Reinkarnasi Pada Mitos dan Legenda China

(1)

i

REINKARNASI PADA MITOS DAN LEGENDA CHINA

轮回在中

的神

(shùzì lúnhuí zài zhōngguó de shénhuà)

Oleh:

ROMMEL HUTAHAEAN 100710007

PROGRAM STUDI SASTRA CINA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ii

REINKARNASI PADA MITOS DAN LEGENDA CHINA

轮回在中 的神 (shùzì lúnhuí zài zhōngguó de shénhuà)

SKRIPSI

Skripsi ini ditujukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana dalam bidang ilmu Sastra Cina

Oleh:

ROMMEL HUTAHAEAN 100710007

PROGRAM STUDI SASTRA CINA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

iii

REINKARNASI PADA MITOS DAN LEGENDA CHINA

轮回在中 的神 (shùzì lúnhuí zài zhōngguó de shénhuà)

SKRIPSI

Skripsi ini ditujukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana dalam bidang ilmu Sastra Cina

Oleh:

ROMMEL HUTAHAEAN 100710007

Pembimbing I,

Drs.SentosaTarigan, M.SP

Pembimbing II,

T.Kassa Rullah S.S.,MTCSOL

PROGRAM STUDI SASTRA CINA

FAKULTAS ILMU BUDAYA


(4)

iv

MEDAN

2015

Disetujui oleh

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan

Program Studi Sastra Cina Ketua,

Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A. NIP. 19360109 198803 2 001


(5)

v PENGESAHAN

Diterima oleh :

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk

Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Sastra dalam Bidang Ilmu Sastra Cina Pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Pada

Tanggal : Hari :

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Dekan

Dr. Syahron Lubis, M.A. NIP. 19511013 197603 1 001 Panitia Ujian

No. Penguji Tanda Tangan

1. Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A. ( ) 2. Dra. Nur Cahaya Bangun, M.Si. ( ) 3. Drs. Sentosa Tarigan, M.SP ( )

4. Julina, MTCSOL. ( )


(6)

vi

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya buat ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, September 2015 Penulis


(7)

i Abstrak

Reincarnation in the myths and legends of China is a knowledge that is always talked about amongst the people. This study is based on the number of people who talk about the existence of reincarnation in the myths and legends of China. And the existence of reincarnation is reinforced by the evidence of reincarnation. This study aims to describe how the Reincarnation process known in the myths and legends of China and to describe the cause of Reincarnation on the myths and legends of China. This research using descriptive analysis method with approach of historical documentaries. Data collection techniques used were documentation, field observations and interviews. From the research conducted authors found a fairly long cycle of the existence of reincarnation. This thesis is possible to study back to enhance research results.


(8)

ii

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji syukur atas berkat dan karunia serta kesempatan yang masih diberikan oleh Yesus Kristus Sang Kepala Gerakan hingga saat ini masih diberikan kesehatan serta kekuatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktuNya. Adapun judul skripsi ini adalah “ Reinkarnasi Pada Mitos dan Legenda China”. Penulis berharap skripsi ini berguna bagi pembaca, terutama sekali bagi mahasiswa Sastra China yang ingin mengetahui tentang reinkarnasi dalam mitos dan legenda China.

Penulis skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan, semangat, bimbingan dan doa kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, D.T.M.&H.,M.Sc.(C.T.M), Sp.A.(K.). atas kesempatan yang diberikan kepada penulis sehingga penulis berstatus mahasiswi Program Studi Sastra Cina, Universitas Sumatera Utara serta kesempatan untuk menyelesaikan Studi S-I di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dengan baik.

2. DekanFakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara , Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A


(9)

iii

3. Ketua Departemen Program Studi Sastra China Ibu Dr. T.Thyrhaya Zein, M.A. yang dengan sabar selalu memberikan petunjuk dan pengarahan kepada penulis semasa perkuliahan.

4. Sekretaris Departemen Program Studi Sastra China Ibu Dra. Nur Cahaya Bangun, M.Si. atas pengarahan dan waktu yang diberikan untuk penulis mulai dari masa perkuliahan sampai saat ini.

5. Kepada Bapak Drs. Sentosa Tarigan, M.SP selaku Dosen Pembimbing I yang juga banyak memberikan bimbingan, pengarahan, masukan, kritik membangun dan motivasi kepada penulis selama berlangsungnya proses penyusunan skripsi ini.

6. Kepada Abangda T.Kassa Rullah S.S.,MTCSOL, selaku Dosen Pembimbing II yang juga banyak memberikan semangat, bimbingan, pengarahan, masukan, kritik, motivasi kepada penulis selama berlangsungnya proses penyusunan skripsi ini.

7. Seluruh dosen dan staf pengajar Program Studi Sastra China,Fakulktas Ilmu Budaya Universitas Sumatera UtaraJulina Laoshi, Mei Hua Laoshi, Kakak Endang Retno Widiastuti, Amd. yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengajaran selama penulis mengikuti perkuliahan.

8. Seluruh dosen tamu Yu Xue Ling Laoshi, Chen Shu Shu Laoshi, Shen Mi Laoshi, Cao Xia Laoshi, Peng Pai Laoshi, dan Yang Yang Laoshi dari Jinan University, RRT dan dosen dari Hanban, RRT yang pernah mengajar di Program Studi Sastra Cina,Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, dan telah memberikan ilmu dan kesempatan bagi penulis untuk mengasah kemampuan berbahasa Mandarin.


(10)

iv

9. Kepada keluarga besar Hutahaean, kedua orangtua saya saat ini sudah berbahagia di surga : Sariman Hutahaean, dan Rolia br Hutapea,kepada abang Maniur M.H.Ronny Hutahaean SE beserta keluarga., Ervin Hutahean, SE,. beserta keluarga, kakak Rosalina Hutahaean beserta keluarga, kakak kembar Eva Yanti Hutahaean beserta keluarga dan Evi Yanti Hutahean Amd., beserta keluarga dan kakak Anny Novita Hutahaean beserta keluargayang telah mendukung dan memberikan doa, motivasi, perhatian kasih sayang tanpa batas kepada penulis.

10.Kepada Bapatua Sidulang, Bapauda Kisaran, Bapauda Sidulang beserta keluarga yang telah menjadi orang tua yang selalu mendukung dan memberikan doa, motivasi, perhatian kasih sayang tanpa batas kepada penulis.

11.Kepada Tulang Bandung dan Tulang Sidulang beserta keluarga yang telah mendukung dan memberikan doa, motivasi, perhatian kasih sayang tanpa batas kepada penulis.

12.Kepada para saudara Bg Andi Hutahaean SE, Denis Ohara Hutahaean S.Kom, Regen Hutahaean, Amd., Berlina Hutahaean Amd., Kak Lely Damayanti Hutahaean S.pd, Cosin Cika Hutahaean SE, Dedi Hutahaean, Lae Pakpahan, ST, Lae Sinurat serta kepada sahabat saya Boy Andri Hutahaean S.pd dan Juli Oxiana Manik, SEyang telah mendukung dan memberikan doa, motivasi, perhatian, kasih sayang tanpa batas kepada penulis.

13.Kepada para teman seperjuangan yang menjadi pengurus komisariat periode 2011-2012 Ketua Arenda, Ray King, Sek. Lida, Ben. Nida, Debora, Giring, Rico, Nando, Jopi, kak Voice, Novita


(11)

v

14.Kepada para abangda senior dari civitas keluarga besar GMKI FIB USU lintas generasiAbangda Juniper Silitonga SS, Abangda Supriadi Purba, Abangda haradongan SS, Abangda Krisman Turnip SS,

15.Kepada seluruh sahabat seperjuangan dari civitas GMKI FIB USU yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.

16.Kepada sahabat-sahabat saya yang selalu menemani selama proses perkuliahan hingga pengerjaan skripsi, yang telah membantu memberi saran, kritik, dan semangat melalui serta teman berpetualang selama masa perkuliahan : Angelika Surya Veronika SS., Albert Jems Peterson Gulo SS., Ade Ima Melati Harahap SS, Bernadsyah Tinambunan SS., Devi Atsari SS., Mangiring KL. Tobing, Daniel Silalahi, Grace Wandahana Napitu SS., Jessica Wicatsono SS., Jhoy Melvin Sinuhaji SS., Rudiansyah SS., Sarvina Putri Naiharop Hasibuan SS., Jopi Girinata Tobing , Shindy Komala Kaha SS.,

17.Kepada kawan-kawan seperjuangan di Program Studi Sastra Cina stambuk 2010 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, Anastasya Panjaitan, Graciella Dominica Purba SS., Ivo Deka Pricilia SS., Juli SS., Novita Dewi Aruan SS., Patricia Purba, Rotua Yati Siagian SS., Ria Agnesia Purba, Zuraida Yamin SS., terima kasih atas kerjasama yang telah terbina selama 4 tahun bersama dan memberikan dorongan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

18.Seluruh kakak dan abang senior 2007 sampai 2009 (Bg Mateus, Bg Roney, Bg Dedi, K‟Reny) dan adik-adik stambuk 2011, 2012, dan 2013, 2014 yang memberi dukungan semangat.


(12)

vi

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi yang saya sajikan ini sangat jauh dari sempurna karena masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun skripsi ini.

Akhir kata, sekali lagi saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu. Demikianlah ucapan terima kasih ini saya sampaikan, semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan rahmat-Nya kepada kita semua. Dan penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 05 September 2015 Penulis

ROMMEL HUTAHAEAN NIM. 100710007


(13)

vii DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Rumusan Masalah ...8

1.3 Tujuan Penelitian ...8

1.4 Manfaat Penelitian ...8

1.4.1 Manfaat Teoritis ...8

1.5.2 Manfaat Praktis ...9

1.5 Batasan Masalah ...9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI ...11

2.1 Tinjauan Pustaka ...11

2.2 Konsep ...13

2.2.1 Kebudayaan ...13

2.2.2 Mitos dan Legenda Cina ...13

2.2.3 Reinkarnasi ...14

2.3 Landasan Teori ...14

BAB III METODE PENELITIAN ...16

3.1 Metode Penelitian ...16

3.2 Teknik Pengumpulan Data ...17

3.2.1 Dokumentasi ...17

3.2.2 Observasi Lapangan ...17

3.2.3 Wawancara ...17

3.3 Teknik Analisis Data ...18

BAB IV Pembahasan ...19

4.1 Konsep Reinkarnasi dalam Mitos dan Legenda Cina ...19

4.1.1 Empat Kebenaran Mulia Bertalian Dengan Reinkarnasi ...40

4.1.2 Kelahiran Lampau dan Yang Akan Datang ...50

4.2 Penyebab Reinkarnasi dalam Mitos dan Legenda Cina ...54

4.2.1 Terlahir Kembali Pengaruh Karma dan Emosi-Emosi Destruktif ...54

4.2.2 Reinkarnasi Melalui Kekuatan Welas Asih dan Doa ...62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...65

5.1 Kesimpulan ...65

5.2 Saran ...70

DAFTAR PUSTAKA ...71


(14)

i Abstrak

Reincarnation in the myths and legends of China is a knowledge that is always talked about amongst the people. This study is based on the number of people who talk about the existence of reincarnation in the myths and legends of China. And the existence of reincarnation is reinforced by the evidence of reincarnation. This study aims to describe how the Reincarnation process known in the myths and legends of China and to describe the cause of Reincarnation on the myths and legends of China. This research using descriptive analysis method with approach of historical documentaries. Data collection techniques used were documentation, field observations and interviews. From the research conducted authors found a fairly long cycle of the existence of reincarnation. This thesis is possible to study back to enhance research results.


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Agama Budha lahir dibagian Timur Laut India sekitar abad ke-6 SM. Setelah lebih dari 2500 tahun hingga saat ini, agama Budha berkembang keluar India hingga sampai ke China. Penyebarannya ke berbagai wilayah dapat diterima oleh berbagai budaya setempat walaupun tidak sedikit variasi oleh karena agama Budha tidak terlalu terikat pada dogma sebab yang ingin disampaikan bukan keselamatan, melainkan suatu kebenaran universal yang dapat dicapai oleh manusia sendiri (Djam‟annuri, 2000:65). Dengan menghilangkan penderitaan untuk mencapai pencerahan yang juga mengakhiri eksistensi manusia dalam penderitaan (Mudzi Sutrisno, 1993:113).

Setelah Parinibbana (Mircea, 1987 448-449)Budha Gautama, hingga saat ini terdapat dua mazhab besar dalam agama Budha yang diantut oleh masyarakat Budhis diseluruh dunia, yaitu : Mazhab Theravada, yang cenderung mempertahankan kemurnian ajaran Budha, menggunakan kitab Tipitaka berbahasa Pali. Aliran ini sering kali disebut agama Budha aliran selatan, sebab pada umumnya berkembang di negara-negara Asia Selatan dan Asia Tenggara. Mazhab Mahayana, yang cenderung mempertahankan makna-makna hakiki ajaran Budha, menggunakan kitab suci Tipitaka berbahasa Sansekerta. Pengaruh adat istiadat dan kepercayaan masyarakat diterima dalam mazhab ini. Aliran ini sering kali disebut agama Budha aliran Utara karena pada umumnya berkembang di negara-negara Asia Timur dan Asia Tengah (Widyantoro, 2003:219). Selain kedua mazhab diatas ada juga Tantrayana yang merupakan cabang khusus dari Mahayana (Djam‟annuri, 2000:65). Tantra ini ada dua macam yaitu Tantra Timur dan Tantra Tibet. Tantra Timur seperti yang terdapat dalam aliran Thien Thai di


(16)

2

China (yang dikembangkan oleh guru-guru dari India, antara lain Subhakarasinha, Vajrabodhi serta Amonghavajra). Sedangkan Tantra Tibet adalah Tantra yang di terapkan di Tibet, Mongolia, Bhutan dan Nepal (GMCBP : 2002:4).

Mitologi China sudah ada pada abad ke-12 sebelum masehi. Mitologi adalah ilmu tentang penjelasan orang tak ilmiah tentang apa yang kita sebut dunia lain (otherworld), yaitu dunia lain itu sendiri dan para penghuninya, kebiasaan mereka yang misterius dan tindakan mereka yang mencengangkan disana sini, biasanya juga termasuk penciptaan dunia ini (Werner E.T.C 2008 : 47). Dengan istilah dunia lain, orang tak ilmiah itu tidak selalu memaksdkan segala sesuatu yang jauh atau bahkan yang tidak tampak, walaupun banyak hal yang dia jelaskan tercakup dalam istilah itu.

Mitos dan legenda disampaikan turun-temurun dengan cara lisan lebih dari ribuan tahun, sebelum banyak dicatat dalam buku pada Dinasti Wei Utara and Dinasti Jin (220-420). Mitologi ini kemudian berkembang menjadi Kepercayaan tradisional Tionghoa setelah mendapat pengaruh ajaran konfusius, Taoisme serta Agama Buddha. Sebagian orang percaya isi Mitologi China adalah catatan sejarah yang nyata karena memiliki nilai pembentukkan tradisi atau sejarah China.

Makna dari mitos itu sendiri adalah suatu cerita, pendapat atau anggapan dalam konteks sebuah kebudayaan yang dianggap memiliki kebenaran mengenai suatu ihwal yang pernah ada pada masa dahulu namun “kebenaran” itu sendiri masih diragukan atau belum tentu benarnya. Mitos berasal dari kata mutos (Yunani) yang berarti cerita atau sejarah berisi dongeng yang dibentuk serta diriwayatkan mengenai masa lalu. Dalam hal ini dapat berupa cerita dewa, pahlawan di masa lalu, kejayaan orang masa lampau, mengenai asal usul alam semesta dan sebagainya (Alkatiri, 1998: 2-6).


(17)

3

Senada dengan Alkatiri, J.A. Coleman dalam The Dictionary of Mythology (2007) mengungkapkan bahwa mitos dapat berarti suatu kata, cerita, pembicaraan dan sebagainya. Biasanya cerita yang dimaksud bergulir secara lisan dari satu orang ke orang lain, dari generasi ke generasi, berkisah mengenai pahlawan, tentang dewa-dewa atau pun berkaitan dengan ide penciptaan. Beberapa dari mitos terekam dalam catatan tertulis sehingga dapat diketahui hingga saat ini (Coleman, 2007: 7).

Sementara itu, W.J.S. Poerwadarminta merinci bahwa legenda (legend) merupakan cerita dari zaman dahulu yang bertalian dengan peristiwa-peristiwa sejarah (Poerwadarminta, 1995: 578).

Beberapa kalangan tertentu menganggap bahwa legenda lebih dari sekedar cerita sejarah masa lampau karena hal tersebut dinilai mempunyai suatu kesakralan berkaitan dengan suatu pantangan, larangan, kewajiban dan sebagainya. Sebagian besar legenda memang menceritakan sejarah. Dimana dapat berubah asal muasal suatu hal, tempat, peristiwa atau mengenai kejayaan seseorang yang hidup di masa lalu.

Proses penyebaran secara lisan atau word of mouth ini memungkinkan adanya suatu distorsi berupa penambahan dalam cerita yang ada bahkan dapat berbeda sama sekali dengan cerita pada awalnya karena adanya penambahan unsur ataupun karakter dalam jalan cerita seriring dengan perubahan zaman yang bergulir baik dalam mitos ataupun legenda.

Namun walau bagaimana pun, mitos dan legenda tersebut tetap dapat tersampaikan dari generasi ke generasi karena adanya suatu alat yakni bahasa. Oleh karena itu, mitos dan legenda dapat dikatakan sama tuanya dengan bahasa. Tercatat manusia mulai mengenal bahasa kira-kira sejak 300.000 sampai 200.000 tahun Sebelum Masehi (SM). Sementara bahasa secara lengkap mulai digunakan kira-kira 35.000 tahun


(18)

4

SM (Nurudin, 2007: 45). Beberapa mitos maupun legenda senantiasa dipertahankan karena memiliki nilai-nilai yang mampu memberikan suatu pelajaran atau pesan teladan yang baik bagi kehidupan sehari-hari.

Beberapa pandangan menjelaskan bahwa antara mitos dan legenda harus dibedakan. Akan tetapi dalam konteks budaya yang senantiasa dinamis, kedua hal tersebut sering bersilang satu dengan lainnya dalam artian dalam mitos terdapat legenda demikian pula sebaliknya.

Banyak sekali cerita rakyat yang terdapat dalam legenda dan mitos China yang sampai sekarang masih menjadi misteri yang keberadaannya sulit untuk diterima dengan akal sehat. Tetapi jika dicermati, sebenarnya isi dari cerita adalah interpretasi dari mitos dan legenda yang tidak sulit dan sederhana. Untuk memudahkan dan tidak mengurangi arti keseluruhan dari novel tersebut, ada juga dari beberapa novel tersebut yang dijadikan film yang dapat dinikmati dalam bentuk hiburan. Disajikan dalam bentuk yang lebih sederhana yang ceritanya dapat dicerna oleh anak kecil dan sungguh sangat menyenangkan.

Chusmeru pernah mengungkapkan bahwa proses bergulirnya suatu pesan melalui lisan atau dari mulut ke mulut yang dikenal sebagai komunikasi lisan/gethok tular/word of mouth dalam terminologi komunikasi termasuk dalam bentuk komunikasi non media (Alkhajar, 2010). Oleh sebab itu tidak banyak mitos dan legenda China yang memiliki nilai historis yang dapat dicari tau kebenarannya secara detail dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Walaupun beberapa dari mitos terekam dalam catatan tertulis sehingga dapat diketahui hingga saat ini (Coleman, 2007: 7). Tetapi Derrida yang terkenal dengan teori Dekonstruksinya mengatakan bahwa : “Sesuatu yang ada bersifat majemuk, tak berstruktur, dan tak bersistem, hingga tak bisa dibenarkan


(19)

5

melalui kata, tanda, dan konsep tunggal. Metafisika modern tersebut harus dibongkar (dekonstruksi) untuk menemukan solusi atas permasalahan modernitas”. Ini mengartikan bahwa, Filsafat modern (pemikiran) Barat identik dengan kebenaran yang tunggal, mutlak, dan absolut. Melalui dekonstruksinya, Derrida ingin menyampaikan bahwa kebenaran lama bisa dibongkar dan hal-hal alternatif lainnya bisa menjadi kebenaran baru. Dekonstruksi tidak berarti menjurus pada penghancuran suatu konsep tanpa solusi. Tapi dekonstruksi juga bisa menawarkan konsep baru untuk menggantikan konsep lama. Inilah yang membedakan konsep dekonstruksi dengan nihilisme (ketiadaan).

Terkadang mitos dan legenda China ini mampu memberikan fakta-fakta menarik yang dapat diperbincangkan dan dapat diterima oleh sebagian orang. Inilah yang menjadi pro-kontra terhadap penafsiran dalam mitos dan legenda China. Mungkin hal ini jugalah yang mengakibatkan cerita rakyat yang berasal dari mitos dan legenda China dapat berkembang dari waktu ke waktu. Disatu sisi, karena mitos dan legenda ini merupakan bagian dari mitologi yang pada dasarnya tidak dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah tetapi didalam mitos dan legenda China sarat akan makna dan nilai-nilai kehidupan yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Inilah keunikan dari setiap cerita rakyat yang berasal dari legenda dan mitos China.

Sebagi contoh ialah Reinkarnasi, Kata reinkarnasi berasal dari dua kata Latin: re (lagi) dan incarnere (dalam daging). Secara harafiah istilah ini berarti “kembali ke dalam daging.” Seorang ahli agama-agama dunia Geoffrey Parrinder, mendefinisikan istilah reinkarnasi sebagai “Keyakinan bahwa jiwa atau suatu kekuatan keluar sesudah kematian dan masuk ke tubuh lain”. Bisa dari manusia bayi yang lahir pada saat kematian atau sesudah kematian, atau pada tubuh yang lain yang bukan manusia (bisa


(20)

6

binatang atau tumbuhan) atau sebaliknya yang bukan manusia pada manusia. Pandangan dunia dan pengharapan itu bahkan mempunyai nuansa kosmik dan supranatural, yang menjadikan ajaran ini mempunyai kekuatan yang mengikat para penganutnya (Norman Geisler, 1986:23).

Orang-orang Tionghoa sangat mempercayai adanya Reinkarnasi, salah seorang Lama yaitu Thubten Yeshe yang wafat di tahun 1984 di California pernah berkata bahwa “ sebagai penganut sejati Budha, bila meninggal nanti, ia akan kembali lagi ke dunia ini sampai semua makhluk yang berakal budi ditolongnya mencapai penerangan sempurna”. Hal ini dipengaruhi praktek keagamaan Budha yang didalam ajarannya menyebutkan adanya karma dan reinkarnasi. Ajaran karma dan reinkarnasi dalam Budha termasuk dalam inti dasar-dasar ajaran agama Budha dimana setiap orang yang hidup pada masa ini bergantung pada karma yang dilakukannya pada masa lampau dan perbuatannya pada saat ini mempengaruhi manifestasi kelahirannya kembali dikehidupan masa yang akan datang (Lany Kristono (terj), 1990 : 3).

Banyak orang yang sudah tidak asing lagi mendengar kata reinkarnasi. Di dalam mitos dan legenda China ada yang menceritakan tentang Reinkarnasi, itu sebabnya sering sekali reinkarnasi dikaitkan dengan kebudayaan China. Seperti pada tahun 2002-2004 ada film yang terkenal yang mengisi layar kaca di Indonesia yang berjudul Sun Go Kong yang diadopsi melalui novel Perjalanan Ke Barat, yang menceritakan perjalanan Seorang Guru Tong San Chong dan ke 3 orang muridnya untuk mencari kitab suci, mereka melakukan perjalanan dari timur ke barat. Disana menceritakan riwayat salah seorang murid Tong San Chong yang bernama Ti Pat Kai yang merupakan reinkarnasi dari seorang Pangeran Tian Feng yang memiliki pasukan perang di khayangan. Diceritakan pada saat itu bahwa, Pangeran Tian Feng melanggar aturan yang ada dalam


(21)

7

khayangan, sehingga penguasa langit murka dan menghukum sang pangeran untuk menjalani kehidupannya di bumi dengan menjadi seorang manusia babi.Sang Penguasa langit memberikan kehidupan di dunia binatang agar sang pangeran dapat membayar kesalahannya, agar suatu saat ketika sang pangeran menjalankan dan patuh terhadap aturan dan dharma Budha dia akan kembali lagi menjadi seorang Dewa.Disini sangat jelas diceritakan bahwa adanya reinkarnasi yang dikenal pada masyarakat Tionghoa. Walau terkadang yang menjadi tanda tanya besar adalah apakah reinkarnasi itu memang ada dan benar-benar terjadi atau hanya cerita fiktif yang dibuat hanya untuk hiburan semata.

Berdasarkan uraian diatas, Saya sangat tertarik untuk mengetahui lebih dalam dan berniat untuk melakukan suatu penelitian yang memfokuskan tentang Reinkarnasi Pada Mitos dan Legenda China.

1.2Rumusan Masalah

Adapun masalah yang ingin dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana konsepterjadinya Reinkarnasi yang dikenal dalam mitos dan legenda

China

2. Apa penyebab Reinkarnasi yang dikenal dalam mitos dan legenda China

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mendeskripsikan bagaimana proses Reinkarnasi yang dikenal dalam mitos dan legenda China.


(22)

8 1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah dapat menambah pengetahuan dan masukan untuk penelitian selanjutnya dalam studi kebudayaan khususnya budaya China, serta dapat dijadikan bahan perbandingan penelitian-penelitian yang akan datang. Penulis juga berharap penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk memperkaya konsep atau teori yang menyokong perkembangan ilmu pengetahuan khususnya yang terkait dengan budaya etnis Tionghoa yang menjadi salah satu suku di Indonesia.

2.4.2Manfaat Praktis

Secara praktis, adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah menambah pengetahuan penulis serta masyarakat Indonesia tentang Reinkarnasi sehingga mampu menarik perhatian masyarakat luas untuk lebih tertarik mengenal kebudayaan-kebudayaan yang ada di Indonesia, baik kebudayaan asli dari Indonesia maupun kebudayaan etnis Tionghoa. Dan juga penulis berharap penelitian dapat dijadikan rujukan untuk penelitian-penelitian yang akan datang ataupun sebagai bahan pelajaran muatan lokal. Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu masyarakat untuk menerapkan kembali dimasyarakat sehingga kelestariannya tetap terjaga.


(23)

9 1.5Batasan Masalah

Masyarakat Tionghoa memiliki banyak kebudayaan yang sudah dikenal oleh masyarakat dunia. Mitos dan legenda China, merupakan salah satu dari sekian banyak kebudayaan yang dikenal di Indonesia. Dalam hal ini penulis mengambil judul yang berisi kajian tentang Reinkarnasi, dimana buku-buku yang menceritakan tentang Reinkarnasi sudah banyak dijumpai. Maka untuk menghindari batasan yang terlalu luas, peneliti mencoba membatasi ruang lingkup penelitianhanya pada kajian reinkarnasi dalam mitos dan legenda China pada masyarakat Tionghoa di Medan.


(24)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1Tinjauan Pustaka

Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat sesudah ,menyelidiki atau mempelajari (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003:1198). Pustaka adalah kitab-kitab; buku; buku primbon (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003:912). Penulis menemukan beberapa buku, skripsi yang isinya relevan dengan judul penelitian ini.

Ranelle Wallace, dalam bukunya berjudul “The Burning Within”. Dalam bukunya ini, penulis menjelaskan pengalamannya mendekati kematian yang sangat tidak biasa dan sangat menakjubkan. Ketika di surga, dia melihat anaknya yang belum lahir ke dunia. Ini adalah aspek pengalaman yang membuatnya mengalami kematian dengan sangat unik. Berikut ini adalah kutipan dari bukunya, The Burning Within, di mana dia secara menakjubkan menggambarkan pengalaman menjelang kematiannya.

Stephen Petullo, dalam bukunya berjudul “Your Love Life & Reincarnation”. Dalam buku ini penulis mengungkapkan untuk membantu para pembacanya menyadari kehidupan masa lampau panjang kita yang terlupakan ternyata sangat mempengaruhi kehidupan kita sekarang terutama kehidupan cinta kita, dan bagaimana kita dapat memperbaikinya. Buku ini lebih menitikberatkan tentang penyembuhan diri daripada membantu kita dalam menemukan pasangan kasih yang sempurna.

Tantra Tibet adalah buku yang ditulis oleh TIM EKAYANA dan diterbitkan oleh yayasan PMVBI yang bekerjasama dengan penerbit Karaniya menjelaskan tentang bagaimana perkembangan Budha Dharma, berbagai sekte Tantra termasuk tokoh dan


(25)

11

perkembangan sekte-sekte tersebut juga dijelaskan esensi ajaran dan ritual dalam Tantra.

Tentang Reinkarnasi, Vicki Mackenzi menulis dalam bukunya Reinkarnasi : Misteri Bocah Spanyol bernama Osel yang diterjemahkan oleh Lany Kristono, memaparkan tentang Reinkarnasi Lama Thubten Yeshe pada seorang bocah Spanyol bernama Osel yang berarti Cahaya Terang, yaitu keadaan fikiran/ kesadaran yang paling murni. Dikisahkan tentang bagaimana akhir hidup Lama Yeshe, kematian dan kelahiran kembali, pencarian bukti Reinkarnasi Lama serta penjelasan dan pengakuan dari dalai lama ke-14 yang saat ini memimpin Tibet, juga dijelaskan bagaimana tanda-tanda untuk menemukan Reinkarnasi dari Dalai Lama.

Dalam artikel yang berjudul Pionir Riset Reinkarnasi yang ditulis oleh Dr. Ian Stevenson, Direktur Divisi Studi Persepsi di Universitas Virginia. Ia telah mengabdikan 40 tahun karirnyakepada dokumentasi ilmiah dari ingatan orang-orangdari seluruhpenjuru dunia tentang hidupnya di masa lalu dan mempunyai lebih dari 3000 kasus. Dalam artikelnya disebutkan kemungkinan awal kemunculan dari reinkarnasi terjadi pada tahun 1960. Ia juga menjelaskan tentang bukti-bukti adanya reinkarnasi. Dengan membaca artikel ini, penulis dapat mengetahui bagaimana sesungguhnya reinkarnasi itu bisa terjadi. Penulis juga mengetahui bahwa tanda-tanda lahir dalam diri seseoarang ternyata diduga terkait dengan pembunuhan atau kematian yang dialami dalam suatu kehidupan sebelumnya dan tanda lahir atau cacat-cacat yang diderita seseorang sejak lahir mempunyai arti penting tertentu untuk menjelaskan reinkarnasi.


(26)

12 2.2 Konsep

Pengertian konsep dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:588) adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Peneliti akan menggambarkan objek yang diteliti yaitu gambaran berupa pengertian-pengertian yang berkaitan dengan penelitian.

2.2.1 Kebudayaan

Kebudayaan merupakan kebiasaan yang dipelajari. Menurut Veegar dalam buku Ilmu Budaya Dasar, kebudayaan adalah hasil pengungkapan diri manusia ke dalam materi sejauh diterima dan dimiliki oleh suatu masyarakat dan menjadi warisannya. Manusia harus menciptakan suatu kebudayaan, sebab tanpa kebudayaan ia makhluk yang tidak berdaya, yang menjadi korban dari keadaannya yang tidak lengkap dan naluri-nalurinya yang tidak terpadu.

2.2.2 Mitos dan Legenda China

Mitos adalah suatu cerita, pendapat atau anggapan dalam konteks sebuah kebudayaan yang dianggap memiliki kebenaran mengenai suatu ihwal yang pernah ada pada masa dahulu namun “kebenaran” itu sendiri masih diragukan atau belum tentu benarnya. Mitos berasal dari kata mutos (Yunani) yang berarti cerita atau sejarah berisi dongeng yang dibentuk serta diriwayatkan mengenai masa lalu. Dalam hal ini dapat berupa cerita dewa, pahlawan di masa lalu, kejayaan orang masa lampau, mengenai asal usul alam semesta dan sebagainya (Alkatiri, 1998: 2-6).


(27)

13

Sementara itu, W.J.S. Poerwadarminta merinci bahwa legenda (legend) merupakan cerita dari zaman dahulu yang bertalian dengan peristiwa-peristiwa sejarah (Poerwadarminta, 1995: 578).

2.2.3 Reinkarnasi

Seorang ahli agama-agama dunia Geoffrey Parrinder, mendefinisikan istilah reinkarnasi sebagai “Keyakinan bahwa jiwa atau suatu kekuatan keluar sesudah kematian dan masuk ke tubuh lain”. Bisa dari manusia bayi yang lahir pada saat kematian atau sesudah kematian, atau pada tubuh yang lain yang bukan manusia (bisa binatang atau tumbuhan) atau sebaliknya yang bukan manusia pada manusia. Pandangan dunia dan pengharapan itu bahkan mempunyai nuansa kosmik dan supranatural, yang menjadikan ajaran ini mempunyai kekuatan yang mengikat para penganutnya (Norman Geisler, 1986:23).

2.3 Landasan Teori

Teori merupakan alat yang terpenting dari suatu pengetahuan. Menurut Koenjaraningrat (dalam jurnal, 2008) bahwa tanpa teori hanya ada pengetahuan tentang serangkaian fakta saja, tetapi tidak aka nada ilmu pengetahuan. Sebagai pedoman dalam menyelesaikan tulisan ini penulis menggunakan beberapa teori yang berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini.

Dalam menyelesaikan penelitian ini, penulis menggunakan Teori Dekonstruksi Derrida yang mengemukakan bahwa “Sesuatu yang ada bersifat majemuk, tak berstruktur, dan tak bersistem, hingga tak bisa dibenarkan melalui kata, tanda, dan konsep tunggal. Metafisika modern tersebut harus dibongkar (dekonstruksi) untuk


(28)

14

menemukan solusi atas permasalahan modernitas”. Ini mengartikan bahwa, Filsafat modern (pemikiran) Barat identik dengan kebenaran yang tunggal, mutlak, dan absolut. Melalui dekonstruksinya, Derrida ingin menyampaikan bahwa kebenaran lama bisa dibongkar dan hal-hal alternatif lainnya bisa menjadi kebenaran baru.


(29)

15 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode Deskriptif Analisis dengan pendekatan historik dokumenter. Objek pendekatan historik dokumenter dengan metode Deskriptif Analisis yang meliputi pengumpulan data, penilaian data, penafsiran data dan terakhir penyimpulan.

Historik dokumenter adalah sebuah proses yang meliputi pengumpulan serta penafsiran gejala, peristiwa ataupun gagasan yang timbul dimasa lampau untuk menemukan generalisasi yang berguna dalam usaha memahami situasi sekarang dan dapat berguna untuk meramalkan perkembangan yang akan datang. Suatu penyelidikan yang mengaplikasikan metode pemecahan ilmiah dari perspektif historik sesuatu masalah dengan memakai sumber-sumber yang dalam penelitian ini diambil dari peninggalan tak tertulis seperti kepercayaan dan sejenisnya

Jenis data dalam penelitian ini adalah data sejarah yang bersifat kualitatif maka akan dianalisa berdasarkan data-data yang tersedia atau menurut kajian isinya ( Analisis Isi atau Content Analysis). Menurut Lexy J. Meloeng yang dikutip oleh Soejono dan H. Abdurahman kajian isi adalah tehnik yang digunakan untuk menarik kesimpulan dari data-data melalui dari usaha menemukan karakteristik pesan, secara objektif dan sistematis


(30)

16 3.2 Teknik Pengumpulan Data

3.2.1 Dokumentasi

Penulis menghimpun data-data yang terkumpul berupa dokumen-dokumen yang terdahulu, buku-buku, catatan formal, jurnal, internet dan sebagainya yang berkaitan dengan penelitian sebagai bahan penunjang penelitian yang dikumpulkan lalu dijabarkan dengan memberikan analisa-analisa untuk kemudian diambil kesimpulan akhir.

3.2.2 Observasi Lapangan

Pengamatan adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati langsung atau observasi ke tempat atau ke objek yang berhubungan dengan penelitian. Pengamatan dalam istilah sederhana adalah proses dimana peneliti melihat situasi penelitian. Metode ini sangat sesuai digunakan peneliti karena pengamatan ini dilakukan secara bebas atau terstruktur. Dengan pengamatan langsung, lebih memudahkan peneliti untuk mendeskripsikan situasi penelitian. Dengan observasi, maka peneliti dapat melihat secara fenomena-fenomena atau momen-momen yang tumbuh dan berkembang.

3.2.3 Wawancara

Wawancara yaitu suatu kegiatan dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan pada para informan kunci. Wawancara bermakna berhadapan langsung dengan narasumber dan kegiatan dilakukan secara lisan.


(31)

17 3.3 Teknik Analisis Data

Adapun teknik yang dipakai peneliti adalah analisis kualitatif. Data analisis berupa kata-kata, penyataan-pernyataan ide, penjelasan-penjelasan ide atau kejadian dan bukan dalam kerangka angka lalu dikumpulkan yang kemudian disusun dalam teks yang diperluas dan dianalisis.


(32)

18 BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Konsep Reinkarnasi dalam Mitos dan Legenda China

Makna dari mitos itu sendiri adalah suatu cerita, pendapat atau anggapan dalam konteks sebuah kebudayaan yang dianggap memiliki kebenaran mengenai suatu ihwal yang pernah ada pada masa dahulu namun “kebenaran” itu sendiri masih diragukan atau belum tentu benarnya. Mitos berasal dari kata mutos (Yunani) yang berarti cerita atau sejarah berisi dongeng yang dibentuk serta diriwayatkan mengenai masa lalu. Dalam hal ini dapat berupa cerita dewa, pahlawan di masa lalu, kejayaan orang masa lampau, mengenai asal usul alam semesta dan sebagainya (Alkatiri, 1998: 2-6).

Sementara itu, W.J.S. Poerwadarminta merinci bahwa legenda (legend) merupakan cerita dari zaman dahulu yang bertalian dengan peristiwa-peristiwa sejarah (Poerwadarminta, 1995: 578).

Beberapa kalangan menganggap bahwa legenda lebih dari sekedar cerita sejarah masa lampau, karena hal tersebut dinilai mempunyai suatu kesakralan berkaitan dengan suatu pantangan, kewajiban dan sebagainya. Sebagian besar legenda memang menceritakan suatu sejarah, seperti asal muasal suatu tempat, peristiwa atau mengenai kejayaan seseorang yang hidup di masa lalu.

Terlepas dari apa yang telah diketahui orang-orang secara umum tentang konsep reinkarnasi dalam mitos dan legenda China, ternyata tidak sedikit orang-orang yang dapat memetik pelajaran yang sangat berharga dari reinkarnasi sehingga menjadikan mereka dapat hidup lebih arif dan bijaksana. Tidak ada yang menyangka bahwa pada


(33)

19

akhirnya reinkarnasi itu membawa perubahan bagi beberapa kelompok masyarakat yang kemudian cerita itu menyebar secara cepat ke berbagai belahan dunia. Dari mereka yang berfikiran skeptis sampai mereka yang melakukan penelitian yang mendalam tentang keberadaan reinkarnasi, ternyata sampai detik ini reinkarnasi merupakan pengetahuan yang dianggap cukup menarik sehingga banyak orang yang tertarik untuk meneliti serta mendalami pengetahuan tersebut. Oleh sebab itu sampai saat ini reinkarnasi masih dibicarakan dan berkembang dari waktu ke waktu.

Mereka yang melakukan penelitian tidak henti-hentinya memberikan terobosan-terobosan baru demi memberikan penjelasan secara ilmiah mengenai reinkarnasi. Sehingga pengetahuan reinkarnasi tidak hanya diketahui dan dinikmati oleh sebagian orang yang menganut kepercayaan tentang kebenaran dari reinkarnasi. Ini sangat penting bagi pertumbuhan serta penyempurnaan jawaban yang banyak dipertanyakaan dan menjadi pro-kontra ditengah-tengah kehidupan bermasyarakat. Ketika reinkarnasi telah berproses secara ilmiah tentunya kita juga harus mencoba membicarakan reinkarnasi dari sudut pandang yang berbeda, tidak lagi membenturkannya dengan agama dan kepercayaan yang kita anut, sehingga kita dapat pemahaman dan pengetahuan baru tentang reinknasi. Satu yang terpenting ketika kita membicarakan ilmu pengetahuan dan ingin menemukan kebenaran baru dari sesuatu yang kita anggap tabu untuk kita bicarakan yaitu, kebijaksanaan untuk dapat membongkar pengetahuan yang telah ditemukan sebelumnya guna mendapatkan kebenaran baru.

Diluar mereka yang mempercayai keberadaan reinkarnasi, dari mereka yang memiliki six since sampai kepada mereka yang membongkar keberadaan reinkarnasi melalui meditasi, hipnotis maupun dengan panduan seorang yang ahli, semuanya memberikan penjelasan dan penguatan tentang keberadaan reinkarnasi. Ini tidak lain


(34)

20

mengatakan bahwa reinkarnasi tidak mustahil untuk diketahui oleh siapapun yang benar-benar ingin mengetahuinya. Ini merupakan salah satu kearifan yang berasal dari kebudayaan tionghoa yang penulis anggap dapat berguna ditengah-tengah kehidupan bermasyarakat. Untuk mencari kebenaran baru serta menguak nilai-nilai apa saja yang menjadi penguat keberadaan reinkarnasi di tengah-tengah masyarakat.

Penulis setuju dengan ungkapan yang dikemukakan E.T.C.Warner dalam bukunya yang berjudul Mitos dan Legenda Cina Kumpulan Kisah Fantastis dan Rahasia di Baliknya

“Tetapi peningkatan imajinasi konstruktif saja tidak cukup untuk menghasilkan mitos. Sekiranya itu saja sudah cukup, masuk akal jika kita memperdebatkan bahwa ketika kemajuan intelektual berlanjut, mitospun akan semakin banyak, dan semakin besar kemajuan itu semakin banyak pula mitos. Hal seperti ini tidak kita temukan. Sebenarnya, jika imajinasi konstruktif terus meningkat tanpa intervensi faktor lanjutan lain, tidak perlu ada mitos sama sekali. Kita hampir bisa mengatakan bahwa kebalikannya lah yang terjadi (ada mitos). Ketika menghubungkan mitos dengan masyarakat primitif, bukan dengan filsuf paling besar atau bangsa paling maju – yaitu bukan tahap paling maju dari perkembangan bangsa dimana imajinasi konstruktif membuat bangsa itu besar dan kuat, karena tahap paling maju ini filsuf mengkaji atau mengkritik mitos bukan membuat mitos. (2008:51).

Setelah imajinasi konstruktif itu terbangun, maka harus ada sebuah rangsangan, menghidupkan imajinasi tersebut dengan memberikannya semacam jiwa. Bukan ide, tetapi dengan perasaan yang menghidupkan. Dunia butuh suatu kekuatan yang berasal dan tercipta dari perasaan halus manusia, dimana manusia dapat membuat kreatifitas yang memiliki kekuatan magis yang dapat hidup dan berkembang di kehidupan semua orang dari waktu ke waktu. Jika perasaan mulai terusik, baik yang datang dari kedamaian, sukacita maupun penderitaan muncullah percikan semangat puisi, mitos, legenda yang penuh sugesti artistik, filosofos dan religius, yang bernilai penting dan


(35)

21

berpesona kekal. Mengungkapkan kekuatan, harapan, semangat yang diidamkan oleh jiwa-jiwa yang hidup didalamnya. “Bangsa-bangsa yang sangat bersemangat, yang mengalami emosi yang kuat, yang memperoleh energi yang kuat dari konflik yang terus menerus dengan bagsa-bangsa lain, imajinasinya teransang menuju ke kreatifitas puisi yang luar biasa” (Warner E.T.C 2008:52).

Ketika hal tersebut sudah dilaksanakan, mitos dan legenda tersebut sudah mendapatkan tempat tersendiri di tengah-tengah masyarakat yang terakhir yang harus dilakukan ialah konsisten dalam beberapa waktu yang cukup panjang. Ada dua hal yang bisa terjadi, yaitu, mitos dan legenda itu akan tetap hidup dari masa kemasa, atau sebaliknya. Inilah tahap dimana mitos dan legenda tersebutsejatinya akan terus mengalami cobaan-cobaan yang cukup berat untuk dapat hidup dan berkembang. Ketika mitos tersebut memiliki jiwa, tentunya mitos tersebut akan bertahan seiring berkembangnya zaman kehidupan manusia. Seperti mitos dan legenda reinkarnasi yang sampai saat ini masih dibicakan oleh orang banyak.

Kita sering mendengar dan dipertanyakan ditengah-tengah kehidupan bermasyarakat, tentang apa yang terjadi setelah kematian. Untuk menjawab hal ini kita selalu menggunakan kepercayaan dan agama yang kita anut sebagai dasar untuk menyikapi hal ini. Secara garis besarada tiga macam jawaban untuk menjawab pertanyaan itu. Mereka yang percaya pada adanya “Tuhan Yang Maha Esa-Dewa Penguasa Semesta” akan menjawab, bahwa setelah mati seorang akan pergi ke salah satu tempat, yaitu: surga kekal atau neraka kekal, tergantung pada perbuatan atau agama orang itu. Yang lain mengatakan bahwa bila hidup seseorang berakhir, keberadaannya juga berakhir. Ini adalah kepercayaan “kemusnahan pada kematian”, yang merupakan pandangan materialistik. Sang Buddha berkata setelah kematian, kita akan bereinkarnasi


(36)

22

pada kehidupan baru, dan bahwa proses mati dan terlahir kembali ini akan berkelanjutan sampai kebebasan Nibbana tercapai.

Agama Buddha menganggap kedua pandangan diatas tidak benar dan tidak lengkap. Pandangan pertama ditolak karena tidak masuk-akal, tidak adil dan kejam. Si jahat tidak semestinya dilaknat hukuman-kekal di neraka, juga Si baik tidak semestinya dianugerahi surga-kekal, hanya karena berbuat kejahatan atau kebaikan dibumi selama 60 atau 70 tahun, sepanjang hidupnya sekalipun, masa 60 atau 70 tahun tidak sebanding dengan kekal selama-lamanya. Juga adalah tidak masuk akal, bahwa “maha-dewa yang semestinya maha-pengasih” mencampakkan dan menghukum “ciptaannya” berupa siksaan dan kesakitan selama tak terhitung jutaan tahun. Pandangan diatas juga tidak bisa menjawab banyak pertanyaan-pertanyaan penting sehubungan dengan itu. Apa yang dialami para binatang setelah mati? Apa yang terjadi pada jutaan bayi yang meninggal dunia dalam kandungan, pula yang meninggal segera setelah lahir? Apakah mereka ke surga atau ke neraka? Kalau ke surga, maka jelas tak adil sebab mereka belum pernah berbuat baik, lalu bila dihukum di neraka juga tidak adil karena mereka belum sempat berbuat kejahatan.

Pandangan materialistik, juga tidak dapat menjawab banyak pertanyaan-pertanyaan mendasar. Para kaum materialistik sulit menjawab fenomena kompleks, misalnya bagaimana kesadaran manusia yang timbul setelah pertemuan dua sel kelamin dan perkembangannya selama 9 bulan. Saat ini, setelah Parapsikologi telah diterima sebagai cabang ilmu pengetahuan, fenomena seperti telepati dan sebagainya, bertambah tidak cocok dengan pandangan kaum materialistik tentang roh manusia. Agama Buddha menawarkan keterangan yang sangat memuaskan tentang dari mana kita datang dan apa yang akan terjadi setelah kita mati.


(37)

23

Janin tumbuh, lahir dan berkembang sebagai pribadi baru, dengan diprasyarati, baik oleh karakteristik roh yang terbawa (dari kehidupan lampau) juga oleh lingkungan barunya. Kepribadiannya akan berubah dan bermodifikasi oleh usaha kesadaran, pendidikan, pengaruh orang tua dan lingkungan sosial. Watak menyukai atau tidak menyukai, bakat kemampuan dan sebagainya, yang dikenal sebagai “sifat bawaan” dari setiap individu yang sebenarnya adalah terbawa dari kehidupan sebelumnya. Dengan kata lain, watak serta apa yang dialami pada kehidupan kita saat sekarang, pada tingkat-tingkat tertentu adalah hasil dari perbuatan kehidupan lampau. Perbuatan-perbuatan kita selama hidup, demikian pula, akan menentukan di alam kehidupan mana kita akan dilahirkan.

Secara sederhana, untuk dapat mengerti bagaimana „roh‟ berpindah dari satu badan ke badan yang lain, maka kita dapat membandingkannya dengan pancaran siaran radio. Gelombang radioakan selalu memancarkan frekwensi-frekwensi gelombangnya walaupun tidak ada musik atau suara. Namun pada kenyataannya gelombang yang dipancarkan lewat angkasa tersebut, ditangkap dan diterima oleh pesawat penerima (radio) yang dihidupkan, kemudian menjadi musik atau suara. Dengan cara yang sama, „roh‟ meninggalkan badan pada saat kematian, lalu bergerak di angkasa, setelah itu „roh‟ tersebut tertarik dan masuk ke sel telur yang telah dibuahi dan menjadi suatu pribadi yang baru. Roh langsung berpindah dari satu badan ke yang lainnya, seperti halnya gelombang radio langsung ditangkap segera setelah dipancarkan.

Kita tentunya bertanya-tanya mengapamitos dan legenda cina selaludapat bertahan ditengah-tengah masyarakat.Sepertiyang dikisahkan dalam buku karangan E.T.C. Werner dalalm Mitos dan Legenda Cina (Kumpulan Kisah Fantastis dan Rahasia di Baliknya) tahun 2008. Buku tersebut menceritakan kehidupan keluarga kerajaan


(38)

24

Xinglin yang terkenal dari dinasti langit emas, yang mendapat hukuman langit karena perbuatan sang Raja yang membunuh banyak orang dalam peperangan selama beberapa tahun.

Miao Shan merupakan anak dari Raja Miao Zhuang yang memimpin kerajaan Xinglin, yang juga mendapat hukuman langit karena membunuh begitu banyak orang dalam peperangan. Sebagai hukuman Miao Zhuang tidak memiliki anak laki-laki sebagai pewaris kerajaan. Padahal usia Raja dan Ratu pada saat itu sudah hampir setengah abad. Oleh karena kegelisahan Ratu terhadap pewaris kerajaan, Ratu memberitahu Raja bahwa ada dewa yang pemurah dan terkenal karena suka menolong orang, ia adalah Dewa Huashan yang dipercaya berada di gunung keramat di barat. Ratu memberi saran kepada Raja bahwa jika Raja berdoa kepada Dewa itu dan meminta pengampunan, sang Dewa mungkin memberikan seorang pewaris kerajaan.Raja menyambut baik usulan tersebut karena keinginan Miao Zhuang yang cukup kuat untuk memperoleh seorang pewaris kerajaan.

Miao Zhuang menyuruh lima puluh pendeta Budhis dan Daois berdoa selama tujuh hari tujuh malam agar Raja bisa mendapatkan seorang putra. Setelah doa itu selesai, Raja dan Ratu pergi ke Wihara tersebut untuk mempersembahkan kurban-kurban. Para utusan juga membawa banyak hadiah yang langka dan berharga, dan selama tujuh hari tujuh malam Wihara itu dipenuhi suara gendang, lonceng dan semua jenis alat musik yang bercampur dengan suara para Pendeta yang sedang berdoa.

Akan tetapi Dewa Huashan tahu bahwa Raja tidak diberi seorang anak lelaki sebagai pewaris. Akan tetapi para Pendeta berdoa untuknya dan sudah memberikan kurban-kurban, dan oleh karena itu Dewa Huashan tidak boleh menolak mentah-mentah


(39)

25

doanya. Oleh karena itu Dewa memerinttahkan Qianliyan (Mata Jeli) dan Shunfeng (Telinga Tajam) untuk secepatnya pergi memastikan apakah ada seorang yang layak yang akan segera bereinkarnasi ke dunia.

Tidak berapa lama kemudian, kedua utusan ini kembali dan menyatakan bahwa di India, di pegunungan Jiulung, di desa Zhishuyuan, tinggal seorang pria baik bernama Shi Qinchang, yang leluhurnya selama tiga generasi telah menjalankan semua peraturan ketat kaum Budhis. Pria ini adalah ayah dari tiga anak, yang tertua Shi Wen, yang kedua Shi Jin dan yang ketiga Shi Shan, semuanya pengikut Budha yang Agung.

Suatu hari ada persoalan yang menimpa ketiga anak tersebut, Wang Zhe yang merupakan perampok beserta tiga puluh orang pengikutnya yang dikejar dan disiksa oleh serdadu India tanpa perbekalan dan hampir mati kelaparan pergi menemui Shi Wen dan memohon agar mereka diberi makanan. Tahu bahwa mereka pelaku kejahatan Shi Wen dan kedua saudaranya menolak memberikan apapun kepada mereka, dengan pertimbangan apabila mereka mati kelaparan, para petani tidak akan menderita kembali akibat serangan mereka.Akan tetapi karena ini merupakan persoalan hidup dan mati para perampok, mereka menerobos ke rumah sebuah keluarga kaya bernama Dai, membakar rumah itu, membunuh seratus orang pria, wanita dan anak-anak dan merampas semua harta mereka. Dewa Tanah (Tudi) di tempat itu segera memberikan laporan kepada Yuhuang (Penguasa Langit). Oleh karena tindakan mereka Yuhuang murka dan memerintahkan agar ketiga anak tersebut di tangkap dan dikurung dipenjara langit dan membiarkan mereka tidak melihat lagi sinar matahari.

Oleh karena rasa terimakasih Dewa Huashan kepada Raja Miao Zhuang mendorongnya untuk menganugrahi Raja seorang pewaris. Atas usulan Dewa Tanah


(40)

26

(Tudi) agar Dewa Huashan meminta kepada Yuhuang melalui Roh Angin agar mempertimbangkan perbuatan baik yang dilakukan oleh ketiga anak tersebut pada masa lalu dan mengampuni kesalahan mereka, dengan membiarkan mereka dilahirkan kembali, tetapi dengan jenis kelamin perempuan, melalui rahim Ratu yang meminta pewaris kerajaan. Dengan demikian mereka bisa menebus kesalahan mereka dan menyelamatkan banyak jiwa. Yuhuang menerima permintaan itu dan memerintahkan Roh Kutub Utara agar membebaskan ketiga tahanan dan membawa jiwa-jiwa mereka ke istana Raja Miao Zhuang, dan dalam tempo tiga tahun mereka berubah menjadi janin perempuan dalam rahim Ratu Boya, bayi pertama dinamakan Miao Qing, yang kedua Miao Yin dan yang ketiga adalah Miao Shan.

Akan tetapi Raja tidak puas dengan apa yang telah diperolehnya dengan kelahiran tiga orang putrinya lantas siapa yang berani menentang keputusan langit, seorang manusia tidak kuasa untuk mengubah keputusan Dewa. Jalan terakhir ialah menunggu ketiga puterinya dewasa dan memilih para menantu untuk menggantikan posisinya sebagai Raja dan pewaris tahta kerajaan. Dari ketiga saudaranya Miao Shan menjadi lebih terkenal karena kerendahan hati dan banyak sifat baik lainnya dan menjalankan dengan sungguh-sungguh semua asas doktrin Buddhis. Sifatnya yang lain adalah hidup dalam kesucian. Miao Shan tidak menginginkan apa-apa dari anak seorang Raja yang notabane nya adalah salah satu pewaris kerajaan. Cita-cita Miao Shan ialah meninggalkan sifat keduniawian dan berupaya mencapai kesempurnaan. Jika suatu hari nanti dia telah mencapai kebaikan tertinggi, dia akan terbang di awan langit dan menjelajahi alam semesta dan dalam sekejap mata akan terbang dari timur ke barat. Dia akan menyelamatkan Ayah dan Ibunya dan membawa mereka ke langit ; Dia akan


(41)

27

menyelamatkan orang-orang yang bersedih dan menderita di Bumi ; Dia akan mengubahkan arwah yang jahat menjadi baik, itulah cita-citanya.

Setelah dewasa kedua kakaknya mendapatkan dan menerima usulan dari Raja untuk segera menikah, Mereka dikenalkan dan dipilihkan orang-orang terbaik pada masa itu, untuk dinikahkan kepada mereka yang nantinya salah satunya akan menjadi seorang Raja pewaris kerajaan. Tak lama kemudian upacara pernikahan diselenggarakan dengan sangat megah. Pesta demi pesta berlangsung, kedua pasangan pengantin baru itu kemudian ditempatkan di istana mereka masing-masing dan mereka sangat bahagia.

Berbeda jauh dengan Miao Shan, Dia menolak usulan Raja dan Ratu untuk menikah padahal Raja dan Ratu ingin mencarikan Miao Shan pria yang terkenal akan pengetahuan dan kebajikan, mampu memerintah kerajaan dan layak menjadi penerus tahta. Raja menaruh harapan yang cukup besar kepada Miao Shan agar sudi menerima usulan sang Raja. Akan tetapi usulan itu dimentahkan oleh Miao Shan karena Dia ingin mencapai kesempurnaan dan kebuddhaan.

Raja murka dan marah besar atas apa yang telah dilakukan oleh Miao Shan, atas perintahnya Miao Shan disingkirkan dari istana dan mencopot jubah istana milik Miao Shan dan membawanya ke taman Ratu dan dibiarkan menderita kedinginan disana. Oleh karena itu Miao Shan mulai menjalani hidup sebagai pertapa ditemani bulan dan angin untuk menuju Nirwana, tingkatan berkah spiritual tertinggi.

Setelah beberapa waktu yang lama, para wanita di istana, orangtuanya, dan kedua kakaknya mengalami kegagalan dalam upaya membujuk Miao Shan agar mengurungkan niatnya dan mengikuti saran Raja untuk segera menikah dengan orang pilihan Raja. Raja dan Ratu kemudian menyuruh Miao Hong dan Cui Hong agar


(42)

28

melakukan upaya terakhir untuk menyadarkan Miao Shan, tetapi tetap saja Miao Shan tersinggung dan menolak mereka secara angkuh. Miao Shan meminta mereka untuk kembali ke Raja dan Ratu untuk menyampaikan permintaannya agar ditempatkan di Wihara Biksuni Burung Putih(Bojiao Chansi) untuk mempelajari doktrin jalan kesempurnaan sejati. Setelah itu disampaikan kepada Raja, Raja memberikan izin, tetapi mengirimkan mandat ke Wihara Biksuni itu, memerintahkan kepada Biksuni untuk berupaya membujuk sang Putri untuk mengurungkan niatnya ketika dia tiba untuk tinggal disana. Sesampainya Miao Shan di Wihara Biksuni, para pengajar mematuhi perintah Raja dan berusaha keras untuk membujuk Sang Putri agar pulang ke istana tetapi karena tak satupun anjuran mereka berhasil akhirnya diputuskan untuk memberikan Miao Shan percobaan. Miao Shan ditempatkan didapur yang dimana bertugas untuk menyiapkan makanan untuk para Biksuni di Wihara, dan mengerjakan semua pekerjaan lainnya. Jika dia tidak menjalankan tugasnya dengan baik, mereka akan memulangkannya.

Miao Shan dengan senang hati menyetujui rencana mereka dan mulai menyerahkan diri dangan kerendahan hati kepada Buddha. Dia berlutut dihadapan Rulai dan memberikan persembahan kepadanya, lalu berdoa, “ Buddha yang Agung, penuh kebaikan dan welas asi, hamba berhasrat meninggalkan keduniawian. Berkatilah hamba agar tidak menyerah pada godaan-godaan yang akan datang untuk iman hamba” Miao Shan kemudian menjalankan semua peraturan di Wihara Biksuni dan mematuhi para atasannya.

Atas pengorbanan diri dan murah hati Miao Shan menyentuh hati Yuhuang (Penguasa Langit). Yuhang memanggil Roh Kutub Utara dan memerintahkan tiga wakil, para Dewa Lima Puncak Keramat, Delapan Menteri Naga Langit, Qielan, dan


(43)

29

Tudi untuk membantu dia dengan segera. Beritahu Naga Laut agar menggalikan dia sebuah sumur dekat dapur, seekor macan untuk membawakan dia kayu bakar, burung-burung untuk mengumpulkan sayuran untuk para biksuni, dan semua dewa langit membantu tugas-tugasnya, agar dia bisa mencapai kesempurnaan tanpa gangguan. Ketika perintah Yuhuang dilaksanakan oleh para Dewa, mukjizat-mukzijat pun terlihat di Wihara Biksuni. Pemimpin Wihara Biksuni Yi Yu lalu menghadap Raja dan memohon agar Yang Mulia memanggil putrinya pulang.

Ketika Raja mendengar berita tersebut, Raja langsung memerintahkan pengawal untuk membakar Wihara tersebut beserta seluruh Biksuni. Tetapi oleh karena doa Miao Shan kepada Penguasa Langit, serta mengambil sebuah tusuk konde bambu dari rambutnya, lalu menusuk langit-langit mulutnya dan menyemburkan darah yang mengucur dari mulutnya kearah langit. Dengan seketika awan mengerubungi seluruh langit dan menurunkan hujan lebat yang memadamkan api yang membakar Wihara Biksuni tersebut. Para biksuni berlutut dan berterimahkasih kepada Miao Shan karena telah menyelamatkan nyawa mereka.

Bukan berarti ketika permintaan Miao Shan dikabulkan oleh Yuhuang dan menolong para Biksuni, Miao Shan akan bebas dari hukuman Raja. Setelah apa yang telah dia lakukan, Miao Shan tetap dihukum, penderitaan Miao Shan belum berakhir, untuk mencapai kesempurnaan, bukan hanya menyingkirkan hidup keduniawian, tetapi juga harus bersedia meninggalkan hidupnya sebagai manusia. Miao Shan dihukum mati. Ketika Tudi mendapatkan informasi ini, lalu memberitahukannya kepada Yuhuang. Yuhuang memberikan perintah agar ketika Miao Shan dihukum mati, Miao Shan tidak menderita rasa sakit dan mematahkan tombak dan pedang yang akan mereka gunakan untuk membunuh Miao Shan. Dan pada saat Miao Shan mati, Miao Shan diberi pil ajaib


(44)

30

ke dalam mulutnya agar jenasahnya tidak membusuk, setelah itu dia harus dibawa ke Xiangshan di Pulau Puto, dimana dia akan mendapatkan kesempurnaan tertinggi.

Setelah Miao Shan meninggal, Miao Shan mengunjungi tempat yang belum pernah dia kunjungi sebelumnya, tempat yang pertama sekali dia kunjungi adalah wilayah neraka. Bukan semata-mata karena perbuatannya yang buruk sewaktu dia masih hidup tetapi adalah karena hal sebaliknya serta kekuatan hati dan jiwanya untuk mencapai kesempurnaan. Semua Dewa yang berada disana memberikannya selamat dan memberikan penghormatan kepada Miao Shan setelah mendengar dan melihat apa yang telah dilakukan oleh Miao Shan selama dia masih hidup. Setelah dia berkeliling diwilayah neraka, Miao Shan diminta berdoa untuk semua roh yang dihukum di sepuluh wilayah neraka. Tidak berapa lama setelah Miao Shan berdoa, tiba-tiba neraka menjadi sebuah surga penuh kegembiraan dan alat-alat penyiksapun berubah menjadi bunga-bunga teratai.

Panguan, pemegang daftar orang hidup dan orang mati menyampaikan peringatan kepada Yanwang dan menyatakan bahwa sejak kedatangan Miao Shan, tidak ada lagi rasa sakit di neraka dan semua roh terhukum bahagia. Demi keadilan, harus ada langit maupun neraka, jika Miao Shan kembali lagi ke bumi untuk di reinkarnasi tidak akan ada lagi neraka, hanya ada langit. Oleh karena itu Yanwang memerintahkan, agar Miao Shan dibawa ke hutan cemara untuk masuk lagi ke tubuhnya dan mengembalikan hidupnya ke dunia atas.

Miao Shan masih memiliki tugas dari Buddha Rulai setelah Budha memberikan pencobaan terhadap Miao Shan, dan Miao Shan mampu melewati tantangan yang diberikan Buddha Rulai. Buddha mengarahkan Miao Shan untuk mengunjungi


(45)

31

Xiangshan, yang didirikan pada zaman sejarah paling awal. Wihara itu didiami oleh para Dewa dan terletak di laut, diatas pulau Putou wilayah yang berada dibawah kekuasaan Annam. Disana Miao Shan akan mencapai kesempurnaan tertinggi. Ketika menempuh perjalanan ke Xiangshan, Miao Shan dibantu oleh Tudi yang menyamar sebagai macan, kemudian Tudi menyuruh Miao Shan untuk naik keatas punggungnya hingga sampai ke Xiangshan.

Selama sembilan tahun menyepi di Xiangshang, kemudian Dicangwang datang ketempat itu dan terkejut melihat kesucian Miao Shan, sehingga dia menanyakan kepada Dewa Tanah setempat apa yang menyebabkan hasil yang luar biasa ini. Selain Rulai, semua yang di barat tidak ada yang bisa menyamai martabat dan kesempurnaannya. Dia adalah Ratu Tiga Ribu Pusa dan semua makhluk di bumi yang mempunyai kulit dan darah. Dan Miao Shan dianggap sebagai penguasa segala makhluk. Oleh karena itu, pada hari ke-19 bulan ke-11 Miao Shan dinobatkan agar seluruh dunia mendapatkan berkah darinya.

Dewa tanah mengirimkan undangan perayaan, dan hampir semua Dewa menghadirinya Miao Shan duduk diatas tahkta teratai dan kumpulan para Dewa itu mengumumkan Miao Shan sebagai penguasa langit dan bumi dan sebagai Buddha. Miao Shan lalu diangkat menjadi Dewi dan diberi gelar Pusa yang Sangat Welas Asi dan Sangat Penyayang, Penyelamat Orang-orang Yang Menderita, Dewi Pelindung yang selalu membantu manusia. Diatas teratainya akan menjadi Penguasa Laut Selatan dan Pulau Putou. Setelah menjadi Dewi, dia memberikan jalan kepada ayah, ibunya, kedua kakaknya untuk segera bertobat. Dan lambat laun mereka semua mencapai kesempurnaan kekal.


(46)

32

Kedua kakaknya yang sampai saat ini dinodai dengan kenikmatan duniawi, perlahan-lahan akan meningkatkan kemajuan mereka sampai akhirnya mencapai kesempurnaan sejati.

Miao Qing diberi gelar Pusa yang Sangat Suci yang Cantik Sepenuhnya, Penunggang Singa Hijau.

Miao yin diberi penghargaan dengan gelar Pusa yang Sangat Suci yang Menarik Sepenuhnya, Penunggang Gajah Putih.

Raja Miao Zhuang diangkat ke kedaulatan Pusa Suci Penakluk Pemeriksa Manusia.

Ratu Boya menerima gelar Pusa 10.000 kebajikan, Pemeriksa Wanita Ternama.

Shan Cai dianugrahi gelar Pemuda Emas.

Lung Nu diberi gelar Pelayan Giok.

Dan dupa akan dinyalakan dihadapan semua Dewa ini sepanjang masa, dan akan dikenang oleh banyak orang.

Begitulah perjalanan panjang dari konsep perjalanan reinkarnasi yang terdapat dalam mitos dan legenda China. Cerita rakyat yang hidup dari waktu ke waktu, yang berkembang menjadi sebuah doktrin yang cukup mengena dihati masyarakat terkhusus masyarakat tionghoa. Ketika seseorang yang sudah mengetahui darma Buddha atau mereka yang sudah memiliki komitmen yang tinggi untuk memperbaiki hidupnya, akan selalu menjaga hati, fikiran dan tindakannya. Sama halnya seperti kisah Miao Shan yang memiliki komitmen yang tinggi untuk menjadi seorang Dewi, yang meninggalkan sifat


(47)

33

keduniawiaannya. Tentu ini merupakan proses yang sangat panjang sampai kepada tingkatan tertinggi untuk menjadi seorang Dewi. Selama tiga generasi telah menjalankan semua peraturan ketat kaum Buddhis.Pada masa kehidupannya dengan setia dan patuh terhadap dharma yang diajarkan oleh sang Buddha. Pada periode kehidupan yang ke-empat Miao Shan mendapatkan banyak sekali mendapat cobaan dari penguasa langit akibat dari satu kesalahan fatal yang dilakukannya dengan saudara-saudaranya, tetapi karena Miao Shan memiliki semangat, komitmen serta kepercayaan yang sangat tinggi, Miao Shan tidak silau dengan semua kekayaan materi dan kekuasaan yang ditawarkan Raja kepadanya. Miao Shan menolak dengan tegas semua yang berhubungan dengan kenikmatan duniawi tersebut, ia percaya bahwa dengan melakukan tindakan tersebut dapat menebus semua kesalahan yang telah dilakukan Miao Shan dikehidupan sebelumnya sehingga Miao Shan memperoleh kesempurnaan.

Konsep kelahiran kembali pada mitos dan legenda China yang dikisahkan oleh Miao Shan merupakan konsep reinkarnasi secara umum yang berada ditengah-tengah masyarakat.Didalam reinkarnasi ada suatu siklus yang berkepanjangan, dimana setelah kematian ada kehidupan kembali. Siklus tersebut tidak dapat diketahui akhirnya hingga sampai kepada tingkatan tertinggi pada kehidupan manusia. Dimana manusia yang mencapai level tertinggi yaitu mereka yang meninggalkan sifat keduniawian dan berupaya mencapai kesempurnaan. Mereka yang meninggalkan sifat keduniawian berarti berani menantang kemewahan, menantang kemegahan, menahan hawa nafsu, kedengkian serta sifat-sifat rendah yang dimiliki oleh manusia lainnya.Bukan hanya itu saja, mereka yang benar-benar ingin meninggalkan keduniawian dan ingin mencapai kesempurnaan senantiasa berada dalam berbagai cobaan. Cobaan yang berasal dari segi fisik maupun emosional, bisa jadi ditinggalkan orang yang kita cintai, hidup sendiri,


(48)

34

hidup menderita, mendapatkan permasalahan dalam kesehatan, mengalami sakit yang berkepanjangan, hingga banyak hal lain yang berada diluar dugaan dapat terjadi. Ini merupakan hal-hal yang tidak mustahil terjadi, karena kita tidak mengetahui apa yang akan terjadi baik 1 tahun mendatang, 1 bulan mendatang, 1 hari mendatang, 1 jam mendatang, bahkan 1 menit dan bahkan beberapa detik mendatang, karena kita harus menyadari, ada kuasa-kuasa yang tidak kita ketahui yang menyelubungi bumi.

Mereka yang hidup dengan cara memperbaiki sedikit demi sedikit kehidupannya akan menjadi orang yang lebih baik, hal yang demikian dapat kita lihat bukan hanya pada kehidupan selanjutnya.Efek positif yang ditimbulkan apabila kita berbenah dan memperbaiki diri dapat langsung terlihat dikehidupan yang kita jalanisaat ini dan akan menjadi lebih baik lagi pada kehidupan selanjutnya. Berbanding terbalik dengan mereka yang terlena akan tawaran duniawi. Mereka yang dapat menjaga diri dengan gaya hidup sehat, menjaga emosi, tidak berkata kotor, tidak membicarakan orang lain,selalu berfikiran positif, dapat merasakan kesedihan orang lain dan dengan senang hati membatu orang-orang yang memerlukan bantuan, peka terhadap keadaan lingkungan, tidak terlena dengan kemegahan dan hasrat duniawi, meningkatkan bakat keterampilan dan kelebihan yangdimiliki menjadi sesuatu yang dapat berguna,serta selalu belajar dari kesalahan dan mengubahnya menjadi yang lebih baik. Contoh kehidupan yang diatas merupakan sedikit dari sekian banyak hal-hal lain yang harus dilakukan apabila ingin menjadi lebih baik dari hari kehari, lihat ketika kita dapat menjadi lebih baik dikehidupan sekarang, dengan adanya reinkarnasi kita dapat melipatgandakan hal yang positif untuk membuatnya lebih baik lagi.

Seperti yang saya katakan dalam bab yang sebelumnya saya menggunakan metode Historik dokumenter, dimana sebuah proses yang meliputi pengumpulan serta


(49)

35

penafsiran gejala, peristiwa ataupun gagasan yang timbul dimasa lampau untuk menemukan generalisasi yang berguna dalam usaha memahami situasi sekarang dan dapat berguna untuk meramalkan perkembangan yang akan datang. Suatu penyelidikan yang mengaplikasikan metode pemecahan ilmiah dari perspektif historik sesuatu masalah dengan memakai sumber-sumber yang dalam penelitian ini diambil dari peninggalan tak tertulis seperti kepercayaan dan sejenisnya

Akhir-akhir ini juga banyak kasus orang-orang yang dengan jelas dapat mengingat kejadian-kejadian yang dialaminya pada kehidupannya yang lampau, seperti kisah yang terjadi di beberapa mitos dan legenda China yang berkaitan dengan reinkarnasi.Beberapa dari kasus tersebut telah dibuktikan kebenarannya.

Bukti-bukti kelahiran kembali yang paling mengesankan adalah berupa hasil riset dari Ian Stevenson, seorang ilmuwan Amerika. Dr. Ian Stevenson merupakan profesor di bidang Psikiatri (Ilmu Kedokteran Jiwa) di Universitas Virginia, ia memulai risetnya pada tahun 1958 dan ternyata kemudian disambut dan dikenal dunia internasional. Selama bertahun-tahun, dia melaporkan secara rinci kasus-kasus orang dewasa maupun anak-anak, yang dapat mengingat kehidupan lalunya-semuanya dilatar-belakangi oleh metoda riset ilmiah secara cermat. Rekan ilmuwannya, Dr. Harold Leif, mengomentari riset Ian Stevenson, sebagai berikut: “Hanya salah satu dari dua kemungkinan, dia membuat satu kesalahan besar atau dia akan dikenal sebagai Galileo-nya abad ke XX.”(Dr. HaroldI Lief dalam Journal of Nervous and Mental Disease, Vol. 165, 1977:3).

Dalam riset Dr. Ian Stevenson tersebut ia menceritakan tentang seorang anak yang bernama Ravi Shankar lahir di kota Kanaiy tahun 1951, India Utara. Ayahnya


(50)

36

bernama Ram Gupta, sejak berumur dua tahun si anak berkeras bahwa ayah sebenarnya adalah seorang bankir bernama Jogeshwar. Dia juga mengatakan bahwa pada kehidupan lalunya dia dibunuh dengan digorok tenggorokannya oleh dua orang (Chaturi dan Jamahar). Sebagai bukti, si anak menunjuk tanda lahir di lehernya, yang memang bertanda-lahir seperti bekas luka potong. Penyelidikan kemudian membuktikan bahwa ternyata setengah mil dari kediaman mereka, ada seorang bernama Jogeshwar yang mempunyai anak laki-laki bernama Munna yang telah dibunuh, persis seperti yang digambarkan oleh Ravi. Munna dibunuh enam bulan sebelum Ravi lahir.Saat pihak yang berwajib melakukan pemeriksaan tentang pembunuhan Munna, mereka sangat mencurigai dua orang tersebut Chaturi dan Gamahar sebagai pembunuhnya. Chaturi seorang binatu dan Jamaharseorang bankir, namun mereka dibebaskan karena kurangnya bukti. Banyak dari kasus-kasus seperti diatas mempunyai bukti yang sangat kuat, bahwa setelah kematian, seorang akan terlahir kembali dengan ingatan yang jelas pada kejadian yang sangat dramatis pada kehidupan lampaunya.

Doktrin kelahiran kembali yang terdapat dalam mitos dan legenda China amat menarik karena sangat adil. Walau seorang berperilaku baik disepanjang hidupnya, tetapi dalam suatu keadaan orang tersebut membuat kesalahan, maka dia tetap mendapatkan hukuman. Ini jelas sangatlah adil. Orang jahat akan tetap mempertanggung-jawabkan perbuatannya baik dikehidupannya sekarang maupun dikehidupan mendatang, apabila orang tersebut ingin memperbaiki hidupnya. Doktrin kelahiran kembali yang terdapat dalam mitos dan legenda China juga memungkinkan setiap orang untuk senantiasa mempunyai kesempatan lagi. Apa yang dia perbuat pada hidupnya yang singkat pada satu kehidupan, menentukan bagaimana dia selamanya secara kekal. Sebaliknya, Sang Buddha menegaskan bahwa bila kita gagal memurnikan


(51)

37

diri kita pada kehidupan ini, kita masih dapat melakukannya pada kehidupan akan datang atau yang berikutnya lagi.

Reinkarnasi juga memungkinkan kita untuk senantiasa menyempurnakan keahlian dan minat kita yang telah kita kembangkan pada kehidupan kini, pada kehidupan akan datang. Doktrin Reinkarnasi juga mengatakan kita dapat saja bertemu, dengan orang yang kita cintai dan sayangi pada kehidupan mendatang, bila kita mempunyai keterikatan yang kuat dengannya.

Dengan demikian mitos dan legenda China tentang reinkarnasi didasari oleh bukti-bukti ilmiah yang mendukungnya. Akan senantiasa masuk-akal dan selalu dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tak dapat dijawab baik oleh pandangan agama-agama lain maupun pandangan materialistik.

4.1.1 Empat Kebenaran Mulia Bertalian Dengan Reinkarnasi

Inti dari seluruh ajaran Sang Buddha adalah Empat Kebenaran Mulia (cattari ariya sacca). Dengan mengerti Empat Kebenaran Mulia, dapat dikatakan seseorang telah mengerti agama Buddha. Sang Buddha memberi batasan tentang Kebenaran, yang pertama sebagai berikut:Lalu, apakah kebenaran mulia tentang penderitaan itu (dukkha ariya sacca)? Lahir adalah penderitaan, bertambah tua adalah penderitaan, sakit adalah penderitaan, kematian adalah penderitaan; sedih, penyesalan, nyeri, duka-cita dan putus asa adalah penderitaan, berpisah dari yang dicintai adalah penderitaan, berkumpul dengan yang tidak disukai adalah penderitaan. (Samyutta Nikaya, hal: 420)

Terlihat dari pernyataan diatas, bahwa Sang Buddha berbicara tentang dua macam penderitaan – jasmaniah dan rohaniah. Penderitaan jasmaniah adalah rasa sakit yang disebabkan oleh penyakit, kecelakaan, umur tua, kecapaian, dan sebagainya.


(52)

38

Penderitaan rohaniah termasuk rasa sakit oleh keadaan mental-takut, bosan, gelisah, sedih, kesepian dan segala perasaan negatif lainnya. Hidup adalah pengalaman-pengalaman pada penderitaan, dalam berbagai kadar, sedikit ataupun banyak. Sang Buddha tidak mengingkari adanya kebahagiaan dan kegembiraan, Beliau semata-mata mengingatkan kita pada kenyataan yang tak dapat disangkal, ialah bahwa penderitaan adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan, bahwa penderitaan adalah masalah yang kita semua alami, pula sekaligus ingin kita hindari. Pada dasarnya, hampir semua kegiatan dan upaya kita sehari-hari, tanpa kita sadari, bersangkutan dengan usaha untuk menghindari penderitaan dan mencari kebahagiaan. Namun, walau begitu banyak waktu dan akal-daya yang dikerahkan untuk mencari kebahagiaan sejati, kepuasan dan kedamaian hati tetaplah jarang dan sulit digapai. Sang Buddha, bagai seorang dokter yang penuh kasih-sayang, datang untuk menunjukkan pada umat manusia, cara untuk mengatasi penderitaan, kesakitan, kematian dan kelahiran kembali, dan juga cara agar dapat mencapai kebahagiaan Nibbana.

Ajaran Sang Buddha berdasar pada kebenaran yang kokoh. Kebenaran (sacca) dapat didefinisikan sebagai pernyataan atau pengejawantahan-realisasi, yang berhubungan dengan kenyataan.

Kebenaran mulia yang kedua adalah Kebenaran Mulia tentang Penyebab Penderitaan (dukkha samudaya ariya sacca). Sang Buddha memperlihatkan pada kita, bahwa semua penderitaan yang kita alami disebabkan langsung atau tidak langsung oleh keinginan-rendah (tanha) dan ketidak-tahuan (avijja). Adalah mudah dimengerti, bagaimana nafsu-keinginan dan ketidak-tahuan, dapat menyebabkan penderitaan rohiah. Sebagai contoh yang sederhana, seseorang berkeinginan kuat untuk menjadi penguasa yang kaya raya, sebab menurutnya uang adalah segala-galanya dan akan


(53)

39

menyebabkannya berbahagia. Lalu, karena tidak berhasil menjadi kaya, dia frustrasi dan sangat kecewa. Hubungan antara keinginan-rendah (menginginkan uang) dan ketidak-tahuan (pandangan salah, bahwa uang semata yang dapat akan memberinya kebahagiaan) di satu pihak; dan penderitaan (frustrasi dan kekecewaan) pada pihak lainnya. Tapi, apakah keinginan-rendah dan ketidak-tahuan juga dapat menyebabkan penderitaan jasmaniah? Bahwa keinginan-rendah menyebabkan karma, yang pada gilirannya kemudian menyebabkan reinkarnasi. Dengan demikian jelas, bahwa keinginan-rendah dan ketidak-tahuan juga menyebabkan penderitaan jasmani.

Tapi, apabila keinginan adalah salah satu penyebab dari penderitaan, bukankah kita seharusnya tidak usah berdaya-upaya untuk hal apapun juga? Untuk dapat menjawab pertanyaan diatas, adalah penting untuk menyadari bahwa Sang Buddha mengajarkan perbedaan antara keinginan yang tumbuh dari ketidak-tahuan dan keinginan yang timbul atas dasar pengertian. Sang Buddha sering mengatakan, bahwa kita seharusnya senantiasa bergairah (adithana), kita senantiasa bertekad (tibbacchanda), juga senantiasa mempunyai cita-cita yang kuat untuk mencapai Nibbana (chandajato anakkate) (Dhammapada hal: 218) . Keinginan menjadi orang-tua yang baik, keinginan menjadi teman yang setia, keinginan menjadi warga-negara yang bertanggung jawab adalah keinginan yang berdasar atas pengertian, dengan demikian akan menghasilkan kebaikan, bukannya penderitaan. Berkeinginan melaksanakan jalan atau mencapai Nibbana adalah keinginan berdasar atas pengertian, dengan demikian akan menghasilkan kebaikan, bukannya penderitaan. Apabila kehendak, keinginan dan cita-cita didasarkan atas pengertian, dan apabila semuanya itu diwujudkan dalam bentuk perilaku sehari-hari, dan bila semuanya diarahkan pada sasaran yang mulia, maka justru keinginan semacam itulah yang dianjurkan.


(54)

40

Kebenaran Mulia yang ke-tiga adalah Kebenaran Mulia mengenai Musnahnya Penderitaan (dukkha nirodha ariya sacca). Pada Kebenaran ini, Sang Buddha dengan jelas dan tegas mengajar kita, bahwa kita dapat bebas dari penderitaan dan mencapai kebebasan dan kebahagiaan Nibbana. Istilah Nibbana secara harfiah berarti „padam‟, serta mengacu ke pemadaman api keserakahan, kebencian dan kegelapan-roh. Sang Buddha, juga menggunakan ungkapan-ungkapan lain unyuk menggambarkan keadaan ini yaitu : kelanggengan (amata), pernaungan yang aman (khema), kedamaian (santa), perlindungan (tana), kebahagiaan tertinggi (paramam sukham), penghancuran keinginan rendah (tanhakkhaya), keabadian (dhura). Apa itu Nibbana? Ada pendapat yang menganggap bahwa Nibbana identik dengan kemusnahan dari pribadi (Inggris: annihilation). Sang Buddha menegaskan bahwa pandangan ini salah.

Apabila seorang telah membebaskan rohnya, para dewa sekalipun tak dapat menjejakinya, walau mereka berpikir: “Ini adalah kesadaran Tathagata.” Mengapa? Disebabkan karena Buddha tak terjejaki. Walau Saya berkata demikian, beberapa pertapa dan Brahmin, salah menafsirkan, bertentangan dengan kenyataan, mereka berkata: “Pertapa Gotama adalah berpandangan nihilis, sebab dia mengajarkan pemotongan, penghancuran, hilangnya keberadaan secara menyeluruh,” tapi Saya tidak mengatakan demikian. Dari dulu sampai sekarang, Saya hanya mengajarkan tentang penderitaan dan penghentian penderitaan. (NikayaMajjhima hal: 140)

Yang dimaksud Sang Buddha, bahwa seorang yang telah mencapai Nibbana keberadaannya tidak ada lagi, adalah bahwa semua ciri-ciri yang dihubungkan dengan keberadaan lahir, mati jasmaniah, bergerak dalam waktu dan ruang, dan berperasaan sebagai suatu pribadi sendiri tidak lagi dapat digunakan untuk menggambarkan keadaan Nibbana. Yang dimaksud Sang Buddha, bahwa seseorang yang telah mencapai Nibbana


(1)

9

如 们经常 到的那 , 们是 们的想法 要的案 要 认识因素的决

因素 是 们 在所确 的状 , 们的行 和未来的状 将由 们 的行

决 因 ,整个生命在 们出生之前就 经决 和决 , 们 再是自由的

开始和改 们的行 在过去 决 了 们 的生活 境, 的行

将 于决 未来的生活,换 说, 些行 会影响 个大或小的程度 因 ,

个机会, 养意志和试 改

因 ,业力法则意味着 种 势,而 仅仅是 个 逆的和 避免的

结果 因果法则的继 个先决条 , 确 情,如果 们出生或 ,

在自然中, 们将出生,和经验如何,将在未来的生活经验 人类行 的特点是

贪婪 仇 和黑暗的精神, 都源于无知和欲望的 良好的行 , 使在

追查时, 时 沾 了 良情绪的行 贪婪,仇 和黑暗的灵魂, 们的日常

行 ,但 是所 的行 ,将结果 目前的生活的结果 要 们 贪婪 仇

和黑暗的精神 础,在 期间 们创造业力,好的或坏的,因 们就 生了

随着启蒙运 的 果,贪婪 仇 和黑暗的精神被侵蚀, 使 们继续行 ,

们 会再 生 的业力,在 们死 会 生

黑暗业力指的是基于贪婪,愤怒, 耐烦和其他负面状 的行为,这一切

都将承担焦虑和痛苦,这被 为 黑暗的水果

业力是指以 极的精神状 为基础的行为,如仁 慷慨 诚实 冷静和幸


(2)

10

光 暗的业力是指由正和负的意愿的混合体所驱动的行为,从而影响到混

合体

业力 亮, 太暗的中性指的是行为,哪一点再多的中性

2. 轮回通过慈悲 祈祷的力量

的教学, 经达到了完美的愿景,是没 获得 生,因 力量的业力

和破坏 的情绪,但因 他们的 情的力量, 所 的生命和祈祷的 础 他们

的愿望,提供利益给别人 他们 能力选择出生地点和时间,而选择出生的父

母来 的转世, 完全是 了给他人提供利益,是 个由 情和祈祷的力量

推 的 生

它似乎使用的标 活 的藏族 统 弥 身 认识到轮回的开

始时的追随者 力于使用 个荣誉 号,但 个词 经 种普遍的电

般来说,长期的活 指的是 的 个特殊方面 据 的方面,人是完全被

破坏 的情绪和业力 经达到 理的身体潜能 法身 ,包括身体 自然身体智

慧 理 相

第 个是 的精神启示,它 直接和精确地吸收所 的东西,因 它

是在 瞬间 个身体 经 所 形式的负面情绪中得到净 , 面的痕迹,

是通过美德和智慧 累了很长 段时间

第 , 理自然体,指的是启蒙精神的本质是无所 知的 者都是


(3)

11

身,因 , 要的是 要体 在物理形式, 问所 的人, 他们 因

, 个 的身体方面是充 享 最高的 报身 ,它 通过 问高级菩萨

充 享 身体, 体 体或活 发无 数 应身 ,在 神和人类,甚 能

被普通人看到的形式出 的身体方面被 身体, 是注 的其他生物

发射体 个部

 放射体卓 像释迦牟尼 ,历史 的 ,他体 了 十 活 ,如

出世在 个地方选择,等等

 艺术 发体人服 他人的出 , 个艺术家,艺术家,等等

 身发射体, 是 的身体出 多种形式如人类,植物和树木,

对 种类型的放射体,灵 大师的转世被 发 ,被 西藏的 活

,包括第 类 活 当中, 能 许多人都是 的 身的 发 合格的机

构,但 并 意味着它适用于 西藏活 中,菩萨的转世 很高的水 ,

是 于公路菩萨的 累和准备, 教师将进入 菩萨的街道 因 ,给活

喇嘛转世的 号,无论是 于开明的人 达到或连接它们 开悟的 的质


(4)

12

第四章结论

在轮回中, 个长期的循 , 能被 在过去,死 生命的背

在人类生活中, 循 能被最终达到最高的水 在人类达到最高水 ,

那些离开世俗力求达到完美 那些离开世俗意味着 于挑战的豪华,宏 的挑战,

禁欲,嫉妒和 素质的人拥 仅如 ,他们 的想放 个世界,并希望在

各种各 的考验中 断完善自 来自身体和情感的痛苦, 被排除在 们所

爱的人,独自生活,生活在痛苦中,在 疗保健,经历了长期的疾病,许多其他

的 情,是意想 到的问 发生 是东西是 能的,因 们 知道

的明 ,明 ,明 , 个小时, 钟, 个 钟来,因 们 须

认识到, 们 知道它笼罩整个地球的力量

业力法则意味着 种 势,而 仅仅是 个 逆转的结果 业力法则

决 们将在哪 获得 生的 些 物的先决条 ,并且在 个生命中会

经历怎 的体验

普通人的行 本 都是 贪婪 仇 和黑暗的精神 特 , 都源于

无知和渴求 好的行 , 使追溯到 时 被精神 的烦恼 贪婪,仇 和黑暗

的精神, 们的日常行 ,但 是所 的行 ,将 效的结果,在 生活

怪任何人,当 们没 得到比人的生命更美好的生活, 反思自 了改善和


(5)

13 参考文献

[1]Vicki Mackenzie, Lany Kristono (terj). 达 : Pustaka Utama Grafiti Reinkarnasi:

Misteri Bocah Spanyol bernama Osel 轮回 神秘的男孩在西班牙 Osel [M].

1990


(6)

14 谢

轮回在中 的神 很感谢 论文 妥善解决的时间 个论文的

结构 要求获得学士学 在苏 大学中文系 在准备论文, 些人 所 论

文写得很好 他们给 支持,时间,指 和祈祷 者

很感谢跟苏 大学的院长是 Dr. Syahron Lubis, M.A.,中文系的 是 Dr.

T.Thyrhaya Zein, M.A.,中文系的秘书是 Dra. Nur Cahaya Bangun, M.Si., 的第 师 是 Drs. Sentosa Tarigan, M.SP ., 的 第 师 是 T.Kassa Rullah S.S.,MTCSO. 师和,Julina Laoshi,等等 对亲爱的妈妈,爸爸,姐姐,和

哥哥很感谢 他们给了 支持. 很感谢跟 的朋 们杜婉娜,沙芬娜,何茉莉,

黄嘉馨,付大宁,杜manling Albert Jems, ,和全部四 级的学生 很感谢跟Endang

姐姐 如果你们没 ,当 能写完了的论文