA SEJARAH

(Gambar Tangga Seratus)

3. KULINER SIBOLGA

(Ikan Sambam) PERKAMPUNGAN NELAYAN

(Gambar Desa Panomboman)


(6)

ALAT PENANGKAPAN IKAN TRADISIONAL

(Gambar Bagan) (Gambar Perahu)

(Gambar bagan boat) (Gambar aktivitas masyarakat yang sedang menangkap ikan dengan menggunakan jaring)

FASILITAS AKOMODASI